Anda di halaman 1dari 14

Sejarah

Perkembangan
Pemikiran Akhlaq

Dosen Pengampu : Ust. Syafriadi, M.Pd.I

AKHLAQ
TASAWUF ALBI
ALBI MUSTAQIM
MUSTAQIM

NITA
NITA NURHILAWATI
NURHILAWATI

MUHAMMAD
MUHAMMAD ADRIAN
ADRIAN

YUSNITA
YUSNITA BOYE
BOYE

FADHILAH
FADHILAH RAHMI
RAHMI
Socrates
(469-399 SM) FASE YUNANI

Pendapatnya,

Akhlaq berkaitan
dengan hubungan
antar manusia
harus didasarkan
pada ilmu
pengetahuan,
“Keutamaan itu
terdapat pada ilmu”
Cynics & Cyrenics
(444-370 SM) FASE YUNANI

Ajarannya ialah
bahwa Tuhan bebas
dari segala
kebutuhan dan
sebaik-baiknya
manusia adalah
yang memiliki
akhlaq perangai
Ketuhanan. Dengan
akhlaq Ketuhanan
ini, seseorang
sedapat mungkin
meminimalisasi
kebutuhan dan
terbiasa dengan
hidup menderita
Plato
(427-347 SM) FASE YUNANI

Pendapatnya
yaitu,
Di belakang alam
wujud (fisik) ada
alam lain yang
bersifat ruhani
(metafisika) dan
setiap benda
yang berjasad itu
mempunyai
gambar yang
tidak berjasad di
alam ruhani.
Aristoteles
(394-322 SM) FASE YUNANI

Dia membuat
aliran baru dan
pengikut
alirannya
dinamakan
peripatetics.
Dia berpendapat
bahwa tujuan
terakhir manusia
adalah
kebahagiaan.
Stoics &
Epicurics

Stoisisme mengatakan
bahwa tujuan hidup
manusia adalah
menjalani segala
sesuatu yang bisa
dijalani secara rasional.
Kuncinya ialah dengan
the mind, maka kita
akan meraih peace of
mind.

Sedangkan Epicurics
bertujuan menjamin
kebahagiaan manusia
dengan menitikberatkan
pada ketenangan bathin.
Agama Nasrani

Ajarannya bersifat Teo-


centris (memusat pada
Tuhan) dan Sufistik
(bercorak bathin). Ajaran
Akhlaq Nasrani dibawa oleh
para pendeta dan sejalan
dengan ajaran Stoics Yunani
dalam persoalan baik dan
buruk.

Dimana dalam filsafat


Yunani, pendorong kebaikan
ialah pengetahuan dan
kebijaksanaan.
Sedangkan menurut ajaran
Nasrani, yang mendorong
berbuat kebaikan ialah cinta
dan iman kepada Tuhan
berdasarkan petunjuk kitab
Taurat dan Injil.
Fase Arab
Pra-Islam

Bangsa Arab sebelum


Islam masih minim
dalam bidang akhlak dan
kebijaksanaan.
Hanya ada beberapa
orang arif-bijaksana dan
beberapa ahli hikmah
dan syair-syair hikmah
yang menganjurkan
untuk berbuat kebaikan
dan melarang
keburukan.

Beberapa diantaranya
ialah; Lukman al-Hakim,
Aktsam bin Shaifi,
Zuhair bin Abi Sulma dan
Harim ath-Tha’i.
Fase Islam

Kedua, pada abad ke-2 H


tokoh yang awal-awal
juga turut menulis Ilmu
Akhlaq adalah Ismail bin
Mahran Abu An-Nasr As-
Saukuni.
Ia menulis Kitab Al-
Mu’min wal Fajr,
merupakan kitab akhlaq
yang pertama kali
dikenal dalam Islam.

Selain itu masih pada


abad ini, tersebut
beberapa tokoh yang
berkontribusi dalam Ilmu
Akhlaq, antara lain; Abu
Dzar Al-Ghifari, Amr bin
Yasir, Naufal Al-Bakali,
dan Muhammad bin Abu
Bakar.
Ali bin Abi Thalib, Ra.
(berkuasa 601-661 H)
Fase Islam

Adalah Muhammad
Rasulullah SAW, guru
terbesar dalam bidang
akhlaq. Yang mana salah
satu misi diutusnya beliau ke
muka bumi ialah untuk
menyempurnakan akhlaq.
Akan tetapi tokoh penggagas
yang pertama kali
merumuskan Ilmu Akhlaq
masih diperbincangkan.

Dan Ali bin Abi Thalib, Ra.


termasuk berada dalam
daftar urutan pertama tokoh
awal-awal yang menggagas
Ilmu Akhlaq.
Teori ini merujuk dari sebuah
risalah yang ditulis oleh Ali
untuk putranya, Al-Hasan
setelah kepulangannya dari
Perang Shiffin. Kandungan
risalahnya termaktub dalam
kitab Nahj Al-Balaghah yang
banyak dikutip para Ulama
Sunni.
Fase Islam

Selanjutnya pada abad ke-3


H, tokoh-tokoh yang turut
berkontribusi dalam bidang
Ilmu Akhlaq antara lain ialah
Ja’far bin Ahmad Al-Qumi
dengan kitabnya Al-Mani’at
min Dukhul Al-Jannah.
Lalu ada Ar-Razi_250-313 H
(Kitab Ath-Thibb Ar-Ruhani);
Ali bin Ahmad Al-Kufi_Abad
ke-4 H ( Al-Adab & Makarim
al-Akhlaq); Ibnu
Maskawaih_Abad ke-5 H
(Tahdzib Al-Ahlaq wa Tathir
Al-’Araq & Adab Al-Arab wal
Furs; Warram bin Abi Al-
Fawaris_Abad ke-6 H
(Tambih Al-Khatir wa Nuzhah
An-Nazhir);Syeikh Khawajah
Natsir Ath-Thusi_Abad ke-7 H
(Kitab Al-Akhlaq An-
Nashiriyyah wa Awshaf asy-
Asyraf wa Adab Al-
Muta’alimin; dan lain-lain.
Fase Abad
Pertengahan

Pemikiran Akhlaq yang lahir


pada fase ini merupakan
perpaduan antara ajaran
Yunani dengan ajaran
Nasrani. Namun pada masa
ini Eropa tertekan akibat
otoritas Gereja yang
memusuhi pemikiran Filfasat
Yunani.

Pemuka-pemukanya yang
termahsyur adalah Abelard
(1079-1142) dan Thomas
Aquinas (1226-1274)
Kemudian datang
Shakespeare dan Hetzenner
yang menyatakan adanya
perasaan naluri pada
manusia dapat digunakan
untuk membedakan baik dan
buruk.
Fase Abad
Modern

Dimulai dari tahun 1800


hingga saat ini. Ditandai
kebangkitan Eropa melalui
para ilmuwannya yang
menyuburkan kembali
pemikiran filsafat Yunani
Kuno.

Descartes (1596-1650) Thomas Hill Green (1836-


 Tidak menerima 1882) & Herbert Spencer
sesuatu yang belum (1820-1903)
 Manusia dapat memahami
dikaji akal dan
suatu keadaan yang lebih
belum dipastikan baik dan menghendakinya
nyata; sebab ia adalah pelaku
 Penyelidikan moral;
terhadap sesuatu  Manusia dapat melakukan
harus dimulai dari realisasi diri sebab ia
yang terkecil dan adalah subyek yang sadar
yang termudah lalu diri, suatu reproduksi dari
mengarah pada kesadaran diri yang abadi;
yang kompleks;  Cita-cita keadaan yang
 Tidak boleh lebih baik adalah yang
ideal, tujuan yang terakhir;
menetapkan
 Ide menjadi pelaku
kebenaran sebelum bermoral dalam kehidupan
diuji terlebih dahulu. manusia.
Kesimpulan Saran

Begitu banyak pendapat-


Di zaman serba canggih yang
pendapat tentang ajaran acapkali membawa pengaruh baik
akhlaq, namun masih dan buruk pada kita sabagai
dijumpai kekurangan- generasi penerus Islam, kita harus
kekurangan yang pandai memilah dan memilih segala
menjadikanya kurang hal yang baik dan buruk. Dan
sebaik-baiknya format atau konsep
sempurna, hanya satu
kita menjalani hidup sebagai
kebenaran yang mutlak khalifah di muka bumi, ialah dengan
dan absolut yaitu akhlaq menggunakan format Allah itu
yang dicontohkan oleh sendiri sebagaimana yang tersurat
Nabi Muhammad Saw. dalam data Ketuhanan, Al-Qur’an
Dengan panduannya Al- dan dicontohkan Rasul dalam
sunnah-sunnahnya.
Qur’anul Karim dan Al-
Hadits.

Anda mungkin juga menyukai