Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Agusmal
Deri Andika
Khusnul Amanah
Noneng Nurhasanah
Satrinah
KELAS 3 A EKSTENSION
Segala puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia Nya berupa ilmu dan amal. Serta kesehatan
yang masih dapat kita rasakan walaupun dalam kondisi dunia yang sedang tidak
baik-baik saja. Shalawat beserta salam kita hadiahkan kepada baginda kita,
Nabiyullah, Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapat syafa’at nya di
yaumil mahsyar.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran pembaca demi
kesempurnaan makalah untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat untuk peneliti dan pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran-saran ....................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada sekitar abad ketujuh, Selat Malaka telah dilalui oleh pedagang
Islam dari India, Persia, dan Arab dalam pelayarannya menuju negara-
negara di Asia Tenggara dan Cina. Melalui hubungan perdagangan
tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Melayu.
Melayu sebagai sebuah budaya sangat erat kaitannya dengan Islam.
Aspek ini kemudian membawa pengaruh turunan ke pola hidup keseharian
bangsa melayu, termasuk kebudayaan adat dan istiadat. Pengaruh Islam
yang kuat terhadap kebudayaan melayu pada akhirnya memberikan wajah
baru bagi kebudayaan melayu atau yang kita sebut dengan istilah Kearifan
Lokal (Local Wisdom) Melayu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kearifan Lokal, ciri-ciri, fungsi dan bentuk-
bentuknya ?
2. Apa pengertian dan manfaat dari “Tunjuk Ajar” dalam budaya Melayu ?
3. Bagaimanakah kearifan lokal budaya Melayu dalam segi pakaian,
bangunan dan kesenian ?
4. Bagaimanakah Arkeologi Budaya Melayu ?
5. Apasajakah Adat Istiadat dan Budaya Melayu yang masih terjaga hingga
saat ini ?
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Tunjuk Ajar Melayu terdiri dari 25 pokok pikiran utama atau yang
dikenal dengan istilah Pakaian Dua Puluh Lima. Pada setiap butir dari
yang 25 tersebut memiliki nilai konseling spiritual yang cukup
kontemporer digunakan untuk membimbing kondisi yang ada sekarang.
Binsar dan Mashuri merangkum nilai-nilai azas jati diri Melayu Riau di
antaranya adalah:
Ungkapan ini memberikan panduan kepada orang Melayu agar lebih arif,
bijak, tanggap dan cekatan dalam menilai dan mengambil keputusan.
Nilai ini mengajarkan kepada orang Melayu untuk berbuat kebaikan dalam
hidupnya, mewarisi nilai-nilai agama, nama baik dan membangun
keteladanan hidup. Dapat dilihat pada ungkapan:
1. Sebagai pegangan
2. Sebagai azimat
3. Sebagai pakaian
4. Sebagai rumah
5. Sebagai tulang
6. Sebagai jagaan
7. Sebagai amalan
8. Sebagai timang-timang diri
1. Baju Kurung
Baju kebaya labuh yang juga disebut kebaya panjang atau belah
labuh, memiliki panjang tiga jari di bawah lutut atau sampai betis. Bentuk
busana tidak terlalu longgar dan tidak terlalu sempit. Panjang lengan
kebaya labuh berkisar dua jari dari pergelangan tangan, sehingga bisa
memperlihatkan gelang yang dipakai. Sementara lebar lengannya berkisar
tiga jari dari permukaan lengan tangan. Pada bagian muka baju dilengkapi
empat sampai lima kancing. Sama halnya dengan baju kurung, baju
kebaya labuh dikenakan bersama dengan selendang atau kain tudung.
Sebagai paduan, dikenakan sarung batik, kain pelekat dan kain lejo yang
disesuaikan dengan warna baju kebaya labuh.
• Set busana kurung cekak musang yang warnanya sama antara baju
dengan celana. Motif busananya berupa bunga cengkeh dan tampuk
manggis yang bertabur benang emas.
• Kain samping memiliki motif serupa dengan celana.
• Hiasan kepala memakai distar yang berbentuk mahkota, tanjak dalam
berbagai bentuk, seperti ikat datuk bendahara, ikat laksemana dan lain-
lain.
• Memakai sebai sebelah kiri bahu yang berwarna kuning bersulam
kelingan.
• Bagian leher pengantin dikalungkan rantai panjang berbelit dua
sebagai pertanda ikatan ayah dan ibu.
• Memakai pending atau bengkong warna kuning menurut derajatnya,
pakai les ungu, hijau atau merah.
• Memakai canggai pada bagian ibu jari kelingking.
• Memakai sepatu runcing atau capal kulit.
• Memakai keris pendek berhulu burung selindit yang disisipkan di
pinggang sebelah kiri, keris bersarung dan diikat dengan kain kuning
dengan makna menghindari mala petaka.
• Memegang sirih telat atau sirih pemanis.
Namanya memang cukup unik, tetapi fungsi dari rumah ini sangat
penting. Balai Salaso Jatuh tidak dijadikan sebagai tempat tinggal,
tetapi sebuah tempat untuk musyawarah atau rapat secara adat
masyarakat Riau. Bangunan in mempunyai bermacam-macam nama
sesuai fungsinya, seperti Balairung Sari, Balai Penobatan, Balai
Kerapatan dan lain-lain.
Karakteristik dari balai ini adalah terdapat selaras yang
mengelilingi seluruh bangunan. Selain itu posisi lantainya pun lebih
rendah ruang tengahnya. Ukiran dan corak-corak pada bangunan ini
biasanya berbentuk motif hewan dan tumbuhan. Setiap motifnya pun
memiliki namanya masing-masing.
2. Rumah Melayu Atap Lontik
2. Dangkong
4. Melemang
5. Mak Yong
6. Mendu
7. Zapin
Tarian Zapin adalah salah satu tarian rumpun melayu. Kata zapin
sendiri berasal dari bahasa arab yaitu ''Zappan'' yang artinya penari dan
''Al Zapin'' yang berarti gerak kaki. Tarian yang kental dengan
pengaruh budaya arab ini bisa anda nikmati kalau mengunjungi
kepulauan Lingga. Biasanya ditampilkan di acara-acara tertentu atau
pegelaran budaya. Tarian zapin memiliki banyak ragam gerak
tariannya, walaupun pada dasarnya gerakan dasar zapinnya sama, dan
pada prinsipnya tarian ini bersifat edukatif namun di tampilkan dengan
kemasan yang menghibur. Syair-syair lagunya cukup kental dengan
nuansa dakwah islam. Musik penggiringnya terdiri dari dua alat utama
yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh berupa
gendang kecil yang kerap disebut marwas.
D. Bahasa Melayu
Bahasa daerah yang ada di Provinsi Riau adalah bahasa Melayu Riau
yng digunakan masyarakat sehari-hari. Bahasa Melayu Riau digadang
sebagai cikal bakal bahasa Indonesia, sehingga mirip dengan bahasa
Indonesia. Pemilihan bahasa Melayu Riau sebagai akar bahasa Indonesia
sesuai dengan kebijakan pemerintah Hindia-Belanda.
Tradisi ini memiliki arti, Kata Petang berarti petang hari atau sore
hari, sesuai dengan waktu dilaksanakan tradisi ini yang memang
dilaksanakan pada sore hari. Sedangkan Megang berarti memegang
sesuatu/ memulai sesuatu. Tradisi ini diadakan sebelum Ramadhan dan
ingin memulai sesuatu yang baik dan suci yaitu puasa.
PENUTUP
KESIMPULAN
Kita yang lahir lebih lambat dari orang-orang sebelum kita hendaknya
menjaga dan melestarikan budaya para leluhur kita, selama masih dalam jalur
lurus dan tidak menyimpang dari iman dan taqwa.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar Aziz. 2012. Kamus Bosa Bahaso Asli Melayu Tuanku Tambusai.