Anda di halaman 1dari 19

POTENSI KEARIFAN BUDAYA LOKAL JARAN KENCAK

(KUDA KENCAK) DI KABUPATEN LUMAJANG

Oleh :

Ani Riska Sari


(211910401017)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS JEMBER
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Kearifan Lokal Kesenian
Jaran Kencak (Kuda Kencak) di Kabupaten Lumajang" dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW semoga
selalu terlimpahkan kepada kita selaku umatnya.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang kebudayaan, potensi,
dan nilai-nilai yang ada di setiap daerah, memperkenalkan kearifan budaya lokal
terkait kesenian jaran kencak (kuda kencak) dari Kabupaten Lumajang, yang mana
hal tersebut dapat merefleksikan nilai-nilai budaya yang ada di sekitar lingkungan
daerah dan supaya lebih peduli terhadap warisan kebudayaan negara Indonesia, serta
dapat lebih mengenal budaya bangsa terutama budaya yang ada di sekitar kita untuk
nantinya dapat kita lestarikan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Zahratul Umniyyah, S.S.,
M.Hum. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Bahasa Indonesia Kelas 42. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait kearifan
budaya lokal disekitar tempat tinggal penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan perbaikan
makalah yang akan penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran dan kritik yang membangun.

Jember, 6 Juni 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................5
1.3 Tujuan dan Manfaat.....................................................................................6
1.3.1 Tujuan..........................................................................................................6
1.3.2 Manfaat........................................................................................................6
1.4 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori......................................................6
1.4.1 Tinjauan Pustaka......................................................................................6
1.4.2 Landasan Teori........................................................................................8
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................12
2.1 Pengertian Jaran Kencak................................................................................12
2.2 Perkembangan Jaran Kencak........................................................................12
2.3 Upaya Pelestarian Kesenian Jaran Kencak..................................................14
BAB III PENUTUP...................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................16
3.2 Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan negara yang terkenal akan keberagaman dan
kekayaan budaya. Beragam suku bangsa mendiami pulau-pulau yang terbentang
dari sabang sampai merauke. Bentang alam yang luas dan kaya akan keunikan
jenis flora dan fauna. Hal ini membuat Indonesia menjadi suatu negara yang
memiliki keunikan dan keberagaman, akan tetapi, keberagaman itu dapat menjadi
alasan yang dapat merusak persatuan ketika tidak dijaga dan dirawat dengan baik,
serta lebih mementingkan masing-masing golongan.
Walaupun memiliki berbagai macam bentuk kepercayaan, masyarakat
Indonesia tetap dapat hidup berdampingan dengan damai. Masyarakat Indonesia
telah terbiasa dengan adanya perbedaan, baik latar belakang budaya, agama, ras
atau suku. Hal ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Nilai-nilai toleransi telah ada sejak zaman
dahulu dan menjadi bagian dari kearifan lokal masing-masing wilayah di
Indonesia. Toleransi merupakan modal utama untuk menjaga dan mencegah
perpecahan antar golongan di dalam masyarakat.
Indonesia tidak hanya terkenal karena keberagaman budaya suku bangsa, akan
tetapi juga terkenal akan keindahan alam dengan flora dan fauna yang unik dan
beragam. Berbagai upaya untuk menjaga keindahan alam tersebut telah dilakukan.
Dalam pepatah jawa ada istilah memayu hayuning bawana yang berarti
memperindah keindahan dunia. Hal ini memiliki makna bahwa manusia tidak
hanya wajib menjaga keindahan alam, akan tetapi mempercantik alam dengan
terus melakukan upaya pelestarian lingkungan. Tidak hanya pada masyarakat
Jawa, berbagai kearifan lokal Indonesia juga menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia hidup bersinergi dengan alam (Saidah, 2020).

