Anda di halaman 1dari 20

PERKEMBANGAN BAHASA JAWA DAN SASTRA DIINDONESIA

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

MATA KULIAH : Bahasa jawa MI / SD


Dosen Pengampu:

Bagus Wahyu Setyawan, S.Pd,. M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 2

Kelas : PGMI 3A

1. HENDY RIFKI SAPUTRA (126205201050)


2. NUR LATIFATUL AINI (126205201052)
3. NUR DIANA LUTHFIYAH (126205202077)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
DESEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul "Perkembangan bahasa jawa dan sastra jawa di indonesia" ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari Bapak Bagus Wahyu Setyawan, S.Pd,. M.Pd. pada mata
kuliah Bahasa Jawa MI/SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
menyelenggarakan makalah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada:

1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu
di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan yang telah membimbing dan memberikan masukan-masukan kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
3. H. Muh. Nurul Huda, M.A. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang memberikan semangat
untuk penulis segera menyelesaikan tugas ini.
4. Bapak Bagus Wahyu Setyawan, S.Pd,. M.Pd. selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Bahasa Jawa MI/SD yang telah memberikan pengarahan dan koreksi, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
5. Civitas Akademika UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah
memberikan izin dan fasilitas kepada penulis untuk mencari dan mendapatkan
tambahan pengetahuan dalam menyelesaikan makalah ini.
6. Teman-teman PGMI 3A angkatan 2020 yang selalu mendukung penulis dalam
pengerjaan makalah ini.

Dengan penuh harapan, semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah


SWT dan tercatat sebagai amal shalih. Jazakumullah khoirul jaza’. Akhirnya,

i
makalah ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca. Penulis sadar bahwa
penyusunan makalah ini banyak terdapat kesalahan karena keterbatasan penulis
sebagai manusia biasa. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
kesempatan penulis dalam menyelesaikan tugas-tugas di masa datang. Semoga
dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat kepada siapa saja yang
membacanya dan juga mendapat ridha dari Allah. Aamiin.

Tulungagung, 20 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................................1


KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.............................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................3
A. Kajian teori..........................................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................6
A. Persebaran Bahasa Jawa......................................................................................6
B. Pengertian Sastra..................................................................................................9
C. Jenis – Jenis Sastra.............................................................................................11
BAB IV PENUTUP......................................................................................................14
A. Kesimpulan........................................................................................................14
B. Saran..................................................................................................................14
DAFTAR RUJUKAN..................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa dan sastra jawa seperti sekarang ini adalah hasil sebuah proses panjang
perjalanan masyarakat Jawa. Dalam perjalanannya, perkembangan bahasa Jawa tidak
bisa dipisahkan dari perkembangan sastra, karena itu dari seni-sastra, bahasa Jawa bisa
ditelisik perkembangannya. Lebih jauh lagi, bahasa Jawa dan seni-sastra jawa adalah
hasil proses perjalanan kekuasaan Jawa, dari jaman pra-kolonial, kolonial, hingga
pasca-kolonial.
Bahasa dan sastra Jawa sebagai salah satu sumber pendidikan karakter tidak
perlu diragukan lagi keberadaannya, karena dalam bahasa dan sastra Jawa syarat akan
pendidikan nilai yang merupakan substansi utama dari pendidikan karakter. Sudah
menjadi pengetahuan umum bahwa dalam bahasa dan sastra Jawa terkandung tata nilai
kehidupan Jawa, seperti norma, keyakinan, kebiasaan, konsepsi, dan simbol-simbol
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Jawa, toleransi, kasih sayang, gotong
royong, andhap asor, kemanusiaan, nilai hormat, tahu berterima kasih, dan lainnya.
Pendidikan karakter yang digali dari substansi bahasa dan sastra Jawa dapat menjadi
pilar pendidikan budi pekerti bangsa. Kini, ketika bangsa ini terkoyak oleh nilai-nilai
moral, pendidikan budi pekerti kembali mengemuka dengan nama yang lebih
menjanjikan adalah pendidikan karakter. Makalah ini akan membahas mengenai bahasa
dan sastra jawa.
Bahasa jawa merupakan alat komunikasi paling penting peranannya bagi
masyarakat jawa, penggunaan bahasa jawa di masyarakat semakun beragam dan kretif.
Keberagaman penggunaan bahasa di masyarakat diakibatkan semakin banyaknya
aktifitas budaya yang harus disampaikan dengan bahasa. Wujud penyampaiannya dalam
bentuk lisan maupun tulis, bahasa lisan tidak ditemukan pada percakapan percakapan
dalam media komunikasi seperti di televisi, radio, dan percakapan langsung. Sedangkan
bahasa tulis dapat ditemukan pada koran, majalah dan bahasa sms.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persebaran bahasa Jawa?

