Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MAKALAH

KEARIFAN LOKAL (LOCAL WISDOM) MELAYU

Guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara

Dosen Pengampu :

Ustadzah Nurvia Santi, M.Pd.I

Disusun oleh :

Agusmal

Deri Andika

Khusnul Amanah

Noneng Nurhasanah

Satrinah

KELAS 3 A EKSTENSION

FAKULTAS USHULUDDIN (ILMU QUR’AN DAN TAFSIR)

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN KEPULAUAN RIAU


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia Nya berupa ilmu dan amal. Serta kesehatan
yang masih dapat kita rasakan walaupun dalam kondisi dunia yang sedang tidak
baik-baik saja. Shalawat beserta salam kita hadiahkan kepada baginda kita,
Nabiyullah, Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapat syafa’at nya di
yaumil mahsyar.

Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat membantu kita semua


dalam memahami materi tentang Kearifan Lokal (Local Wisdom) Melayu.
Selanjutnya penyusun ucapkan Terima Kasih kepada dosen kita Ustadzah Nurvia
Santi, M.Pd.I yang telah banyak memberikan arahan terkait tugas makalah ini.
Tanpa bimbingan dari beliau mungkin penyusun tidak akan dapat menyelesaikan
tugas ini sesuai dengan format yang telah di tentukan.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran pembaca demi
kesempurnaan makalah untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat untuk peneliti dan pembaca.

Batam, 2 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................

B. Rumusan Masalah .......................................................................

C. Tujuan penulisan .........................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kearifan Lokal, ciri-ciri, fungsi dan bentuk-bentuknya

B. Pengertian dan manfaat dari “Tunjuk Ajar” dalam Budaya Melayu

C. Kearifan lokal budaya Melayu dalam segi pakaian, bangunan

dan kesenian ………………………………………………………..

D. Arkeologi Budaya Melayu …………………………………………

E. Adat Istiadat dan Budaya Melayu hingga saat ini …………………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................

B. Saran-saran ....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada sekitar abad ketujuh, Selat Malaka telah dilalui oleh pedagang
Islam dari India, Persia, dan Arab dalam pelayarannya menuju negara-
negara di Asia Tenggara dan Cina. Melalui hubungan perdagangan
tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Melayu.
Melayu sebagai sebuah budaya sangat erat kaitannya dengan Islam.
Aspek ini kemudian membawa pengaruh turunan ke pola hidup keseharian
bangsa melayu, termasuk kebudayaan adat dan istiadat. Pengaruh Islam
yang kuat terhadap kebudayaan melayu pada akhirnya memberikan wajah
baru bagi kebudayaan melayu atau yang kita sebut dengan istilah Kearifan
Lokal (Local Wisdom) Melayu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kearifan Lokal, ciri-ciri, fungsi dan bentuk-
bentuknya ?
2. Apa pengertian dan manfaat dari “Tunjuk Ajar” dalam budaya Melayu ?
3. Bagaimanakah kearifan lokal budaya Melayu dalam segi pakaian,
bangunan dan kesenian ?
4. Bagaimanakah Arkeologi Budaya Melayu ?
5. Apasajakah Adat Istiadat dan Budaya Melayu yang masih terjaga hingga
saat ini ?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :

1. Kita dapat memahami definisi dan pengertian Kearifan Lokal, ciri-ciri,


fungsi dan bentuk-bentuknya
2. Kita dapat menjelaskan fungsi “Tunjuk Ajar” dalam budaya Melayu
3. Kita dapat menyebutkan dan menjelaskan kearifan lokal budaya Melayu
dalam segi pakaian, bangunan dan kesenian
4. Kita dapat menyebutkan hal-hal yang berkaitan dengan Arkeologi Budaya
Melayu
5. Kita dapat menyebutkan dan menjelaskan Adat Istiadat dan Budaya
Melayu yang sangat terjaga hingga saat ini
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian, ciri-ciri, fungsi dan bentuk Kearifan Lokal


A. Definisi Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah pandangan hidup oleh masyarakat lokal yang
merupakan hasil proses adaptasi turun temurun dalam periode waktu yang
sangat lama terhadap suatu lingkungan alam tempat mereka tinggal.
kearifan berasal dari kata arif (wisdom) yang berarti kebijaksanaan dan
lokal (local) yang artinya setempat.
Jadi, kearifan lokal atau wisdom local dapat diartikan sebagai
gagasan atau pandangan hidup yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya.
Nilai-nilai dalam kearifan lokal tersebut menjadi modal utama
dalam membangun masyarakat tanpa merusak tatanan sosial dan
lingkungan alam. Kearifan lokal merupakan produk budaya yang patut
dijadikan pegangan hidup karena banyaknya nilai yang bisa diambil.

B. Ciri-Ciri Kearifan Lokal


• Mampu bertahan terhadap budaya luar.
• Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar.
• Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam
budaya asli.
• Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

C. Fungsi Kearifan Lokal


• Konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
• Mengembangkan sumber daya manusia.
• Sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
• Sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.
• Bermakna sosial, misalnya upacara daur pertanian.
• Bermakna etika dan moral yang terwujud dalam Upacara Ngaben dan
penyucian roh leluhur.
• Bermakna politik, misalnya dalam Upacara Nangkluk Merana dan
kekuasaan patron client.

D. Bentuk-bentuk Kearifan Lokal Indonesia

Bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat Indonesia


berupa nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Namun,
bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikan menjadi dua jenis, yaitu:

Wujud Nyata (Tangible)

• Tekstual, yaitu aturan yang dituangkan dalam bentuk tertulis.


Contohnya, sistem nilai dan tata cara.
• Bangunan/arsitektural, contohnya terdapat dalam seni arsitektur rumah
adat suku-suku di Indonesia.
• Benda cagar budaya/tradisional (karya seni), contohnya patung, senjata,
alat musik, dan tekstil

Tidak Berwujud (Intangible)

Merupakan bentuk kearifan lokal yang hanya disampaikan secara verbal.


Contohnya adalah petuah, nyanyian, pantun, dan cerita yang mengandung
nilai-nilai ajaran tradisional.

II. Pengertian dan Manfaat Tunjuk Ajar Melayu


A. Pengertian Tunjuk Ajar Melayu

Tunjuk Ajar Melayu adalah ungkapan-ungkapan yang bersifat


khas, mengandung nasihat, amanah, petuah, nilai-nilai tunjuk ajar dan
keteladanan, yang mengajak manusia ke jalan kehidupan yang lebih baik
dan mendapatkan keridhaan dari Allah swt. Tunjuk Ajar Melayu ini
didasarkan pada tradisi, budaya, dan kehidupan orang-orang Melayu yang
sangat erat kaitannya dengan tradisi Islam. Bisa dikatakan apa yang
terkandung dalah Tunjuk Ajar Melayu sebagian besar adalah nilai-nilai
Islam yang sesuai dengan budaya dan tradisi orang Melayu.

Tunjuk Ajar Melayu telah diakui oleh Pemerintah Negara Kesatuan


Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dengan menetapkan Tunjuk Ajar Melayu sebagai Warisan Budaya Tak
Benda pada tahun 2017 lalu.

Tunjuk Ajar Melayu terdiri dari 25 pokok pikiran utama atau yang
dikenal dengan istilah Pakaian Dua Puluh Lima. Pada setiap butir dari
yang 25 tersebut memiliki nilai konseling spiritual yang cukup
kontemporer digunakan untuk membimbing kondisi yang ada sekarang.

Beberapa sifat dari 25 tersebut (10) di antaranya :

1. sifat tahu asal mula jadi,


2. sifat tahu berpegang pada Yang Satu,
3. sifat tahu membalas budi,
4. sifat hidup bertenggangan,
5. sifat mati berpegangan,
6. sifat tahu kan bodoh diri,
7. sifat tahu diri,
8. sifat hidup memegang amanah,
9. sifat benang arang,
10. sifat tahan menentang matahari

Nilai-nilai azaz jatidiri Melayu Riau

Binsar dan Mashuri merangkum nilai-nilai azas jati diri Melayu Riau di
antaranya adalah:

1. Bercakap bersetinah, berunding bersetabik

Asas ini mengajarkan nilai-nilai kesantunan, budi pekerti, menjaga


lidah dan tingkah laku, menjauhi sikap kasar, mencaci orang, angkuh,
sombong dan sebagainya dari pergaulan yang ada. Hal ini seperti tertuang
dalam lirik-lirik berikut:
Apa tanda orang beradat

Elok perangai sempurna sifat

Apa tanda orang terpandang

Bercakap tidak menista orang

Apa tanda orang bermarwah

Kalau bicara tidak menyalah

Apa tanda orang berakal

Dalam berbual tidak membual

2. Lapang Dada Terbuka Tangan

Ungkapan ini bermakna tentang sifat pemaaf dan pemurah yang


diharapkan ada pada orang Melayu. Membuang perasaan dendam, segala
masalah yang sebaiknya diselesaikan dengan baik. Seperti disampaikan
dalam ungkapan berikut:

Sifat lapang terbuka tangan

Hatinya bersih berpalut iman

Kesalahan orang ia lupakan

Kesusahan orang ia rasakan

3. Tahu Menyemak Pandai Menyimpai

Ungkapan ini memberikan panduan kepada orang Melayu agar lebih arif,
bijak, tanggap dan cekatan dalam menilai dan mengambil keputusan.

Seperti tertuang dalam ungkapan:

Arif menyimak kicau murai

Arif menapis angin lalu

Arif mendengar desau daun

Arif menilik bintang di langit


Arif menangkap kerlingan orang

Bijak menepis mata pedang

Bijak membuka simpul mati

4. Menang dalam Kalah

Nilai ini mengajarkan tentang kemahiran bersiasat, mengatur strategi,


sabar, teliti dalam menemukan peluang, unggul dalam berunding, cermat
mengambil keputusan dan sebagainya.

Seperti tercantum dalam lirik berikut:

Yang menang dalam kalah

Yang lapang dalam sempit

Yang kaya dalam susah

Lapang dada luas hati

Lapangnya tidak berhempang

5. Tahu Hidup Meninggalkan, Tahu Mati Mewariskan

Nilai ini mengajarkan kepada orang Melayu untuk berbuat kebaikan dalam
hidupnya, mewarisi nilai-nilai agama, nama baik dan membangun
keteladanan hidup. Dapat dilihat pada ungkapan:

Yang disebut hidup meninggalkan

Meninggalkan syarak tempat berpijak

Meninggalkan adat tempat menepat

Meninggalkan lembaga tempat berjaga

Meninggalkan budi yang terpuji

Meninggalkan contoh yang senonoh

Kedudukan Tunjuk Ajar Melayu


Pada implementasinya, sikap-sikap orang Melayu disandarkan
pada nilai-nilai yang diramu pada Tunjuk Ajar Melayu tersebut. Sebagai
bentuk sindiran pelanggaran nilai yang terkadang dilakukan oleh orang
Melayu sendiri, sebuah ungkapan kontroversi pernah dipopulerkan dengan
judul "Tunjuk Kurang Ajar Melayu". Ungkapan ini memicu perdebatan
oleh kalangan yang berupaya menegakkan nilai-nilai tradisi budaya
Melayu yang sesungguhnya di kalangan masyarakat Melayu.

B. Manfaat dan Akibat bagi yang mengabaikan Tunjuk Ajar Melayu.

Manfaat atau fungsi Tunjuk Ajar Melayu disebutkan cukup banyak, di


antaranya adalah:

1. Sebagai pegangan
2. Sebagai azimat
3. Sebagai pakaian
4. Sebagai rumah
5. Sebagai tulang
6. Sebagai jagaan
7. Sebagai amalan
8. Sebagai timang-timang diri

Bagi mereka yang mengabaikan nilai-nilai Tunjuk Ajar Melayu


tersebut, maka seperti yang dijelaskan di halaman 22-24 dalam buku
Tunjuk Ajar Melayu tersebut maka akan mengalami :

1. Menjadi orang yang tidak selamat


2. Menjadi orang yang tidak terpuji
3. Menjadi orang yang tidak bertuah
4. Menjadi orang yang tidak terpandang
5. Menjadi orang yang tidak sentosa
6. Menjadi orang yang tidak terpilih
7. Menjadi orang yang tidak diberkahi
8. Menjadi orang yang tidak disayangi
Penyebaran dan pewarisan nilai-nilai Tunjuk Ajar Melayu ini
dilakukan dalam kehidupan tradisional baik secara verbal lisan maupun
melalui contoh keteladanan prilaku yang dilakukan oleh orang-orang tua
kepada generasi di bawahnya. Nasihat orang tua kepada anak, nasihat
orang yang lebih tua ke yang muda, nasihat dalam bentuk syair, dongeng,
cerita-cerita rakyat, dan sebagainya.

III. Kearifan Lokal Budaya Melayu dalam Segi Pakaian, Bangunan,


Kesenian dan Bahasa
A. Ragam dan Keunikan Pakaian Adat Riau

Wujud pakaian adat Riau umumnya tertutup dan panjang yang


menunjukkan nilai kesopanan dan agama Islam. Pengaruh Melayu yang
kuat terlihat dari modelnya yang sederhana, longgar dan memiliki kerah
yang tinggi.

1. Baju Kurung

Baju kurung biasanya dikenakan kaum perempuan segala usia.


Bentuk bajunya berlengan panjang, dengan panjang sedikit di atas lutut.
Untuk baju kurung yang dikenakan sehari-hari di rumah panjangnya
sepinggang, ataupun sedikit di bawah pinggang. Model bajunya longgar
dan tidak boleh ketat atau memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh si pemakai.

Bahan kainnya bervariasi dengan motif polos dan bunga-bunga.


Dalam membuatnya tidak diperbolehkan menggunakan kain tipis dan
tembus pandang.

Warna baju kurung pun bermacam-macam. Bagi orang tua


biasanya mengenakan baju kurung dengan warna tidak mencolok.
Sementara, atribut pelengkapnya berupa selendang atau kain tudung yang
dipakai pada bahu dan untuk menutupi kepala.

2. Baju Kebaya Labuh

Baju kebaya labuh yang juga disebut kebaya panjang atau belah
labuh, memiliki panjang tiga jari di bawah lutut atau sampai betis. Bentuk
busana tidak terlalu longgar dan tidak terlalu sempit. Panjang lengan
kebaya labuh berkisar dua jari dari pergelangan tangan, sehingga bisa
memperlihatkan gelang yang dipakai. Sementara lebar lengannya berkisar
tiga jari dari permukaan lengan tangan. Pada bagian muka baju dilengkapi
empat sampai lima kancing. Sama halnya dengan baju kurung, baju
kebaya labuh dikenakan bersama dengan selendang atau kain tudung.
Sebagai paduan, dikenakan sarung batik, kain pelekat dan kain lejo yang
disesuaikan dengan warna baju kebaya labuh.

3. Baju Teluk Belanga

Pakaian adat Riau untuk laki-laki disebut baju teluk belanga.


Modelnya berkerah dan berkancing dengan memakai kancing tep,
kancing emas atau kancing permata. Lengan bajunya lebar, agak
longgar dengan panjang agak menutup pergelangan tangan.
Umumnya busana teluk belanga dibuat setelan dengan celana, dan
terbuat dari katun atau bahan lain yang berwarna polos.

Sebagai atribut, dikenakan kain samping berupa kain pelekat


atau kain songket. Cara pasang kain samping ini bervariasi. Ada
yang pemakaiannya seperti kain biasa, dipunjut ke samping, ataupun
ditarik ke samping kiri pinggang, tergantung siapa pemakainya.

