Anda di halaman 1dari 13

ARTI PENTING MANAJEMEN DALAM DAKWAH

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Manajemen Dakwah
Dosen Pengampu : Mustofa Hilmi, S.Sos.I., M.Sos

Disusun Oleh:
Halimah Sa'diyah (1801026053)
Ridwan Indriyatmoko (1801026073)
Alful Laili Nurul H. (1801026145)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama islam adalah konsepsi yang sempurna dan komperhenship,
karenan meliputi segala aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat duniawi
maupun ukhrawi. Dakwah adalah ajakan yang dilakukan untuk pembebasan
individu atau masyarakat dari pengaruh eksternal nilai-nilai syaitaniah dan
kejahilan menuju internalisasi nilai-nilai ketuhanan.
Dakwah juga merupakan usaha peningkatan pemahaman keagamaan
untuk mengubah pandangan hidup, sikap bathin dan perilaku umat yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntutan syariat untuk
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia. Kegiatan dakwah bukan hanya
mencakup sisi ajakan (materi dakwah) saja, tetapi juga seluruh unsur yang
terkait dengan dakwah yang dapat menjalankan secara efektif tujuan dari apa
yang dikehendaki oleh maksud dan tujuan dakwah itu sendiri. Aktivitas
dakwah dapat berjalan secara efektif bila mana apa yang menjadi tujuan
benar-benar dapat dicapai, dan dalam pencapaiannya dikeluarkan
pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Atau lebih tepatnya jika kegiatan
dakwah yang dilaksanakan mengandung unsur-unsur manajemen dakwah,
maka pelaksanaan dakwah dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan agar
tujuan tercapai.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pentingnya manajemen dalam dakwah?
2. Apa saja objek kajian manajemen dakwah?
3. Apa saja tantangan dakwah dalam dunia milenial?

1 | Manajemen Dakwah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pentingnya Manajemen Dalam Dakwah


Sebelum kita mengetahui pentingnya manajemen dalam berdakwah kita perlu
mengetahui apa itu manajemen, merupakan suatu proses kegiatan untuk mencapai
tujuan, manajemen juga bisa diartikan mengemudikan atau mengurus.
Istilah manajemen dalam islam, disebut Tandzim, artinya penguatan atau
pengelolahan. Secara singkat manjemen dakwah, adalah pengaturan tentang dalam
dakwah. Untuk mencapai tujuan dakwah harus dikelolah secara baik dan benar untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Definisi lain manajemen dakwah menurut Zain
Muchtarom, mendefinisikan kekuatan yang menggerakkan suatu usaha dan
bertanggung jawab atas kesuksesan dan kegagalannya.1 (Dasar-Dasar Manajemen
Dakwah, 1993:36).
Berbicara mengenai masalah manajemen tentunya tidak lepas dengan komponen-
komponen atau unsur-unsur manajemen yang ada dalam manajemen itu sendiri,
yaitu Planning (perencanaan) organizing (pengorganisasian) actuating (pergerakan)
dan controlling (pengendalian) atau bisa disingkat dengan POAC.
Uraian dari keempat komponen tersebut diantaranya:
1. Perencanaan (planning)
Planning atau perencanaan adalah keseluruhan proses menentukan sesuatu
secara matang tentang hal-hal yang akan dilakukan atau dikerjakan di masa yang
akan datang dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. kegitan
dakwah tanpa adanya perancanaan yang baik pasti tidak akan berjalan dengan
lancar. Perencanaan mempengaruhi unsur-unsur yang lainnya jika di awal
perencanaan kita sudah tidak matang bisa dipastikan tujuan dakwah tidak
berjalan dengan semestinya atau bahkan tidak berhasil sama sekali. Adapun
kegunaan dari perencanaan itu sendiri adalah sebagai berikut:
a. Perencaaan meliputi usaha untuk mementapkan tujuan atau
memformulasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka perencanaan
haruslah bisa membedakan poin utama dan yang akan dilaksanakan terlebih
dahulu.