1
2

2. Bagaimana pengertian sastra Jawa ?


3. Bagaimana jenis-jenis sastra?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mendeskripsikan persebaran dalam Bahasa Jawa.
2. Mendeskripsikan pengertian sastra jawa dalam Bahasa Jawa.
3. Mendeskripsikan jenis-jenis satra dalam Bahasa Jawa.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian teori
1. Pengertian pembelajaran Bahasa jawa di SD
Bahasa Jawa adalah suatu bahasa daerah yang merupakan bagian dari
kebudayaan nasional Indonesia, yang hidup dan tetap dipergunakan dalam
masyarakat bahasa yang bersangkutan. Bahasa Jawa yang terus berkembang
maka diperlukan penyesuaian ejaan huruf Jawa. Bahasa Jawa merupakan salah
satu bahasa daerah sehingga perlu dilestarikan supaya tidak hilang
keberadaannya. Kurikulum Bahasa Jawa (2004: 1) pelestarian dan
pengembangan Bahasa Jawa didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut :
a. bahasa Jawa sebagai alat komunikasi sebagian besar penduduk Jawa,
b. bahasa Jawa memperkokoh jati diri dan kepribadian orang dewasa,
c. bahasa Jawa, termasuk didalamnya sastra dan budaya Jawa, mendukung
kekayaan khasanah budaya bangsa,
d. bahasa, Sastra dan budaya Jawa merupakan warisan budaya adiluhung, dan
e. bahasa, Sastra, dan budaya Jawa dikembangkan untuk mendukung life skill.
Menyikapi masalah kurang diperhatikannya pelajaran bahasa Jawa saat
ini, upaya paling tepat dan efektif dalam pelestarian kebudayaan dan bahasa
Jawa adalah melalui jalur pendidikan, yaitu melalui pembelajaran bahasa dan
sastra Jawa dalam kerangka budaya yang ada di masing-masing daerah
dijelaskan bahwa kajian bahasa mencakup bahasa Indonesia, bahasa Daerah,
dan bahasa asing dengan pertimbangan: satu, bahasa Indonesia merupakan
bahasa Nasional. dua, bahasa daerah merupakan bahasa ibu siswa. Tiga, bahasa
asing terutama bahasa Inggris merupakan bahasa Internasional yang sangat
penting kegunaannya dalam pergaulan global.
Pembelajaran bahasa Jawa baik menyangkut masalah penyusunan
rencana pembelajaran, penyajian materi maupun evaluasi hasil belajar. Mata
pelajaran bahasa Jawa dalam pelaksanaannya di sekolah dasar juga mempunyai
tujuan-tujuan tertentu. Sudjarwadi (konggres bahasa Jawa IV, 1991: 74)
menjelaskan tujuan pembelajaran bahasa Jawa bagi sekolah dasar sebagai
berikut.

3
4

a. siswa menghargai dan membanggakan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah dan
berkewajiban mengembangkan serta melestarikannya,
b. siswa memahami bahasa Jawa dari segi bentuk, makna dan fungsi serta
menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan keperluan,
keadaan, misalnya di sekolah, dirumah, di masyarakat dengan baik dan benar,
c. siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Jawa yang baik benar,
d. siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Jawa yang baik dan benar
untuk meningkatkan keterampilan, kemampuan intelektrual (berfikir kreatif
menggunakan akal sehat, menerapkan kemampuan yang berguna, menggeluti
konsep abstrak, dan memecahkan masalah), kematangan emosional dan sosial,
dan
e. siswa dapat bersikap positif dalam tata kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
Fungsi bahasa Jawa yang tadinya lebih luas meliputi sampai pada
bahasa resmi di kalangan pemerintahan dan ilmu pengetahuan di sekolah
sekarang menjadi lebih singkat.
Sabdwara (Supartinah, 2010: 24) fungsi bahasa Jawa antara lain:
a. bahasa Jawa adalah bahasa budaya di samping berfungsi komunikatif juga
berperan sebagai sarana perwujudan sikap budaya yang sarat dengan nilainilai
luhur,
b. sopan santun berbahasa Jawa berarti mengetahui akan batas-batas sopan santun,
mengetahui cara menggunakan adat yang baik dan mempunyai rasa
tanggungjawab untuk perbaikan hidup bersama, dan
c. agar mencapai kesopanan yang dapat menjadi hiasan diri pribadi seseorang,
maka syarat yang harus ditempuh adalah sebagai berikut:
 Pandai menegangkan perasaan orang lain di dalam pergaulan,
 pandai menghormati kawan maupun lawan, dan
 pandai menjaga tutur kata, tidak kasar, dan tidak menyakiti hati orang lain
Pembelajaran bahasa Jawa di sekolah dasar meliputi membaca,
menyimak, berbicara, menulis. Membaca diarahkan pada kemampuan
memahami isi bacaan, makna suatu bacaan ditentukan oleh situasi dan konteks
dalam bacaan. Kegiatan menyimak pada hakikatnya sama dengan kegiatan
membaca hanya saja pada menyimak merupakan pemahaman teks lisan.
5