4
Kearifan lokal memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan tradisional
pada suatu tempat, dalam kearifan lokal tersebut banyak mengandung suatu
pandangan maupun aturan agar masyarakat lebih memiliki pijakan dalam
menenukan suatu tindakkan seperti prilaku masyarakat sehari-hari. Pada umumnya
etika dan nilai moral yang terkandung dalam kearifan lokal diajarkan turun-
temurun, diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan (antara lain
dalam bentuk pepatah dan peribahasa, folklore), dan manuskrip (Suyono, 2015).
Kearifan lokal merupakan salah-satu bagian dari kebudayaan yang diciptakan
melalui sebuah tradisi. Tradisi berangkat dari sebuah inovasi-inovasi dari para
leluhur yang merupakan sebuah pemecahan masalah yang diturunkan secara turun
temurun hingga saat ini. Menurut Mulyana (2018:4) kearifan lokal adalah hasil
proses penyesuaian dan pemecahan masalah terhadap suatu keadaan yang sudah
diterapkan sejak zaman dulu oleh masyarakat dalam periode waktu yang lama di
dalam lingkungan tempat tinggal.
Kearifan lokal tidak hanya sebatas pemecahan masalah, tetapi merupakan
proses kreatif yang dilakukan masyarakat pada suatu komunitas saat terjadi
konflik. Konsep kearifan lokal atau kearifan tradisional atau sistem pengetahuan
lokal adalah pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat atau budaya tertentu
yang telah berkembang lama sebagai hasil dari proses hubungan timbal balik
antara manusia dengan lingkungannya, Marzali dalam Yuwana (dalam Tahmidate
2016:20). Kearifan lokal merupakan interpretasi dari perwujudan tradisi berupa
aktifitas daur kehidupan, lingkungan alam dan lingkungan sosial (Kartawinata,
2011:9).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu kesenian jaran kencak (kuda kencak) di Lumajang?
2. Bagaimana perkembangan kesenian jaran kencak (kuda kencak) di
Lumajang?

5
3. Bagaimana caranya supaya kearifan lokal, seperti kesenian kuda kencak
ini tetap terjaga dan terlestarikan?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan
1. Menjelaskan apa itu kesenian jaran kencak (kuda kencak) dari
Lumajang.
2. Mendeskripsikan bagaimana perkembangan kesenian jaran kencak di
Lumjanag.
3. Mengetahui cara bagaimana agar kesenian jaran kencak ini dapat
dilestarikan dan terjaga.

1.3.2 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber rujukan
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang serupa. Selain itu dapat dijadikan
sebagai rujukan untuk menambah wawasan mengenai kearifan budaya lokal,
khususnya terkait kesenian Jaran Kencak (kuda kencak) dari Lumajang
supaya dapat mengetahui dan lebih mencintai kebudayaan yang ada setiap
daerah masing-masing serta dapat melestarikannya agar tetap terjaga.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka


Tinjauan pustaka ini mengemukakan hasil penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan kesenian tradisional Jaran Kencak di Kabupaten
Lumajang. Penelitian terdahulu bisa berbentuk laporan penelitian, jurnal
maupun skripsi yang memiliki fokus kajian yang sama secara langsung
mengenai kesenian Jaran Kencak di Lumajang. Penelitian terdahulu tersebut
menjadi acuan untuk membedakan dan menempatkan posisi penelitian yang
akan penulis lakukan.

6
Sejauh penulis menelusuri ditemukan dua penelitian yang terkait
dengan dengan kesenian Jaran Kencak, pertama penelitian yang dilakukan
oleh Rahardi (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Perkembangan
Kesenian Tradisional Jaran Kencak (Kuda Kencak) di Kecamatan
Yosowilangun Kabupaten Lumajang Tahun 1972-2014”. Penelitian tersebut
membahas mengenai kajian perkembangan kesenian Jaran Kencak. Lingkup
materi dalam penelitian ini adalah: (1) asal usul kesenian tradisional Jaran
Kencak di Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang; (2)
perkembangan makna dan fungsi kesenian tradisional Jaran Kecak bagi
masyarakat di Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang; (3) usaha-
usaha yang dilakukan untuk menjaga eksistensi kesenian tradisional Jaran
Kencak; (4) prospek dan tantangan dalam usaha dalam pelestarian kesenian
tradisional Jaran Kencak di Kecamatan Yosowilangun Kabupaten
Lumajang. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kesenian tradisional Jaran
Kencak merupakan kesenian khas Lumajang yang diangkat dari sebuah
kisah Ranggalawe dan kuda kesayangannya yang bernama Kuda Nila
Ambhara. Tahun 1955 kesenian Jaran Kencak mulai diperkenalkan di
wilayah Klakah dan akhirnya pada tahun 1972 mulai menyebar dan
berkembang sampai sekarang di wilayah Kecamatan Yosowilangun
Lumajang. Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat Lumajang
khususnya dapat ikut berpartisipasi dan lebih peduli terhadap kelestarian
kesenian tradisional Jaran Kencak serta dijadikan sebagai masukan inspirasi
bagi pemerintah daerah Kabupaten Lumajang dalam mengembangkan
potensi budaya terutama kesenian tradisional Jaran Kencak Lumajang.
Pemerintah Kabupaten Lumajang menjadikan kesenian tradisional Jaran
Kencak sebagai ikon kota Lumajang guna untuk melestarikan serta
menjadikannya sebagai salah satu pariwisata Lumajang. Dalam penelitian
Rahardi dijelaskan bahwa perkembangan kesenian Jaran Kencak dilihat dari
munculnya paguyuban-paguyuban kesenian Jaran Kencak, dimulai dari