1
Zain Muchtarom. Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Perss, 1993) hal. 36
2 | Manajemen Dakwah
b. Dengan adanya perencanaan memungkinkan kita mengetahui tujuan-tujuan
yang akan kita raih.
c. Dapat memudahkan dalam mengidentifikasi tentang hambatan-hambatan
yang akan timbul dalam usaha mencapai tujuan.
2. Pengorganisasian (organizing)
Kegiatan manajemen tidak hanya berakhir setelah perencanaan tersusun,
namun masih banyak kegiatan selanjutnya diantaranya adalah melaksanakan
perencanaan tersebut sacara oprasional. Tindak lanjut dari perencanaan tersebut
adalah ortganisasi atau pengorganisasian.
Organisasi merupakan kegiatan kerja sama sekelompok orang untuk
mencapai tujuan bersama. Langkah-langkah dari pengorganisaian melalui
perencanaan dengan menentukan bidang-bidang atau fungsi-fungsi yang
termasuk ruang lingkup kegiatan yang akan diselenggarakan oleh suatu kelompok
kerjasama tertentu.
3. Penggerakkan (actuanting)
Fungsi actuanting merupakan bagian dari proses kelompok atau organisasi
untuk tidak dapat dipisahkan. Adapun istilah yang dapat di kelompokkan
kedalam fungsi actuanting ini adalah untuk memberikan motifasi dan kesadaran
untuk melakukan sesuatu setelah melakukan perencanaan dan pengorganisasian.
Untuk memperlancar proses ini dibutuhkan adanya motifasi-motifasi baru,
bimbingan atau pengarahan, sehingga mereka bisa menyadari dan timbul
keamanan untuk bekerja dengan tekun dan baik.
B. Objek Kajian Manajemen Dakwah
Ruang lingkup yang diartikan sebagai obyek manajemen dakwah2
sebenarnya setiap orang dalam suatu organisasi atau diluar organisasi bisa
menjadi obyek dakwah secara khusus. Obyek dakwah dalam lingkup
manajemen dakwah dapat dikatakan sebagai customer dakwah. Customer
dakwah yang disebut juga sebagai masyarakat pengkonsumsi dakwah yaitu
mad’u yang dikelola oleh suatu organisasi secara formal maupun non formal,
dalam menciptakan tatanan masyarakat yang Islami sebagaimana yang
menjadi tujuan dakwah. Pengkonsumsian masyarakat terhadap dakwah tidak

2
Abdul Jalil, dkk, Prinsip-prinsip Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997) hal. 25
3 | Manajemen Dakwah
akan terlepas dari materi yang disampaikan oleh seorang da’i kepada
masyarakat. Dakwah terlaksana dengan memanfaatkan berbagai sarana serta
fasilitas serta komponen - komponen dakwah yang dapat mendukung
terselenggaranya kegiatan dakwah. Ruang lingkup dakwah akan berputar
pada kegiatan dakwah, dimana dalam aktivitas tersebut diperlukan
seperangkat pendukung dalam mencapai kesuksesan.
Ruang lingkup kegiatan dakwah dalam tataran manajemen merupakan
sarana atau alat pembantu terhadap aktivitas dakwah itu sendiri.3 Pembahasan
mengenai ruang lingkup manajemen dakwah tidak akan terlepas dari hal-hal
yang berhubungan dengan aktivitas dakwah. Hal-hal yang mempengaruhi
aktivitas dakwah sebagaimana yang diterangkan oleh Munir dan Wahyu Ilahi,
antara lain meliputi:
1. Da’i
Da’i atau subyek dakwah adalah pelaksana dari kegiatan dak’wah, baik
secara perorangan/individu maupun secara bersama-sama secara
terorganisir4. Secara umum kata da’i sering disebut sebagai muballigh
(orang yang menyampaikan ajaran Islam). Namun sebenarnya sebutan ini
konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya
sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti
penceramah agama, khatib (orang yang berkhotbah) dan sebagainya.
Tugas yang diemban seorang pelaksana dakwah (da’i) tidaklah ringan,
sehingga diperlukan adanya tenaga-tenaga professional yang siap dan
mampu dalam mengemban tugasnya, yaitu untuk berdakwah serta dibekali
dengan kemampuan manajemen yang professional. Diantara cirri pokok
seorang da’i yang mempunyai kemampuan manajemen professional adalah
adanya bekal kemampuan dan keahlian dalam memimpin (leadership and
managerial skill). Diantara nilai-nilai leadership dakwah adalah sebagai
berikut:

3
Munir dan Wahyu Ilahi. Manajemen Dakwah. (Jakarta: Prenada Media, 2006) hal. 79
4
Aminuddin Sanwar. Pengantar Studi Ilmu Dakwah. (Semarang: Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo, 1984) hal. 40
4 | Manajemen Dakwah
a. Mempunyai ilmu pengetahuan yang luas.
b. Bersikap dan bertindak bijaksana.
c. Berpengetahuan luas
d. Bersikap dan bertindak adil.
e. Berpendirian teguh.
f. Mempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil.
g. Berhati ikhlas.
h. Memiliki kondisi fisik yang baik.
i. Mampu berkomunikasi.5
2. Materi Dakwah.
Maadatu ad da’wah/materi dakwah adalah semua bahan atau sumber
yang dipergunakan atau yang akan disampaikan oleh da’i kepada mad’u
untuk menuju kepada tercapainya tujuan dak’wah.6 Mempersiapkan materi
yang akan disampaikan merupakan suatu hal yang harus dilakukan, baik
bagi para da’i yang sudah mahir dalam berda’wah apalagi yang masih
pemula. Untuk mempersiapkan materi dakwah, bagi da’i yang sudah mahir
adalah dengan cara mengembangkan materi yang telah dikuasai dengan
selalu menyesuaikan dengan zaman dan konteksnya. Demikian pula bagi
da’i pemula harus mempersiapkan materi dengan secermat dan tepat apa
yang akan disampaikan pada masyarakat umum.
3. Nahi munkar.
Melarang manusia dari berbuat jahat agarterhindar dari malapetaka
yang akan menimpa di dunia dan di akhirat.7
4. Mad’u.
Mad’u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia tanpa
terkecuali, baik pria maupun wanita, pemimpin maupun rakyat biasa,

5
Abdul Rosyad Shaleh. Manajemen Dakwah Islam. (Jakarta : Bulan bintang, 1977) hal. 38
6
Aminuddin Sanwar. Pengantar Studi Ilmu Dakwah. (Semarang: Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo, 1984) hal. 73
7
Barmawy, Umary. Azas-Azas Ilmu Dakwah. (Solo : Ramadhani, 1984) hal. 56-58
5 | Manajemen Dakwah
beragama maupun belum beragama.8 Manusia yang menjadi obyek
dakwah yang telah masuk Islam dan yang belum masuk Islam tentunya
berbeda orientasi tujuan dakwah yang akan dilaksanakan. Orang yang
belum masuk Islam tujuan dakwahnya adalah untuk mengajak manusia
supaya mengikuti ajaran Islam, sedangkan bagi orang yang sudah masuk
Islam adalah untuk membina dan memperkokoh iman, Islam dan ikhsan.
C. Tantangan Dakwah Dalam Dunia Milenial
Tantangan dakwah beraneka ragam bentuknya, selama ini kita mengenal
dalam bentuk klasik, bisa pada penolakan, cibiran, cacian, ataupun teror
bahkan sampai pada tataran fitnah. Banyak para da’i mampu mengatasi
tantangan atau rintangan tersebut dengan baik baik karena niatnya memang
telah kuat sebagai pejuang. Meski demikian, ada pula yang tidak mampu
untuk mengatasinya sehingga tersingkir dari kancah dakwah.
Jalan dakwah bukan tentang yang pendek dan bebas hambatan, bahkan
jalan dakwah sebenarnya penuh dengan kesulitan, amat banyak kendala
dengan jarak tak terkira jauhnya. Tabiat ini perlu diketahui dan dikenali setiap
aktivitas dakwah, agar para juru dakwah bersiap diri menghadapi segala
kemungkinan yang akan terjadi diperjalanan sehingga revolusi informasi dan
komunikasi di jalan dakwah bisa kita atasi. Allah swt. Telah memberikan
rambu-rambu kepada kita tentang hal ini:
“Apakah manusia mengira bahwa mereka sedang dibiarkan (saja)
mengatakan, “Kami telah beriman,” sedang mereka diuji lagi?
Sesungguhnya kami telah menguji orang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya
Ia mengetahui orang yang berdusta.” (al-Ankabut: 2-3).
Ujian tersebut sesunggunya diperlukan oleh orang-orang mukmin justru
untuk meningkatkan kapasitasnya. Adanya ujian dan kendala-kendala riil
ditengah kehidupan ini akan terbukti siapa saja yang yang benar
pengakuannya dan siapa pula yang dusta. Problematika yang dihadapi para

8
Aminuddin Sanwar. Pengantar Studi Ilmu Dakwah. (Semarang: Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo, 1984) hal. 66
6 | Manajemen Dakwah
aktivitas dakwah di medan dakwah terlalu banyak untuk disebutkan satu
persatu. Di sini akan kami diungkapkan beberapa hal yang sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari, dan merupakan kendala yang bersifat internal,
yaitu gejolak kejiwaan, ketidak seimbangan aktivitas, latar belakang dan masa
lalu, penyesuaian diri.
Belajar dari hal tersebut, para aktivis dakwah harus mampu menyesuaikan
dan mengelola kendala internal dalam dirinya terlebih dahulu, agar bisa
optimal menunaikan amanah dakwah. Ada beberapa hal dalam problematika
internal aktivis dakwah :
1. Gejolak Kejiwaan
Para aktivis dakwah adalah manusia biasa yang lengkap seluruh unsure
kemanusiaannya. Wajar jika meeka memiliki permasalahan kejiwaan.
Mereka bisa merasakan sedih, senang, kecewa, dan bangga. Bahkan,
terkadang bingung, cemas, gelisah, marah, namun ada saat tenang dan
gembira. Di dalam diri manusia terdapat ada banyak potensi yang
mengarahkan kepada kebaikan manusia, namun ada juga yang mengarah
pada potensi yang membawanya kepada keburukan, dengan demikian
tergantung dari masing-masing manusia dalam mengalokasikan potensi
tersebut.
Sebagai manusia biasa, setiap aktivitas dakwah memiliki peluang
untuk mengalami berbagai gejolak dalam dirinya. Jika tidak dikelola
secara tepat, maka gejolak ini bisa bedampak negative dalam kegiatan
dakwahnya, bahkan dalam kondisi tertentu bisa menghancurkan citra
aktivitas dan dakwah itu sendiri.
2. Gejolak Syahwat
Menurut Cahyadi, banyak potensi dalam setiap jiwa manusia bisa
menyeretnya ke jalan kefasikan, misalnya masalah syahwat. Sebenarnya
syahwat ini merupakan potensi fitrah yang dikaruniakan Allah swt. kepada
manusia, namun ternyata banya manusia yang terpeleset ke dalam jurang

7 | Manajemen Dakwah
kehinaan dan kemaksiatan karena menuruti atau memperturutkan
keinginan syahwatnya.9
Bukan hanya manusia, bahkan para pengemban aktivis dakwah juga
memiliki peluang terjebak dalam gejolak syahwat. Allah swt. syahwat
sebagai sebuah kenyataan naluriyah, setiap manusia memilikinya:
“Dijadikan indah pada pandangan manusiakecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang, itulah
kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah tempat kembali yang
baik/surge.” (Ali-Imran, 14)
Gejolak kejiwaan dalam hal syahwat ini muncul dengan sendirinya
tanpa mengenal batas usia, meskipun akan tampak lebih kuat terjadi pada
usia muda. Oleh karena itu bagi aktivis dakwah atau juru dakwah, gejolak
ini harus ditanggapi dengan serius, sebab apabila dibiarkan akan dapat
menimbulkan kecendrungan yang bisa menjerumuskan.
3. Gejolak Amanah
Kadang gejolak jiwa di sisi yang lain muncul ketika menangani kasus-
kasus medan dakwah. Permasalahan dakwah sering memancing
munculnya gejolak kemarahan dalam jiwa para aktivis dakwah, yang jika
tak terkendali akan memunculkan letupan, baik berupa ucapan maupun
perbuatan. Pada kondisi seperti ini, perasaan yang lebih dominan,
pertimbangan akal sehat bahkan perhitungan manhaj dakwah menjadi
terabaikan. Tentu saja hal ini merupakan peluang bagi munculnya
penyimpangan manhajiyyah dalam gerak dakwah, sekaligus membuka
celah tak menguntungkan bagi kondisi juru dakwah itu sendiri.
Kadang-kadang gejolak kejiwaan yang muncul pada diri juru dakwah
dalam melihat suatu keadaan, baik di medan dakwah maupun pad penataan
gerak dakwah itu, membuka peluang kearah terjadinya fitnah di kalangan
muslim sendiri. Apabila gejolak ini tidak segera diselesaikan, bisa

9
Cahyadi Takariawan, Tegar di Jalan Dakwah (Solo: Era Adicitra Intermedia, 2010) hal. 3
8 | Manajemen Dakwah
menimbulkan kerawanan hubungan yang membahayakan gerakan dakwah
itu sendiri. Di sini tampak peranan penting seorang juru dakwah dalam
menyyelesaikan gejolak tersebut. Satu sisi akan memberikan peringatan,
bahkan bisa jadi berupa hukuman kepada person yang melanggar.
Sementara, di sisi lain mampu menyelesaikan urusan akibat gejolak yang
muncul.
4. Gejolak Hiroisme
Kadang dijumpai sebuah semangat yang sangat heroik di medan
perjuangan, apabila tatkala berada dalam peperangan menghadapi musuh.
Semangat kuat yang muncul dari sikap heroisme para petarung adalah
mengalahkan dan menahlukan musuh. Pada titik tertentu bahkan itu
menjadi semacam obsesi kepahlawanan. Namun jika gejolak ini tidak
diletakkan secara tepat, bisa pula berdampak negatif.
5. Gejolak Kecemburuan
Kita ingat kisah pembagian harta rampasan pada Perang Hunain.
Sesuai perang Hunain, Rasulullah membagi-bagikan harta rampasan
kepada yang berhak secara adail dan bijaksana. Namun, Abu Sufyan bin
Harb, tokoh penentang islam sejak awal dakwah di Makkah telah
mendapat bagian 100 ekor unta dan 40 uqiyah perak. Demikian pula Yazid
dan Mu’awiyah, dua orang anak Abu Sufyan mendapat bagian yang sama
dengan bapaknya. Kepada tokoh-tokoh yang Quraisy yang lain beliau
memberikan bagian 100 ekor unta. Ada pula yang mendapat bagian lebih
sedikit dari itu, sehingga seluruh harta rampasan habis dibagi-bagikan.
Melihat pembagian itu, muncullah gejolak kecemburuan sampai-
sampai sahabat Anshar berkata, “Mudah-mudahan Allah memberikan
ampunan kepada Rasul-Nya karena beliau sudah membagi-bagikan dan
memberi kepada orang Quraisy dan tak memberi kepada kami, padahal
pedang-pedang kami yang meneteskan darah-darah mereka.” Sebenarnya
sikap yang ditunjukkan oleh sahabat anshar dalam pembagian harta
rampasan atau ghanimah itu sebenarnya lebih disebabkan karena perasaan
takut kehilangan perhatian Rasulullah, bukan sekadar karena tak
9 | Manajemen Dakwah
mendapatkan bagian. Namun akhirnya mereka sadar bahwa cara
pembagian Rasulullah atau lebih berdasar karena strategi dakwah beliau
menghadapi orang- orang yang baru masuk islam atau melunakkan hati
mereka yang dulu amat keras menghambat gerak dakwah Islam.10

10
Cahyadi Takariawan, Tegar di Jalan Dakwah (Solo: Era Adicitra Intermedia, 2010) hal. 2
10 | Manajemen Dakwah
BAB III

PENUTUP

Simpulan
Kegiatan dakwah bukan hanya mencakup sisi ajakan (materi dakwah) saja,
tetapi juga seluruh unsur yang terkait dengan dakwah yang dapat menjalankan
secara efektif tujuan dari apa yang dikehendaki oleh maksud dan tujuan dakwah
itu sendiri. Aktivitas dakwah dapat berjalan secara efektif bila mana apa yang
menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai, dan dalam pencapaiannya dikeluarkan
pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Atau lebih tepatnya jika kegiatan dakwah
yang dilaksanakan mengandung unsur-unsur manajemen dakwah, maka
pelaksanaan dakwah dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan agar tujuan
tercapai.
Obyek dakwah dalam lingkup manajemen dakwah dapat dikatakan sebagai
customer dakwah. Customer dakwah yang disebut juga sebagai masyarakat
pengkonsumsi dakwah yaitu mad’u yang dikelola oleh suatu organisasi secara
formal maupun non formal, dalam menciptakan tatanan masyarakat yang Islami
sebagaimana yang menjadi tujuan dakwah. Pengkonsumsian masyarakat terhadap
dakwah tidak akan terlepas dari materi yang disampaikan oleh seorang da’i
kepada masyarakat. Dakwah terlaksana dengan memanfaatkan berbagai sarana
serta fasilitas serta komponen - komponen dakwah yang dapat mendukung
terselenggaranya kegiatan dakwah. Ruang lingkup dakwah akan berputar pada
kegiatan dakwah, dimana dalam aktivitas tersebut diperlukan seperangkat
pendukung dalam mencapai kesuksesan.
Tantangan dakwah beraneka ragam bentuknya, selama ini kita mengenal dalam
bentuk klasik, bisa pada penolakan, cibiran, cacian, ataupun teror bahkan sampai
pada tataran fitnah. Banyak para da’i mampu mengatasi tantangan atau rintangan
tersebut dengan baik baik karena niatnya memang telah kuat sebagai pejuang.
Meski demikian, ada pula yang tidak mampu untuk mengatasinya sehingga
tersingkir dari kancah dakwah.

11 | Manajemen Dakwah
DAFTAR PUSTAKA
Barmawy, Umary. 1984. Azas-Azas Ilmu Dakwah. Solo : Ramadhani.
Burton, Graeme. 2012. Media Dan Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra.
Ilahi, Wahyu dan Munir. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Prenada Media.
Jalil, Abdul dkk. 1997. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah, Bandung: Pustaka
Setia.
Muchtarom, Zain. 1993. Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Al-
Amin Perss.
Sanwar, Aminuddin. 1984. Pengantar Studi Ilmu Dakwah. Semarang: Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo.
Shaleh, Abdul Rosyad. 1977. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta : Bulan bintang.
Takariawan, Cahyadi. 2010. Tegar di Jalan Dakwah. Solo: Era Adicitra
Intermedia.

12 | Manajemen Dakwah

Anda mungkin juga menyukai