Kegiatan menulis diarahkan untuk mengembangkan kemampuan


mengungkapkan gagasan, pendapat, pesan dan perasaan secara tertulis.
Kegiatan berbicara diarahkan pada kemampuan mengungkapkan gagasan,
pendapat, pesan dan perasaan secara lisan dengan menggunakan bahasa Jawa.
Program Pengajaran Bahasa Jawa, lingkup mata pelajaran bahasa Jawa meliputi
penguasaan kebahasaan, kemampuan memahami mengapresiasi sastra dan
kemampuan menggunakan bahasa Jawa. Bahasa Jawa mempunyai tiga ragam
bahasa yaitu ngoko, madya, dan krama.
Berdasarkan uraian tentang bahasa Jawa di atas melandasi penetapan tujuan
pembelajaran dikelas. Tujuan pembelajaran bahasa Jawa khususnya keterampilan
berbicara kelas IV, tertuang dalam silabus mata pelajaran muatan lokal (bahasa Jawa)
untuk jenjang pendidikan sekolah dasar negeri maupun swasta yang memuat standar
kompetensi dan kompetensi dasar terutama untuk kelas IV Semester II.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Persebaran Bahasa Jawa


Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beragam suku yang memiliki budaya
khasnya masing-masing. Tercatat dalam sensus penduduk tahun 2010 , Indonesia
memiliki 1340 suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke (Badan Pusat
Statistik, 2011). Meskipun begitu, belum semua suku bangsa yang ada di Indonesia
tercatat. Sebelumnya, pada tahun 1995 Melalatoa berhasil merampungkan Ensiklopedia
Suku Bangsa di Indonesia dan telah mendeskripsikan 485 suku bangsa.
Banyaknya suku bangsa di Indonesia berbanding lurus dengan kuantitas ragam bahasa
yang ada di Indonesia. Sesuai dengan salah satu dari lima inti Teori Kode-Kode
Berbicara (Speech Codes Theory) yang dilahirkan oleh Gerry Philipsen bahwa “di mana
ada suatu peradaban budaya, di sana akan ditemukan kode berbicara yang berbeda
pula”.1 Teori ini dipertegas dengan data Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan bahwa dari penelitian pemetaan bahasa sejak 1991 hingga 2017 terdapat
652 bahasa dari 2452 daerah pengamatan di Indonesia. Jika berdasarkan akumulasi
persebaran bahasa daerah per-provinsi, terdapat 733 bahasa daerah (Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017). Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia
kaya akan salah satu warisan budaya dunia yaitu bahasa. Bahasa daerah maupun bahasa
Indonesia memiliki fungsi dan kedudukannya masing-masing. Bahasa lokal di tiap suku
memiliki kedudukan sebagai bahasa daerah. Sedangkan bahasa Indonesia memiliki dua
kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Amran Halim dan banyak
ahli bahasa berpendapat bahwa kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
berarti bahasa Indonesia merupakan “alat pemersatu” atau “lambang kesatuan jiwa
nasional Indonesia”.2 Sedangkan kedudukan sebagai bahasa negara karena bahasa
Indonesia digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan negara, serta
pendidikan (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1975). Kondisi penggunaan
bahasa lebih dari satu merupakan hal yang biasa dalam masyarakat multikultur. Dalam
istilah linguistik, kondisi semacam ini disebut dengan diglosia. Situasi berbahasa yang
1
Pala, R. Teori Kode-Kode Berbicara. Jurnal Insani, 2014 hal. 45-49.
2
Samuel, J. Kasus Ajaib Bahasa Indonesia? Pemodernan Kosakata dan Politik Peristilahan.
(Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2008)