7
munculnya kelompok yang bernama Jaran Grebek, Sri Sambung Tresno,
Laras Manis Sambung Tresno, hingga munculnya paguyuban Jaran Kencak
Bintang Budaya. Perkembangan kesenian Jaran Kencak juga terlihat pada
kostum dan aksesoris yang digunakan, dimana kostum dan aksesoris yang
digunakan mengalami perkembangan semakin modern sehingga tidak
memberikan kesan kuno dan tetap menarik untuk dipertunjukkan kepada
masyarakat.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Davina (2013), jurnal
penelitian ini tentang kesenian tarian yang berjudul “Perancanagan Esai
Fotografi Sebagai Penunjang Pelestarian Jaran Kencak Lumajang”.
Perencanaan esai fotografi sebagai penunjang pelestarian Jaran Kencak
Lumajang untuk memperkenalkan kepada seluruh masyarakat Lumajang dan
mengajak masyarakat muda Lumajang untuk lebih peduli dalam
melestarikan Jaran Kencak. Penelitian ini fokus dalam perencangan esai
fotografi yang merupakan informasi yang efektif dalam menyampaikan
pesan dan isi ceritanya, dikarenakan foto esai ini disusun dari karya fotografi
murni menjadi foto yang memiliki tulisan atau catatan kecil sampai tulisan
esai penuh yang disertai beberapa atau banyak foto yang berhubungan
dengan tulisan tersebut. Sehingga foto-foto tersebut menjadi sebuah
rangkaian cerita yang kuat.

1.4.2 Landasan Teori


Kearifan lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia, terdiri dari dua
kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat dan
wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local wisdom
dapat diartikan sebagai sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai, pandangan-
pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai
baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

8
Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya
lokal yang menagandung kebijakan hidup, pandangan hidup (way of life)
yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. Di Indonesia
yang kita kenal sebagai Nusantara, kearifan lokal itu tidak hanya berlaku
secara lokal pada budaya atau etnik tertentu, tertepi dapat dikatakan bersifat
lintas budaya atau lintas etnik sehingga membentuk nilai budaya yang
bersifat nasional (Rapanna 2016).
Kesenian merupakan ekspresi perasaan dan pikiran manusia yang
sekaligus mencerminkan perilaku kehidupan masyarakatnya. Dengan
perantaraan simbol-simbol, perasaan-perasaan itu dituangkan kedalam suatu
karya seni yang menampakkan bahwa karya manusia itu terlaksana tidak
tanpa tujuan. Segala sesuatu yang “disentuh” dan dikerjakan oleh manusia
mengandung suatu nilai. Bagi manusia, berkarya berarti menciptakan nilai,
yang dalam setiap hasil karya tersebut terwujudlah suatu ide. Oleh karena
itu, suatu benda atau karya seni bukanlah sebagai benda fungsional atau
sebagai suatu hasil karya seni saja, melainkan sebagai suatu karya yang
mempunyai isi yang mengekspresikan nilai-nilai tertentu, menunjukkan
maksud dan gagasan penciptanya, mengungkapkan suatu makna sebagai
ekspresi kehidupan manusia pendukungnya dan merupakan kekayaan
budaya suatu bangsa (Rumapea, 2022).
Kabupaten Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang terletak
dipesisir selatan bagian timur Propinsi Jawa Timur yang memiliki beberapa
kesenian tradisional contohnya kesenian Jaran Kencak, Tari Glipang, dan
Wayang Topeng. Sejarah kebudayaan Kabupaten Lumajang tidak terlepas
berdasarkan perubahan sosial masyarakkat yang akhirnya bisa memberiakan
dampak bahkan memilih tumbuh dan berkembangnya seni pertunjukkan
menjadi wujud kesenian tradisional. Salah satu bentuk seni pertunjukkan
tradisional yang masih tetap keberadaannya sampai kini pada Kabupaten
Lumajang merupakan kesenian tradisional Jaran Kencak.

9
Menurut Purwantiny (2014) Jaran Kencak adalah kesenian khas
Lumajang yang sudah diresmikan sebagai icon kesenian Lumajang
berdasarkan keputusan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesai tahun 2016. Kesenian ini ditampilkan dalam Festival Jaran
Kencak di Lumajang setiap tahun untuk memperingati hari jadi Kabupaten
Lumajang. Kesenian Jaran kencak juga digelar sebagai perayaan acara
tertetu / hajatan masyarakat.
Kesenian tradisional Jaran Kencak merupakan kesenian orisinil
masyarakat Lumajang yang berawal berdasarkan penyebaran masyarakat
Madura utamanya yang berada di Jawa Timur. Pemerintah Kabupaten
Lumajang menjadikan kesenian tradisional Jaran Kencak menjadi ikon Kota
Lumajang sebagai bentuk pelestarian dan menjadikannya sebagai salah satu
pariwisata Lumajang. Sejarah awal mula terciptanya kesenian tradisional
Jaran Kencak pertama kali diperkenalkan oleh Klabisajeh seorang petapa
suci yang tinggal di lereng Gunung Lamongan. Berkat kesaktiannya,
Klabisajehmampu menciptakan kuda liar yang tunduk dan pintar menari
sehingga jadilah Jaran Kencak. Kesenian ini adalah bentuk aktualisasi suka
cita masyarakat dari sebuah wilayah yang makmur dan sejahtera, serta pada
sisi lain juga menjadi bentuk penghormatan kepada kuda kesayangan
Ranggalawe putra dari Arya Wiraraja yang merupakan penguasa Lamajang
Tigang Juru (1293 M) yang bernama Kuda Nila Ambhara. Arya Wiraraja
ialah penguasa Lamajang yang dahulunya pernah menjadi seorang adipati
pertama di Sumenep (Hidayat, 2013:35).
Jaran Kencak adalah seekor kuda yang sedang menari. Tarian kuda
dapat terbentuk karena dilatih oleh seorang pawang kuda sehingga bisa
membentuk sebuah tarian kuda yang khas serta mengikuti irama dan alunan
lagu, Jaran Kencak sering dipertunjukkan ketika diadakannya suatu hajatan.
Kumpulan kuda dihiasi dengan lempengan-lempengan aluminium serta
lempengan seng guna mempercantik kuda, jadi selain kemahirannya dalam

10
menari, daya tarik Kuda Kencak adalah dari kostum kuda yang berwarna
mencolok, contohnya selimut berwarna kuning keemasan, mahkota atau
jamang bercorak bunga warna-warni, kalung dada, dan lengkap dengan ulur
disepanjang punggung kuda. Jaran Kencak difungsikan sebagai bentuk seni
pertunjukkan atau hiburan jika ada masyarakat yang melakukan suatu
hajatan (Rahardi 2015).

11
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jaran Kencak


Jaran Kencak (Kuda Kencak) adalah salah satu kearifan budaya lokal
kesenian tradisional dari Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, yang merupakan
tarian dari seekor kuda. Kuda tersebut dilatih oleh pawangnya sehingga kuda
dapat menari mengikuti sebuah irama yang dimainkan. Selain itu kuda-kuda
juga dihias dan dikenakan pakaian yang menarik, serta dipasang aksesoris yang
banyak. Jaran kencak merupakan seni pertunjukkan yang biasanya ada di
masyarakat yang mengadakan suatu hajatan. Sampai saat ini kesenian yang
disebut juga dengan nama Kuda Kencak ini masih lestari, dan bahkan menjadi
ikon budaya Kota Lumajang. 