Pria Melayu Riau memakai baju teluk belanga bersama


dengan penutup kepala berupa songkok, ikat kepala, juga tanjak.
Tanjak dibuat dari jenis kain yang sama dengan baju dan celana.

4. Baju Cekak Musang

Bentuk pakaian adat Riau cekak musang mirip dengan busana


teluk belanga. Model bajunya berkerah, tidak berkancing dan pada
bagian leher berbelah ke bawah sepanjang kurang lebih 5 cm.
Tujuannya agar memudahkan ketika dipakai atau dimasukkan dari
atas melalui kepala. Terdapat 3 kantong pada bagian muka baju. Satu
di bagian atas sebelah kiri dan dua buah kantong di bagian bawah.

Umumnya, baju cekak musang hadir dengan setelan celana


panjang sampai ke mata kaki. Set baju dan celana tidak bermotif atau
polos, dengan variasi warna bermacam-macam tergantung selera si
pemakai. Ketika dikenakan terutama dalam acara resmi, baju cekak
musang dilengkapi dengan penutup kepala berupa kopiah berwarna
hitam.

5. Busana pengantin Wanita

Pakaian adat Riau untuk pengantin perempuan bervariasi


sesuai dengan upacara pernikahan.
Dalam upacara bersanding, mempelai perempuan mengenakan
setelah kebaya labuh atau busana kurung yang terbuat dari kain
tenunan khas Melayu Riau dengan corak dan warna yang sama.
Adapun aksesoris pelengkap busana pengantin perempuan, yaitu :
• Hiasan kepala berupa perkakasan andam, pada bagian kening
disebut ramin, sanggul lipat pandan atau sanggul lintang serta
dihiasi dengan sunting dan genta-genta atau bunga goyang yang
bermotif bunga cina.
• Kalung emas dan rantai papan atau dukoh bertingkat tiga, lima
dan tujuh menghiasi leher.
• Gelang berkepala burung merak sebagai pertanda memberikan
kesuburan dan kemakmuran pengantin perempuan pad bagian
lengan kanan dan kiri.
• Bagian bahu kiri diberi tampan-tampan atau sebai yang bertekat
benang emas dan kelingan.
• Canggai yang terbuat dari perak atau emas pada jari tangan, yaitu
jari kelingking dan ibu jari.
• Bagian pinggang diikat dengan pending emas yang berfungsi
untuk menambah kerampingan badan pengantin.
• Bagian kaki kiri dan kanan diberi gelang kaki emas atau perak
yang berkepala kuntum bunga cempaka.
• Kaki beralaskan kasut atau selepa yang terbuat dari beledru yang
dihiasi dengan kelingkan dan manik.

6. Busana Pengantin Pria

Pakaian adat Riau untuk pengantin laki-laki berupa busana teluk


belanga ataupun cekak musang bermotif, yang dipadukan dengan aksesoris
yang membuat tampilannya terlihat megah dan berkelas.

Adapun perlengkapan busana pengantin untuk laki-laki antara lain:

• Set busana kurung cekak musang yang warnanya sama antara baju
dengan celana. Motif busananya berupa bunga cengkeh dan tampuk
manggis yang bertabur benang emas.
• Kain samping memiliki motif serupa dengan celana.
• Hiasan kepala memakai distar yang berbentuk mahkota, tanjak dalam
berbagai bentuk, seperti ikat datuk bendahara, ikat laksemana dan lain-
lain.
• Memakai sebai sebelah kiri bahu yang berwarna kuning bersulam
kelingan.
• Bagian leher pengantin dikalungkan rantai panjang berbelit dua
sebagai pertanda ikatan ayah dan ibu.
• Memakai pending atau bengkong warna kuning menurut derajatnya,
pakai les ungu, hijau atau merah.
• Memakai canggai pada bagian ibu jari kelingking.
• Memakai sepatu runcing atau capal kulit.
• Memakai keris pendek berhulu burung selindit yang disisipkan di
pinggang sebelah kiri, keris bersarung dan diikat dengan kain kuning
dengan makna menghindari mala petaka.
• Memegang sirih telat atau sirih pemanis.

7. Tenun Songket Riau

Tenun songket merupakan salah satu kebanggaan masyarakat Riau.


Selain sebagai oleh-oleh, songket juga digunakan sebagai bagian dari
pakaian adat.

Songket Riau memiliki corak motif yang khas dan ditenun


menggunakan benang sutra atau benang kapas, yang diselingi tenunan
motif tertentu menggunakan benang emas atau perak.

B. Ragam Bangunan Melayu


1. Rumah adat Balai Salaso Jatuh.

Namanya memang cukup unik, tetapi fungsi dari rumah ini sangat
penting. Balai Salaso Jatuh tidak dijadikan sebagai tempat tinggal,
tetapi sebuah tempat untuk musyawarah atau rapat secara adat
masyarakat Riau. Bangunan in mempunyai bermacam-macam nama
sesuai fungsinya, seperti Balairung Sari, Balai Penobatan, Balai
Kerapatan dan lain-lain.
Karakteristik dari balai ini adalah terdapat selaras yang
mengelilingi seluruh bangunan. Selain itu posisi lantainya pun lebih
rendah ruang tengahnya. Ukiran dan corak-corak pada bangunan ini
biasanya berbentuk motif hewan dan tumbuhan. Setiap motifnya pun
memiliki namanya masing-masing.
2. Rumah Melayu Atap Lontik

Rumah Melayu Atap Lontik yang biasa disebut Rumah Lancang


atau Pencalang merupakan tempat tinggal suku bangsa Melayu di Lima
Koto, Riau. Disebut Lancang dan Pelancang karena bentuk hiasan kaki
dindingnya seperti perahu atau Pencalang. Karena biasanya didirikan
di pinggir sungai, maka bentuk bangunannya berupa rumah panggung
agar terhindar dari banjir atau serangan binatang buas.
3. Rumah Adat Riau Salaso Jatuh Kembar

Rumah adat Salaso Jatuh Kembar merupakan ikon dan simbol


untuk provinsi Riau. Bentuknya hampir sama dengan Balai Salaso
Jatuh. Bangunan ini berbentuk rumah panggung berukuran besar dan
memiliki beberapa tingkat. Karena bukan dijadikan sebagai tempat
tinggal, bangunan ini memiliki beberapa ruangan. Ada ruang untuk
tempat bermusyawarah pertemuan adat, menyimpan benda-benda adat
seperti alat musik tradisional, hingga dapur.
4. Rumah Melayu Lipat Kajang.

Karena menyerupai bentuk perahu, maka dinamakan Rumah


Melayu Lipat Kajang. Bentuk bumbung curam yang disebut Lipat
Kajang ini bisa memudahkan air hujan untuk turun. Seiring
berkembangnya zaman dan makin maraknya konsep bangunan
arsitektur modern, rumah adat ini sudah jarang ditemukan bahkan tidak
digunakan lagi oleh masyarakat Riau.
5. Rumah Melayu Atap Limas Potong

Rumah Melayu Atap Limas Potong merupakan rumah adat yang


sering digunakan oleh mayoritas masyarakat Riau. Rumah ini memiliki
bentuk atap seperti bangunan limas yang terpotong. Bangunannya
berbentuk rumah panggung dengan tinggi sekitar 1,5 meter. Selain itu,
bangunan ini secara keseluruhan terbuat dari kayu atau papan. Makin
kaya pemilik rumahnya, maka makin besar pula bentuk rumahnya.

C. Kesenian Budaya Melayu (Tari-tarian)


1. Wayang Cecak
Wayang Cecak adalah akulturasi antara budaya tionghoa dan
budaya melayu yaitu salah satu kesenian yang menjadi khasanah
tradisi lisan di pulau penyegat dan semakin diakui keberadaannya,
merupakan sastra lisan yang di peragakan melalui media wayang.
Kesenian ini merupakan kesenian yang menggunakan boneka
tangan, terbuat dari kain perca di mainkan oleh dalang. Dengan
menggambarkan kehidupan dalam kotak yang kira-kira berukuran dua
kali tiga meter, dan boneka itu digerakkan oleh tangan manusia
(dalang) dari belakang. Kesenian ini hanya di pertunjukkan kepada
kalangan elit saja dan tidak menyebar di tengah-tengah masyarakat,
sampai pada masa tahun 1940-an pemain wayang cicak yang berada di
Pulau Penyengat hanya seorang yang bernama Khadijah Terung.

2. Dangkong

Dangkong salah satu bagian tarian khas tradisional di kepulauan


riau. Tari dangkong atau lebih akrab disebut joget dangkong ini
awalnya kesenian melayu yang sering digelar masyarakat kecamatan
moro kabupaten karimun. Alat musik yang pertama kali digunakan
dalam suatu pertunjukan joget dangkong di moro pada masa itu hanya
ada empat yaitu: Bjole Tempurung, Gendang Tabur, Gong dan
Gendang Babane. Joget dangkung ini berfungsi sebagai upacara adat,
sebagai penghibur warga kerajaan pada zaman dahulu. Kesenian joget
dangkong ini lalu mengalami perubahan seiring perkembangan jaman,
baik perubahan alat musik, perubahan bentuk pertunjukan, perubahan
pormasi ,cara joget, perubahan lagu, perubahan kostum dan tata rias.
3. Gobang

Gobang adalah kesenian asli jemaja, kepulauan anambas, Kepri


yang unik dan khas. Bagi masyarakat jemaja tarian gobang selalu di
tampilkan dalam acara-acara penting seperti: sunatan, perkawinan, dan
hari besar lainnya. Kesenian joget gobang yang sepintas mirip opera
tradisional ini dalam penampilannya selalu dilengkapi dengan para
penari yang berkostum aneh, semuanya menggunakan topeng berwajah
seram sepeti moyet, raksasa bengis dan paras menyerupai hantu lainya.
Musik pengiringnya terdiri atas gendang panjang, gendang pendek dan
gong. Di tengah alunan musik itulah para pemainnya melantunkan
nyanyian dalam bahasa daerah melayu setempat. Syair-syairnya berisi
tuntunan moral, nasehat dan lain-lainya.

4. Melemang

Melemang merupakan tarian tradisional yang berasal asli dari


daerah bintan. Menurut sejarahnya tarian melemang ini berasal dari
tanjung pisau negeri bentan penaga. Tarian melemang pertama kali di
mainkan sekitar abad ke 12. Ketika itu tarian melemang hanya di
mainkan di istana kerajaaan Melayu bentan. Pada masa itu tarian
melemang di tampilkan pada saat saat tertentu saja khususnya untuk
menghibur pembesar dan raja di kalangan istana. Namun sejak
kerajaan bentan mengalami keruntuhan, tarian melemang berubah
menjadi pertunjukan hiburan rakyat. Tarian melemang sangat di
gemari masyarakat melayu yang telah dikenal luas di daerah ini. Setiap
pementasan para penari mempertunjukkan kecakapannya mengambil
sesuatu, berdiri sambil membungkukkan badan ke arah belakang.

5. Mak Yong

Mak Yong adalah seni teater tradisional masyarakat melayu yang


masih lestari hingga sekarang masih sering dipertunjukkan. Pada
jaman dahulu pertunjukan mak yong di adakan orang desa di pematang
sawah selesai panen padi. Seni teater mak yong terdapat juga di negara
bagian seperti: terengganu, pattani, kelantan, kedah. Di kepulauan riau
seni teater mak yong dibawakan penari yang memakai topeng berbeda
dengan di malaysia yang tanpa topeng. Pertunjukan mak yong
biasanya di bawakan oleh kelompok penari dan pemusik, yang
menggabungkan berbagai unsur keagamaan, sandiwara, tari, musik,
vokal, serta naskah. Tokoh utama pria dan wanita, keduanya
dibawakan oleh penari wanita. Pertunjukan mak yong di iringi musik
seperti gendang, rebab dan tetawak.

6. Mendu

Mendu adalah sebuah kesenian yang tidak jauh berbeda dengan


mak yong, yang sama-sama menggabungkan unsur nyanyian,
tarian,dan teater. Pertunjukan kesenian mendu kerap digelar di
berbagai daerah di kepulauan riau sepeti di Anambas (tarempa dan
langi), Natuna (Ranai, Sepempang dan Midai). Cerita yang di mainkan
adalah hikayat dewa mendu yang di angkat dari cerita rakyat
masyarakat Natuna. Tokoh-tokoh dalam seni pertunjukan mendu, di
samping dewa mendu itu sendiri adalah Angkara Dewa, Siti Mahdewi,
Maharaja Laksemalik, Kilan Cahaya, Nenek Kebayan, Raja Bahailani,
Raja Majusi, Raja Firmansyah, Raja Beruk, dan tokoh-tokoh
pendukung lainnya yang jenaka seperti Selamat Salabe dan Tuk
Mugok.

7. Zapin

Tarian Zapin adalah salah satu tarian rumpun melayu. Kata zapin
sendiri berasal dari bahasa arab yaitu ''Zappan'' yang artinya penari dan
''Al Zapin'' yang berarti gerak kaki. Tarian yang kental dengan
pengaruh budaya arab ini bisa anda nikmati kalau mengunjungi
kepulauan Lingga. Biasanya ditampilkan di acara-acara tertentu atau
pegelaran budaya. Tarian zapin memiliki banyak ragam gerak
tariannya, walaupun pada dasarnya gerakan dasar zapinnya sama, dan
pada prinsipnya tarian ini bersifat edukatif namun di tampilkan dengan
kemasan yang menghibur. Syair-syair lagunya cukup kental dengan
nuansa dakwah islam. Musik penggiringnya terdiri dari dua alat utama
yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh berupa
gendang kecil yang kerap disebut marwas.
D. Bahasa Melayu
Bahasa daerah yang ada di Provinsi Riau adalah bahasa Melayu Riau
yng digunakan masyarakat sehari-hari. Bahasa Melayu Riau digadang
sebagai cikal bakal bahasa Indonesia, sehingga mirip dengan bahasa
Indonesia. Pemilihan bahasa Melayu Riau sebagai akar bahasa Indonesia
sesuai dengan kebijakan pemerintah Hindia-Belanda.

IV. Arkeologi Melayu


Arkeologi atau ilmu kepurbakalaan adalah ilmu yang
mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis
atas data bendawi yang ditinggalkan.
Arkeolog adalah sebutan untuk para sarjana, praktisi, atau ahli di
bidang arkeologi.

Berikut 8 peninggalan prasejarah Melayu (Riau) berupa bangunan :


1. Masjid Raya Pekanbaru
Masjid yang cukup megah ini dibangun pada abad ke-18,
tepatnya pada tahun 1762. Masjid yang terletak di Jalan
Senapelan Kecamatan Senapelan ini memiliki arsitektur yang
indah dan berseni. Masjid ini juga merupakan penanda bahwa
dulunya telah berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan Siak
Sri Indrapura yang bertahta di Pekanbaru (Senapelan), yaitu di
masa Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah sebagai Sultan Siak
ke-IV dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah
sebagai Sultan Siak ke-V.
Sejarah unik yang mewarnai berdirinya masjid ini adalah
ketika sultan Alamuddin Syah memindah ibukota pemerintahan
ke Senapelan (yang saat ini dikenal dengan Pekanbaru). Adat
dan tradisi yang dimiliki bangsa Siak mengharuskan bahwa
dalam pemindahan suatu pusat pemerintahan haruslah diikuti
dengan pendirian 3 bangunan yakni "Istana Raja", "Balai
Kerapatan Adat", dan "Mesjid". Ketiga unsur tersebut wajib
dibangun sebagai representasi dari unsur pemerintahan, adat
dan ulama (agama) yang biasa disebut "Tali Berpilin Tiga" atau
"Tungku Tiga Sejarangan". Karena berhubungan dengan kisah
sultan Alamuddin ini, Masjid Raya Pekanbaru sering disebut
dengan Masjid Alam.
2. Tugu Pahlawan Kerja
Berlokasi di kecamatan Bukit Raya, tugu ini merupakan
salah satu bangunan yang dibangun sebagai ungkapan apresiasi
kepada para pahlawan yang gugur dalam membela tanah air
ketika masa kependudukan Jepang di Indonesia. Mereka
merupakan korban Romusha (Kerja Paksa) pada zaman
penjajahan Jepang. Di mana ketika itu, pihak Jepang
membangun rel kereta api dari Pekanbaru ke Muara Sijunjung
yang terdapat di Sumatera Barat. Pada masa itu, Riau sudah
menjadi provinsi tersendiri di bawah pemerintahan Gubernur
Jepang Makino Susaboro dan mempunyai pelabuhan besar.
Tugu ini diresmikan pada tanggal 10 November 1978 oleh
Gubernur KKDH TK I Riau R H Soebrantas Siswanto.
3. Istana Sayap Pelalawan
Istana Sayap ini berada di Pelalawan yang saat ini telah
menjadi salah satu kabupaten di Riau. Sejarah Pelalawan
diawali dari kerajaan Pekantua yang didirikan oleh Maharaja
Indera (sekitar tahun 1380 M). Beliau adalah bekas Orang
Besar Kerajaan Temasik (Singapura) yang mendirikan kerajaan
ini setelah Temasik dikalahkan oleh Majapahit dipenghujung
abad XIV.
Istana ini sendiri dibangun oleh Sultan Pelalawan ke-29,
yakni Tengku Sontol Said Ali (1886-1892 M). Istana ini
berlokasi di sebelah Sungai Rasau (anak Sungai Kampar),
berlokasi di Kota Jauh dan Kota Dekat. Karena lokasinya yang
dekat dengan muara sungai, maka istana ini pernah dinamakan
dengan ‘Istana Ujung Pantai’, namun pada saat Sultan Syarif
Hasyim II memulai proyek pembangunan istana yang dulunya
sempat terhenti dan menambahkan di kedua sisi istana dua
bangunan sayap, maka istana ini pun dinamakan istana Sayap
Pelalawan.
4. Balai Adat Riau
Terletak di Jalan Diponegoro Pekanbaru Riau. Bangunan
ini merupakan bangunan yang difungsikan untuk keperluan
berbagai prosesi adat resmi Melayu Riau. Balai Adat Riau
dibangun dan didesain dengan variasi warna dan ukiran motif
yang bercirikan khas Melayu. Arsitekturnya yang khas
melambangkan kebesaran budaya Melayu Riau.
Bangunan bercorak khas Melayu ini memiliki 2 lantai.
Yang menarik adalah kita bisa melihat banyak petuah-petuah
Melayu di dinding-dinding balai. Petuah ini terdiri dari pasal-
pasal yang menggambarkan filosofi yang dipegang pada masa
itu. Bangunan ini sampai saat ini masih berfungsi sebagai pusat
pelestarian bahasa dan berbagai adat tradisi Riau. Disini tempat
ini pula berbagai penghargaan digelarkan kepada para
memimpin Indosesia. Di antara tokoh-tokoh yang pernah
mendapat penghormatan gelar adat adalah Susilo Bambang
Yudhoyono yakni Presiden Indonesia ke 6, dan Sultan
Hamangkubuono X.
5. Istana Kerajaan Siak
Assyaidis Syarif Hasyim merupakan salah satu sultan
kerajaan Siak yang berjasa membangun bangunan ini. Kerajaan
Siak Sri Indra Pura dikatakan merupakan kerajaan Islam
terbesar yang pernah ada yang Berjaya mulai abad ke-16
sampai abad ke-20 dengan 12 sultan yang pernah
memimpinnya. Istana Kerajaan Siak dibangun pada tahun 1889
dan dinamakan as-Sirayatul Hasyimiyah. Berbagai benda
peninggalan masih tersimpan rapi di Istana ini, diantara benda-
benda tersebut terdapat Singgasana raja yang berhiaskan emas.
6. Masjid Raya Sultan Riau
Bangunan ini yang memiliki luas 18 x 20 meter ini
didirikan pada tahun 1832. Masjid yang juga menjadi
kebanggaan masyarakat Riau ini didirikan oleh Raja
Abdurrahman. Terdapat 4 tiang utama yang menyokong
bangunan ini di dalamnya dan ditiap sudut terdapat menara
yang menjulang tinggi. Sedangkan di atap menara ini telah
dijajari 13 kubah. Bangunan beton yang kokoh pada masjid ini
adalah berbahan campuran putih telur dan juga kapur, bahan
yang sama untuk pembangunan piramida Giza di Mesir.
Pembangunan Masjid ini sendiri dilakukan dengan
menggunakan tenaga masyarakat Riau yang suka rela turut
memeras keringatnya demi berdirinya salah satu bangunan
megah sebagai item kota kebanggaan mereka.
7. Candi Muara Takus
Tidak hanya di Jawa, Riau yang merupakan salah satu kota
yang terletak di Pulau Sumatera ternyata juga memiliki Candi.
Ialah Candi Muara Takus, sebuah Candi Buddha yang terletak
di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten
Kampar. Candi ini berjarak kurang lebih 135 kilometer dari
Kota Pekanbaru. Bangunan Candi Muara Takus dikelilingi oleh
tembok berukuran 74 x 74 meter, yang terbuat dari batu putih
dengan tinggi tembok ± 80 cm. Di luar arealnya terdapat pula
tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi
kompleks ini sampai ke pinggir Sungai Kampar Kanan. Di
dalam kompleks ini terdapat beberapa bangunan candi yang
disebut dengan Candi Sulung.
8. Benteng Tujuh Lapis
Terletak di Dalu-Dalu, Kecamatan Tambusai sekitar 23 km
dari makam raja-raja Rambah, benteng ini dibangun oleh
Tuanku Tambusai pada tanggal tahun 1835. Benteng ini
terkenal cukup kokoh sebagai tempat perlindungan. Di
sekelilingnya terdapat 7 lapis pertahanan dengan dikelilingi
gundukan tanah mencapai tinggi 11 meter yang ditanami duri
dan juga terdapat parit dengan kedalaman 10 meter. Saat ini
bangunan benteng yang berusia telah berusia 179 tahun ini bisa
anda kunjungi sebagai salah satu wisata bersejarah.

V. Adat Istiadat dan Budaya


Tradisi agama Islam masyarakat melayu Riau adalah :
Dari beragam tradisi nusantara dalam

1. Petang Megang, Pekanbaru

Tradisi ini memiliki arti, Kata Petang berarti petang hari atau sore
hari, sesuai dengan waktu dilaksanakan tradisi ini yang memang
dilaksanakan pada sore hari. Sedangkan Megang berarti memegang
sesuatu/ memulai sesuatu. Tradisi ini diadakan sebelum Ramadhan dan
ingin memulai sesuatu yang baik dan suci yaitu puasa.

2. Mandi Balimau Kasai, Kampar

Balimau Kasai adalah upacara tradisional bagi masyarakat Kampar


di Provinsi Riau untuk menyambut bulan suci Ramadan. Upacara
tradisional ini selain sebagai ungkapan rasa syukur dan simbol
penyucian dan pembersihan diri. Balimau sendiri bermakna mandi
dengan menggunakan air yang dicampur jeruk yang oleh masyarakat
setempat disebut limau.

3. Jalur pacu, Kuantan Singingi

Di Kabupaten Kuantan Singingi, terdapat tradisi yang mirip


dengan lomba dayung. Tradisi “Jalur Pacu” ini digelar di sungai-
sungai di Riau dengan menggunakan perahu tradisional, seluruh
masyarakat akan tumpah ruah jadi satu menyambut acara tersebut.

4. Tahlil Jamak/ Kenduri Ruwah, Kepulauan Riau

Warga Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau,


mempunyai tradisi khas menyambut datangnya bulan puasa, yaitu
menggelar Tahlil Jamak atau Kenduri Ruwah. Tahlil Jamak itu berupa
zikir serta berdoa untuk para arwah orang tua atau sesama muslim.
Selain doa, juga dilaksanakan kenduri dengan sajian menu kenduri
yang bersumber dari sumbangan sukarela warga.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Sungguh luas peristiwa sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia,


yang bahkan melahirkan culture yang berbagai macam setiap daerah di penjuru
Indonesia bahkan Asia Tenggara. Setiap tempat ada sejarahnya, setiap tempat
memiliki tradisi dan budaya sesuai gaya hidup penghuninya, dan dengan
datangnya Islam lengkaplah Kearifan Lokal Melayu ini, sebab Mayoritas
penduduk melayu adalah Muslim maka Islam datang menerangi dan mewarnai
budaya yang ada dengan tetap memperhatikan syari’at tuntunan Allah Swt

Kita yang lahir lebih lambat dari orang-orang sebelum kita hendaknya
menjaga dan melestarikan budaya para leluhur kita, selama masih dalam jalur
lurus dan tidak menyimpang dari iman dan taqwa.
DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa-Putra, H. S. Undated. Bahasa, Sastra dan Kearifan Lokal di


Indonesia. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, UGM.

Ahmad Dahlan. 2014. Sejarah Melayu. Jakarta: Kepustakaan Populer


Gramedia.

Ahmad Yusuf, dkk. 1993. Dari Kesultanan Melayu Johor-Riau ke


Kesultanan Melayu Lingga-Riau. Pekanbaru: Pemerintah Daerah Provinsi Riau.

Asli Br. Sembiring, dkk. 2010. Kebudayaan Melayu. Jakarta: CV Nusa


Persada.

Azwar Aziz. 2012. Kamus Bosa Bahaso Asli Melayu Tuanku Tambusai.

Pekanbaru: Arjuna Riau Grafindo.

Budi Mulyawarman. 2015. Budaya Politik Masyarakat Indonesia Dalam


Perspektif Pembangunan Politik. Jurnal ASPIRASI volume 5 nomor 2. Februari.

Budisantoso, dkk.1986. Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya.


Pekanbaru: Pemerintah Propinsi Tingkat I Riau.

Anda mungkin juga menyukai