6
7

bersifat diglosik memunculkan peran penggunaan bahasa dalam situasi kemasyarakatan


yang berbeda-beda3. Orang-orang yang hidup dalam masyarakat diglosik biasanya tidak
memandang kondisi ini sebagai suatu masalah. Karena pada dasaranya, diglosia adalah
situasi pemakaian bahasa yang stabil karena setiap bahasa diberi keleluasaan untuk
menjalankan fungsi kemasyarakatannya secara proporsional. Kebijakan yang
mencipatakan kondisi berbahasa bersifat diglosik sebenarnya tidak menjadi
permasalahan. Namun yang patut dikhawatirkan adalah implementasi penggunaan
bahasa Indonesia yang berperan sebagai bahasa persatuan. Putu Wijana dan Rohmadi
mengutip pendapat Ronald Wardhaugh, seorang Profesor Linguistik dari University of
Toronto, bahwa keinginan yang besar untuk menciptakan bahasa persatuan merupakan
salah satu faktor yang paling dominan berperan dalam melemahkan situasi diglosia 4.
Jérôme Samuel dalam salah satu tulisan sebelumnya pernah mengungkapkan bahwa
para pendukung integrasi bahasa menganggap bahwa sekecil apapun tempat yang
diberikan kepada bahasa daerah berarti menggerogoti ruang bahasa Indonesia,
menghalangi perkembangannya dan merugikan kepentingan nasional.
Sikap para pendukung integrasi bahasa ini semakin memperlemah situasi
diglosia di Indonesia, dan yang paling dirugikan dari sikap ini adalah bahasa daerah.
Pengharusan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi
mengakibatkan bahasa-bahasa daerah mulai ditinggalkan oleh para penuturnya,
terutama pada individu dengan kelas sosial tinggi, golongan usia muda, dan orang-orang
di daerah perkotaan. Fenomena melemahnya bahasa daerah sebenarnya sudah terlihat
sejak awal tahun 1970-an. Kondisi diglosia semakin melemah dengan munculnya
doktrin-doktrin yang mengagung-agungkan persatuan, kesatuan, stabilitas dan
keseragaman oleh rezim orde baru. Banyak penutur bahasa daerah yang beralih kepada
bahasa yang lebih dominan yang dipandang lebih menjanjikan serta memudahkan dalam
melakukan mobilitas vertikal. Fenomena penerobosan fungsi bahasa Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat seperti ini dikenal dengan istilah kebocoran diglosia
(digglossia leakage). Akibat paling parah yang ditimbulkan dari kebocoran diglosia
adalah punahnya sejumlah bahasa daerah sebelum sempat didokumentasikan. Fenomena
3
Listiyorini, A. Eksistensi Bahasa Daerah dan Bahasa Indonesia Sebagai Alat Komunikasi
Dalam Persaingan Global. ( 2018 ) Dipetik Mei 3, 2018, dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132231576/penelitian/ MAKALAH+EKSI STENSI+BI-1.pdf
4
Wijana, I. D., & Rohmadi, M. Sosiolinguistik. Kajian Teori dan Analisis. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar 2006).
8

kebocoran diglosia kini banyak terjadi di Indonesia. Salah satunya dialami oleh Bahasa
Jawa. Tidak sedikit kasus keluarga suku Jawa yang telah menggunakan bahasa
Indonesia di dalam keluarganya. Banyak keluarga muda yang berkomunikasi dengan
anaknya sejak dini menggunakan bahasa Indonesia meskipun tinggal di lingkungan
berbahasa daerah. Kemunduran penguasaan bahasa daerah oleh anak-anak
mengindikasikan semakin lemahnya peran dan fungsi bahasa daerah di masyarakat. Dan
ini merupakan indikasi serius menuju kepunahan bahasa daerah di Indonesia. Fenomena
kemunduran bahasa jika dilihat dari sudut pandang bahasa Jawa yang memiliki
kuantitas penutur bahasa terbanyak di Indonesia, namun tetap mengalami penurunan
kualitas penuturnya sebagai berikut :
1. Bahasa Sebagai Bagian dari Komunikasi
Liliweri mengemukakan bahwa bahasa merupakan medium yang digunakan
dalam berkomunikasi. Hal menarik dari bahasa adalah bahwa bahasa merupakan
medium untuk menyatakan kesadaran, tidak hanya sekedar mengalihkan informasi.
Kesadaran yang dimaksud Liliweri disini adalah kesadaran dalam konteks sosial.
Dalam komunikasi antarmanusia sehari-hari, kita mengenal istilah-istilah seperti
bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa isyarat, bahasa visual dan lain-lain. Istilah
tersebut merupakan penggambaran aspek pragmatis dari penggunaan bahasa.
Muncul istilah bahasa lisan karena penggunaan bahasa melalui alat ucap, yang
dalam kalangan komunikasi disebut oral communication. Selain penggunaan lisan
dalam penyampaian pesan, terkadang seseorang menggunakan tulisan atau dikenal
dengan verbal communication.
2. Bahasa Sebagai Bagian dari Budaya
Bahasa adalah representasi budaya, atau suara “peta kasar” yang
menggambarkan budaya, termasuk pandangan dunia, kepercayaan, nilai,
pengetahuan, dan pengalaman yang dianut komunitas bersangkutan. Pandangan
tentang dunia oleh pemuda yang sering menyebut Allah, akhirat, iman, ikhlas,
kematian dan kubur, tentu berbeda dengan pemuda yang sering mengucap kata-kata
seperti duit, cewek, pesta, minum, dan teler. Sedangkan Finegan menjelaskan
bahasa sebagai sejumlah simbol atau tanda yang disetujui untuk digunakan oleh
sekelompok orang untuk menghasilkan arti. Hubungan antara simbol yang dipilih
dan arti yang disepakati kadang berubah-ubah.
9