2.2 Perkembangan Jaran Kencak


Jaran Kencak ialah kesenian yang lahir pada masa Kerajaan
Wirabhumi di bawah pimpinan raja Arya Wiraradja di Lamajang. Orang yang
pertama kali menciptakan atau memperkenalkan kesenian ini bernama
Klabisajeh, seorang pertapa suci yang tinggal di lereng Gunung Lemongan.
Berkat kesaktiannya Klabisajeh bisa membuat kuda liar tunduk jinak dan
pandai menari dan sehingga jadilah Jaran Kencak (Jaran artinya Kuda, Kencak
artinya menari). Pada jamannya, kesenian ini adalah bentuk sebuah ekspresi
suka cita masyarakat dengan sebuah wilayah yang makmur sejahtera; gemah
ripah loh jinawi. Ada juga yang menyebutkan bahwa kesenian ini sebagai
bentuk penghormatan kepada kuda kesayangan Ranggalawe, putra dari Arya
Wiraraja yang bernama Nila Ambhara yang terkenal sebagai kuda paling
tangguh, pintar dan sakti pada jaman itu.

Tahun 1934 Jaran Kencak Seni pertunjukan yang diadakan pemerintah


Belanda saai itu untuk menyambut Pejabat Belanda yang berkunjung ke
Lumajang di daerah Dampar yang sekarang menjadi wilayah Kecamatan

12
Pasirian Kabupaten Lumajang. (Dok.TROPEN MUSEUM, 1934). Pada masa
Kolonial seni pertunjukan Jaran Kencak ini mengalami pasang surut Karena ada
larangan-larangan melakukan kegiatan kesenian pada masa kolonialisme
Belanda sampai Jepang. Baru pada tahun 1949 mulai dikembangkan Seni
Pertunjukan Jaran Kencak manten, seorang warga Desa Kalipepe menciptakan
karya Seni Budaya Pendalungan berbentuk arak-arakan kuda, dihias dengan
kain (Dikemuli) dan diiringi oleh musik kenong telok

Pada tahun 1955 telah berdiri suatu kelompok kesenian tradisional Jaran
Kencak di Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang oleh pimpinan Bapak
Sanoya dengan nama kelompoknya bernama Jaran Grebek, dan seiring
perkembangan waktu kelompok-kelompok paguyuban Jaran Kecak di wilayah
Kabupaten Lumajang semakin menyebar hingga saat ini, salah satunya seperti
di wilayah Kecamatan Yosowilangun pada tahun 1972 dengan nama
kelompoknya Jaran Kencak Sri Sambung Tresno oleh pimpinan Bapak Juati
yang merupakan seniman Jaran Kencak asal Klakah yang berpindah tempat
tinggal di Yosowilangun. Jaran Kencak terus mengalami perkembangan setiap
tahunnya, dimana perkembangan tersebut dikarenakan meningkatnya peminat
oleh masyarakat akan Jaran Kencak, dan perkembangannya tersebut dapat
dilihat dari segi alat musik yang mengalami pertambahan setiap tahunnya,
tarian penggiringgnya, aksesoris pakaian dari Jaran Kencak, serta
perkembangan dari segi fungsinya. Saat ini fungsi Jaran Kencak sebagai seni
pertunjukkan bagi masyarakat yang biasanya kebanyakan terdapat pada acara
hajatan seperti acara khitanan, pernikahan, sedekah desa, acara kemerdekaan
HUT RI di kecamatan maupun di desa, dan festival tingkat kabupaten. Tahun
2010-2014 Jaran Kencak mengalami perkembangan yang sangat pesat,
Tepatnya pada tahun 2013 bulan Desember yang bertepatan dengan Hari Jadi
Kota Lumajang (HARJALU), bupati Lumajang Syahrazad Masdar telah
meresmikan kesenian Jaran Kencak sebagai ikon kota Lumajang dan juga

13
sebagai warisan budaya oleh leluhur yang merupakan kesenian khas dari
Lumajang.

Dengan ditetapkannya kesenian Jaran Kencak sebagai ikon kota


Lumajang, para seniman Jaran Kencak semakin giat mengadakan pementasan-
pementasan disetiap wilayah di Kabupaten Lumajang. Pementasan ditunjukkan
sebagai pengenalan tentang kesenian Jaran Kencak yang merupakan kesenian
asli Lumajang. Pemerintah Kabupaten Lumajang juga menjadikan kesenian
tradisional Jaran Kencak sebagi salah satu pariwisata Lumajang, yaitu objek
wisata budaya. Objek wisata budaya merupakan objek yang daya tariknya
bersumber pada kebudayaan, seperti peninggalan sejarah, museum, atraksi
kesenian, dan objek lain yang berkaitan dengan budaya (Karyono, 1997:27).

2.3 Upaya Pelestarian Kesenian Jaran Kencak


Kesenian Jaran Kencak merupakan seni pertunjukkan tradisional yang
masih dipertahankan keberadaannya oleh masyarakat Lumajang, namun seiring
perkembangan zaman atau pengaruh modernisasi dengan munculnya berbagai
sarana hiburan yang bersifat modern seperti pertunjukkan musik dan film tidak
menutup kemungkinan bisa menjadi saingan yang dapat menggeser
pertunjukkan kesenian tradisonal Jaran Kencak, sehingga menjadi salah satu
penyebab kesenian ini dapat mengalami penyusutan bahkan dapat terjadi
kepunahan. Oleh karena itu agar kesenian Jaran Kencak tidak mengalami
kepunahan maupun penyusutan maka masyarakat serta pemerintah dan juga
para seniman Jaran Kencak itu sendiri mengadakan upaya pelestarian kesenian
Jaran Kencak. Upaya tersebut adalah dengan cara para seniman Jaran Kencak
bisa melakukan pengkaderan dan pembinaan kepada genarasi muda mengenai
kesenian Jaran Kencak dan melakukan pendekatan atau kekeluargaan antara
perkumpulan suatu paguyuban kesenian Jaran Kencak itu sendiri. Adapun peran
pemerintah wilayah Lumajang dalam upaya pelestarian ini adalah dengan
memberikan fasilitas berupa sarana dan prasaran bagi oragnisasi kesenian untuk

14
selalu mengikuti acara-acara tertentu sebagai perwakilan daerah, mengadakan
event atau festival sebagai bentuk upaya pengenalan kepada masyarakat
khususnya generasi muda wilayah Lumajang maupun luar Lumajang, dan juga
memberikan penghargaan berupa medali dan sertifikat terhadap pemenang
lomba kesenian Jaran Kencak, dimana sebagai bentuk apresiasi dan kebanggan
sehingga para seniman Jaran Kencak dapat lebih semangat lagi untuk
mengembakan kesenian tersebut, serta pemerintah dapat mengundang seluruh
seniman Jaran Kencak di wilayah Kabupaten Lumajang untuk mengikuti acara
kirab budaya dalam acara HARJALU (Hari Jadi Kota Lumajang) setiap
tahunnya. Peran masyaratat dalam hal ini ialah dapat mengikuti kegiatan
kesenian Jaran Kencak ini dengan terlibat langsung didalamnya, misalnya
ketika ada acara hajatan bisa dengan cara mengundang kesenian ini dan juga
menjadi peserta atau penonton dalam adanya acara kesenian ini, mengenalkan
produk budaya kesenian Jaran Kencak kepada masyarakat luar bisa melalui
jejaring sosial dengan mengunggah foto atau video yang berkaitan dengan Jaran
Kencak, dan menjadikan kesenian ini sebagai identitas dan selalu bangga untuk
mencintai akan kesenian di lingkungan sekitar tersebut ditengah-tengah era
globalisasi, serta masyarakat selalu memberikan arahan kepada para generasi
muda agar mengontrol pengaruh budaya luar supaya tidak terpengaruh oleh
budaya tersebut.

15
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Jaran Kencak adalah
kesenian pertujukkan kuda yang menari dengan menggunakan pakaian yang
menarik dan aksesoris yang banyak yang berasal dari Kabupaten Lumajang.
Jaran Kencak terus mengalami perkembangan setiap tahunnya, dimana
perkembangan tersebut dikarenakan meningkatnya peminat oleh masyarakat
akan Jaran Kencak, dan perkembangannya tersebut dapat dilihat dari segi alat
musik yang mengalami pertambahan setiap tahunnya, tarian penggiringgnya,
aksesoris pakaian dari Jaran Kencak, serta perkembangan dari segi
fungsinya.Upaya masyarakat dalam pelestarian Jaran Kencak ialah diwujudkan
dalam bentuk sering mengundang kesenian Jaran Kencak dalam beberapa
hajatan, seperti pernikahan, khitanan, tasyakuran dan sedekah desa, serta
pemerintah dapat mengundang seluruh seniman Jaran Kencak di wilayah
Kabupaten Lumajang untuk mengikuti acara kirab budaya dalam acara
HARJALU (Hari Jadi Kota Lumajang) setiap tahunnya.

3.2 Saran
Berdasarkan hasil makalah tentang kearifan budaya lokal ini diharapakan
semoga pembaca mengerti dan benar memahami tentang kearifan lokal,
khususnya mengenai kesenian Jaran Kencak supaya dapat mengetahui dan lebih
mencintai kebudayaan yang ada setiap daerah masing-masing serta dapat
melestarikannya agar tetap terjaga.

16
DAFTAR PUSTAKA

Devina, Sela. 2013. Perancangan Esai Fotografi Sebagai Penunjang Pelestarian Jaran
Kencak Lumajang. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Hidayat, M. 2013. Arya Wiraraja dan Lumajang Tigang Juru. Denpasar : Pustaka
Larasan.

Kartawinata, Ade M. Makmur, (Ed). 2011. Kearifan Lokal di tengah Modernisasi:


Merentas Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi dan Tantangan
Pelestarian. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan
Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.

Karyono, H. 1997. KEPARIWISATAAN. Jakarta : Grasindo

Mulyana. 2018. Kearifan Lokal Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana

Purwantiny, A. (2014). Mengenal Sejarah dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang.


Lumajang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lumajang .

Rahardi, D. S. 2015. Perkembangan Kesenian Tradisional Jaran Kencak (Kuda


Kencak) di Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang Tahun 1972-
2014.Skripsi.Jember: UNEJ.

Rapanna,Patta. 2016. Membumikan Kearifan Lokal Menuju Kemandirian Ekonomi.


Makassar : CV SAH MEDIA.
https://www.google.co.id/books/edition/MEMBUMIKAN_KEARIFAN_L
OKAL_MENUJU_KEMANDI/91RtDwAAQBAJ?

17
hl=en&gbpv=1&dq=kearifan+lokal+adalah&printsec=frontcover ( Diakses
pada 12 Juni 2022)

Rumapea. 2022. Bahan Ajar Antropologi Kesenian. Medan : Yayasan Kita Menulis.
https://www.google.co.id/books/edition/Bahan_Ajar_Antropologi_Kesenia
n/yfZxEAAAQBAJ?
hl=en&gbpv=1&dq=kesenian+adalah&pg=PA24&printsec=frontcover
(Diakses pada 12 Juni 2022)

Saidah. 2020. Nilai-Nilail Kearifan Lokal Masyarakat Indonesia dan


Implementasinya dalam Pendidikan Sekolah Dasar. Banyuwangi: LPPM
Institut Agama Islam Ibrahim Genteng.
https://www.google.co.id/books/edition/NILAI_NILAI_KEARIFAN_LOK
AL_DAN_IMPLEMENT/k9vaDwAAQBAJ?
hl=en&gbpv=1&dq=kearifan+lokal&printsec=frontcover (Diakses pada
11 Juni 2022)

Suyono. Yoyon. Sumarno, Tohani Entph. 2015. Pendayagunaan Modal Sosial Dalam
Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat:Studi Pada Pendidikan Desa
Vokasi. Vol.3.no.2.2015.
https://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa/article/view/7534
(Diakses 11 Juni 2022)
Tahmidate, Lilik. 2016. Sosiologi SMA. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

18
19

Anda mungkin juga menyukai