Anda di halaman 1dari 55

TUGAS RESUME ILMU KALAM PERTEMUAN I-XIV

Dosen Pengampu:

Abdul Rosyad M.Pd.I

Disusun Oleh:

Bintang Nawafila

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

2021
RESUME ILMU KALAM PERTEMUAN 1

PENGERTIAN ILMU KALAM, DEFINISI, NAMA LAIN, SUMBER DAN

HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN FILSAFAT

 PENGERTIAN ILMU KALAM

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata kalam diartikan dengan perkataan

atau kata (terutama bagi Allah). Sementara menurut bahasa dalam perspektif

tauhid yaitu ilmu yang membicarakan/ membahas tentang masalah

ketuhanan/ketauhidan (Mengesakan Allah).

 NAMA LAIN ILMU KALAM

- Ilmu Tauhid

- Ilmu Aqoid

- Ilmu Ushuluddin

- Ilmu Kalam, dan

- Teologi Islam.

Semua ilmu itu membahas tatacara yang dipakai untuk mengesakan

Tuhan dan meningkatkan keyakinan kepada-Nya.

Adapun sumber dalam pembahasan ilmu kalam yaitu:

1. Al-Qur‘an

Al-Qur‘an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan,

sumber dari segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu

pengetahuan. Menurut Mulyadhi Kartanegara, alQur‘an adalah buku

induk ilmu pengetahuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang
terlewatkan. Semuanya telah tercover di dalam al-Qur‘an, baik yang

mengatur hubungan manusia dengan Allah (habl min Allah),

hubungan manusia dengan sesama manusia (habl min an-Naas),

ataupun hubungan manusia dengan alam dan lingkungan.

2. Hadits

Hadits secara bahasa (etimologi) adalah segala sesuatu yang

diperbincangkan yang disampaikan baik dengan suara maupun dengan

tulisan.

3. Hasil Pemikiran yang Mendalam

Hasil pemikiran manusia khususnya dari orang-orang yang memiliki

keilmuan yang mendalam memberikan warna terhadap perkembangan

ilmu pengetahuan.

 HUBUNGAN ILMU KALAM, TASAWUF DAN FILSAFAT

Ilmu Kalam sebagai ilmu yang menggunakan logika di samping

argumentasi-argumentasi naqliyah berfungsi untuk mempertahankan

keyakinan ajaran agama. Sehingga pada dasarnya ilmu kalam menggunakan

metode dialektika (jadaliyah) atau dikenal juga dengan dialog keagamaan.

Sementara Tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari pada rasio.

Sebagai sebuah ilmu yang prosesnya diperoleh melalui rasa, ilmu tasawuf

bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman. Itulah

sebabnya, bahasa tasawuf sering nampak aneh bila dilihat dari aspek rasio.

Karena pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan. Sedangkan filsafat sebagai

sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang
digunakan adalah metode rasional. Oleh karenanya filsafat menghampiri

kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal (mengakar), integral

(menyeluruh) serta universal (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan apapun

kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika.

1. Ilmu Kalam

a. Objek kajian: Ketuhanan dan segala yang berkaitan dengan-Nya.

b. Sumber: Logika.

c. Metode: Dialektika (Jadaliyah) atau Dialog Keagamaan

2. Ilmu Tasawuf

a. Objek kajian: Ketuhanan dan upaya-upaya pendekatan keapda-Nya.

b. Sumber: Qalbu

c. Metode: Rasa, riyadhah, pengalaman

3. Filsafat

a. Objek kajian: ketuhanan, di samping masalah alam, manusia dan

b. Sumber: Akal atau Logika

c. Metode: Rasional segala sesuatu yang ada.


RESUME ILMU KALAM PERTEMUAN 2

SEJARAH MUNCULNYA ILMU KALAM DAN KERANGKA BERFIKIR

ALIRAN ILMU KALAM

 SEJARAH MUNCULNYA ILMU KALAM

1. Menurut Harun Nasution, munculnya persoalan kalam dipicu oleh

persoalan politik yang menyangkut pembunuhan khalifah Utsman bin

Affan, ditambah Muawiyyah yang tidak setuju atas dilantiknya Ali bin

Abi Thalib sebagai khalifah selanjutnya. Kemudian berlanjut pada

Perang Siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim.

2. Persoalan kalam yang pertama kali dibahas adalah persoalan siapa yang

kafir dan yang tidak, atau siapa yang murtad dan siapa yang tetap.

Banyaknya perbedaan pendapat dan cara mempertahankan pendapat

dikalangan umat inilah cikal bakal munculnya ilmu kalam.

3. Menurut Tengku Muhammad As-Shidiqy dalam bukunya Pengantar Ilmu

Kalam, istilah ilmu kalam baru dikenal pada masa Bani Abbasiyah,

tepatnya pada tahun 750-1258 M. Dimana kala itu, banyak bermunculan

filsafat-filsafat, seperti Filsafat Yunani dan Sains yang mulai

dipelajari oleh umat muslim. Lalu terjadilah banyak perdebatan

pertukaran pikiran serta bencampur dengan masalah-masalah tauhid

dan filsafat, seperti membicarakan materi, susunan tubuh, hukum-

hukum zat, dan lain-lain. Dari situlah lahir suatu ilmu yang berdiri sendiri

diantara ilmu-ilmu lain yang dinamakan dengan ilmu kalam.


 KERANGKA BERFIKIR ALIRAN ILMU KALAM

1. Metode Kerangka Berfikir Rasional

Yakni metode yang lebih mengedepankan akal. Metode ini memiliki

prinsip-prinsip, antara lain:

1. Hanya terkait pada dogma – dogma yang dengan jelas disebut

dalam al – qur’an hadis nabi yaitu hadis qath’I (harus dengan

makna asli/arti harfinya.)

2. Memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat dan

berkehendak serta memberikan daya yang kuat pada akal.

Biasanya metode kerangka berfikir rasional ini diterapkan oleh Kaum

Muktazillah.

2. Metode Kerangka Berfikir Tradisional

1. Terkait pada dogma – dogma dan ayat – ayat yang mengandung arti

zhanni (boleh mengandung arti lain selain dari arti harfinya.)

2. Tidak memberikan kebebesan kepada manusia dalam berkehendak dan

berbuat.

3. Memberikan daya yang kecil pada akal.

Biasanya metode kerangka berfikir secara tradisional ini

diterapkan oleh Kaum Asy’ariyah.


Disamping pengkategorian teologi rasional dan tradisional

dikenal pula pengkategorian akibat adanya perbedaan kerangka

berfikir dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kalam :

a. Aliran Antroposentris

Orang yang tergolong dalam kelompok ini berpandangan negatif

terhadap dunia karena menganggap keselamatan dirinya terletak pada

kemampuannya untuk membuang semua hasrat dan keinginannya.

Sementara ketakwaan lebih diorientasaikan kepada praktek-praktek

pertapaan dan konsep-konsep magis. Tujuan hidupnya bermaksud

menyusun kepribadiannya kedalam realita impersonalnya.

b. Teologi teosentris

Manusia teosentris adalah manusia yang statis karena sering terjebak

dalam kepasrahan mutlak kepada Tuhan. Sikap kepasrahan menandakan ia

tidak mempuyai pilihan. Dengan perantara daya, Tuhan selalu campur

tangan. Bahkan bisa dikatakan manusia tidak ada daya sama sekali

terhadap segala perbuatannya.

c. Aliran Konvergensi Sintesis

Aliran ini berkeyakinan bahwa daya manusia merupakan proses kerja

sama antara daya yang transedental (Tuhan) dalam bentuk kebijaksanaan

dan daya temporal (manusia) dalam bentuk teknis. Para penganut aliran

konvergensi, berupaya agar selalu berada tidak jauh kekanan atau kekiri,

tetapi tetap ditengah-tengah antara berbagai ekstrimitas aliran teologi.


d. Aliran Nihilis

Aliran ini menganggap bahwa hakekat realitas transendental hanyalah

ilusi. Aliran ini pun menolak tuhan yang mutlak, tetapi menerima berbagai

variasi keteraturan tuhan. Manusia hanyalah bintik kecil dari aktivitas

mekanisme dalam suatu masyarakat yang serba kebetulan.

Awal mula munculnya aliran kalam dikarenakan urusan politik yang

terjadi pasca terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, yang langsung

digantikan oleh Ali bin Abi Thalib. Hal itu menimbulkan rasa

ketidaksetujuan Muawiyyah sehingga terjadilah Perang Siffin yang

berakhir dengan peristiwa tahkim. Menurut Tengku Muhammad As-

Shidiqy dalam bukunya Pengantar Ilmu Kalam, istilah ilmu kalam baru

dikenal pada masa Bani Abbasiyah, tepatnya pada tahun 750-1258 M.

Dimana kala itu, banyak bermunculan filsafat-filsafat, seperti Filsafat

Yunani dan Sains yang mulai dipelajari oleh umat muslim.

Semua kerangka berfikir aliran kalam, baik rasional maupun tradisional,

sama-sama menggunakan akal dalam memecahkan persoalan-persoalan teologi

yang muncul di kalangan umat islam. Perbedaannya hanya derajat yang diberikan

pada akal. Pada dasarnya semua cara mengartikan/menginterpretasikan ayat-ayat

Al-Qur’an dan Hadits. Hal ini yang menyebabkan timbulnya timbulnya berbagai

macam aliran kalam. Sama halnya seperti ilmu fiqih dalam islam, yang

karena perbedaan interpretasilah yang melahirkan berbagai madzhab-madzhab,

seperti Madzhab Hambali, Syafi’I, Malika, dan Hanafi.


RESUME ILMU KALAM PERTEMUAN KE 3

KHAWARIJ:

SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA

 PENGERTIAN ALIRAN KHAWARIJ

Aliran Khawarij adalah aliran tertua dalam islam. Aliran ini, muncul ditengah-

tengah kemelut politik yang terjadi dikalangan muslim pada masa Ali Bin Abi

Tholib. Secara etimologi kata Khawarij berasal dari Bahasa Arab, yaitu Kharaja

yang berarti keluar, muncul, timbul atau memberontak. Adapun Khawarij dalam

terminologi adalah pengikut Ali Bin Abi Tholib yang keluar meninggalakan

barisan.

 CIRI-CIRI KAUM KHAWARIJ

1. Mudah mengkafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka.

2. Islam yang benar adalah islam yang mereka pahami dan amalkan.

3. Orang-orang islam yang tersesat dan telah menjadi kafir itu perlu dibawa

ke islam yang sebenarnya.

4. Karena pemerintahan dan ulama yang tidak segan-segan menggunakan

kekerasan dan pembunuhan untuk mencapai tujuan bersama.

5. Mereka bersikap fanatic dalam paham dan tidak segan-segan

menggunakan kekerasan dan pembunuhan untuk mencapai tujuan

bersama.

 SEBAB MUNCULNYA ALIRAN KHAWARIJ

Awal mulanya khawarij adalah kaum yang mendukung sayyidina Ali bin Abi

Thalib. Hal itu disebabkan karena mereka menganggap bahwa orang yang mau
berdamai ketika pertempuran adalah orang yang ragu akan pendiriannya dalam

kebenaran peperangan yang ditegakkannya.

Dapat dipahami bahwa timbulnya Khawarij adalah persoalan politik yang

berubah menjadi soal kepercayaan atau dogmatis teologi. Mereka menuduh

Khalifah Ali bin Abi Thalib lebih percaya pada putusan musuh dan

mengesampingkan putusan Allah yaitu menerima tahkim yang menjadi sebab

perpecahan dan perbedaan pendapat sampai tingkat dogmatis teologi.

 AJARAN POKOK ALIRAN KHAWARIJ

Ajaran ajaran pokok firqoh khawarij ialah khilafah dosa, dan iman. Asal mula

gerakan khawarij itu adalah Maslah politik semata, namun kemudian berkembang

menjadi corak keagamaan mereka berwatak keras, tanpa perhitungan taktik

strategi. Kemudian menurut golongan khawarij iman itu bukan hanya

membenarkan dalam hati dan ikrar lisan saja tetapi amsal ibadah menjadi bagian

dari iman.

Adapun menurut pendapat orang lain Poko pokok ajaran khawarij dibagi menjadi

2 yaitu:

1. Di bidang Teologi

a. Orang mukmin yang berbuat dosa besar (murtakkib Al kaba'ir atau

capital sinner) adalah kafir dan telah keluar dari Islam dan wajib di

bunuh.

b. Ibadah termasuk rukun iman, maka orang tarikush shalat dinyatakan

kafir.

c. Anak anak orang kafir yang mati waktu kecilnya juga masuk neraka.
2. Dalam Bidang Ketatanegaraan

Kaum khawarij lebih bersifat demokratis karena syarat untuk menjadi

pemimpin umat (imam atau Khalifah) TDK harus dri ahlul bait Rasulullah dan

berbangsa Quraisy. Boleh tidak mematuhi aturan-aturan kepala negara bila

ternyata ia seorang yang dzalim.

 SEKTE-SEKTE KHAWARIJ

Sekte yang terkenal dalam kaum khawarij yaitu:

1. Kaum Al-Muhakimah

2. AL- Azariqah

3. AL- Najdah

4. AL- Jaridah

5. Ash- Sufriyah

6. AL- Ibadiyah

RESUME ILMU KALAM PERTEMUAN 4

ALIRAN MURJI’AH

 SEJARAH ALIRAN MURJI’AH

Nama Murji’ah berasal dari kata irja atau arja’a yang berarti

penundaan, penangguhan, dan pengharapan. Kata arja’a juga memiliki

arti memberi harapan, yakni memberi harapan kepada pelaku dosa

besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah. Oleh karena

itu, murji’ah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan


seseorang yang bersengketa, yakni Ali dan Muawiyah serta

pasukannya masing-masing ke hari kiamat kelak. Kaum Murji’ah

ditimbulkan oleh persoalan politik sama halnya dengan kaum

Khawarij, tegasnya persoalan kholifah yang membawa perpecahan

dikalangan umat Islam setelah terbunuhnya Usman Ibn Affan. Seperti

telah dibahas, kaum Khawarij pada mulanya adalah penyokong Ali

tetapi kemudian menjadi musuhnya. Karena adanya perlawanan ini,

kelompok yang setia pada Ali bertambah keras dan kuat membelanya

dan merupakan satu golongan lain yang disebut Syi’ah. Akan tetapi

mereka sama-sama menentang kekuasaan Bani Umayyah, tetapi

dengan motif yang berbeda.

Dalam permusuhan inilah muncul satu aliran baru yang bersikap

netral yang tidak ikut dalam kafir-mengkafirkan yang terjadi pada

golongan tersebut. Bagi merekan golongan yang bertentangan itu

merupakan orang-orang yang dapat dipercayai dan tidak keluar dari

jalan yang benar. Oleh karena itu, mereka tidak mengeluarkan

pendapat siapa yang salah dan benar dan lebih baik menunda

penyelesaian hingga hari perhitungan di depan Allah. Dengan

demikian, kaum Murji’ah adalh kaum yang tidak ikut campur dalam

pertentangan tersebut dan mengambil sikap menyerahkan penentuan

kafir atau tidaknya orang-orang yang bertentangan tersebut kepada

Allah.
 DOKTRIN-DOKTRIN MUHAJIRIN

Di bidang politik, doktrin irja diimplementasikan dengan sikap politik netral

atau nonblok, yang hampir selalu diekspresikan dengan sikap diam. Itulah

sebabnya, kelompok murji’ah dikenal pula sebagai the queietists (kelompok

bungkam). Sehingga membuat murji’ah selalu diam dalam persoalan politik.

Adapun di bidang teologi, doktrin irja dikembangkan Murji’ah ketika

menanggapi persoalan-persoalan teologis yang muncul pada saat itu. Pada

perkembangan berikutnya, persoalan-persoalan yang di tanggapinya menjadi

semakin kompleks sehingga mencakup iman, kufur, dosa besar dan ringan,

tauhid, tafsir Al-Qur’an, eskatologi, pengampunan atas dosa besar, kemaksuman

nabi, hukuman atas dosa(punishment of sins), ada yang kafir (infidel) dikalangan

generasi awal islam, tobat (redress of wrongs).

Berkaitan dengan doktrin teologi murji’ah, W. Montgomery watt merincinya

sebagai berikut;

1. Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga Allah

memutuskannya di akhirat kelak.

2. Penangguhan Ali untuk menduduki ranking keempat dalam peringkat Al-

khalifah Ar-Rasyidun.

3. Pemberian harapan terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk

memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.

4. Doktrin-doktrin murji’ah menyerupai pengajaran (madzhab) para skeptic

dan empiris dari kalangan Helenis.


Masih berkaitan dengan doktrin teologi murji’ah, Harun Nasution

menyebutkan empat ajaran pokoknya, yaitu;

1. Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al-

Asy’ary yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di hari

kiamat kelak.

2. Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa

besar.

3. Meletakkan (pentingnya) iman dari pada amal.

4. Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk

memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.

Sementara itu, Abu ‘A’ la Al-Maududi menyebutkan dua doktrin pokok ajaran

Murji’ah, yaitu:

a. Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Adapun amal atau

perbuatan tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman.

Berdasarkan hal ini, seseorang tetap di anggap mukmin walaupun

meninggalkan perbuatan yang di fardhukan dan melakukan dosa besar.

b. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati,

setiap maksiat tidak dapat mendatangkan madarat ataupun gangguan atas

seseorang. Untuk mendapatkan pengampunan, manusia cukup hanya

dengan menjauhkan diri dari syirik dan mati dalam keadaan akidah tauhid.

 SEKTE-SEKTE DAN AJARAN DALAM ALIRAN MURJIAH

Sekte dalam aliran Murji’ah tidak jelas jumlahnya karena masing-masing ahli

memiliki pendapat masing-masing. Al-Baghdadi membagi mereka dalam tiga


golongan yaitu al-Murji’ah yang dipengaruhi ajaran-ajaran al-Qodariyah, al-

Murji’ah yang yang dipengaruhi ajaran-ajaran al-Jabariyah, dan al-Murji’ah yang

tidak dipengaruhi keduanya. Golongan ketiga ini terdiri dari lima sekte, yaitu al-

Yunusiyah, al-Ghazaniyah, al-Saubaniyah, al-Tumaniyah, dan al-Murisiyah. Al-

Asy’ary membagi menjadi 12 golongan, sedangkan al-Syahrastani membagi

menjadi tiga sekte, yaitu al-Murji’ah al-Khawarij, al-Murji’ah al-Jabariyah, dan

al-Murji’ah asli.

 ALIRAN MURJI’AH DAPAT DIBAGI MENJADI DUA GOLONGAN

BESAR, YAITU GOLONGAN MODERAT DAN GOLONGAN

EKSTREAM.

Al-Murji’ ah moderat disebut juga al-Murji’ ah al-Sunnah yang pada umum

terdiri dari para fuquha dan muhditsin. Mereka berpendapat bahwa orang berdosa

besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka, dia akan dihukuk dalam

neraka sesuai dosa yang telah diperbuatnya dan kemungkinan Allah bisa

mengampuni dosanya. Dengan demikian, Murji’ ah moderat masih mengakui

keberadaan amal perbuatan dan mengakui pentingnya amal perbutan manusia,

meskipun bukan bagian dari iman. Yang termasuk golongan al-Murji’ ah

moderat, di antaranya al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Tholib, Abu

Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli hadits.

Golongan al-Murji’ah yang eksterm adalah mereka yang secara berlebihan

mengadakan pemisahan antara iman dan amal perbuatan. Mereka menghargai

iman terlalu berlebihan dan merendahkan amal perbuatab tanpa perhitungan sama

sekali. Amal perbutan tidak ada pengaruhnya terhadap iman. Iman hanya
berkaitan dengan Tuhan dan hanya Tuhan yang mengetahuinya. Oleh karena itu,

selagi orang beriman, perbuatan apapun tidak dapat merusak imanya sehingga

tidak menyebabkan kafirnya seseoarang.

 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ALIRAN MURJI’AH

Kelebihan dari aliran ini adalah golongan ini tidak akan memudaratkan

perbuatan maksiat itu terhadap keimanan. Demikian juga sebaliknya, “tidaklah

akan memberi manfaat dan memberi faedah ketaatan seseorang terhadap

kekafirannya”. Artinya, tidaklah akan berguna dan tidaklah akan diberi pahala

perbuatan baik yang dilakukan oleh orang kafir. Maka dari itu, mereka tidak mau

mengkafirkan seseorang yang telah masuk Islam, sebab golongan ini sagat

mementingakan kewajiban sesama manusia.

Kekurangan aliran ini adalah lebih mementingkan urusan dunia dari pada

akhirat.Karena menurut mereka, iman adalah mengetahui dan mengakui sesuatu

yang menurut akal wajib dikerjakan.Berarti, kelompok ini mengakui adanya

kewajiban-kewajiban yang dapat diketahui akal sebelum datangnya syariat.

Kekurangan aliran ini adalah lebih mementingkan urusan dunia dari pada

akhirat.Karena menurut mereka, iman adalah mengetahui dan mengakui sesuatu

yang menurut akal wajib dikerjakan.Berarti, kelompok ini mengakui adanya

kewajiban-kewajiban yang dapat diketahui akal sebelum datangnya syariat.

RESUME ILMU KALAM PERTEMUAN KE 5


ALIRAN JABARIYAH DAN ALIRAN QADARIYAH

 SEJARAH SEKTE/ALIRAN JABARIYAH

Jabariyah berasal dari bahasa arab “JABARA” yang artinya memaksa jadi

orang-orang jabariyah menganggap bahwa semua perbuatan manusia adalah

terpaksa mereka meyakini manusia tidak memiliki kekuasaan apapun atas

kehendak dan nasibnya. Segala tindak tanduknya mulai dari ia lahir bekerja, siapa

jodohnya hingga ajalnya ditentukan oleh allah swt. Maka dari itu, asysyahra/asani

pernah menulis faham jabariyah menghilangkan perbuatan manusia dalam arti

yang sesungguhnya dan mutlak menyadarkannya kepada allah swt.

Aliran jabariyah lahir di khurasan persia dengan tokohnya bernama jaham bin

shafwan. Nama lain jabariyah adalah jahmiyah yang di nisbahkan kepada nama

jaham dan shafwan. Aliran jabariyah di cetuskan pertama kali oleh ja’ad bin

dirham, barulah kemudian di teruskan oleh jaham bin shafwan.

 SEJARAH SEKTE/ALIRAN QODARIYAH

Kata qodariyah berasal dari kata “QADARA” yang memiliki dua pengertian

yaitu berani mempunytai kekuatan atau kemampuan. Sedangkan, qodariyah yang

dimaksud disini adalah orang yang berani mempunyai kekuatan atau kemampuan.

Sedangkan, qodariyah yang dimaksud disini adalah su atu faham nahwa manusia

mempunyai kebebasan berkehendak dan ounya kemampuan untuk berbuat.

Al-lalikai meriwayatkan dari imam As-Syafi’i berkata, qodari adalah orang

yang menyatakan bahwa Allah tidak menciptakan apa-apa hingga dikerjakan.

Imam Abu tsaur ditanya tentang qodariyah jawab beliau “Qodariyah adalah orang
yang mengatakan bahwa allah tidak menciptakan perbuatan hambanya, dan allah

tidak menentukan dan menciptakan perbuatan maksiat pada hambanya.”

 TOKOH PENDIRI ALIRAN QODARIYAH

 Ma’bad al Juhani (70 H/689 M) di Irak. (Ma’bad adalah seorang taba’I

yang dapat dipercaya dan pernah berguru pada Hasan al-Basri)

 Ghailan ad Dimasyaqi di daerah Syam (Ghalian adalah seorang orator

berasal dari Damaskus dan ayahnya menjadi maula Usman bin Affan)

 Ja’ad bin Durham.

Faham jabariyah

 Jabariyah ekstrim

Menurut ja’ad bin dirham dan jaham bin shafwan manusia adalah

makhluk yang tidak memiliki kehendak apapun. Allah yang mengendalikan

segala perbuatan manusia. Aliran jabariyah ekstrim dari 2 tokoh ini meyakini

manusia adalah sosok fasif dalam kehidupan dunia.

Aliran jabariyah ekstrim juga berpandangan bahwa surga dan neraka

tidaklah kekal. Menurut pendapat mereka yang kekal dialam semesta ini

hanyalah Allah swt. Jika surga dan neraka juga kekal maka keduanya akan

menyaingi sifat allah yang maha kekal.

 Jabariyah moderat.

Faham ini meyakini bahwa Allah swt memang mengendalikan semua

perguatan manusia namun ia berpendapat manusia pun memiliki peran dalam

mewujudkan perbuatan tersebut. Pendapat ini terdapat pada Qur’an surat

assaffat: 37 yang memiliki arti Allah lah yang menciptakan kamu, apa yang
kamu Jabariyah moderat. Faham ini meyakini bahwa Allah swt memang

mengendalikan semua perguatan manusia namun ia berpendapat manusia pun

memiliki peran dalam mewujudkan perbuatan tersebut. Pendapat ini terdapat

pada Qur’an surat assaffat: 37 yang memiliki arti allah lah yang menciptakan

kamu, apa yang kamu kerjakan.

Pemikiran annajjan dan addhiran melandasi perkembangan kelompok

jabariyah moderat yang tidak serta merta menganggap manusia mutlak tunduk

pada takdir melainkan juga berpartisipasi dalam memutuskan segala

perbuatannya yang kerjakan. Pemikiran annajjan dan addhiran melandasi

perkembangan kelompok jabariyah moderat yang tidak serta merta

menganggap manusia mutlak tunduk pada takdir melainkan juga

berpartisipasi dalam memutuskan segala perbuatannya.

 POKOK PEMIKIRAN ALIRAN QODARIYAH

Aliran Qadariyah merupakan suatu aliran yang mempercayai bahwasannya

segala tindakan manusia tidak di intervensi oleh Tuhan, manusia adalah pencipta

segala perbuatannya, dapat berbuat/meninggalkan sesuatu atas kehendaknya.

Doktrin-doktrin aliran qadariyah diantaranya adalah bahwa manusia berkuasa

atas perbuatannya.

Perintah melawan kedzoliman tergambar dalam sabda nabi muhammad

SAW: “ barang siapa melihat kemungkaran maka lawanlah dengan tangannya.

Jika tak sanggup maka dengan lisannya. Jika tak sanggup maka dengan hatinya.

Dan itu (melawan dengan hati) adalah selemah-lemahnya iman”. (HR.Muslim).


 KEADILAN ALLAH SWT DARI KEHENDAK BEBAS

Kebaikan dan keburukan, beriman atau tetap pada kekafiran. Karena itu,

manusia akan dihakimi, diberi pahala, atau diganjar dosa, berdasarkan pilihannya

sendiri dalil mereka bersandar pada firman allah swt disurat al-kahfi: 29.
ٰ ‫ق م ْن َّربِّ ُك ۗم فَم ْن َش ۤاء فَ ْلي ُْؤم ْن َّوم ْن َش ۤاء فَ ْلي ْكفُ ۚرْ انَّٓا اَ ْعتَ ْدنَا ل‬
‫لظّلِ ِم ْينَ نَار ًۙا اَ َحاطَ بِ ِه ْم ُس َرا ِدقُهَ ۗا َواِ ْن‬ِ ِ َ َ َ ِ َ َ ْ ِ ُّ ‫َوقُ ِل ْال َح‬

‫ت ُمرْ تَفَقًا‬ ۗ ‫س ال َّش َر‬


ْ ‫ابُ َو َس ۤا َء‬ َ ‫يَّ ْستَ ِغ ْيثُوْ ا يُغَاثُوْ ا بِ َم ۤا ٍء َك ْال ُمه ِْل يَ ْش ِوى ْال ُوجُوْ ۗهَ بِ ْئ‬

Artinya: Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari

Tuhanmu; barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan

barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.” Sesungguhnya Kami telah

menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika

mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang

mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan

tempat istirahat yang paling jelek. (Q.S Al-Kahfi: 29).

RESUME ILMU KALAM PERTEMUAN 6

ALIRAN MU’TAZILAH

 PENGERTIAN MU’TAZILAH

Secara harfiah kata mu’tazilah berasal dari I’tazala yang berarti berpisah atau

memisahkan diri, mutazilah secara etimologis bermakna orang-orang yang

memisahkan diri.sebutan ini tidak bisa dipisihkan dengan sosok al-hasan al-bashri

dan washil bin atha. Aliran Mu'tazilah merupakan aliran teologi yang

mengedepankan akal sehingga mereka mendapat nama “kaum rasionalis Islam.”

Kaum Mu'tazilah adalah golongan yang membawa persoalan persoalan teologi


yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dibanding dengan persoalan persoalan

yang dibawa kaum Khawarij dan Murji'ah.

 SEJARAH DAN PEMIKIRAN SEKTE MU’TAZILAH

Dalam sejarah, Mu'tazilah timbul berkaitan dengan peristiwa Washil Bin

Atha' (80-131) dan temannya, Amr Bin 'Ubaid dan Hasan Al-Basri, sekitar tahun

700 M. Wahil termasuk orang-orang yang aktif mengikuti kuliah-kuliah yang

diberikan oleh Al-Hasan Al-Basri di masjid Basrah.

Suatu hari, salah seorang dari pengikut kuliah (kajian) bertanya kepada Al-

Hasan tentang kedudukan orang yang berbuat dosa besar (Murtakib Al-Kabair),

mengenai pelaku dosa besar Khawarij menyatakan kafir, sedangkan murji'ah

mengatakan mukmin, ketika Al-Hasan sedang berfikir, tiba-tiba Washil tidak

setuju dengan kedua pendapat itu, menurutnya pelaku dosa besar bukan mukmin

dan bukan pula kafir, tetapi berada diantara posisi keduanya (Al-Manzilah Baina

Al-Manzilataini).

 SEBAB-SEBAB DINAMAKAN MU’TAZILAH

1. Dinamakan Mu’tazilah karena Washil ibn Atha dan Amr ibn Ubaid

memisahkan diri dari majelis taklim yang dipimpin oleh Hasan al-Bashri

di masjid Bashrah.

2. Dinamakan Mu’tazilah karena pendapat mereka menjauhi pendapat lain

yang berkembang waktu itu.

3. Dinamakan Mu’tazilah adalah karena pelaku dosa besar berada antara

mukmin dan kafir, sama halnya memisahkan diri atau menjauhkan diri

dari orang mukmin yang sempurna.


 TOKOH-TOKOH PENDUKUNG ALIRAN MU’TAZILAH

1. Washil bin atha

2. Abu huzail al – allaf

3. Al-jubba’i

4. An-nazzam

5. Al-jahid

6. Mu’ammar bin abbad

7. Bisyr al-mu’tamir

8. Abu musa al-mudrar

9. Hisyam bin amr al-fuwati

 LIMA DOKTRIN POKOK (AL-USHUL Al-KHAMSAH)

1. Al-Tauhid, yaitu mengesakan Tuhan. Dalam mengesakan Tuhan, kaum

Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat-sifat yang

berdiri sendiri di luar zat, karena akan berakibat banyaknya yang qadim.

b. Al’Adlu, yaitu keadilan Tuhan. Keadilan Tuhan menurut amu’tazilah

mengandung arti bahwa Tuhan wajib berbuat baik dan terbaik bagi hamba-

Nya.

c. Al-Wa’d Wa al-Wa’id, yaitu janji dan ancaman. Kaum Mu’tazilah

meyakini bahwa janji dan ancaman Tuhan untuk membalas perbuatan hamba-

Nya pasti akan terlaksana.

d. Al-Manzilah bain al-Manzilatain, yaitu tempat di antara dua tempat.

Kaum Mu’tazilah berpendapat bahwa orang mukmin yang berdosa besar,


statusnya tidak lagi mukmin dan juga tidak kafir, ia berada di antara

keduanya.

e. Al-Amr bi al-ma’ruf Wa al-Nahyu ‘an al-munkar, yaitu perintah

melaksanakan perbuatan baik dan larangan perbuatan munkar.

 BERBAGAI KOMENTAR DAN APRESIASI TERHADAP MU’TAZILAH

Dengan lenyapnya mazhab Mu’tazilah yang bercorak rasional dan liberal ini,

maka aliran Ahlussunnah yang bercorak tradisional pun semakin berkembang.

Berbagai komentar dan apresiasi banyak dilontarkan seiring dengan lenyapnya

aliran tersebut. Ahmad Hanafi umpamanya mengatakan bahwa lenyapnya aliran

ini memang dirasakan sebagai suatu kerugian bagi dunia Islam, karena dengan itu

terjadilah kejumudan dan kemunduran. Dunia pikir Islam berada di bawah

golongan konservatif kurang lebih 1000 tahun lamanya.

RESUME PERTEMUAN 7

ALIRAN AHLUSUNNAH WALJAMA’AH

 PENGERTIAN AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH

Ahlussunnah wal Jama’ah merupakan salah satu dari beberapa aliran Kalam.

Ahlussunnah Wal Jama’ah merupakan gabungan dari kata ahl assunnah dan ahl

al-jama’ah.Dalam bahasa Arab, kata ahl berarti “pemeluk aliran/ mazhab” (ashab

al-mazhabi), jika kata tersebut dikaitkan dengan aliran/ madzhab. Kata al-Sunah

sendiri disamping mempunyai arti al-hadits, juga berarti “perilaku”, baik terpuji

maupun tercela. Kata ini berasal dari kata sannah yang artinya “jalan”.
Definisi al-Sunnah, secara umum dapat dikatakan bahwa al-Sunnah adalah

sebuah istilah yang menunjuk kepada jalan Nabi SAW dan para shahabatnya, baik

ilmu, amal, akhlak, serta segala yang meliputi berbagai segi kehidupan. Adapun

al-Jama’ah, berasal dari kata jama’a dengan derivasi yajma’u jama’atan yang

berarti “menyetujui” atau “bersepakat”.

 SEJARAH MUNCULNYA AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH

Ketika Nabi SAW wafat, kaum muslimin masih bersatu dalam agama yang

mereka jalani. Namun begitu Nabi wafat, perselisihan diantara mereka terjadi

tentang pemimpin yang akan menjadi pengganti Nabi SAW. Pada masa

pemerintahan Ali bin abi tholib terjadi perang saudara besar-besaran antara Ali

dengan kelompok Aisyah, Tholhah, dan Zubair dalam perang jamal, kemudian

terjadi perang shiffin dengan kelompok Mu’awiyah bin Abi Sofyan.

Setelah terjadinya fitnah pada masa kholifah Utsman bin Affan kemudian

aliran-aliran yang menyimpang dari ajaran islam yang murni dan asli

bermunculan satu persatu, maka pada periode akhir generasi sahabat Nabi SAW

istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah mulai diperbincangkan dan dipopulerkan

sebagai nama bagi kaum muslimin yang masih setia kepada ajaran islam yang

murni dan tidak terpengaruh dengan ajaran-ajaran baru yang keluar dari

mainstrem.

 TOKOH-TOKOH AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH

1. Madzhab Hanafi ini didirikan oleh al-Imam abu Hanifah an-Nu’man bin

Tsabit al-Kufi (80 – 150 H / 699-767 M).


2. Madzhab Maliki ini dinisbahkan kepada pendirinya, al-Imam Malik bin

Anas al-Ashbahi (93-179 H/712-795 M)

3. Madzhab Syafi’I ini didirikan oleh al-Imam Abu Abdillah Ahmad bin

Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I (150-204 H/767-820 M).

4. Madzhab Hambali ini didirikan oleh al-Imam Abu Abdillah Ahmad bin

Muhammad bin Hambal al-Syaibani (164-241 H/780-855 M).

 DASAR AKIDAH AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH

Pokok-pokok kenyakinan yang berkaitan dengan tauhid dan lain-lain

menurut Aswaja harus dilandasi oleh dalil dan argumentasi yang definitif (qath’i)

dari Al- Quran, hadis, ijma’ ulama dan argumentasi akal yang sehat.

1. Al-quran Al-Karim adalah pokok dari semua argumen dan dalil. Al-qur’an

adalah dalil yang membuktikan kebenaran risalah nabi Muhammad SAW,

dalil yang membuktikan benar dan tidaknya suatu ajaran. Al-Quran juga

merupakan kitab Allah yang terakhir yang menegaskan pesan-pesan dari

kitab-kitab samawi sebelumnya.

2. Hadits dapat dijadikan dasar dalam menetapkan akidah adalah hadits yang

perawinya disepakati dan dapat dipercaya para ulama.

3. Ijma’ ulama yang mengikuti ajaran ahlul haqq dapat dijadikan argument

dalam menentukan aqidah.

4. Akal difungsikan sebagai sarana yang dapat membuktikan kebenaran

syara’ bukan sebagai dasar dalam menetapkan aqidah-aqidah dalam

agama.
RESUME PERTEMUAN 8

SEKTE SYI’AH: SEJARAH DAN PEMIKIRANNYA

 PENGERTIAN SYI’AH

Menurut bahasa, Syi’ah berasal dari bahasa Arab Sya’a yasyi’u syi’an

syi>’atan yang berarti pendukung atau pembela.Syiahs ecara harfiah berarti

kelompok atau pengikut. Kata tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan para

pengikut Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin pertama ahlul bait. Ketokohan Ali

bin Abi Thalib dalam pandangan Syiah sejalan dengan isyarat isyarat yang telah

diberikan nabi Muhammad sendiri, ketika dia (nabi Muhammad) Masih hidup.

 SEJARAH MUNCULNYA SYI’AH

Mazhab Syiah ini lahir sebagai reaksi terhadap golongan ahlussunnah atas

ketidak sepahaman mereka terhadap pengangkatan Khulafaur Rasyidin (abu bakar

Umar Utsman dan Ali) secara berturut-turut. Menurut mazhab Syiah yang berhak

menggantikan Rasulullah Saw hanyalah Ali bin Abi Tholib (dengan alasan Ali

adalah ahlul bait atau keluarga yang paling dekat). Mengenai latar belakang

munculnya aliran ini, terdapat dua pendapat, pertama menurut abu Zahrah, Syiah

mulai muncul pada akhir dari masa jabatan Usman bin Affan.

Kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi

Tholib. Adapun menurut watt, Syiah muncul ketika berlangsung peperangan


antara Ali dan muawiyah yang dikenal dengan perang shiffin. Dalam peperangan

ini, sebagai tanggapan atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan.

Pasukan sebuah lidi ceritakan terpecah menjadi do’a, satu kelompok mendukung

sikap (kolak disebut ssyizah) dan kelompok lain menolak sikap sebuah Li (kelas

disebut khawarij).

 5 POKOK PIKIRAN UTAMA KAUM SYI’AH

1. Al-Tauhid

2. Al-Adl

3. Al-Nubuwwah

4. Al-Imamah

5. Al-Ma’ad

 PEMIKIRAN SYI’AH

1. Persoalan Umamah atau khalifah adalah bagian dari pokok-pokok agama.

2. Khalifah secara turun-temurun diangkat dari keturunan Ali.

3. Abu bakar Umar dan Utsman dituduh telah merampas hak Ali untuk

menjadi khalifah.

4. Khalifah adalah orang Ma'shum.

RESUME PERTEMUAN 9

POSISI AKAL DAN WAHYU DALAM ILMU KALAM

 POSISI AKAL DAN WAHYU DALAM ILMU KALAM


Akal, secara bahasa akal berasal dari bahasa Arab yakni aqala yang artinya

menahan, mengikat, mengerti, memahami, berfikir. Secara istilah, Akal

merupakan kekuatan insting yang menjadikan seseorang mengetahui dampak

semua persoalan yang dihadapkan sehingga dapat mengendalikam hawa

nafsunya.

Wahyu, secara bahasa berasal dari bahasa Arab al-wahy, yang memilki arti

suara, api, dan kecepatan, serta dapat juga berarti bisikan, isyarat, tulisan dan

kitab. Secara istilah, wahyu adalah penyampaian firman Allah SWT kepada

orang-orang pilihan-nya (Nabi dan Rasul) agar disampaikan kepada umat

manusia untuk dijadikan pedoman hidup di dunia dan di akhirat.

 POSISI AKAL DAN WAHYU MENURUT ALIRAN ASY’ARIYAH

Mu’tazilah memberikan kedudukan yang tinggi terhadap akal, tidak terhadap

wahyu. Dalam pengertian Mu’tazilah, akal merupakan sumber pengetahuan di

mana setiap manusia menaruh keraguan terhadap apa saja. Dalam keraguan

pengalaman pancaindra merupakan pengetahuan paling rendah dan sumber

pengetahuan paling tinggi adalah akal. Hal ini menunjukan bahwa akal

merupakan media informasi bagi manusia untuk memperoleh pengetahuan.

Sedangkan wahyu bagi Mu’tazilah adalah sumber pengetahuan yang berasal dari

agama. Sehingga pengetahuan tersebut bagi Mu’tazilah adalah sebagai konfirmasi

dari pengetahuan yang berasal dari akal.

Sederhananya, aliran Mu’tazilah berpendapat bahwa segala pengetahuan dan

kewajiban dapat diketahui melalui perantara akal. Sedangkan wahyu fungsinya


hanya memperkuat apa yang telah diketahui akal dan menerangkan apa yang

belum diketahui oleh akal.

Meski begitu, aliran ini menyadari bahwa akal manusia hanya mampu

mengetahui baik buruk terhadap sesuatu secara universal. Sedangkan yang

mampu mengetahui baik buruk secara lokal dan persial hanyalah wahyu.

 POSISI AKAL DAN WAHYU MENURUT ALIRAN ASY’ARIYAH

Asy’ariah memberi kedudukan yang tinggi terhadap wahyu, tidak terhadap

akal. Asy’ariah menjelaskan pengertian wahyu sebagai lebih tinggi daripada akal.

Wahyu di sini adalah al-Qur’an dan Hadits, sehingga wahyu merupakan sumber

utama dari pengetahuan. Sedangkan akal merupakan pikiran yang diperuntukan

untuk memahami dan bukan sumber dari pengetahuan.

Asy’ariah menyatakan akal tidak akan pernah dapat mengatahui segala

macam bentuk kewajiban, serta bentuk kebaikan dan keburukan sebelum wahyu

berada. Sebab semua kewajiban hanya dapat diketahui dengan keberadaan wahyu.

Akal hanya dapat mengetahui keberadaan Tuhan, tetapi wahyu yang mewajibkan

manusia mengetahui Tuhan dan berterima kasih kepada-Nya.

 POSISI AKAL DAN WAHYU MENURUT ALIRAN MATURIDIYAH

Aliran Maturidiyah terbagi menjadi 2, yakni Maturidiyah Samarkand dan

Maturidiyah Bukhara. Masing-masing aliran Maturidiyah ini, memiliki perbedaan

dalam menempatkan posisi akal dan wahyu.

Aliran Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa, akal dapat mengetahui 3

pokok permasalahan, antara lain:


1. Mengetahui Tuhan;

2. Mengetahui baik buruknya sesuatu;

3. Kewajiban mengetahui Tuhan (cara bersyukur kepada Tuhan).

Sedangkan untuk kedudukan wahyu, aliran ini berpendapat bahwa wahyu

hanya berperan untuk mengetahui kewajiban melakukan suatu perbuatan baik

atau buruk.

Aliran Maturidiyah Bukhara berpendapat bahwa akal hanya dapat mengetahui

Tuhan dan mengetahui sebab-sebab yang membuat kewajiban-kewajiban itu

menjadi kewajiban. Sedangkan wahyu berperan untuk menentukan kewajiban-

kewajiban.

Secara singkatnya, aliran ini memberikan peranan sama besar baik akal dan

wahyu. Akal berperan dapat mengetahui Tuhan dan mengetahui baik buruknya

suatu perbuatan, dan wahyu berperan untuk kewajiban mengetahui Tuhan dan

kewajiban mengetahui baik buruknya perbuatan.

RESUME PERTEMUAN 10

IMAN DAN KUFUR

A. KONSEP IMAN

Para Mutakallimin secara umum merumuskan unsur-unsur iman terdiri dari

al-tasdiq bi al-qalb, al-iqrar bi al-lisan; dan al-'amal bi al-jawarih. Jika dilihat dari

asal bahasa, kata iman berasal dari bahasa arab yang berarti membenarkan, dan

dalam bahasa Indonesia kata iman berarti percaya yaitu sebuah kepercayaan

dalam hati dan membenarkan bahwa adanya Allah SWT itu benar-benar ada serta
membenarkan dan mengamalkan semua yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad

SAW dan mempercayai Rasul-Rasul sebelumnya. Iman merupakan inti dasar dari

sebuah peribadatan, tanpa adanya keimanan sangat mustahil seseorang dapat

membenarkan adanya Tuhan.

Dan kemudian di dalam pembahasan ilmu tauhid/kalam, konsep iman dan

kufur ini terpilih menjadi tiga pendapat, yaitu:

1. Iman adalah tashdiq di dalam hati. Menurut konsep ini, iman dan kufur

semata-mata urusan hati, bukan terlihat dari luar. Jika seseorang sudah tashdiq

(membenarkan/meyakini) akan adanya Allah, ia sudah disebut beriman,

sekalipun perbuatannya tidak sesuai dengan tuntunan ajaran agama.

2. Iman adalah tashdiq di dalam hati dan di ikrarkan dengan lidah. Dengan kata

lain, seseorang bisa disebut beriman jika ia mempercayai dalam hatinya akan

keberadaan Allah dan mengikrarkan (mengucapkan) kepercayaannya itu

dengan lidah.

3. Iman adalah tashdiq dalam hati, ikrar dengan lisan, dan dibuktikan dengan

perbuatan, konsep ketiga ini mengaitkan perbuatan manusia dengan iman.

Oleh karena itu, keimanan seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya.

 KONSEP KUFUR

Kufur secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang bermakna ingkar. Yang

dimaksud kufur dalam pembahasan ini adalah keadaan tidak percaya atau tidak

beriman kapada Allah SWT. Maka orang yang kufur/kafir adalah orang yang

tidak percaya/tidak beriman kepada Allah, baik orang tersebut bertuhan selain

Allah maupun tidak bertuhan. Kufur ialah mengingkari Tauhid, Kenabian, atau
ragu terhadap kejadiannya, atau mengingkari pesan dan hukum para nabi yang

sudah diketahui kedatangannya dari sisi Allah SWT. Oleh karena itu orang-orang

kufur/kafir sangatlah dimurkai oleh Allah SWT karena mereka tidak

melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah.

Para Mutakallimin selalu mengaitkan persoalan iman ini dengan kufur.

Persoalan-persoalan kufur timbul dalam sejarah bermula dari tuduhan kufurnya

perbuatan sahabat-sahabat yang menerima arbitrase sebagai penyelesaian dari

perang Siffin. Selanjutnya persoalan hukum kafir ini bukan lagi hanya orang yang

tidak menentukan hukum dengan al-Quran, tetapi juga orang yang melakukan

dosa besar, yaitu murtakib al-kabair. Ada hadist-hadist yang mengatakan bahwa

dosa besar selain syirik ialah zina, sihir, memakan harta anak yatim piatu, riba,

fitnah.

 PERBANDINGAN ANTAR ALIRAN TENTANG IMAN DAN KUFUR

1. Aliran Khawarij

Iman dalam pandangan Khawarij, tidak semata-mata percaya

kepada Allah, tetapi mengerjakan segala perintah kewajiban agama juga

merupakan bagian dari keimanan. Segala perbuatan yang berbau religius,

adalah bagian dari keimanan.

Menurut Khawarij, orang yang tidak mengerjakan shalat, puasa,

zakat dan lain-lain, maka orang itu kafir. Tegasnya sekalian orang

mukmin yang berbuat dosa, baik besar maupun kecil, maka orang itu

kafir, wajib diperangi dan boleh dibunuh, oleh dirampas hartanya.

Demikianlah menurut faham Khawarij.


2. Aliran Murji’ah

Iman menurut Murji’ah adalah terletak pada tashdiq qolbu, adapun

ucapan dan perbuatan tidak selamanya menggambarkan apa yang ada

dalam qolbu.

Menurut sub sekte murjiah yang ekstrim adalah mereka yang

berpandangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Oleh karena itu,

segala ucapan dan perbuatan seseorang yang menyimpang dari kaidah

agama tidak berarti menggeser atau merusak keimanannya, bahkan

keimanannya masih sempurna dalam pandangan Tuhan. Sementara yang

dimaksud murjiah moderat adalah mereka yang berpendapat bahwa pelaku

dosa besar tidaklah menjadi kafir meskipun disiksa di neraka, ia tidak

kekal di dalamnya bergantung pada dosa yang dilakukannya.

3. Aliran Mu’tazilah

Aliran Mu’tazilah menganut konsep yang sama dengan aliran

Khawarij mengenai Iman, yaitu Iman adalah tashdiq di dalam hati, ikrar

dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan. Konsep ini mengaitkan

perbuatan manusia dengan iman. Karena itu, keimanan seseorang

ditentukan pula oleh amal perbuatannya.

Kaum Mu’tazilah berpendapat bahwa orang mukmin yang

mengerjakan dosa besar dan mati sebelum tobat, tidak lagi mukmin dan

tidak pula kafir, tetapi dihukumi sebagai orang fasiq. Menurut kaum

Mutazilah, orang mu’min yang berbuat dosa besar dan mati sebelum tobat,
maka menempati tempat diantara dua tempat, yakni antara neraka dan

surga (manzilatan bainal manzilatain).

4. Aliran Asy’ariyah

Menurut aliran ini, dijelaskan oleh Syahrastani, iman secara

esensial adalah tasdiq bil al janan (membenarkan dengan kalbu).

Sedangkan qaul dengan lesan dan melakukan berbagai kewajiban utama

(amal bil arkan) hanya merupakan furu’ (cabang-cabang) iman. Oleh

sebab itu, siapa pun yang membenarkan ke-Esaan Allah dengan kalbunya

dan juga membenarkan utusan-utusan nya beserta apa yang mereka bawa

dari-Nya, iman secara ini merupakan shahih. Asy’ariyah berpendapat

bahwa akal manusia bukan merupakan ma’rifah dan amal. Manusia dapat

mengetahui kewajiban hanya melalui wahyu bahwa ia berkewajiban

mengetahui Tuhan dan manusia harus menerimanya sebagai suatu

kebenaran. Oleh karena itu, iman bagi mereka adalah tashdiq.

Tashdiq menurut Asy’ariyah merupakan pengakuan dalam hati

yang mengandung ma’rifah terhadap Allah.

5. Aliran Maturidiyah

a. Golongan Samarkand

Dalam masalah iman, aliran Maturidiyah Samarkand berpendapat

bahwa iman adalah tashdiq bi al-qalb, bukan semata-mata iqrar bi al-

lisan. Apa yang diucapkan oleh lidah dalam bentuk pernyataan iman,

menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan lidah. Al-Maturidi

tidak berhenti sampai di situ. Menurutnya, tashdiq, seperti yang


dipahami di atas, harus diperoleh dari ma’rifah. Tashdiq hasil dari

ma’rifah ini didapat melalui penalaran akal, bukan sekedar

berdasarkan wahyu.

b. Golongan Bukhara

Adapun pengertian iman menurut Maturidiyah Bukhara, seperti

yang dijelaskan oleh Al-Bazdawi, adalah tashdiq bi al qalb dan tashdiq

bi al-lisan.

RESUME PERTEMUAN 11

SIFAT TUHAN DALAM PANDANGAN PARA MUTAKALIMIN

A. PENGERTIAN MUTAKALIMIN

Mutakallimin adalah orang-orang yang banyak bergulat dengan pembahasan

teologis dan banyak memanfaatkan pemikiran deduktif, termasuk logika Yunani.

Pembahasan teologis maksudnya adalah illmu kalam, kalam yang dimaksudkan

sebagai sabda Tuhan atau Al-Qur’an yang pernah menjadi diskursus utama di

kalangan umat Islam abad 9-10 M, dan kalam juga dimaksudkan sebagai

metodologi, bukan suatu objek kajian artinya metodologi berfikir, metodologi

berdialog, atau cara mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing

mutakallimin.
Pembahasan ilmu kalam yang meliputi wujudnya tuhan, sifat-sifat yang ada

padaNya dan sifat-sifat yang mungkin ada padanya, perbuatan tuhan, kekuasaan

dan kehendak tuhan, serta pembahasan kalamullah. Pembahasan dalam ilmu

kalam ini menimbulkan perdebatan diantara aliran-aliran kalam.

Perbedaan pemahaman antar aliran kalam mengenai sifat-sifat tuhan tidak

terbatas hanya pada persoalan apakah tuhan memiliki sifat atau tidak. Perbedaan

paham antar aliran tersebut sampai kepada perdebatan pada persoalan-persoalan

cabang sifat-sifat Allah Swt, seperti melihat tuhan dan esensi al-Qur’an.

B. SIFAT-SIFAT TUHAN MENURUT BEBERAPA ALIRAN ILMU

KALAM

A. Sifat-sifat Tuhan Menurut Aliran Mu’tazilah

Aliran mu’tazilah berpendapat bahwa tuhan itu esa dan tidak memiliki

sifat-sifat. Mu’tazilah melihat bahwa apa yang dimaksud sifat menurut

golongan lain adalah zat Allah Swt sendiri. Apa yang dipandang sifat dalam

pendapat golongan lain, bagi mu’tazillah tidak lain adalah zat Allah Swt

sendiri. Aliran mu’tazilah memandang dirinya sebagai aliran ahlut tauhid wal

‘adil dengan menafikan sifat-sifat tuhan, tujuannya adalah untuk menyucikan

ke Esaan Tuhan. Golongan mu’tazilah mencoba menyelesaikan persoalan ini

dengan mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat.


Washil bin Atha’ menegaskan bahwa siapa saja yang menetapkan adanya

sifat Qadim bagi Allah Swt, ia telah menetapkan adanya dua tuhan.

Mu’tazilah berpendapat bahwa tuhan tidak memiliki sifat, sebab apabila tuhan

memiliki sifat, sifat tersebut harus kekal seperti halnya zat Tuhan. Jika sifat-

sifat itu kekal, maka yang kekal bukan hanya satu tetapi banyak, paham ini

akan membawa kepada paham politheisme atau syirik. Aliran mu’tazilah

memberikan daya yang besar kepada akal berpendapat bahwa tuhan tidak

dapat memiliki sifat-sifat jasmani.

Mu’tazilah berpendapat bahwa karena Tuhan bersifat immateri, maka

tidak dapat dilihat oleh mata kepala. Karena, pertama tuhan tidak mengambil

tempat sehingga tidak dapat dilihat, kedua bila tuhan dapat dilihat dengan

mata kepala, berarti tuhan dapat dilihat sekarang di dunia, padahal

kenyataannya tidak ada seorangpun yang dapat melihat tuhan di alam ini.

Ayat-ayat al-Qur’an yang dijadikan sandaran dalam mendukung pendapat di

atas adalah; Q.S. al-An’am (6) ayat 103:

ۖ ‫ار‬
َ ‫ص‬َ ‫ك اأْل َ ْب‬ َ ‫اَل تُ ْد ِر ُكهُ اأْل َ ْب‬
ُ ‫صا ُر َوهُ َو يُ ْد ِر‬

‫َوهُ َو اللَّ ِطيفُ الخبير‬

Artinya: "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia

dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang maha halus lagi maha

mengetahui."(QS. al-An’am :103)

B. Sifat-sifat Tuhan Menurut Aliran Asy'ariyah


Menurut aliran Asy'ariyah, Tuhan memiliki sifat karena perbuatan-

perbuatannya. Asy'ariyah berpendapat bahwa sifat-sifat Tuhan itu tidak dapat

dibandingkan dengan sifat-sifat manusia. Pendapat Asy'ariyah ini berlawanan

dengan paham mu’tazilah yang menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki

sifat. Asy'ariyah memberi daya yang kecil pada akal dan menolak paham

bahwa Tuhan memiliki sifat-sifat jasmani, karena jika memiliki sifat jasmani

maka dianggap sama dengan sifat manusia. Ayat-ayat al-Qur’an yang

menggambarkan Tuhan memiliki sifat jasmani, tidak boleh ditakwilkan tetapi

harus diterima sebagaimana makna harfiahnya. Oleh sebab itu, Tuhan dalam

pandangan Asy'ariyah mempunyai mata, wajah, tangan serta bersemayam di

singgasana. Tetapi, semua itu dikatakan “la yukayyaf wa la yuhadd” yaitu

“tanpa diketahui bagaimana cara dan batasnya”.

Asy’ari berpendapat bahwa tuhan dapat dilihat dengan mata kepala kelak

di akhirat. Hal ini didasarkan pada pendapat keyakinan asy’ari yang

menjelaskan bahwa sesuatu yang dapat dilihat adalah sesuatu yang

mempunyai wujud. Karena tuhan memiliki wujud, tuhan dapat dilihat, lebih

jauh dikatakan tuhan melihat apa yang ada. Dengan demikian, tuhan melihat

diriNya juga. Jika tuhan melihat diriNya, tentu tuhan dapat membuat manusia

mempunyai kemampuan melihat diriNya. Ayat-ayat al-Qur’an yang dijadikan

sandaran dalam menopang pendapatnya adalah; Q.S. al-Qiyamah (75) ayat

22-21

ٌ‫ إِلَ ٰى َربِّهَا نَا ِظ َرة‬. ٌ‫ض َرة‬


ِ ‫ُوجُوهٌ يَوْ َمئِ ٍذ نَا‬
"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. kepada

tuhannyalah mereka melihat." (QS. al-Qiyamah : 22-23)

C. Sifat-sifat Tuhan Menurut Aliran Maturidiyah

Pendapat aliran Maturidiyah mengenai sifat Tuhan sama dengan pendapat

Asy'ariyah yang menyatakan bahwa Tuhan memiliki sifat. Maturidiyah

menetapkan sifat bagi Allah Swt tidak harus membawa kepada pengertian

anthropomorphisme (mensifatkan Tuhan dengan sifat manusia), Tampaknya

paham Maturidiyah tentang makna sifat tuhan cenderung mendekati paham

mu’tazilah. Perbedaannya, al-Maturidi mengakui adanya sifat-sifat Tuhan,

sedangkan mu’tazilah menolak adanya sifat-sifat tuhan.

Menurut maturidi samarkand, dalam menghadapi ayat-ayat yang memberi

gambaran Tuhan memiliki sifat jasmani, mereka mengatakan bahwa yang

dimaksud dengan tangan, muka, mata dan kaki adalah kekuasaan Tuhan.

Pendapat aliran samarkand ini kelihatannya tidak sepaham dengan mu’tazilah

karena al-Maturidi mengatakan bahwa sifat bukanlah Tuhan, akan tetapi juga

tidak lain dari tuhan.

Aliran Maturidiyah bukhara sependapat dengan Asy'ariyah dan maturidi

samarkand bahwa Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala. Al-Bazdawi tokoh

Maturidiyah bukhara mengatakan bahwa Tuhan kelak memperlihatkan

diriNya untuk kita lihat dengan mata kepala, sesuai dengan apa yang Tuhan

kehendaki.

D. Sifat-sifat Tuhan Menurut Aliran Syi’ah Rafidhah


Mereka berpendapat bahwa Tuhan tidak tahu terhadap sesuatu sebelum

kemunculannya. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa pengetahuan

merupakan sifat zat Tuhan dan bahwa Tuhan tahu tentang diriNya sendiri,

tetapi Tuhan tidak dapat di sifati tahu terhadap sesuatu sebelum sesuatu itu

ada. Sebagian yang lain berpendapat bahwa Tuhan senantiasa mengetahui dan

pengetahuanNya merupakan sifat zatNya. Tuhan tidak dapat bersifat tahu

terhadap sesuatu sebelum sesuatu itu ada, sebagaimana manusia tidak dapat

bersifat melihat dan mendengar sesuatu sebelum bertemu dengan sesuatu itu

sendiri.

Mayoritas tokoh Syi’ah Rafidhah mensifati Tuhan dengan bada

(perubahan). Mereka beranggapan bahwa Tuhan mengalami banyak

perubahan. Sebagian mereka mengatakan bahwa tuhan terkadang

memerintahkan sesuatu lalu mengubahnya. Terkadang Tuhan menghendaki

melakukan sesuatu kemudian mengurungkannya karena ada perubahan pada

diriNya. Perubahan ini bukan dalam arti naskh, tetapi dalam arti bahwa pada

waktu yang pertama Tuhan tidak tahu apa yang akan terjadi pada waktu yang

kedua.

RESUME PERTEMUAN 12

PEMIKIRAN KALAM NEO-HAMBALISM

(Ibn Taimiyah dan Muhammad ibn Abdul Wahab)


Nama lengkap Ibn Taimiyah adalah Taqiyyuddin bin Abi Al Halim bin

Taimiyah , Lahir di Harran Pada hari Senin, 10 Rabiul awwal 661H, dan

meninggal di Panjajara Pada malam Senin,20 Dzul Qaidah 729H.

Kewafatan nya telah menggemparkan seluruh dada penduduk Damaskus

,Syam dan Mesir Serta Kaum Muslimin pada umum nya.Ayah nya bernama

Syihabuddin Abu Ahmad Halim bin Abdussalam Ibn Abdullah bin Taimiyyah ,

beliau adalah seorang syekh, hakim, khatib di kota nya.

A. POKOK POKOK PEMIKIRAN ALIRAN IBN TAIMIYAH

 Sering mendengar Ibn Taimiyah itu anti Tasawuf dan penentang sufi,

padahal kalo di perhatikan dari sikap dan pandangan nya dia adalah

seorang sufi dan pengikut ajaran Tasawuf Suni (yang sesuai dengan Al
Qur’an dan Sunnah. Meskipun ia tidak mengistilahkan ajaran tasawuf

tersebut. Istilah yang sering di pakai oleh Ibn Taimiyah adalah Istilah

suluk, akan tetapi substansi nya Adalah apa yang ada pada ajaran tasawuf.

 Suluk Menurut Ibn Taimiyah Merupakan kewajiban setiap mukmin seperti

yang di ungkapkan dalam kitab fatwanya “Suluk adalah jalan yang di

perintahkan oleh Allah dan Rasul nya berupa itikad, ibadah dan akhlak.

Semua ini telah di jelaskan dalam Al Qur’an dan Sunnah. Dan suluk ini

Kedudukan nya seperti makanan yang menjadi keharusan seorang

mukmin. Di antara kata-kata Ibn Taimiyah mengenai Tasawuf adalah

“amal-amal hati yang di beri nama Maqamat dan ahwal Seperti: cinta

kepada Allah dan Rasul nya, Tawakal, ikhlas, sabar, syukur, khauf dan

semacam nya adalah Kewajiban setiap Makhluk. Baik kaum khas ataupun

orang orang awam.

 Ibn Qayyim juga banyak bercerita tentang firasat (mukasyafah) Ibn

Taimiyah dalam kitab nya “Aku telah menyaksikan firasat Syaikhul Islam

dari hal hal yang menakjubkan. Sedangkan hal yang tidak ku saksikan

tentu lebih banyak dan lebih mengagungkan.

B. PANDANGAN IBN TAIMIYAH TENTANG SIFAT-SIFAT ALLAH

 Percaya sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang disampaikan oleh

Allah atau Rasul nya.

 Percayaa sepenuh hati terhadap nama-nama yang Allah dan Rasul

sebutkan seperti Al-Awwal ,Al- Akhir Dll

 Menerima sepenuh nya sifat dan nama Allah.


MUHAMMAD IBN ABDUL WAHHAB

Muhammad bin Abdul Wahhab Memiliki nama asli Muhammad bin Abdul

bin Muhammad bin Al Ma’syarif at Tamimi Al Hambali An-Najdin. Muhammad

bin Abdul Wahhab berasal dari Qabilah Banu Tamimi, ia lahir tahun 115H. Dan

wafat 126H. Muhhamad bin Abdul Wahhab merupakakan seorang ahli teologi

Islam dan Seorang tokoh pemimpin gerakan Keagamaan yang pernah menjabat

Sebagai Mufti Daulah Su’udiyah yang kemudian berubah menjadi kerajaan Arab

Saudi.

C. PEMIKIRAN KALAM MUHAMAD BIN ABDUL WAHHAB

 Yang harus disembah hanyalah Allah, selain itu musyrik

 Orang yang menganut dan meminta pertolongan kepada syekh, ataupun

jin, mereka adalah musyrik.


 Menyebut nama Nabi, syekh, malaikat di pengantar do’a di katakana

musyrik.

 Meminta syafaat selain kepada Allah adalah musyrik.

 Bernazar selain kepada Allah merupakan syirik.

 Memperoleh ilmu selain dari al-qur’an, dahist qiyas merupakan

kekufuran.

 Tidak percaya kepada qada dan qadar Allah merupakan kekufuran.

 Menafsirkan al-qur’an dengan takwil atau interpretasi bebas merupakan

kekufuran.

RESUME ILMUN KALAM PERTEMUAN 13

TAUHID SEBAGAI IDENTITAS IMU PENGETAHUAN

ISMAIL RAJI AL-FARUQI

Tauhid sebagai identitas ilmu pengetahuan ada dalam pemikiran kalam ismail

raji al-faruqi. Ismail raji al-faruqi dilahirkan di daerah Jaffa, Palestina. Pada 1

januari 1921 M, sebelum wilayah ini diduduki Israel. Ismail Raji al-Faruqi adalah

seorang pemikir Islam yang intens memadukan antara Islam dengan esensi ajaran

tauhidnya dengan pengetahuan dan seni. Al-Faruqi menegaskan bahwa esensi

pengetahuan dan kebudayaan Islam ada pada agama Islam itu sendiri. Sedangkan
esensi Islam itu adalah tauhid. Ini artinya, tauhid sebagai prinsip penentu pertama

dalam Islam, kebudayaannya, dan sainsnya.

A. POKOK POKOK PEMIKIRAN ISMAIL RAJI AL-FARUQI

1. Tauhid.

Baginya Berpegang teguh pada prinsip tauhid merupakan suatu

keniscayaan dan merupakan fondamen dari seluruh kesalehan, religiusitas,

dan kebaikan. Berpegang pada tauhid berarti menghayati perintah-perintah

Tuhan sebagai kewajiban, dan mengaktualisasikan nilai-nilai yang tersirat

dalam perintah-perintah tersebut. Doktrin tauhid ini memadukan

penegasan klasik sentralitas keesaan Tuhan (monoteisme) dengan

interpretasi modernis (ijtihad) dan penerapan Islam dalam kehidupan

modern. Dapat dilihat bahwa gagasan islamisasi ilmu pengetahuan ini

lahir karena AI-Faruqi sendiri konsisten dengan konsep tauhidnya dan

karena ingin mengembangkan nya. Ajaran tauhid Al-Faruqi menginginkan

apa yang dibawa barat tidak harus diterima secara mentah oleh umat

Islam.

2. Islamisasi

Ilmu pengetahuan Al-Faruqi dalam mengemukakan ide Islamisasi

ilmu pengetahuan menganjurkan untuk mengadakan pelajaran-pelajaran


wajib mengenai kebudayaan Islam sebagai bagian dari program studi

siswa. Hal ini akan membuat para siswa merasa yakin kepada agama dan

warisan mereka, dan membuat mereka menaruh kepercayaan kepada diri

sendiri sehingga dapat menghadapi dan mengatasi kesulitan-kesulitan

mereka di masa kini atau melaju ke tujuan yang telah ditetapkan Allah.

Pada hakekatnya Islamisasi Ilmu Pengetahuan ini tidak bisa

dipisahkan dari pemikiran Islam di zaman modern ini. Menurut nya

pengetahuan modern ( barat) menyebabkan adanya pertentangan wahyu

dan akal dalam diri umat Islam, Melihat kondisi umat Islam yang

mengadopsi semua ide Barat bahkan kadang-kadang tanpa filter yang

akhirnya menempatkan ilmu pengetahuan yang dibangun oleh kesadaran

ilahiyah yang kental mengalami proses sukurelisasi yang berobsesi

memisahkan kegiatan sekuler, dengan kegiatan agama akhirnya

mengantarkan ilmuwan pada terlepasnya semangat dari nilai-nilai

keagaaman.

Sehingga menurutnya apa yang telah berkembang di dunia Barat dan

merasuki dunia Islam saat ini sangatlah tidak cocok untuk umat Islam. Ia

melihat bahwa ilmu sosial Barat tidak sempurna dan jelas bercorak Barat

dan karena itu tidak berguna sebagai model untuk pengkaji dari kalangan

muslim.

3. KARYA KARYA AL-FARUQI, YAITU :

 Islamization of knowledge : general principles and workplan


 A Historical Atlas of the Religion of the World

 The Cultural Atlas of Islam

 Islam and culture

 Al Tawhid; Its Implications For Thought and Life

 Islamic Thought and culture

 Essays in Islamic and Comperative Studies

Di antara bukunya yang terpenting adalah: Tauhid its Imlications for Thought

and file (1982). Buku ini mengupas tentang tauhid secara lengkap. Tauhid tidak

hanya dipandang sebagai ungkapan lisan bahkan lebih dari itu, tauhid dikaitkan

dengan seluruh aspek kehidupan manusia, baik itu segi politik, sosial, dan

budaya. Isi buku ini lebih mengarah tentang Tauhid dan Makhluk yang telah

diciptakannya serta seisi Alam semesta ini, disini Judul Tauhid berhubungan

dengan Humanisme yang dimana al-Faruqi Humanisme nya lebih mengarah

kepada Humanisme Islam bahwa Humanisme itu Manusia, manusia yang

beragama Islam dan manusia yang paham adanya Allah. Maka dari itu manusia

dan Tauhid atau disebut Allah ini tidak bisa dipisahkan karena hubungan antara

keduanya sangatlah erat.

RESUME ILMU KALAM PERTEMUAN KE 14


PEMIKIRAN KALAM MENURUT MUHAMMAD ABDUH DAN RASYID

RIDHA

A. BIOGRAFI MUHAMMAD ABDUH

Muhammad Abduh lahir tahun 1845 tapi ada yang mengatakan tahun 1849 di

desa Mahillah (Mesir). Orang tuanya bernama Abduh ibnu Hasan Khairullah

sangat memperhatikan terhadap pendidikan anaknya. Ayahnya mendatangkan

seorang guru untuk mengajar anaknya secara privat dirumahnya untuk

mengajarkan pelajaran membaca, menulis dan sesudah itu.

Belajar Al-Qur’an kepada seorang hafizh Qur’an.Dalam waktu dua tahun ia

telah hafal Al-Qur’an (1861). Kemudian ayahnya mengirim Muhammad Abduh

ke Tanta pada Perguruan Al-Mahdi. Akan tetapi hanya enam bulan saja belajar

disana, karena tidak mengerti apa yang diajarkan oleh gurunya.

B. PEMIKIRAN KALAM MUHAMMAD ABDUH

 Kedudukan Akal dan Fungsi Wahyu

Kedudukan Akal Bagi Abduh akal merupakan sumber pengetahuan

setelah wahyu dan intuisi. Abduh cenderung berada ditengah-tengah

diantara kelompok yang menegasikan peran akal dalam memahami teks-

teks suci, sehingga cenderung tekstualis, kaku, dan jumud, seperti

kelompok Wahabi atau kalangan tekstualis (As-Salafiyah al-Harfiyah),

dan kelompok gaya berfikir ala materialisme Barat (al-Madiyah al-

Wad’iyyah al-Gharbiyah) yang cenderung memberikan porsi yang besar

kepada akal dan cenderung kebablasan.

Menurut Abduh akal dapat mengetahui hal-hal berikut:


 Tuhan dan sifat-sifatnya

 Keberadaan hidup diakhirat

 Kebahagiaan jiwa diakhirat bergantung pada upaya mengenal tuhan

danberbuat baik, sedangkan kesengsaraanya bergantung pada sikap

 Tidak mengenal Tuhan dan melakukan perbuatan jahat

 Kewajiban manusia mengenal tuhan

 Kewajiban manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat

untuk kebahagiaan diakhirat

 Hukum-hukum mengenai kewajiban.

 FUNGSI WAHYU

Wahyu menurut Abduh, mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Wahyu memberi keyakinan kepada manusia bahwa jiwanya akan terus ada

setelah tubuh mati. Wahyu menolong akal untuk mengetahui akhirat dan

keadaan hidup manusia disana.

2. Wahyu menolong akal dalam mengatur masyarakat atas dasar prinsip-

prinsip umum yang dibawanya sebagai sumber ketenteraman hidup dalam

masyarakat.

3. Wahyu menolong akal agar dapat mengetahui cara beribadah, dan

berterimakasih pada Allah.

4. Wahyu mempunyai fungsi konfirmasi untuk menggunakan pendapat akal

melalui sifat kesucian dan kemutlakan yang terdapat dalam wahyu yang bisa

membuat orang manfaat.

 KEBEBASAN MANUSIA
Bagi Abduh, disamping mempunyai daya pikir, manusia juga mempunyai

kebebasan memilih, yang merupakan sifat dasar alami yang ada dalam diri

manusia. Manusia dengan akalnya mampu mempertimbangkan akibat

perbuatan yangdilakukannya. Mengambil keputusan dengan kemauannya

sendiri, dan selanjutnya menwujudkan perbuatannya itu dengan daya yang ada

dalam dirinya.

Bagi Abduh, faham perbuatan yang dipaksakan manusia atau Jabariyah tidak

sejalan dengan pandangan hidup. Manusia mempunyai kemampuan berpikir

dan kebebasan dalam memilih, namun tidak memiliki kebebasan absolut. Ia

menyebut orang yang mengatakan manusia mempunyai kebebasan mutlak

sebagai orang yang angkuh.

 SIFAT-SIFAT TUHAN

Abduh berpandangan bahwa manusia tidak akan mampu menentukan

mengenai sifat-sifat Tuhan apakah termasuk kepada esensi Tuhan atau bukan.

Menurutnya, hal itu diluar batas kemampuan kemampuan manusia.

 KEHENDAK MUTLAK TUHAN

Abduh melihat bahwa Tuhan tidak bersifat mutlak. Tuhan telah

membatasi kehendak mutlak-Nya dengan memberi kebebasan dan

kesanggupan kepada manusia dalam mengwujudkan perbuatan -perbuatannya.

Kehendak mutlak Tuhan pun dibatasi oleh Sunnatullah yang telah

ditetapkannya.
 ANTROFOMORFISME

Abduh yang memberi kekuatan besar pada akal, berpendapat bahwa tidak

mungkin asensi dan sifat-sifat Tuhan mengambil bentuk tubuh atau roh

mahluk dialam ini.

 MELIHAT TUHAN

Muhammad Abduh tidak menjelaskan pendapatnya apakah Tuhan yang

bersifat rohan itu dapat dilihat oleh manusia dengan mata kepalanya dihari

perhitungan kelak? Ia hanya menyebutkan bahwa orang yang percaya pada

tanzih (keyakinan bahwa tidak ada suatupun dari mahluk yang menyerupai

tuhan) sepakat mengatakan bahwa Tuhan tak dapat digambarkan ataupun

dijelaskan dengan kata-kata. Kesanggupan melihat Tuhan dianugerahkan

hanya kepada orang-orang tertentu diakhirat.

 PERBUATAN TUHAN

Karena pendapat ada perbuatan tuhan yang wajib, Abduh sefaham dengan

Mu’tazilah dalam mengatakan bahwa wajib bagi tuhan untuk berbuat apa

yang terbaik buat manusia.

C. BIOGRAFI RASYID RIDHA

Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dilahirkan di Qalamun wilayah

pemerintahan Tarablus Syam pada tahun 1282 H/1865 M. Nama lengkap

Rasyid Ridha adalah Muhammad Rasyid Ibn Ali Ridha Ibn Muhammad

Syamsuddin Ibn Muhammad Bahauddin Ibn Manla Ali Khalifah.

Ayah dan Ibu Sayyid Muhammad Rasyid Ridha berasal dari keturunan al-

Husayn putra Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah, Putri Rasulullah itu
sebabnya Sayyid Muhammad Rasyid Ridha menyandang gelar al-sayyid di

depan namanya dan sering menyebut tokoh-tokoh ahl al-bayt seperti Ali ibn

Abi Thalib, al-Husyan dan Ja’far al-Shadiq dengan Jadduna (nenek moyang

kami).

D. PEMIKIRAN RASYID RIDHA

Kedudukan Akal dan Ridha

Menurut Rasyid Ridha, hasil temuan akal tidak dapat disejajarkan

dengan wahyu. Baginya, derajat wahyu lebih tinggi daripada temuan akal.

Jika dalam memahami ajaran agama, hasil temuan akal bertentangan

dengan wahyu, maka wahyu harus diutamakan. Apabila dibandingkan

wewenang yang diberikan oleh Rasyid Ridha terhadap akal denga

wewenang yang diberikan oleh aliran-aliran kalam terhadap akal, maka ia

memberikan wewengan yang sangat lemah terhadap akal, bahkan lebih

lemah daripada wewenang yang diberikan al-Asy'aruyah dan Maturidiyah

Bukhara. Hal ini menunjukan bahwa ia ternyata lebih tradisional dari pada

al-Asy'ariyah dan Maturidiyah Bukhara.

Selanjutnya apabila dibandingkan pendapat Rasyid Ridha dengan

kekempat aliran kalam (Mu'tazilah, Maturidiyah Samarkan, al-Asy'ariyah,

dan Maturidiyah Bukhara) dalam memposisikanwahyu untuk mengetahui

persoalan-persoalan pokok dalam teologi, maka Rasyid Ridha

memberikan fungsi terbesar kepada wahyu. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa berdasarkan tipologi Harun Nasution, corak teologi


Rasyid Ridha ditinjau dari pemikirannya tentang kekuatan akal dan fungsi

wahyu adalah tradisiona

DAFTAR PUSTAKA

id.scribd.com/document/Shabri-Shaleh-Anwar-Ilmu-Kalam

maydaulinnimah.wordpress.com/ilmu-tauhid/kerangka-berpikir-aliran-aliran-

ilmu-kalam/

www.darus.id/2020/11/sejarah-munculnya-aliran-ilmu-kalam.html?m=1

hanifabdulwahid.wordpress.com/2017/10/26/kerangka-berfikir-aliran-aliran-

ilmu-kalam/

Rojak Abdul, Anwar Rosihon, Ilmu Kalam, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2015)

www.detik.com/edu/detikpedia/d-5839004/5-ciri-kaum-khawarij-menurut-

sejumlah-pakar

www.kompasiana./pokok-pokok-ajaran-khawarij-beserta-pembagian-

kelompoknya

kumparan.com/kaum-khawarij-sejarah-sekte-sekte-dan-doktrin-yang-diajarkan

amp.tirto.id/sejarah-murjiah-lahir-serta-pemikiran-aliran-moderat-dan-

ektremnya-ghMo

icema.co.id/doktrin-doktrin-murjiah/

saifulrizal200.blogspot.com/2015/10/aliran-murjiah.html?m=1

www.rangkumanmakalah.com/sejarah-aliran-jabariyah-dan-qadariyah/

www.kompasiana.com/sitinadiraaks/definisi-dan-sejarah-perkembangan-

aliran-qadariyah
id.scribd.com/document/406054586/ALIRAN-MUTAZILAH-docx

jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/ushuluddin/article

Munawir, Kajian Hadits Dua Mazhab, Cet. 1, (Purwokerto: Stain Press, 2013

wikipedia.org/wiki/Mushaf_Fatimah

Huda M, Mirza. Fungsi Akal dan Wahyu dalam Teologi Islam. 2018. Bandar

Lampung: Jurnal Skripsi. (Diakses pada tanggal 13 November 2021)

Harun Nasution, Teologi Islam Aliran –Aliran Sejarah Analisa Perbandinga,

(Jakarta: UI-Press, 1972)

Yuni, 2021, Februari, “Konsep Iman dan Kufur” SCRIBD

Nurhalimah, 2019, September, “Iman dan Kufur” SCRIBD

Farida, U. (2014). Pemikiran Ismail Raji al-Faruqi Tentang Tauhid, Sains, dan

Seni

Anda mungkin juga menyukai