3. Kepunahan Bahasa
Suatu bahasa dikatakan punah jika bahasa tersebut sudah tidak memiliki penutur
sama sekali. Jika masih dituturkan walau oleh sedikit penutur, masuk dalam kategori
bahasa yang terancam punah.5 terdapat tiga sudut pandang daya hidup sebuah
bahasa, yaitu :
a) Bahasa yang masih setia digunakan oleh penuturnya dalam semua lapisan usia serta
digunakan dalam berbagai ranah pertuturan
b) Bahasa yang hanya digunakan oleh selapis generasi tua dan telah ditinggalkan oleh
anak-anak dan remaja
c) Bahasa yang hanya digunakan oleh beberapa orang tua dan sebagian besar penutur
tidak lagi cakap menggunakannya.

Dalam prosesnya, mengungkapkan tiga tipe kepunahan bahasa, yaitu : (1)


kepunahan bahasa tanpa mengalami pergeseran bahasa, misalnya karena bencana alam
atau genosida, (2) kepunahan bahasa karena terjadi pergeseran bahasa, misalnya karena
penutur tidak berada dalam “wilayah tutur yang kompak” atau karena pewajiban satu
bahasa oleh pemerintah, (3) kepunahan bahasa melalui metamorfosis, misalnya ketika
suatu bahasa tutur turun derajatnya menjadi dialek dan masyarakat tidak lagi menulis
dalam bahasa itu dan kemudian mulai menggunakan bahasa lain.

B. Pengertian Sastra
Sastra mungkin telah ada sejak manusia ada. Bersamaan dengan perkembangan
manusia dan kebudayaan, sastra juga berkembang menurut situasi dan kreasi
manusiannya. Dengan demikian sejalan dengan pengelompokan – pengelompokan
manusia serta kebudayaannya.
Satra adalah sebuah istilah yang seringkali disebutkan dan banyak
diperbincangkan seiring dengan perkembangan zaman ke zaman dan dari generasi ke
generasi. Tak jarang sastra dianggap sebagai sesuatu yang fiktif dan imajinasi.
Secara etimologis kata sastra dalam Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa
sanskerts ysitu akar kata “ sas “ dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan,

5
Ibrahim, G. A. Bahasa Terancam Punah: Fakta, Sebab-Musabab, Gejala, dan Strategi
Perawatannya (Jurnal Linguistik Indonesia, 2011). hal 35-52.
10

mengajar, memberi petunjuk atau instruksi. Akhiran “ tra “ biasanya menunjukkan alat,
sarana. Jadi sastra dapat berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau
pengajaran. Menurut gonda kata susastra tidak dipergunakan dalam Bahasa jawa kuna.
Sehingga istilah susastra adlah ciptaan jawa atau melayu yang muncul kemudian. 6
Sastra adalah seni bahasa. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang
mendalam. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa.
Wallek dan Warren (1993 (dalam Suyatmi, 2006)) telah mencoba
mengemukakan beberapa definisi sastra, yang sebenarnya semua definisi yang
ditawarkannya adalah dalam rangka mencari definisi yang paling tepat. Pertama, sastra
adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak. Dengan pengertian demikian, maka
segala sesuatu yang tertulis, entah itu ilmu kedokteran, ilmu sosial, atau apa saja yang
tertulis adalah sastra.Kedua, sastra dibatasi hanya pada ‖mahakarya‖ (great book), yaitu
buku-buku yang dianggap menonjol karena bentuk dan ekspresi sastranya. Dalam hal
ini, kriteria yang dipakai adalah segi estetis, atau nilai estetis dikombinasikan dengan
nilai ilmiah.Ketiga, sastra diterapkan pada seni sastra, yaitu dipandang sebagai karya
imajinatif. Istilah ―sastra imajinatif‖ (imaginativeliterature) memiliki kaitan dengan
istilah belles letters (―tulisan yang indah dan sopan‖, berasal dari bahasa Perancis),
kurang lebih menyerupai pengertian etimologis kata susastra.7
Sastra menurut sudjiman8 adalah karya lisan atau tertulis yang memilki berbagai
ciri keunggulan seperti orisinalitas, nilai artistik, dan estetika salam isi dan
pengungkapannya. Menurut Luxembung9 suatu karya cipta disebut sastra apabila
memiliki sifat rekaan, yakni yan tidak secara langsung menyatakan sesuatu mengenai
realitas, Bahasa serta pengolahan bahannya mampu membuka batin kita bagi
pengalaman baru.10
Pandangan hidup orang jawa adalah menuju pada keselarasan dengan dunianya,
tuhannya, alam dan juga dengan dirinya sendiri. Dalam kehidupan orang jawa,

6
Afendy widayat, teori sastra jawa, ( Yogyakarta : universitas negeri Yogyakarta, 2006 ), hal. 4-
6
7
Apri kartikasari, edy suprapto, kajian kesusastraan sebuah pengantar, ( madiun : CV. AE
MEDIA GRAFIKA, 2018 ) hal 1 – 4.
8
Sudjiman, panuti, memahami cerita rekaan, ( Jakarta : pustaka raya, 1990 ), hal. 71
9
Luxembung, jan van dkk, pengantar ilmu sastra, ( Jakarta : gramedia, 1984 ), hal 12.
10
Ali imron, farida nugrahani, pengkajian sastra teori dan apklikasi, ( Surakarta : cv. Djawa
amarta pres, 2017 ), hal 1 – 2.
11

hubungan antaraseseorang dengan dirinya sendiri diajarkan untuk mmiliki sikap – sikap
yang dapat menjadikan orang jawa thu keadaan dirinya sendiri.11
Ada 2 definisi sastra yaitu definis lama dan definisi baru :
1. Definisi lama
Sastra merupakan sarana penumpahan ide atau pemikiran tentang kehidupan dan
sosialnya dngan menggunana kata – kata yang indah.
2. Definisi baru
Sastra merupakan sarana penumpahan ide atau pemikiran tentang “ apa saja “ dengan
menggunkan Bahasa bebas dan bermakna “ pencerahan “.12
Sastra jawa adalah sebagian kecil dari hasil budaya jawa, namun demikian berlandaskan
pada teori bahwa karya sastra merupakan cermin keadaan sosial budaya tertentu,
seringkai menjadikan karya sastra dipakai sebagai materi yang penting untuk
mengungkap suatu budya lampau yang telah kehilangan jejak. Pada kenyaataanya,
perjalanan sejarah jawa juga mencatat sebagian budaya secara luas. Budaya jawa yang
pada sejarahnya telah melalui perjalanan dengan mendapat pengaruh pengaruh budaya
besar dari luar, juga tercemin dalam sastra jawa13.
Bentuk – bentuk sastra yang dikenal sebagai sastra jawa modern seperti roman jawa,
modern, novel jawa modern, dan cerita pendek jawa, itu semua merupakan bukti
kebertrimaan masyarakat jawa pada pengaruh unsur – unsur dari barat.

C. Jenis – Jenis Sastra


Kata ‘sastra’ dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta,
yakni sas yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk/instruksi,
dan tra yang berarti alat, atau sarana, sehingga sastra berarti alat untuk
mengajar.
Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif yang terkait dengan hal-hal
yang tertulis maupun tercetak, termasuk karya sastra lisan. Istilah sastra jawa
secara praktis diartikan sebagai suatu bentuk aktifitas tulis menulis dari para
11
Nuriana istiqamah, doyin dan sumarti, sikap hidup orang jawa dalam novel orang – orang
proyek karya ahmad tohari, jurnal sastra Indonesia, ( semarang : universitas negeri semarang, 2014 )
hal. 4
12
Juni ahyar, jenis – jenis karya sastra dan bagaimanakah cara menulis dan mengapresiasi
sastra, ( lhokseumawe : deublish publisher, 2019 ), hal. 1
13
Afendy widayat, suwardi, sejarah sastra jawa ( Yogyakarta : Universitas negeri yogykarta,
2005 ), hal. 10 – 13.
12

pujangga Jawa dalam mengungkapkan nilai-nilai dan pandangan hidup dalam


lingkup budaya Jawa. Kebudayaan ini memiliki elemen-elemen amat majemuk
yang berakar pada etika, agama-agama yang berkembang dalam masyarakat
Jawa.
1. Sastra Jawa Kuna
Dalam khazanah sastra jawa kuno kakawin yang tertua adalah ramayana,
kakawin ramayana dikarang pada zaman raja dyah balitung dimataram jawa tengah
sekitar 820-832 caka, ada pendapat yang mengatakan bahwa nama pengubah
kakawwin Ramayana adalah Empu Yogiswara, karena nama tersebut tercantum di
bagian akhir kakawin. Namunn ada pendapat yanlain bahwa yogiswara bukanlah
pengarang, melainkan pendeta.
Ramayana adalah kisah dari mitologi hindu, seseorang tidak akan bisa
memahami kehidupan peradapan yunani jika tidak memahami Zeus, Apollo,
Hercules, Venus dan lain-lain. Begitujuga orang tidak akan bisa memahami dhaarma
hindu tanpa mengenal Rama, Sinta, Bhrata, Lemana, Rahwana dan lain-lain.
Mitologi ini tidak dapat di abaikan begitiu saja. tidaklah cukup hanya filsafat rital,
atau dengan mitologi ketiga elemen tersebut merupakan elemen penting bagi semua
agama kuno. 14
Selanjutnya kakawin arjunawiwaha karya Empu Kanwa pada zaman airlangga,
kakawin arjunawiwaha adalah kisah pribadi Raja Airlangga yang pararel dengan
kisah arjuna 15
Selanjutnya kakwin Bharata yudha,merupakan kakawin sastra kuno yang sangat
terkenal, yang dikarang oleh Mpu Seda dan Mpu Panulu pada masa pemerinytahan
raja Jayabhaya di kerajaan kediri. 16
2. Sastra jawa pertengahan
Pada zaman kerajaan majapahit adlah proses bertumbuhnya pertumbuhan dan
perkembangan sastra jawa ertengahan, padamasa sastra jawa pertengahan
menyusutnya para pujangaa sastra jawa kuno, kesulitan yang dihadapi saat
mepelajar bahasa sanskerta yang diterjemahkan kedalam bahasa jawa, pada masa
sastra di zaman pertengahan mengalami kesulitan dan kejenuhan dengan sastra
14
C. Raja gopalachari, Ramayana, IRCiSoD,( Yogyakarta, 2013 ), hal, 13-14
15
Ikram, Achadiati, dkk, sejarah kebudayaan indonesia (Bahasa, Sastra, dan Aksara),( jakarta :
rajwali press, 2009 ), hlm, 186
16
Ibid, hlm, 188-189
13

kakawin yang dianggap bukan karya sastra asli budaya jawa, maka lahirlah sastra
kidung (Prosa), dimana masyarakat tumbuh dari kecintaan masyarakat pada unsur
budaya sendiri 17
Sastra kidung yang bahanya diambil dari tradisi sejarah mengenai kerajaan majapahit
ada beberapa buah, yaitu :
a. Kidung harsawijaya
b. Kidung ranggale
c. Kidung sorandaka
d. Kidung sunda 18
3. Sastra Jawa Modern
Tampilnya ki padmasusastra dalam dunia sastra jawa menandai tumbuh
dan berkembangnya karya sastra jawa diluar Lingkungan keraton. Ki
padmasusastra menyatakan dirinya sebagai wong mardika. Orang merdeka
yang bebas dari konvenssi sastra jawa tradisional yang berpusat dilingkungan
kraton, karya ki padmasusastra tidak lagi dalam bentuk tembang macapat,
tetaapi prosais, karya yang pertama serat rangsang Tuban (1900) diangaanp
tanda-tanda bentuk pergeseran ekspresi yang nonkonfesional. Ia hidup sezaman
dengan R.A Kartini yang penuh dengan gerakan perjuangan emansipasi wanita,
19

Novel berjudul larasati modern pada 1938, dengan tema pokok didaktis,
sesuai dengan garis kebijakan pemerintah kolonial dalam upaya mendorong
emansipasi rakyat pribumi, tetapi jugauntuk mengontrol bacaan rakyat 20

17
Ibid , hlm 198
18
Ibid , hlm 198-202
19
Ikram, Achdiati, dkk, op, Cit, Him 216-217
20
Ibid, hal, 218
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berada di salah satu pusat peradaban Jawa tak menjadikan masyarakat di kelurahan
Baluwarti bebas dari penurunan kualitas Bahasa Jawa. Kemampuan penggunaan Bahasa
Jawa Krama sudah banyak berkurang, terlebih di kalangan anak dan remaja.
Kemampuan berbahasa Jawa generasi ini lebih banyak terbatas pada Bahasa Jawa
Ngoko. Faktor efektifitas komunikasi juga menjadi salah satu penyebab menurunnya
kualitas pengguna bahasa Jawa yang kurang memahami. Ketidakmampuan orang tua
muda dalam berbahasa Jawa juga berpengaruh terhadap posisi Bahasa Jawa sebagai
bahasa ibu di dalam keluarga, seperti yang terjadi di dalam keluarga.
Sastra merupakan sarana penumpahan ide atau pemikiran tentang kehidupan dan
sosialnya dngan menggunana kata – kata yang indah. Sastra jawa adalah sebagian kecil
dari hasil budaya jawa, namun demikian berlandaskan pada teori bahwa karya sastra
merupakan cermin keadaan sosial budaya tertentu, seringkai menjadikan karya sastra
dipakai sebagai materi yang penting untuk mengungkap suatu budya lampau yang telah
kehilangan jejak.
Jenis – jenis sastra meliputi :
a. Sastra Jawa Kuna
b. Sastra jawa pertengahan
c. Satra jawa modern

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Kami mennyadari makalah ini dapat dijadikan sbagai salah satu
referensi landasan kajian ilmu, tetapi hendaknya para pembaca dapat
menambahkan referensi lain yang terkait dengan pembahasan makalah ini demi
relevansi kajian ilmu yang akurat. Selain itu, kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sangat kami harapkan, guna menyempurnakan makalah ini.

14
DAFTAR RUJUKAN

Ahyar juni. 2019. Jenis – jenis kary asastra dan bagaimanakah cara menulis dan
Ayawaila, G. R. 2010. Penyutradaraan Dokumenter. Dipetik Juni 5, 2018, dari
http://gerzonayawaila.blogspot.co.id/2010/05 / penyutradaraan- dokumenter.html
Ayawaila, G. R. 2012. Menjadi Sineas Dokumenter. Dipetik Juni 5, 2018, dari
http://gerzonayawaila.blogspot.co.id/2012/08/ menjadi-sineas- dokumenter.html
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2017). Data Bahasa Daerah 2017.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Beaver, F. E. 2015. Dictionary of Film Terms. The Aesthetic Companion to Film Art.
Michigan: Peter Lang.
C. Rajagophalacari, 2013, Ramayana, Yogyakarta: IRCiSoD
Effendy, O. U. 2003. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek: Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Ibrahim, G. A. 2011. Bahasa Terancam Punah: Fakta, Sebab-Musabab, Gejala, dan
Strategi Perawatannya. Jurnal Linguistik Indonesia.
Ikhram, Achadiati, dkk, 2009, sejarah kebudayaan Indonesia (Bahasa, Sastra dan
Aksara).Jakarta : Rajawali pers
Imron ali, farida nugrahani 2017. pengkajian sastra teori dan apklikasi. Surakarta :
CV.Djawa amarta pres.
Istiqamah nuriana, doyin dan sumarti. 2014. sikap hidup orang jawa dalam novel orang
– orang proyek karya ahmad tohari. jurnal sastra Indonesia. semarang : universitas
negeri semarang.
jan van dkk. 1984. pengantar ilmu sastra. Jakarta : gramedia
Kutha Ratna. Nyoman. 2005. Sastra dan Cultural Staudies (Representasi Fiksi dan
Fakta)
L. A., Porter, R. E., & McDaniel, E. R. (2010). Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta:
Salemba Humanika.
Liliweri, A. 2011. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Listiyorini, A. 2008. Eksistensi Bahasa Daerah dan Bahasa Indonesia Sebagai Alat

15
16

Komunikasi Dalam Persaingan Global. Dipetik Mei 3, 2018, dari


http://staffnew.uny.ac.id/upload/132231576/penelitian/MAKALAH+EKSI
STENSI+BI-1
Melalatoa, M. J. 1995. Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI. mengaprsiasi sastra. lhokseumawe : deublish
publisher.
Mulyana, D. (2005). Komunikasi Efektif. Suatu Pendekatan Lintasbudaya. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Pala, R. (2014, Desember). Teori Kode-Kode Berbicara. Jurnal Insani, 1, 45-49.
Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa. (1975). Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa
Nasional.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Purwandi. 2007. Sejarah sastra jawa. Diktat. Yogyakarta
Samuel, J. (2008). Kasus Ajaib Bahasa Indonesia? Pemodernan Kosakata dan Politik
Peristilahan. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Sudjiman, panuti. 1990. memahami cerita rekaan. Jakarta : pustaka raya Luxembung,
Sumarsono. 2012. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widayat afendi, suwardi. 2005. Sejarah sastra jawa. Yogyakarta : universitas negeri
Yogyakarta.
Widayat afendi.2006. teori sastra jawa. Yogyakarta : universitas negeri Yogyakarta.
Kartikasari apri, edy suprapto.2018. kajian kesusastraan sebuah pengantar. madiun :
CV. AE MEDIA GRAFIKA.
Wijana, I. D., & Rohmadi, M. 2006. Sosiolinguistik. Kajian Teori dan Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai