Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SASTRA NUSANTARA

NILAI KARAKTER PADA TRADISI KENDURENAN


DI DESA JUWIRING KABUPATEN KLATEN

Di susun oleh :

Salsabila Putri Anggraini (2001045066)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2021
PRAKATA

Dengan mengucap puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Nilai
Karakter Pada Tradisi Kendurenan Di Desa Juwiring Kabupaten Klaten” ini pada tepat waktu.

Adapun penulisan makalah ini merupakan memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah
Sastra Nusantara semester ganjil selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para dan penulis.

Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimaksih kepala Ibu Nur Aini Puspitasari,
M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Sastra Nusantara yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis
tekuni. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membagi pengetahuannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
meminta maaf bila makalah ini masih banyak kekurangan baik isi maupun teknik penulisan.
Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
PRAKARTA ....................................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................. 3


A. Definisi Nilai Karakter ................................................................................................. 3
B. Indikator Dalam Nilai Karakter .................................................................................... 3
C. Wacana dalam Tradisi Kendurenan ............................................................................ 4

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 6


A. Metode Penelitian ......................................................................................................... 6
B. Data dan Sumber Data .................................................................................................. 6
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................... 6
D. Teknik Analisis Data .................................................................................................... 7

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................................. 8


A. Isi Cerita ...................................................................................................................... 8
B. Unsur Instrinsik ............................................................................................................ 8
C. Hasil Penelitian............................................................................................................. 9
D. Pembahasan Penelitian ................................................................................................ 11

BAB V SIMPULAN .......................................................................................................... 13


A. Kesimpulan .................................................................................................................. 13
B. Saran ............................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sejarah perkembangan kebudayaan mengalami akulturasi dengan berbagai bentuk
kultur yang ada. Oleh karena itu, corak dan bentuk telah diwarnai oleh berbagai unsur budaya yang
bermacam-macam. Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda, hal ini disebabkan oleh
kondisi sosial budaya masyarakat yang satu dengan lain. (Herusatoto, 2001)
Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang terkenal dengan keramahan masyarakat yang
tinggal di dalamnya. Tidak hanya pulau yang ramah, tetapi juga kota yang mempertahankan adat
dan nilai tradisi yang masih sangat dijunjung tinggi di masyarakat. Dan Kota Jawa masih sangat
terkenal karena budayanya yang sangat kental dan Nampak pada masyarakat Jawa. Dalam
masyarakat Jawa, Kendurenan merupakan tradisi budaya yang diwariskan secara turun-temurun
oleh tiap generasi ke generasi berikutnya. (Nopiyanti, 2019)
Salah satu budaya yang mengalami akulturasi yakni tradisi kendurenan. Kendurenan
(Slametan) merupakan budaya yang telah ada dan juga harus dilestarikan. Dalam masyarakat Jawa
kendurenan pada dasarnya adalah sebuah tradisi Hindu-Budha. Dalam perjalanannya, kendurenan
mengalami akulturasi dengan budaya Islam. Lalu tradisi ini disebarkan oleh Walisanga dengan
ajaran islam di pulau Jawa. Kendurenan biasanya dilakukan ketika seseorang meninggal dunia,
pidah rumah baru, penanggalan Jawa, dan perayaan hari besar islam dan Ruwahan. Selain itu
kendurenan merupakan salah satu kegiatan adat yang dapat dilakukan masyarakat untuk
mempererat tali silaturahmi antara lingkungan masyarakat sekitar. Kendurenan atau yang biasa
dikenal dengan slametan masih banyak digunakan oleh semua masyarakat kota dan masyarakat
pedesaan yang berada di Jawa.
Masyarakat Jawa Khususnya desa Juwiring Kabupaten Klaten hingga saat ini masih
melakukan tradisi Kendurenan sebagai selamatan ketika menjelang hari raya idul fitri , berjatuh
nya malam 1 suro, dan ruwahan (dilakukan oleh masyarakat Jawa pada bulan Sya’ban atau
menjelang Ramadhan). Pada tradisi kondangan ini juga menggunakan jenis makanan yang
memiliki makna tersendiri.
Alkuturasi budaya tersebut kini telah menjadi tetap bagi masyarakat Jawa. Tradisi kendurenan
mampu menyatukan heterogenitas masyarakat Jawa. Tradisi ini sangat kental akan nilai-nilai

1
pluralitas dan menjadi watak masyarakatnya. Selain nilai-nilai tersebut, masih banyak nilai-nilai
tersebut menjadi karakter bagi masyarakat Jawa. Karakter yang secara tidak disadari terintegrasi
dalam jiwa generasi berikutnya.
Oleh karena itu penelitian ini mengambil judul “Nilai Karakter Pada Tradisi Kendurenan Di
Desa Juwiring Kabupaten Klaten” karena tradisi kendurenan ini masih dilakukan hingga saat ini.
Maka pada penelitian ini akan menggali nilai-nilai karakter yang terdapat pada tradisi kendurenan
di desa Juwiring kabupaten Klaten dan menganal lebih luas lagi tentang tradisi kedurenan di desa
Juwiring kabupaten Klaten.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana sejarah singkat dari tradisi kendurenan?
2. Bagaimana prosesi dan persiapan tradisi kendurenan?
3. Nilai karakter apa saja yang terdapat pada tradisi kendurenan ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah
1. Mendeskripsikan sejarah singkat dari tradisi kendurenan
2. Mendeskripsikan prosesi dan persiapan tradisi kendurenan
3. Mendeskripsikan nilai karakter apa saja yang terdapat pada tradisi kedurenan

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Nilai Karakter
Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau hal-hal yang penting dan berguna bagi kehidupan
manusai. Nilai juga sebagai norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu, sehingga
ini akan menuntun setiap individu menjalankan tugas-tugasnya seperti nilau kejujuran, nilai
kesederhanaan dan lain sebagainya (Sanjaya, dalam Noor Yanti 2016:2). Sedangkan karakter
sebagai cerminan dari kepribadian seseorang seperti; cara berpikir, sikap dan perilaku(Barnawi
2012:20).Nilai karakter merupakan suatuide atau konsep yang dijadikan sebuah pedoman atau
patokan dalam berperilaku bagi seseorang (Solichin,2015:47).(Syfa, 2017)
Dapat disimpulkan bahwa nilai karakter merupakan suatu sifat atau sesuatu hal yang dianggap
penting dan berguna dalam kehidupan manusia, juga dijadikan sebagi petunjuk atau pedoman
berperilaku.
B. Indikator Dalam Nilai Karakter
Pemerintahan dalam hal ini Badan penelitian adan pengembangan, Pusat Kurikulum
Kementrian Pendidikan Nasional ( 2010:9) telah merumuskan materi nilai karakter, Sebagai
berikut :(Henri, 2018)
1. Religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama laib, hidup rukun dengan pemeluk
agama lain.
2. Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
3. Toleransi merupakan sikap dan tindakan yang menghargai peredaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap dan tindakan orang laun yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin merupakan tindakan yang menunujukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuam dan peraturan
5. Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
6. Demokratis merupakan cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.

3
7. Semangat kebangsaan merupakan cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
mendapatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompok.
8. Cinta tanah air merupakan cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,
sosial budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
9. Bersahabat/ komunikatif merupakan tindakan yang memperlihatkan rasa senang,
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
10. Cinta damai merupakan sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dana man atas kehadiran dirinya.
11. Peduli lingkunggan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi
12. Peduli soaial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
13. Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

C. Wacana dalam Tradisi Kendurenan


Wancana merupakan satuan bahasa yang terlengkap dan utuh karena setiap unsur didalam
wancana itu saling berubungan. Menurut Chaer (1994:267) wanca sebgai satuan bahasa yang
lengkap, makna dalam wancana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang
utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wancana tulis) atau pendengar (wancana lisan),
tanpa keraguan apapun.(Puspita et al., 2019)
Wancana Argumentasi, kata argumentasi yaitu paragraph yang mengemukakan berbagai
alasan, contoh, dan bukti yang kuat atau logis serta meyakinkan agar pembaca terpengaruh dan
membenarkan pendapat, gagasan, sikap dan keyakinan penulis. Dalam beragumentasi, kita
boleh mempertahankan pendapat tetapi juga harus mempertimbangkan pendapat orang lain
yang berbeda dengan pendapat kita. Penalaran yang sehat dan didukung oleh penggunaan
bahasa yang baik dan efektif sangat menunjang sebuah karangan argumentative.(Puspita et al.,
2019)

4
Dalam penelitian ini penulis menggunakan wancana argumentasi, karena sumber data
argumentasi yang dihasilkan melaui wawancara.
Tradisi Kendurenan (Slametan) merupakan sebuah kegiatan dengan menyelenggarakan
kumpulan bersama dengan maksud mendoakan para leluhur dan ucapan terimakasih. Tradisi
kendurenan merupakan tradisi yang masih dilakukan di Klaten Jawah Tengah, tepatnya di Desa
Juwiring. Tradisi ini dilakukan oleh warga desa Juwiring biasanya pada waktu sore hari dengan
berdatangan ke rumah sesepuh atau yang berketempatan untuk melakukan kendurenan. Dalam
melakukan tradisi kendurenan ini warga membawa sesaji yang berupa makanan, setiap
makanan tersebut memiliki makna tersendiri. Tradisi ini guna untuk slametan atau do’a
bersama saat menjelang Idul Fitri, malam 1 suro dan ruwahan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Tradisi kendurenan masih dilakukan di Desa Juwiring Klaten
Jawa tengah, guna untuk kegiatan slametan atau doa bersama sebagai ucapan rasa syukur apa
yag telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa dan mendoakan para leluhur.

5
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Melalui metode
kualitatif ini akan dideskriptifkan nilai karakter pada tradisi kendurenan. Teknik pengumpulan
data ini dilakukan secara langsung oleh peneliti dalam bentuk tanya jawab atau wawancara
kepada narasumber yaitu ayahnya sendiri yang berasal dari Desa Juwiring Kabupaten Klaten
sebagai informan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Data tersebut
kemudian di transkripsikan, selanjutnya data yang menjadi fokus penelitian.Sehingga bentuk
dan strategi penelitian ini menghasilkan data deskiptif yang terperinci dari informasi yang telah
diperoleh.

B. Data dan Sumber Data


Data
Data dalam penelitian adalah nilai karakter yang ada dalam tradisi kendurenan, mencakup nilai
religius, nilai gotong-royong, dan nilai syukur.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah dari narasumber yang diwaawancari mengenai tradisi
kendurenan, Adapun data ini dari seorang informan Ayah dari seorang penulis yang berasal
dari desa Juwiring kabupaten Klaten Jawa Tengah.

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pegumpulan data pada penelitian ini dengan mewawancari narasumber, mencari jurnal
sebagai rujukan atau referensi, dan membaca jurnal secara keseluruhan untuk menentukan
data-data yang sesuai dalam menunjang penulisan makalah.

6
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini ,
1. Setelah melakukan awawancara dengan narasumber, penulis mencatat apa yang
disampaikan oleh narasumber sebagai sumber data penulis
2. Setelah data diperoleh penulis melakukan analisis data tersebut lalu dideskripsikan sesuai
degan fokus penelitian. Yang menjadi fokus dalam peneilian ini adalah menentukan apa
nilai karakter apa saja yang tedapat dalam tradisi kendurenan di desa Juwiring Kabupaten
Klaten, Jawa Tengah tersebut.

7
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Isi Cerita
Tradisi Kendurenan merupakan sebuah kegiatan dengan menyelenggarakan kumpulan
bersama dengan maksud mendoakan para leluhur dan ucapan terimakasih. Kendurenan (Slametan)
merupakan tradisi yang masih dilakukan di Desa Juwiring Kabupaten Klaten Jawa tengah ,
biasanya dilakukan ketika malam 1 suro, slametan ketika menjelang hari raya idul fitri, tahlilan
orang meninggal dunia, dan ruwahan.Kendurenan di desa Juwiring dilakukan dengan mendatangi
rumah yang berketempatan untuk melakukan kendurenan, biasa nya yang berketempatan itu rumah
sesepuh di desa Juwiring, dan orang-orang yang berdatangan dalam kendurenan tersebut kaum
(ustadz yang memimpin kendurenan) ,sanak saudara, bapak-bapak, dan ibu-ibu terdekat.
Kendurenan juga merupakan tradisi sebagai ungkapan rasa syukur apa yang telah di capai.
Pada kendurenan juga memeiliki sesaji yang dibawa dengan berbagai macam makanan yang
memiliki makna tersendiri . Dalam kedurenan ini tidak hanya membawa makanan , tapi setiap
orang membawa uang untuk bersaweran seikhlasnya dan uangnya diberikan kepada kaum ( ustadz
yang memimpin kendurenan). Dan biasanya waktu pelaksanaan tradisi kendurenan ini pada sore
hari sebelum maghrib atau sesudah waktu ashar.
Tradisi Kendurenan ini melakukan do’a bersama lalu masing-masing orang membagikan
makanan yang sudah di bawa, setelah makanan itu dibagikan, makanan tersebut dibawa pulang
kembali.

B. Unsur Instrinsik
1. Tema : Sebuah tradisi di salah satu kota Jawa Tengah yaitu Kendurenan
2. Alur : Alur dalam cerita ini maju, karena menceritakan sebuah tradisi yang
hingga saat ini masih dilakukan.
3. Penokohan : Warga sekita yang memiliki sifat saling menghargai, mentaati ajaran
agama, dan Ramah
4. Latar :
Latar tempat : Di Desa Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
Latar Waktu : Ba’da ashar sebelum maghrib

8
Latar Suasana : masyarakat didesa Juwiring sangat hidup rukun, saling menghromati dan
saling tolong menolong.
5. Amanat : Kita sebagai generasi selanjutnya harus menjaga dan melestarikan tradisi
yang sudah ada sejak zaman nenek moyang kita. Dan dengan tradisi ini
kita dapat belajar tidak boleh membeda bedakan orang dalam perbedaan
keyakinan. Kita juga harus saling membantu tanpa adanya perselisihan.

C. Hasil Penelitian

1. Sejarah Singkat Tradisi Kendurenan

Tradisi Kendurenan (Slametan) adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyelenggarakan


kumpul bersama dengan maksud untuk mendoakan para leluhur dan ucapan terimakasih.
Selain itu, tradisi kendurenan adalah tradisi turun menurun dari nenek moyang yang dilakukan
sejak zaman dahulu sebelum agama islam masuk ke Jawa.

Kendurenan merupakan tradisi Hindu-Budha sekitar abad 16 Masehi.Tradisi ini disebarkan


oleh Walisanga dengan ajaran islam di pulau Jawa.Tradisi Kenduren merupakan salah satu
tradisi yang hingga saat ini tetap dilaksanakan di daerah Klaten Jawa Tengah.Kendurenan ini
dilakukan masyarakat klaten untuk mendapatkan berkah dan menjaga solidaritas sesame warha
agar tetap bisa hidup berdampingan.Dalam kendurenan juga memiliki sesaji makanan yang
bermacam-macam, seperti nasi putih, nasi gurih, ayam ingkung, sayur, rempeyek kacang,teri,
krupuk, telur, apem.Kendurenan biasanya dialakukan pada tanggalan jawa, tahlilan orang
meninggal dunia, malam 1 suro, ruwahan, pidahan rumah baru dan memperingati hari besar
islam.

2. Prosesi dan Persiapan Kendurenan

Persiapan

Persiapan yang dilakukan sebelum kendurenan, menentukan tempat untuk melakukan


kendurenan atau datang ke tempat yang mengadakan kendurenan. Lalu menyiapkan sesaji
yang akan dibawa, seperti membuat kue apem, memasak menu makanan yang ingin disajikan
dalam kendurenan. Setelah selesai lalu menyiapkan makanan itu dengan menggunakan

9
baskom atau nampah ukuran sedang. Makanan yang disajikan kue apem , nasi biasa dibentuk
seperti tumpeng kecil atau tidak dibentuk juga tidak apa-apa, sayur (sambel goreng),telur
rebus, rempeyek teri, bakmi.Setelah itu sesaji dibawa ke tempat yang melakukan kendurenan
lalu ditaruh di tengah-tengah dan disusun.

Prosesi

Dalam melakukan tradisi kendurenan, biasanya pada desa Juwiring melakukan kendurenan
ini di tempat atau kediaman sesepuh desa Juwiring bisa juga ditempat yang berketempatan
kendurenan. Warga yang datang dalam acara kendurenan biasanya sanak saudara, ibu-ibu,
bapak-bapak terdekat. Waktu dalam melaksanakan kendurenan pada desa Juwiring sesudah
ashar atau sebelum maghrib. Dalam melaksanakan kendurenan biasanya para warga
membawa sesaji lalu disusun ditengah dan melakukan doa bersama setelah itu makan
bersama. Dan para warga mengumpulkan uang seikhlasnya untuk diberikan kepada
kamu(ustads yang memimpin kendurenan). Lalu para warga pulang ke rumah nya masing-
masing untuk melakukan sholat maghrib,. Setelah selesai sholat para warga datang kembali
untuk membawa sesaji yang telah dibawa tadi kembali ke rumahnya.

3. Sesaji Pada Kendurenan

Pada kendurenan ini memiliki seasaji yang dibawa dengan berbagi macam makanan
seperti nasi biasa, nasi gurih, rempeyek teri, sayuran (sambel goreng), telor rebus, ayang
ingkung dan apem , dan ada beberapa makanan yang memiliki makna tersendiri.

1. Nasi gurih, adalah nasi yang mempunyai makna untuk meluhurkan Nabi Muhammad
SAW yang telah memberikan keselametan kepada umat manusia yang berbakti pada
Tuhan.
2. Ayam ingkung, yang bersal dari kata “ manengkung” yang berarti memanjatkan doa
kepada Tuhan dengan ketulusan hati, ayang ingkung ini memiliki makna mengayomi
manusia supaya manusia bisa berperilaku seperti ayam. Seekor ayam jika diber makan
tidaklah langsung dimakan, tetapi ayam memiliki makanan mana yang baik dan mana
yang tidak. Maka diharapkan manusia mampu memilih mana hal yang baik untuk
dilakukan dengan baik dan yang tidak baik harus ditinggalkan.

10
3. Apem, kata yang berasal dari Arab yang berarti Affuwun (permohonan ampun atas segala
kesalahan yang diperbuat selama setahun). Apem biasanya dibuat pada saat menjelang
bulan puasa atau Ramadhan. Apem terbuat dari tepung beras yang didiamkan selama 1
malam. Setelah bahannya sudah jadi, kemudian apem dikukus atau dibakar.
4. Rempeyek teri, biasanya sebagai pelengkap dalam sesaji kenduri yang memiliki makna
sebagai manusia harus seperti teri, makhluk hidup yang bisa bermanfaat bagi kehidupan
manusia lainnya. Harus saling membantu dan tolong menolong.

D. Pembahasan Penelitian
Tradisi adalah kegiatan warisan yang dimulai dari serangkaian kebiasaan berupa nilai-nilai
yang diwariskan kepada generasi berikutnya. Karkteristik kuat orang Jawa sangat tampak dalam
tradisi kendurenan ini. Dalam tradisi kendurenan terdapat proses penanaman dan pengembangan,
nilai-nilai dari seseorang kepada masyarakat, dari satu generasi ke generasi lainnya.
Berikut ini nilai-nilai karakter yang terdapat dalam tradisi kendurenan, antara lain :
1. Nilai Religius : Masyarakat jawa disebut sebagai masyrakat yang religius. Religius
merupakan perilaku yang harus ditaati dalam melaksanakan perintah ajaran agama yang
dipercayainya, makna dari perintah ajaran agama adalah menjadi bentuk ibadah, memberikan
sikap toleran antar keyakinan, hidup rukun dan sebagainya. Nilai religi dalam tradisi
kendurenan ini adalah semua orang yang hadir dalam kendurenan melakukan berdoa bersama
kepada sang penguasa. Karena masyarakat Jawa menyadari bahwa setiap manusia akan
kembali kepada yang Maha Esa.
2. Nilai Gotong-Royong (Rukun) : Sikap rukun sudah menjadi ciri khas orang Jawa.
Menjujung tinggi sikap rukun dalam kehidupan bermasyarakat, mendahulukan kepentingan
pribadi, dan saling tolong menolong dengan itikad baik. Tatanan Wata’awanu alal birri
wattaqwa, masyarakat Jawa diwujudkan tidak hanya diatas kertas tetapi juga dalam perilaku
sosial, bahkan menjadi tuntutan sosial masyarakat. Seperti halnya tradisi kendurenan Jawa
yang dianggap saling memiliki, dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat, penuh
solidaritas, saling membantu tanpa perselisihan dan merasa lebih unggul satu sama lain. Oleh
karena itu, tradisi kendurenan merupakan perwujudan dari laku rukun masyarakat Jawa.

11
3. Nilai Syukur : Seperti yang diketahui bahwa masyarakat Jawa adalah masyarakat yang
menganut agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Olrh karena itu, mereka
sadar akan kewajibannya ketika memberi dan memberi kepada-Nya. Salah satu bentuk
pengabdian adalah melalui tindakan syukur. Terima kasih Tuhan karena telah memberinya
semua hadiah setiap saat. Tradisi kendurenan adalah wujud rasa syukur orang Jawa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Mereka membagikan makan yeng telah meraka bawa kepada orang
yang mengikuti kendurenan.tidak ada paksaan dalam laku ini, masyarakat membagikan nya
dengan sukarela.
4. Nilai Saling Menghormati : Tradisi Kendurenan hakikatnya slametan yang merupakan
berdoa bersama dan mengucap rasa syukur apa yang telah didapati. Selain itu juga suatu
silahturami dalam mengikat kebersamaan masyarakat Jawa. Dalam hal ini kendurenan tidak
dilakukan oleh orang yang beragama Islam saja tetapi non Islam pun juga ikut serta.Melalui
tradisi kendurenan ini nilai-nilai saling menghormati dalam perbedaab sangat ditanamkan
oleh masyarakat Jawa. Melakukan doa bersama dengan keyakinan nya masing-masing,
melakukan makan bersama, dan setelah selesai kendurenan para masyarakat saling
bersalaman, saling menebarkan kedamaian. Dari tua kepada yang muda, tua kepada tua untuk
berjabat tangan. Kendurenan dalam masyarakat Jawa dalah wujud sikap saling meghargai
perbedaan atau keragaman.

12
BAB V

SIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tradisi kenduren ini, Kendurenan (slametan) merupakan sebuah budaya
hidu-budha yang sudah ada sebelum ajaran islam masuk ke pulau Jawa. Tradisi kendurenan
merupakan salah satu adat yang dapat dilakukan masyarakat untuk mempererat tali silaturahmi
antara lingkungan masyarakat sekitar. Dalam penelitian tradisi kendurenan ini terdapat banyak
nilai karakter seperti nilai religius, nilai sukur, nilai gotong-royong(rukun), dan saling
menghormati. Dari tradisi kedurenan nilai karakter yang ada didalam nya adalah masyarakat Jawa
sangat mentaati dalam melaksanakan perintah ajaran islam pada, rasa syukur atas apa yang telah
Tuhan beri semua hadiah setiap saat, saling membantu tanpa adanya perselisihan dan merasa lebih
unggul satu sama lain,dan Saling menghormati atas perbedaan yang ada. Dapat disimpulkan bahwa
dengan adanya tradisi kedurenan ini membuat ikatan persaudaraan dipulau jawa tidak menjadi
pecah dan terus bersatu, sejahtera, dan damai.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis memberikan beberapa saran kepada
pembaca, yaitu :
1. Hendaklah menerapkan perilaku yang baik dalam tradisi ini dikehidupan nyata.
2. Hail penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan dan sebuah rujukan untuk
menambah wawasan tentang niai karakter pada sebuah tradisi.
3. Pembaca disarankan untuk membaca dan mengetahui betul cerita tradisi kendurenan pada
hasil analisis di atas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Henri. (2018). Kajian teori nilai karakter. Kajian Teori Nilai Karakter, 12–13.

Herusatoto, B. (2001). digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id. Simbolisme
Dalam Budaya Jawa, 1, 16.

Nopiyanti, C. A. (2019). Kenduri Dan Nilai-Nilai Sosial Keagamaan Di Dusun Potro,


Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Dan
Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2.

Puspita, P. N., Samingin, F., & Ekawati, M. (2019). Jenis-Jenis Wacana pada Artikel Surat
Kabar Suara Merdeka Edisi September dan Oktober 2018 sebagai Materi Ajar Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMA. Jurnal Repetisi:Riset Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia,
2(2), 33–43. http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi

Syfa. (2017). Analisis Nilai Karakter Dalam Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Seni
Karawitan. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
file:///C:/Users/User/Downloads/fvm939e.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai