1
Harun lebih lanjut melihat bahwa persoalan kalam yang pertama kali
muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir, dalam arti
siapa yang telah keluar dari islam dan siapa yang masih tetap dalam islam.
Khawarij sebagaimana telah disebutkan,memandang bahwa orang-orang yang
terlibat dalam peristiwa tahkim,yaitu ‘Ali,Mu’awiyah,Amr bin Al-‘Ash,Abu Musa
Al-Asy’ari adalah kafir berdasarkan firman Allah pada Al-Quran surat Al-Ma’idah
ayat 44
2
Aliran Mu’tazilah yang bercorak rasional mendapat tantangan keras
dari golongan tradisional islam, terutama golongan hanbali,yaitu pengikut-
pengikut mazhab Ibn Hanbal.Tantangan keras ini kemudian mengambil bentuk
aliran teologi tradisional yang dipelopori Abu Al-Hasan Al-Asy’ari(935 M).Di
samping aliran Asy’ariah, timbul pula di samarkand suatu aliran yang bermaksud
menentang aliran Mu’tazilah dan didirikan oleh Abu Mansur Muhammad Al-
Maturidi(w.944 M). Aliranini kemudian terkenal dengan nama teologi Al-
Maturidiah.
3
Adapun teologi yang sering disebut sebagai metode berpikir tradisional adalah
Asy’ariah.
4
Diwariskan secara ginetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-
perbedaannya, hal ini membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
C. Kebudayaan yunani
Filsafat Yunani yang kurang lebih selama 900 tahun tersebut pada
perkembangannya masuk pada kebudayaan lainnya, seperti di Arab. Dari
filsafat yunani ini mempengaruhi pemikiran kebudayaan Arab. Dan
akhirnya mempengaruhi terhadap kehidupan manusia. Disini ilmu kalam
mempengarui kebudayaan-kebudayaan. Namun ajaran ilmu kalam berasal
dari logika yunani sejak masa dinasti Umayyah (40-132H/661-750 M) pada
masa pemerintahan Khalid ibn An-Nadim dan Al-Jahizh. Namun, titik
kulminasi pengaru yunani adalah masa kejayaan Daulah Abbsiyyah pada
masa al-Ma’mun pada tahun 830 H yang telah membangun Bayt al-Hikmah
sebuah perpustakaan,akademi, sekaligus biro penerjemahan.
Abd al- Mun’in menyatakan ilmu kalam mencakup akidah keimanan
dengan menggunakan argumentasi rasional. Ilmu ini muncul untuk membela
agama islam dan menolak akidah-akidah yang masuk dari agama lain. Ilmu
ini dikatakan ilmu kalam karena persoalan yang dikajinya adalah kalam
Allah, persoalan akidah yang mendalam, hari kiamat, hakikat sifat tuhan,
qada’, qadar, hakikat kenabian, dan penciptaan AI-Qur’an.
Ilmu kalam digunakan dalam terjemahan bahsa arab dari ahli filsafat
yunani yang merupakan alih bahasa dari logos dalam berbagai arti
harfiyahnya, seperti word (kata), reason(akal), dab argument(pembuktian
logika). Istilah ini berkembang menjadi cabang kusus ilmu pengetahuan.
Akibatnya dikatakan ilmu kalam at-tabi’I (the physical kalam), sehingga
orang yang ahliilmu kalam disebut asbab al-kalam at-tabi’i.
Menurut Amin Abdullah, pola logika pemikiran ilmu kalam yang
bersifat deduktif mempunyai kemiripan terhadap pola berpikir deduktif
plato. Plato pernah berpendapat bahwa segala sesuatu yang dapatdiketahui
manusia berasal dari”ideal” yang sudah tertanam dan melekat pada diri
5
manusia secara kodrati sejak awal mulanya. Plato tidak menyetujui pendapat
bahwa ilmu pengetahuan dapat diperoleh manusia melalui pengetahuan dan
pemeriksaan secara cermat dan seksama terhadap realitas social melalui
pengamatan dan pengalaman indrawi. Lantaran sifatnya yang berubah-ubah,
maka realitas semacam itu dianggap ilusi dan tidak meyakinkan. Pemikiran
kalam khususnya, juga bersifat deduktif. Hanya saja fungsi ide-ide bawaan
dalam pola pikiir plato tersebut diganti untuk tidak menyatakan diislamkan
oleh al-Qur’an dan al- Hadis. Bahkan seringkali melebar sampai pada
Ijma’dan Qias. Perhatikan perlunya dalil dan istidlal sebagi landasan pola
pikirdan pola bertindak dalam hidup keseharian umat islam. Pola piker ini
dengan mudah menggiring seseorang dan kelompok kearah model berfikir
yang bersifat justifikatif terhadap teks-teks yang sudah tersedia. Akibatnya,
Pemikiran ilmu kalam menjadi stagnan bahkan ia sebagai doktrin agama
yang tidak boleh di kritik dan ditafsiri ulang.pada umumnya , ilmu
pengetahuan selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan
zaman dan perubahan situasi.
Dalam rekaman sejarah, cara terjadinya kontak antara umat islam dan
filsafat yunani melalui daerah suriah, misokotamia,Persia, dan mesir. Filsafat
yunani dating ke daerah-daerah ini ketika menaklukkan Alexander yang
Agung ke timur pada abad ke-4 (331 SM). Ia juga mempersatukan orang-
orang yunani dalam satu Negara besar dengan cara berikut :
1. Ia angkat pembesar dan pembantunya dari orang arab
2. Ia mendorong perkawinan campuran antara yunani bahkan, ia pernah
menyelenggarakan perkawinan missal 24 jendera dan prajuritnya
3. Sementara itu, ia sendiri kawin dengan satria , putri Darius, putrid Darius,
Raja yang kalah perang
4. Ia mendirikan kota-kota dan pemukimn yang dihuni bersamam oleh orang-
orang.Dengan demikian, bercampurlah kebudayaan yunani dan arab.
Sebagai bukti dalam hal ini kota Alexandria di Mesir yang dalam bahasa
Arab disebut al-Iskandaria, merupakan warisan dari usaha diatas.
6
Selanjutnya filsafat yunani dikembangkan ke timur oleh kaum
emigrant Kristen Barat akibat pertentangan sekte sejak abad ke-3M. Di
antara mereka ada yang mendirikan tempat-tempat perguruan filsafat di
Qannasrin (Syria), Harran (daerah Irak), dan Jundisapur Persia setelah
daerah-daerah tersebut dikuasai oleh umat islam, dengan berdirinya bait
al-hikmah, kemudian oleh al-Makmn diharuskan untuk mengajarkan
seluruh jenis ilmu naql dan ‘aql.
D. Kebudayaan Arab
Islam sesungguhnya memiliki konsep sebagaimana berinteraksi dengan
budaya-budaya di luar islam. Islam mempersilahkan siapapun untuk
mengemukakan pandangan-pandangan ataupun melakukan tindakan-
tindakan budaya seperti apapun, asalkan tidak melanggar kententuan halal-
haram, pertmbangan mashlahat( kebaikan) dan mafsadat ( kerusakan), serta
prinsip al Wala’ (kecintaan yang hanya kepada Allah dan apa saja yang
dicintai Allah) dan al Bara’ (berlepas diri dan membencidari apa saja yang
dibenci oleh Allah), dimana ketiga prinsip inilah yang menjadi jati diri dan
prinsip umat islam yang tidak boleh diutak-atik dalam berinteraksi dengan
budaya-budaya lain diluar islam. Sehingga ketiga prinsip ini akan lahir
sebuah kebudayaan islam, dimana kebudayaan islam ini selalu memiliki sati
cirri khusus yang tidak dimiliki oleh budaya dan bangsa manapun diluar
islam, yalmi budaya yang berasaskan Tauhidul ‘ Ibadah Lillahi Wahdah (
mempersembahkan segala bentuk peribadatan hanya kepada Allah).
Sehinggaselama prinsip-prinsip dan asas tersebut tidak dilanggar, maka kita
dipersilahkan seluas-luasnya untuk berhubungan ataupun mengambil
manfaat dari bangsa-bangsa dan budaya manapun diluar islam.. Sebab segala
sesuatu yang di ada dimuka bumi ini, baik itu sifatnya imu pengetahuan
maupun materi(yang selain perkara agama tentunya), itu semua memang
diciptakan oleh Allah untuk kita umat manusia, khususnya kaum muslimin,
walaupun berasal dari orang-orang kafir.
Sebagaimana firman Allah SWT:”Dialah(Allah), yang telah
menciptakan segala yang ada di bumi ini untuk kalian.”( Q.S Al Baqarah[2]:
7
29) maka sesungguhnya kedudukan budaya arab itu sama dengan budaya
Persia,romawi, melayu, jawa dan sebagainya dimana budaya-budaya tersebut
adalah pihak yang harus siap dikritik oleh islam ketika islam telah masuk ke
negeri-neegri tersebut. Maka tidak benar jka dikatakan islam (seperti jilbab,
kerudung dan sebagainya) adalah produk budaya arab. Sebab justru budaya
Arab adalah budaya yang paling pertama dikritik dan dikoreksi oleh islam
sebelum budaya-budaya lainnya. Mka apa saja yang telah diterangkan oleh
Allah dan Rasul-Nya sebagai agama, maka itulah islam. Sementara segala
sesuatu yang tidak diterangkan oleh Allah dab Rasulnya dalam perkara
tersebut telah menjadi kebiasaan dan popular pada masyarakat Arab atau
masyarakat islam yang lainnya. Sebab , Arab tidaklah sama dengan islam,
dan sebaliknya islam tidaklah serupa dengan Arab. Akan tetapi budaya Arab
dab budaya-budaya yang lainnya yang mau tunduk kepada islam, maka
itulah yang pantas dinamakan budaya islam.
8
1. Jazirah arab merupakan sambungan dari wilayah gurun yang membentang
dari barat sahara di afrika hingga timur melintasi asia,iran tengah,gurun
ghobi di cina. Wilaya itu sangat kering dan panas ka
rena uap air laut yang ada di sekitarnya (laut merah,laut hindia,dan laut
arab). Tidak memenuhi kebutuhan untuk mendinginkan daratan luas yang
berbatu namun demikian wilaya ini kaya akan bahan perminyakan.
Para penulis membagi negeri arab menjadi 3 bagian; arab felix,arab
perta,dan arab gurun ghobi di cina. Wilayah itu sangat kering dan panas
karena uap air laut yang ada di sekitarnya (laut merah,laut hindia,dan laut
arab). Tidak memenuhu kebutuhan untuk mendinginkan daratan luas yang
berbatu,namun demikian wilayah ini kaya akan bahan perminayakan.
2. Kondisi masyarakat arab sebelum islam
1. Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum arab terdahulu yang sejahteranya tidak
bisa dilacak secara rinci dan komplit, seperti’ Ad , Tsamud,Thasm,
Judais, Amlaq, dan lain-lainya.
2. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum arab yang berasal dari keturunan
Ya’arub bin Yasyjub bin Qahthan , atau disebut pula Arab
Qahthaniyah.
3. Arab Musta’ribah, yaitu kaum-kaum arab yang berasal dari keturunan
Isma’il yang disebut pula Arab Adnaniyah. Dari Arab Musta’ribah
inilah cikal bakal dari keturuan Nabi Ibrahim a.s, Ismail a.s dan
akhirnya kepada Nabi Muhammad saw.
9
BAB 2
1. Aliran Antroposentris
10
2.Teolog Teosentris
11
perbuatannya. Aliran teologi yang dapat dimasukkan kedalam kategori ini adalah
jabariah .
Aliran ini berkeyakinan bahwa hakikat daya manusia adalah proses kerja
sama antaradaya yang transcendental (Tuhan) dalam bertuk kebijak sanaan
dengan daya yang temporal (manusia)dalam bentuk teknis.Dampaknya ,ketika
daya manusia tidak berpartisipasi dalam proses peristiwa yang terjadi pada
dirinya, yang memproses peristiwa yang terjadi pada dirinya hanya daya yang
transcendental. Oleh karena itu, ia tidak memperoleh pahalah atau siksaan dari
12
tuhan.Sebaliknya, ketika terjadi peristiwa pada dirinya,sementara ia telah
berusaha melakukannya,pada dasarnya yang memperoses peristiwa itu adalah
kerja sama harmonis antara daya transcendental dengan daya temporalnya.
Konsekuensinya,peristiwa yang terjadi pada diri manusia akan memperoleh
pahala atau siksaan dari tuhan.
4. Aliran Nihilis
- Al-khawarij
- Murji’ah
- Syi’ah
- Jabariah
- Qadariyah
13
- Al-Maturidiyah
- Asy’ariyah
- Mu’tazilah
Analisis perbedaan paham antara aliran-aliran dalam ilmu kalam sebagai berikut.
14
C. SUMBER-SUMBER ILMU KALAM
Sumber utama ilmu kalam ialah Al-Qur’an dan Al-Hadist yang menerangkan
tentang wujudnya Allah Swt, sifat-sifat-Nya, dan persoalan akidah islam lainnya.
Ulama-ulama islam dengan tekun dan teliti memahani nash-nash yang bertalian
dengan akidah ini, menguraikan dan menganalisanya, dan masing-masing
golongan memperkuat pendapatnya dengan nash-nash tersebut.
Oleh karna itu, pembahasan ilmu kalam ini, selalu berdasarkan kepada dua
hal, yaitu dalil naqli (Al-Qur’an dab Al-Hadist) dan dalil-dalil ‘aqli (akal pikiran).
Tidaklah tepat kalau dikatakan bahwa ilmu kalam itu merupakan ilmu ke-islaman
yang murni, karena di antara pembahasan-pembahasan banyak yang berasal dari
luar islam, sekurang-kurangnya dalam metodenya. Tetapi juga tidak benar kalau
dikatakan bahwa ilmu kalam itu timbul dari fislsafat Yunani, sebab unsur-unsur
lainnya juga ada.
Yang benar ialah kalau dikatakan bahwa ilmu kalam itu bersumber pada Al-
Qur’an dan Al-Hadist,y ang perumusan-perumusan didorong oleh unsur-unsur
1
dari dalam dan dari luar.
15
BAB 3
Khawarij adalah aliran teologi islam yang pertama kali muncul. Menurut
Ibnu Abi Bakar Ahmad Al-Syahratni. Bahwa yang disebut khawarij adalah setiap
orang yang keluar dari imam hak dan telah disepakati oleh para jamaah. Baik ia
keluar pada masa sahabat Khulafa Rosyidin atau pada masa Tabi’in secara baik-
baik. Nama itu diberikan kepada mereka yang keluar dari barisan Ali.
Pada tahun 656 Usman bin Affan terbunuh , kemudian Ali in Abi tholib
diangkat menjadi Kholifah, setelah Ali menduduki jabatan, Ali memecat para
Gubernur pada masa Usman, tidak lama setelah itu Ali menghadapi
pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah alasannya Ali tidak menghukumi
pembunuh Usman. Akhirnya dalam peperangann dua tokoh tersebut terbunuh dan
Aisyah dikembalikan ke Madinah. Kemudian pihak yag menentang Ali
Mu’awiyah bin Abi Sofyan yang mengakibatkan timbulnya perang yang disebut
dengan perang siffin, dari perang inilah yang mengakibatkan munculnya Aliran
Khawarij.
B. Sekte-sekte Khawarij
1) Al-Muhakkimah Al-ula
Mereka terdiri dari orang-orang yang pertama kali meninggalkan barisan Ali
bin Abin Tholib. Dibawah pimpinan Abdullah bin Kuwwa, ‘Itab bin A’war,
‘Abdullah bin Wahb al- Rasibi, ‘Urwah bin Jarir, Yazid bin Abi ‘Asim al-
Muharibi, Harqas bin Zuhair al-Bajli, mereka meninggalkan barin Ali bin Abi
Tholib menuju suatu tempat yang berada di dekat Kufah yakni sebuah
pegunungan yang bernama Harura’. Mereka terdiri dari sekitar dua belas ribu
orang.
16
2) Al-Azariqah
Mereka adalah pengikut Nafi’ bin Azraq al-Hanafi yang mendapat julukan
Abi Rashid. Diantara pmikirannya adalah :
3) Al- Najdah
4) Al-Ajaridah
5) Al-Tha’alibah
17
6) Al-Baihasiyah
Mereka adalah pengikut Ibn Abi Baihas al-Haisam bin Jabir. Pada masa Al-
Walid menjadi Khalifah bani Umayah. Ia memerintahkan panglima perangnya Al-
Hajjaj, untuk menangkap Ibn Abi Baihas, namun Al-Hajjaj tidak berhasil
menangkapnya karena Ibn Abi Baihas melarikan diri ke Madinah. Al-Walid
memerintahkan Uthman bin Hayyan al-Muzani untuk menangkapnya. Usaha ini
berhasil menangkap Ibn Abi Baihas dan memenjarakannya. Tak lama kemudian,
Al-Walid memerintahkan kepada Uthman bin Hayyan al-Muzani untuk
memotong kaki, tangan lalu membunuhnya.
7) Al-Sufriyah
Mereka adalah pengikut Ziyad bin Asfar. Sekte ini dinisbatkan kepada
Ubaidah, salah seorang pengikut Al-Najdah yang membelot darinya dan
meninggalkan Yamamah, pergi ke Basrah. Ketika Al-Najdah mengirimkan
sepucuk surat untuk penduduk Basrah, Ubaidah bersama Abdullah bin Ibad
membaca surat Al-Najdah, dan Ubaidah memberikan komentar bahwa orang yang
berselisih paham dari sektenya adalah mushrik. Kedudukan mereka sama dengan
kedudukan musuh Nabi SAW. 2
1) Doktrin Politik
a) Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh uat islam.
b) Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab.
c) Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil
dan menjalankan syariat islam.
2
Al-Baghdadi, Al-Farq bain al-Firaq
Al-Shahrastani, Al-Milal.
18
d) Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh dari masa
kekhalifahannya, Utsman ra. Dianggap telah menyeleweng.
e) Pasukan perang Jamal yang melewati Ali juga kafir.
2) Doktrin Teologi
a) Seorang yang berdosa besar tidak lagi disebut Muslim sehingga harus
dibunuh, yang sangat anarkis (kacau) lagi, mereka menganggap bahwa
seorang muslim dapat menjadi kafir apabila ia tidak mau membunuh
muslim lain yang telah dianggap kafir dengan resiko ia menanggung beban
harus dilenyapkan pula.
b) Seseorang harus menghindari pimpinan yang menyeleweng.
c) Adanya wa’ad dan wa’id ( orang yang baik harus masuk surga sedangkan
orang yang jahat masuk neraka.
19
BAB 4
Nama Murji’ah diambil dari kata irja’ atau arja’a yang bermakna penundaan,
dan pengharapan. Kata arja’a banyak mengandung arti member pengharapan, yaitu
kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah SWT.
Selain itu, arja’a berarti pula meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang
yang mengemudikan amal dan iman. Oleh karena itu, Murji’ah artinya yang menunda
penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa, yaitu ‘Ali dan Mu’awiyah,serta setiap
pasukannya pada hari kiamat kelak
Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain: ilmu ushuluddin,
ilmu tauhid, fiqh Al-Akbar, dan teologi islam. Disebut Ilmu Ushuluddin karena ilmu ini
membahas pokok-pokok agama (ushuluddin); disebut ilmu tauhid karena ilmu ini
membahas keesaan Allah SWT. Didalamnya dikaji pula tentang asma’ (nama-nama) dan
af’al (perbuatan-perbuatan) Allah yang wajib, mustahil, dan ja’iz, juga sifat yang wajib,
mustahil dan ja’iz bagi Rasul-Nya.
Ilmu tauhid sendiri sebenarnya membahas keesaan Allah SWT., dan hal-hal yang
berkitan dengan-Nya. Secara objektif, ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid, tetapi
argumentasi ilmu kalam lebih di konsentrasikan pada penguasaan logika. Oleh sebab itu
sebagian teolog membedakan antara ilmu kalam dan ilmu tauhid. Menurut Harun
Nasution, kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut
peristiwa pembunuhan Usman bin Affan yang berbuntut pada penolakan Mu’awiyah atas
ke khalifaan Ali bin Abi Thalib.
Harun lebih lanjut melihat bahwa persoalan kalam yang pertama kali muncul
dalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir. Dalam arti siapa yang telah
keluar dari islam dan siapa yang masih tetap dalam islam. Persoalan kalam telah
menimbulkan dua aliran teologi dalam islam yang saling bertentangan yaitu, (1) Aliran
Khawarij yang mengatakan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir, dalam arti
keluar dari islam, atau tegasnya murtad dan wajib dibunuh; (2) Aliran Murji’ah yang
20
menegaskan bahwa orang yang bebuat dosa besar tetap mukmin dan bukan kafir. Adapun
soal dosa yang dilakukannya terserah kepada Allah untuk mengampuni atau tidak
mengampuninya.
Aliran Murji’ah ini muncul sebagai reaksi atau sikapnya yang tidak mau terlibat
dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar,
sebagaimana hal itu dilakukan oleh aliran Khawarij.Di bidang politik, doktrin irja
diimplementasikan dengan sikap politik netral atau nonblok, yang hampir selalu di
ekspresikan dengan sikap diam. Itulah sebabnya, kelompok Murji’ah dikenal pula sebagai
the queietists (kelompok bungkam). Sikap ini akhirnya berimplikasi begitu jauh sehingga
membuat Murji’ah selalu diam dalam persoalan politik.
Sebagai aliran teologi, kaum murji’ah ini mempunyai pendapat tentang akidah
yang secara umum dapat digolongkan kedalam pendapat yang moderat dan ekstrim.
Murji’ah yang moderat berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa besar bukanlah
kafir dan tidak kekal dalam neraka, tetapi akan dihukum dalam neraka sesuai dengan
besarnya dosa yang ia lakukan, dan ada kemungkinan Tuhan akan mengampuni-nya,
sehingga mereka tidak akan masuk neraka sama sekali. Pada golongan murji’ah yang
moderat ini terdapat nama al-Hasan Ibnu Muhammad Ibn Ali Ibn Abi Thalib, Abu
Hanifah , Abu Yusuf dan beberapa ahli hadis. Menurut golongan ini bahwa orang Islam
yang berdosa besar masih tetap mukmin.
Adapun golongan Murji’ah ekstrim tokohnya adalah Jahm bin Safwan dan
pengikutnya disebut al-jahmia. Golongan ini berpendapat bahwa orang Islam yang
percaya pada Tuhan, kemudian menyatakan kekufuran secara lisan, tidaklah menjadi
kafir, karena kafir dan iman tempatnya bukan dalam bagian tubuhmanusia tetapi dalam
hati sanubari. Pandangan serupa ini muncul dari prinsip yang mereka anut yaitu bahwa
21
iman tempatnya di hati, ia tidak bertambah dan tidak berkurangkarena perbuatan apapun
dan amal tidak punya pengaruh apa-apa terhadap iman. Karena dalam pandangan
Murji’ah yang di pentingkan hanyalah iman, maka norma-norma akhlak dapat dianggap
kurang penting dan diabaikan.
Teori lain mengatakan bahwa gagasan irja, yang merupakan basis doktrin
Murji’ah, muncul pertama kali sebagai gerakan politik yang diperlihatkan oleh cucu Ali
Bin Abi Thalib, Al-Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah, sekitar tahun 695. Watt,
penggagasteori ini, menceritakan bahwa 20 tahun setelah kematian Muawiyah, pada
tahun 680, dunia islam dikoyak oleh pertikaian sipil.Sebagai respon dari keadaan ini,
muncul gagasan irja atau penangguhan (postponenment).
Gagasan ini pertama kali dipergunakan sekitar tahun 695 oleh cucu Ali bin Abi
Thalib, Al-Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah, dalam sebuah surat pendeknya. Dalam
surat itu, Al-Hasan menunjukkan sikap politiknya dengan mengatakan, “Kita mengakui
Abu Bakar dan Umar, tetapi menangguhkan keputusan atas persoalan yang terjadi pada
konflik sipil pertama yang melibatkan Usman, Ali, dan Zubayr (seorang tokoh pembelot
ke Mekah ).”
Teori lain menceritakan bahwa ketika terjadi perseteruan anatara Ali dan
Mu’awiyah, dilakukanlah tahkim (arbitrase) atau usulan Amr bin ‘Ash, seorang kaki
tangan mu’awiyah. Kelompok Ali terpecah menjadi dua kubu, yang pro dan yang kontra.
Kelompok kontra akhirnya menyatakan keluar dari Ali, yaitu kubu Khawarij. Mereka
memandang bahwa tahkim itu bertentangan dengan Al-Quran dalam pengertian, tidak
bertahkim berdasarkan hukum Allah. Oleh karena itu, Khawarij berpendapat bahwa
melakukan tahkim itu dosa besar dan dihukum kafir,sama seperti perbuatan dosa besar
lain, seperti zina,riba’, membunuh tanpa alasan yang benar, durhaka kepada orang tua,
serta memfitnah wanita baik-baik.
Sementara itu, Harun Nasution dan Abu Zahra membedakan Murji’ah menjadi
dua kelompok utama, yaitu Murji’ah moderat (Murji’ah sunnah) dan Murji’ah ekstrem
(Murji’ah Bid’ah). Iman menurut Abu Hanifah adalah iqrar dan tashdiq. Selanjutnya,
Abu Hanifah berpendapat bahwa seluruh umat islam sama dalam tauhid dan keimanan.
Iman adalah pengetahuan tentang Tuhan dan Rasul-rasulnya serta yang datang dari-Nya
secara keseluruhan, namun dalam garis besar. Iman tidak bertambah dan tidak pula
berkurang. Tidak ada perbedaan manusia dalam hal ini. Penggagas pendirian ini adalah
22
Al-Hasan bin Muhummad bin’Ali bin Thalib, Abu Hanifah,Abu Yusuf, dan beberapa ahli
hadis.
2. Penangguhan Ali untuk menduduki ranking keempat dalam peringkat Al-Khalifah Ar-
Rasyidun.
3. Pemberian harapan (giving if hope) terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah SWT.
a. Menunda hukuman atas Ali, Mu’awiyah, Amr bin ‘Ash, dan Abu Musa Al-Asy’ari
yang terlibat tahkim hingga kepada Allah pada hari kiamat kelak;
b. Menyerahkan keputusan kepada Allah SWT. atas orang muslim yang berdosa besar;
a. iman adalah cukup dengan percaya kepada Allah SWT. dan Rasul-Nya. Adapun amal
atau perbuatan bukan merupakan keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal ini,
seseorang tetap dianggap mukmin walaupun meninggalkan apa yang difardukan
kepadanya dan lakukan perbuatan-perbuatan dosa besar;
23
b. dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati, setiap maksiat
tidak dapat mendatangkan madharat ataupun gangguan atas seseorang. Untuk
mendapatkan pengampunan, manusia cukup menjauhkan diri dari syirik dan meninggal
dalam keadaan akidah tauhid.
D. SEKTE-SEKTE MURJI’AH
24
l. Al-Karamiyah, pengikut Muhammad bin Karam As-Sijista
Pemimpin utama Madzhab murji’ah ialah Hasan ibn Bilal Al Muzni, Abu salat
As-Sammam dan Dirar ibn Umar. Dari segi politik, murji’ah sangat menguntungkan pada
khalifah, semasa Bani Umayyah karena dengan dogma mereka dapat mencegah
pemberontakan terhadap pemerintah
25
BAB 5
3
Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, ( Bandung:Pustaka Setia, 2006 ), h. 63
4
Harun Nasution, Teologi Islam:Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta:UI-Press,
1986), h. 31
26
berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan.5 Adapaun tokoh yang
mendirikan aliran ini menurut Abu Zaharah dan al-Qasimi adalah Jahm
bin Safwan, yang bersamaan dengan munculnya aliran Qadariayah.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa paham ini diduga telah
muncul sejak sebelum agama Islam datang ke masyarakat Arab.
Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah
memberikan pengaruh besar dalam cara hidup mereka. Di tengah bumi
yang disinari terik matahari dengan air yang sangat sedikit dan udara
yang panas ternyata dapat tidak memberikan kesempatan bagi
tumbuhnya pepohonan dan suburnya tanaman, tapi yang tumbuh hanya
rumput yang kering dan beberapa pohon kuat untuk menghadapi
panasnya musim serta keringnya udara.6
Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian
masyarakat arab tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan
disekeliling mereka sesuai dengan kehidupan yang diinginkan. Mereka
merasa lemah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup. Artinya
mereka banyak tergantung dengan Alam, sehingga menyebabakan
mereka kepada paham fatalisme.7
Terlepas dari perbedaan pendapat tentang awal lahirnya aliran ini,
dalam Alquran sendiri banyak terdapat ayat-ayat yeng menunjukkan
tentang latar belakang lahirnya paham Jabariyah, diantaranya:
a. QS ash-Shaffat: 96
) 96 ( ََوهللاُ َخلَقَ ُك ْم َو َمات َ ْعلَ ُم ْون
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang
kamu perbuat itu".
b. QS al-Anfal: 17
5
Tim, Enseklopedi Islam, “Jabariyah” (Jakarta:Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997), h. 239
6
Rosihan Anwar, op.cit., h.64
7
Harun Nasution, loc.cit.
27
َي ْال ُمؤْ ِمنِ ْين َ فَلَ ْم ت َ ْقتُلُ ْو ُه ْم َولَ ِك َّن هللاَ قَتَلَ ُه ْم َو َم
َ ار َميْتَ ِإ ْذ َر َميْتَ َولَ ِك َّن هللاَ َر َمى َو ِليُ ْب ِل
) 17 ( ع ِل ْي ٌم َ س ِم ْي ٌع َ ِم ْنهُ بَآل ًء َح
َ َسنًا ِإ َّن هللا
“ Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh
mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan
kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang
melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka)
dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin,
dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.”
c. QS al-Insan: 30
َ ََو َماتَشَا ُء ْونَ إِ ََّّل أ َ ْن يَّشَا َءهللاُ إِ َّن هللاَ َكان
) 30 ( ع ِل ْي ًما َح ِك ْي ًما
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila
dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana.”
d. QS al-Hadid: 22
ب ِم ْن قَ ْب ِل أ َ ْن
ٍ ض َو ََل فِى أ َ ْنفُ ِس ُك ْم إِ ََّلفِى ِكت َا
ِ ص ْي َب ٍة فِى ْاْل َ ْر َ َ َمآأ
ِ صا َبكَ ِم ْن ُم
) 22 ( ع َلى هللاِ َي ِسي ٌْر َ َنَّب َْرأَهَا ِإ َّن ذَلِك
“Setiap bencana yang menimpa dibumi dan yang menimpa
dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab ( lauh mahfuz )
sebelum kami mewujudkannya.Sungguh,yang demikian itu mudah
bagi Allah.”
28
pencuri. Ketika diintrogasi, pencuri itu berkata "Tuhan telah
menentukan aku mencuri". Mendengar itu Umar kemudian marah
sekali dan menganggap orang itu telah berdusta. Oleh karena itu
Umar memberikan dua jenis hukuman kepada orang itu, yaitu:
hukuman potongan tangan karena mencuri dan hukuman dera
karena menggunakan dalil takdir Tuhan.
c. Ketika Khalifah Ali bin Abu Thalib ditanya tentang qadar
Tuhan dalam kaitannya dengan siksa dan pahala. Orang tua itu
bertanya,"apabila perjalanan (menuju perang siffin) itu terjadi
dengan qadha dan qadar Tuhan, tidak ada pahala sebagai
balasannya. Kemudian Ali menjelaskannya bahwa Qadha dan
Qadha Tuhan bukanlah sebuah paksaan. Pahala dan siksa akan
didapat berdasarkan atas amal perbuatan manusia. Kalau itu sebuah
paksaan, maka tidak ada pahala dan siksa, gugur pula janji dan
ancaman Allah, dan tidak pujian bagi orang yang baik dan tidak
ada celaan bagi orang berbuat dosa.
d. Adanya paham Jabar telah mengemuka kepermukaan pada
masa Bani Umayyah yang tumbuh berkembang di Syiria.8
Di samping adanya bibit pengaruh faham jabar yang telah muncul
dari pemahaman terhadap ajaran Islam itu sendiri. Ada sebuah
pandangan mengatakan bahwa aliran Jabar muncul karena adanya
pengaruh dari dari pemikriran asing, yaitu pengaruh agama Yahudi
bermazhab Qurra dan agama Kristen bermazhab Yacobit.9
Dengan demikian, latar belakang lahirnya aliran Jabariyah dapat
dibedakan kedalam dua factor, yaitu factor yang berasal dari pemahaman
ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Alquran dan Sunnah, yang
mempunyai paham yang mengarah kepada Jabariyah. Lebih dari itu
adalah adanya pengaruh dari luar Islam yang ikut andil dalam melahirkan
aliran ini.
8
Rosihan Anwar, op.cit., h.64-65
9
Ibid., h.65
29
3. Pokok-Pokok Ajaran
Adapun ajaran-ajaran Jabariyah dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu ekstrim dan moderat.
a. Pertama, aliran ekstrim. Di antara tokoh adalah Jahm bin
Shofwan dengan pendapatnya adalah bahwa manusia tidak mempu
untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai
kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan. Pendapat Jahm
tentang keterpaksaan ini lebih dikenal dibandingkan dengan
pendapatnya tentang surga dan neraka, konsep iman, kalam Tuhan,
meniadakan sifat Tuhan, dan melihat Tuhan di akherat. Surga dan
nerka tidak kekal, dan yang kekal hanya Allah. Sedangkan iman
dalam pengertianya adalah ma'rifat atau membenarkan dengan hati,
dan hal ini sama dengan konsep yang dikemukakan oleh kaum
Murjiah. Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah tidak mempunyai
keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar, dan
melihat, dan Tuhan juga tidak dapat dilihat dengan indera mata di
akherat kelak.10
Ja'ad bin Dirham, menjelaskan tentang ajaran pokok dari
Jabariyah adalah Alquran adalah makhluk dan sesuatu yang baru
dan tidak dapat disifatkan kepada Allah. Allah tidak mempunyai
sifat yang serupa dengan makhluk, seperti berbicara, melihat dan
mendengar. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala hal.11
Dengan demikian ajaran Jabariyah yang ekstrim mengatakan
bahwa manusia lemah, tidak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan
kehendak Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas
sebagaimana dimilki oleh paham Qadariyah. Seluruh tindakan dan
perbuatan manusia tidak boleh lepas dari scenario dan kehendak
Allah. Segala akibat, baik dan buruk yang diterima oleh manusia
dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah.
10
Rosihan Anwar, op.cit., h.67-68
11
Ibid., h.68
30
b. Kedua, ajaran Jabariyah yang moderat adalah Tuhan
menciptakan perbuatan manusia, baik itu positif atau negatif, tetapi
manusia mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yang diciptakan
dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan
perbuatannya. Manusia juga tidak dipaksa, tidak seperti wayang
yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta
perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan
tuhan. Tokoh yang berpaham seperti ini adalah Husain bin
Muhammad an-Najjar yang mengatakan bahwa Tuhan menciptakan
segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau
peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu dan Tuhan tidak
dapat dilihat di akherat. Sedangkan adh-Dhirar (tokoh jabariayah
moderat lainnya) pendapat bahwa Tuhan dapat saja dilihat dengan
indera keenam dan perbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pihak.12
B. Pemikiran Kalam Qadariyah
1. Pengertian Qadariyah
Pengertian Qadariyah secara etomologi, berasal dari bahasa Arab,
yaitu qadara yang bemakna kemampuan dan kekuatan. Adapun secara
termenologi istilah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala
tindakan manusia tidak diinrvensi oleh Allah. Aliran-aliran ini
berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala
perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas
kehendaknya sendiri. Aliran ini lebih menekankan atas kebebasan dan
kekuatan manusia dalam mewujudkan perbutan-perbutannya. Harun
Nasution menegaskan bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa
manusia mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan
bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar
Tuhan.13
12
Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah:Pengantar Studi Sejarah Kebudayaan Islam Dan Pemikiran,
(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1996), h. 75
13
Rosihan Anwar, op.cit., h.70; Hadariansyah, Pemikiran-Pemikiran Teologi Dalam Sejarah
Pemikiran Islam, (Banjarmasin:Antansari Press, 2008), h. 68
31
Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh Dr.
Hadariansyah, orang-orang yang berpaham Qadariyah adalah mereka
yang mengatakan bahwa manusia memiliki kebebasan berkehendak dan
memiliki kemampuan dalam melakukan perbuatan. Manusia mampu
melakukan perbuatan, mencakup semua perbuatan, yakni baik dan
buruk.14
2. Asal-Usul Paham Qadariyah
Sejarah lahirnya aliran Qadariyah tidak dapat diketahui secara pasti
dan masih merupakan sebuah perdebatan. Akan tetepi menurut Ahmad
Amin, ada sebagian pakar teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah
pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad al-Jauhani dan Ghilan ad-
Dimasyqi sekitar tahun 70 H/689M.15
Ibnu Nabatah menjelaskan dalam kitabnya, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Ahmad Amin, aliran Qadariyah pertama kali
dimunculkan oleh orang Irak yang pada mulanya beragama Kristen,
kemudian masuk Islam dan kembali lagi ke agama Kristen. Namanya
adalah Susan, demikian juga pendapat Muhammad Ibnu Syu’ib.
Sementara W. Montgomery Watt menemukan dokumen lain yang
menyatakan bahwa paham Qadariyah terdapat dalam kitab ar-Risalah
dan ditulis untuk Khalifah Abdul Malik oleh Hasan al-Basri sekitar tahun
700M.16
Ditinjau dari segi politik kehadiran mazhab Qadariyah sebagai
isyarat menentang politik Bani Umayyah, karena itu kehadiran
Qadariyah dalam wilayah kekuasaanya selalu mendapat tekanan, bahkan
pada zaman Abdul Malik bin Marwan pengaruh Qadariyah dapat
dikatakan lenyap tapi hanya untuk sementara saja, sebab dalam
perkembangan selanjutnya ajaran Qadariyah itu tertampung dalam
Muktazilah17.
14
Hadariansyah, loc.cit.
15
Ibid.
16
Rosihan Anwar, op.cit., h. 71
17
Yusran Asmuni, op.cit., h.74
32
3. Pokok-Pokok Ajaran
Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang ajaran
Qadariyah bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbutannya.
Manusia sendirilah yang melakukan perbuatan baik atas kehendak dan
kekuasaan sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau
menjauhi perbuatan-perbutan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.
Tokoh an-Nazzam menyatakan bahwa manusia hidup mempunyai daya,
dan dengan daya itu ia dapat berkuasa atas segala perbuatannya.18
Dengan demikian bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan
atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk
melakukan segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik
maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala
atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula memperoleh
hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya. Ganjaran kebaikan di sini
disamakan dengan balasan surga kelak di akherat dan ganjaran siksa
dengan balasan neraka kelak di akherat, itu didasarkan atas pilihan
pribadinya sendiri, bukan oleh takdir Tuhan. Karena itu sangat pantas,
orang yang berbuat akan mendapatkan balasannya sesuai dengan
tindakannya.19
Faham takdir yang dikembangkan oleh Qadariyah berbeda dengan
konsep yang umum yang dipakai oleh bangsa Arab ketika itu, yaitu
paham yang mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih
dahulu. Dalam perbuatannya, manusia hanya bertindak menurut nasib
yang telah ditentukan sejak dirinya didalam kandungan. Dengan
demikian takdir adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya bagi alam
semesta beserta seluruh isinya, yaitu hukum yang dalam istilah Al-Quran
adalah sunnatullah.
Secara alamiah sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang
tidak dapat diubah. Manusia dalam demensi fisiknya tidak dapat bebruat
18
Harun Nasution, op.cit., h. 31
19
Rosihan Anwar, op.cit., h.73
33
lain, kecuali mengikuti hukum alam. Misalnya manusia ditakdirkan oleh
Tuhan tidak mempunyai sirip seperti ikan yang mampu berenang di
lautan lepas. Demikian juga manusia tidak mempunyai kekuatan seperti
gajah yang mampu membawa barang seratus kilogram.
Dengan pemahaman seperti ini tidak ada alasan untuk
menyandarkan perbuatan kepada Allah. Di antara dalil yang mereka
gunakan adalah banyak ayat-ayat Alquran yang berbicara dan
mendukung paham itu :
) 11 ( ....... إِ َّن هللاَ ََليُغَيِ ُر َمابِقَ ْو ٍم َحتَّى يُغَيِ ُر ْوا َمابِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم......
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan[Tuhan tidak akan merobah Keadaan
mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran
mereka.] yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS.Ar-R’d :11)
34
untuk melakukan segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat buruk
maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas
kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula memperoleh hukuman atas
kejahatan yang diperbuatnya.
Adapun persamaannya, Qadariyah dan Jabariyah ini adalah sama-sama
aliran kepercayaan (teologi) sesuai dengan konteks-politik yang terjadi.
35
BAB 6
A. Pengertian Mu’tazilah
B. Sejarah Mu’tazilah
Dalam sejarah keislaman, paling tidak pernah muncul dua kali kelompok
yag dieal denga mu’tazilah. Kelompok mu’tazilah pertama muncul pada masa Ali
Ibn Abi Thalib dan Mu’awiyah 35-41 H. Disebut mu’tazilah karena mereka
menghindarka diri dari pertikaiann politik pada masa itu, guna menekuni bidang
keilmuan atau beribadah di masjid atau rumah mereka (Muhammad Abu Zahrah
,tt:138).kelompok Mu’tazilah pertama ini sangat bercorak politis.
36
Washil menjauhkan diri dari Hasan al-Bashri dan Hasan al-Bashri menyatakan :
I’tazala ‘anna Washil (Washil telah menjauhkan diri dari kita). Oleh karena itu
Washil dan teman-temannya dinamakan kaum Mu’tazilah
Secara harfiah kata Mu’tazilah berasal dari i’tazala yang bearti “berpisah”
atau “memisahkan diri”, yang berarti juga ”menjauh” atau “menjauhkan
diri.”21 Secara teknis, istilah Mu’tazilah dapat menunjuk pada dua golongan.
Golongan pertama (selanjutya disebut Mu’tazilah I)muncul sebagai respons
20
80 Ahmad Amin, Dhuha,juz II, hlm22.
21
Luis Ma’luf, Al-Munjid fi Al-Lughah, Cet. X, Darul kitab Al-Arabi,Beirut,t.t., hlm.207.
37
politik murni. Golongan ini tumbuh sebagai kaum netral politik,khususnya
dalam arti sikap yang lunak dalam menengahi pertentangan antara Ali bin Abi
Thalib dan lawan-lawanya, terutama Mu’awiyah,Aisyah, dan Abdullah bin
Zubair. Menurut penulis, golongan yang netral politik masa inilah yang
sesungguhnya disebut dengan kaum Mu’tazilah karena mereka menjauhka diri
dari pertikaian masalah khalifah.
Kelompok yang menjauhkan diri ini bersifat netral politik tanpa stigma
terologis seperti yang ada pada kaum Mu’tazilah yang tumbuh dikemudian hari22.
22
Nurcholish Madjid,Islam doktrin dan peradaban,Cet. II, Yayasan Wakaf
Paramadina,Jakarta,1995,hlm. 17
23
Abu Manshur Al-Baghdadi,AL-Firaq Bain Al-fIraq,Maktabah Subeih,Kairo,hlm. 20 dan 21
38
dengan Mu’tazilin sedangkan Abu Al-Fida’ (1273-1331 M) menamakan
Mu’tazilah24
Golongan Mu’tazilah dikenal juga dengan nama-nama lain, seperti ahl al-
adl yang bearti golongan yang mempertahankan keadilan tuhan dan ahl at –
tawhid wa al-‘adl yang bearti golonga yang mempertahakan keesaa murnidan
keadilan Tuhan.26
24
Ahmad Amin, Fajr Al-Islam, An-Nahdah,Kairo,1965,hlm.290
25
Harun Nasution, Teologi islam, aliran-aliran sejarah,analisa perbandingan , UI
Press,Jakarta,1986
26
Asution,op.cit., hlm.42.
39
Mu’tazilah namun mereka sendiri sering-sering terpengaruh oleh selalu bekerja,
baik terhadap lawan maupun kawan,baik menerima atau membantah bahkan
sering-sering masuk kepada lawannya tanpa dikehendaki atau disengaja.
1. At-Tauhid
At-Tauhid (pengesaan Tuhan) merupakan prinsip utama dan inti sari ajaran
Mu’tazilah. Sebenarnya, setiap mazhab teologis dalam islam memegang doktrin
ini. Akan tetapi, bagi Mu’tazilah tauhid memiliki arti yang spesifik. Oleh karena
itu, hanya Dia-lah yang qadim. Apabila ada yang qadim lebih dari satu, telah
terjadi ta’addud al-qusama’(berbilangnya dzat yang tidak berpermulaan)27
27
Abd. Al-Jaddar bin Ahmad, Syarh Al-Ushul Al-Khamsah, Maktab Wahbab, Kairo,
1965,hlm.196
40
sifat, melainkan dzat-Nya. Menurut mereka, sifat adalah sesuatu yang melekat.
Apabila sifat Tuhan yang qadim, ada dua yang qadim, yaitu dzat dan sifat-Nya.
Washil bin Atha’ seperti dikutip oleh Asy-Syahrastani berkata,”siapa yang
mengatakan sifat yang qadim bearti telah menduakan Tuhan.”28 Ini tidak dapat
diterima karena merupakan perbuatan syirik.
Apa yang bisa disebut sebagai sifat menurt Mu’tazilah adlah dzat Tuhan.
Abu Al-Hudzail (w.89 H)29 pernah berkata,” Tuhan mengetahui dengan ilmu dan
ilmu adalah Tuhan, berkuasa dengan kekuasaan dan kuasaan Tuhan adalah
Tuhan30, dengan demikian , pengetahuan dan kekuasaan Tuhan adalah Tuhan,
yaitu dzat dan esensi Tuhan, bukan sifat yang menempel pada dzat-Nya.
28
Abi Alfath Muhammda Abd Al-Karim Asy-Syahrastani, Al-Milal wa An-Nihal, Dar Al Fikr,
Beirut, t.t., hlm. 46
29
Abdul Huzail Al-Allaf (135-226 H) adalah Maula Abd. Al-Qais, seorang tokoh Mu’tazilah
aliran Basrah.
30
Syahrastani,op. Cit., hlm. 49.
31
Abu Muhammad bin Abd Al-Wahhab Al-Jubbai wafat 195 H.
32
Abu Hasyim Abd. As-Salam adalah anak Jubba’i yang wafat tahun 321 H. Keduanya tokoh
Mu’tazilah Aliran Barah
33
Nasution,op.cit., hlm. 135-136.
34
Imam Abi Al-Hasan Al-Asy’ari, Maqalat Islamiyyin wa Ikhtilaf Al-Muhshalin, Maktabah,Al-
Bahdad Al-Misriyah,Kairo, 1969, hlm. 178
41
adli wa at-tauhid(pengikut paham keadilan dan keesaan Tuhan). Ini terlihat dari
upaya keras mereka untuk mengesakan Allah dan menempatkan-Nya benar-benar
adil.
Doktrin tauhid Mu’tazilah lebih lanjut menjelaskan bahwa tidka ada satu
pun yang dapat menyamai Tuhan. Begitu pula sebaliknya, Tuhan tidak serupa
dengan makhlluk-Nya. Mahasuci Tuhan dari penyerupaan dengan yang
diciptakan-Nya. Tegasnya,Mu’tazilah menolak antromorfisme.35
35
Al-Jaddar,op.cit., hlm. 217
36
W. Montgomory Watt,Early Islam, Edinburgh University Press , Edinburgh, 1990, hlm. 86; M.
Th. Houtsma,et.al., First Encyclopedia of Islam, jilid VI, E.J. Brill,Leiden, hlm. 791
42
Misalnya, kata tangan(Q.S. Shad [38]: 75) diartikan kekuaaan dan pada konteks
yang lain tangan (Q.S.Al-Ma’idah [5]:64) dapat diartikan nikmat. Kata wajah (
Q.S. Ar-Rahman [55]:27) diartikan esensi dan dzat, sedangkan al-arsy (Q.S.
Thaha [20]:5) diartikan kekuasaan.37
2. Al-Adl
Ajaran dasar Mu’tazilah yang kedua adalah al-adl yang bearti Tuhan yang
bearti Tuhan Maha adil. Adil adalah suatu atribut yang paling jelas untuk
menunjukkan kesempurnaan. Karena Tuhan Maha sempurna sudah pasti Dia adil.
Ajaran ini bertujuan ingin menempatkan Tuhan benar-benar menurut sudut
pandang manusia. Tuhan dipandang adil apabila bertindak hanya yang baik (ash-
shalah) dan terbaik (al-ashlalh), dan bukan yang tidak baik. Begitu pula tuhan itu
apabila tidak melanggar janji-Nya.40
Ajaran tentang keadilan ini berkaitan erat dengan beberapa hal, antara lain
sebagai berikut.
37
Al-jaddar,op.cit., hlm. 227
38
Ibid.., hlm. 253
39
Watt,op.cit.,hlm. 87
40
Al-Jaddar,op. cit., hlm. 132
43
a. Perbuatan manusia
Dalam istilah Arab, berbuat baik dan terbaik disebut ash-shalah wa al-
ashlah. Maksudnya adalah kewajiban Tuhan untuk berbuat berbuat baik, bahkan
terbaik bagi manusia. Tuhan tidak mungkin jahat dan aniaya karena akan
menimbulkan kesan bahwa Tuhan penjahat dan penganiaya., sesuatu yang tidak
layak bagi Tuhan. Jika Tuhan berlaku jaht kepada seseorang dan berbuat baik
kepada orang lain bearti ia tidak adil. Dengan sendirinya, Tuhan juga tidak Maha
Sempurna.42 Bahkan, menurut An-Nazzam, salah satu tokoh Mu’tazilah, Tuhan
tidak dapat berbuat jahat.43 Konsep ini berkaitan dengan kebijaksanaan,
kemurahan, dan kepengasihan Tuhan, yaitu sifat-sifat yang layak bagi-Nya.
Artinya, apabila Tuhan tidak bertindak seperti itu, bearti ia tidak bijaksana,pelit,an
kasar/kejam.
G. Mengutus Rasul
1) Tuhan wajib berlaku baik kepada manusia dan hal itu tidak dapat terwujud,
kecuali dengan mengutus Rasul kepada mereka.
2) Al-Quran secara tegas menyatakan kewajiban Tuhan untuk memberikan
belas kasih kepada manusia (Q.S. Asy-Syu’ara [26]:29). Cara yang terbaik
untuk maksud tersebut adalah dengan pengutusan Rasul.
41
Mahmud Mazru’ah, Tarikh Al-Firaq Al-Islamiyah,Dar Al-Manar,Kairo, 1991, hlm. 122.
42
Mazru’ah, op.citi., hlm. 128.
43
Asy-Syahrastani,po.cit., hlm. 54.
44
3) Tujuan diciptakannya manusia untuk beribadah kepada-Nya. Agar tujuan
tersebut berhasil, tidak ada jalan lain selain mengutus Rasul.44
3. Al-Wa’d wa Al-Wa’id
Ajaran ketiga ini sangat erat berhubungan dengan ajaran kedua di atas. Al-
Wa’d wa Al-Wa’id bearti janji dan ancaman. Tuhan yang Maha adil dan Maha
bijaksana, demikian kata Mu’tazilah, tidak akan melanggar janji-Nya. Perbuatan
Tuhan terikat dan dibatasi oleh janji-Nya. Janji Tuhan untuk memberi pahala
masuk surga bagi yang berbaut baik (al-muthi’) dan mengancam dengan siksa
neraka atas rang yang durhaka (al-‘ashi)cpasti terjadi, begitu pula janjii Tuhan
untuk memberi pengampunan pada orang yang bertobat nasuha pasti benar
adanya.45
Pokok ajaran ini adalh mukmin yang melakukan dosa besar dan meninggal
sebelum bertobat bukan lagi mukmin atau kafir, tetapi fasiq. Mnegomentari
pedapat tersebut, Izutsu menjelaskna bahwa sikap Mu’tazilah adaah
membolehkan hubungan pernikahan dan warisan antara mukmin pelaku dosa
besar dab mukmin lain dan dihalalkannya binatang sembelihannya.46
44
Ibid., hlm. 130-131.
45
Ibid., hlm. 138-139.
46
Ibid., hlm. 53.
45
5. Al-Amr bin Al-Ma’ruf wa An-Nahy’an Al-Munkar
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi seorang mukmin dalam beramar
ma’ruf dan nahi munkar, seperti yang diperjelaskan oelh salah seorang tokohnya, Abd
Al-jaddar (w.1024), yaitu:
(1) Ia mengetahui perbuataan yang disuruh itu ma’ruf dan yang dilarang itu munkar;
(2) Ia mengetahui bahwa kemungkinan telah dilakukanorang;
(3) Ia mengetahui bahwa perbuatan amar ma’ruf atau nahi munkar tidak akan
membawa madharat yang lebih besar;
(4) Ia mengetahui atau paling tidak menduga bahwa tindakannya tidak akan
membahayakan diri dan hartanya.47
47
Al-Jaddar,op.cit., hlm. 142-143
48
Izutsu,op.cit., hlm. 257-258
49
Ibid., hlm. 259-260.
46
diperlukan, kekerasan dapat ditempuh untuk mewujudkan ajaran tersebut. Lalu,
sejarah telah mencatat kekerasan yang pernah dilakukannya ketika menyiarkan
ajaran-ajarannya.50
1. Ketauhidan
Mu’tazilah menafikan dan meniadakan Allah Ta’ala itu bersifat
dengan sifat-sifat yang azali dari ilmu, qudrat, hayat dan sebagainya
sebagai dzat-Nya.
2. Dosa Besar
Orang Islam yang mengerjakan dosa besar, yang sampai matinya
belum taubat, orang tersebut dihukumi tidak kafir dan tidak pula mukmin,
tetapi diantara keduanya itu. Mereka itu dinamakan orang ”fasiq”.
3. Qadar
Mereka berpendapat : Bukanlah Allah yang menjadikan segala
perbuatan makhluk, tetapi makhluk itu sendirilah yang menjadikan dan
menggerakkan segala perbuatannya. Oleh karena itulah, mereka diberi dosa
dan pahala.
I. Kedudukan Akal
Sepanjang sejarah telah diketahui bahwa kaum Mu’tazilah membentuk
madzhabnya lebih mengutamakan akal, bukan mengutamakan Al Qur’an dan
Hadist.
50
Nasution,op.cit.,hlm. 56.
47
yang ekstrim. Golongan ini lahir pada masa keemasan mu’tazilah, yaitu
mereka menyalahgunakan kekuasaan Al-Ma’mun.
Golongan ini adalah yang menjunjung tinggi dasar kelima. Golongan ini dikenal
dengan nama Waidiyah (pengancam). Dalam melaksanakan dasar yang kelima ini
mereka tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan.
2. Mu’tazilah Moderat.
Mayoritas kaum mu’tazilah adalah moderat, hal inilah salah satu yang
membedakannya dengan Syi’ah maupun khawarij. Sikap moderat ini pulalah yang
menjadi salah satu kunci kelanggengan aliran ini selama kurang lebih tiga abad
lamanya.
48
mazhab teologi ini. Tetapi sayang, tragedi mihnah telah mencoreng
madzhab rasionalisme dalam Islam ini.
3. Abu Huzail al-Allaf
Adalah seorang filosof Islam. Ia mengetahui banyak falsafah
yunani dan itu memudahkannya untuk menyusun ajaran-ajaran Muktazilah
yang bercorak filsafat. Ia antara lain membuat uraian mengenai pengertian
nafy as-sifat. Ia menjelaskan bahwa Tuhan Maha Mengetahui dengan
pengetahuan-Nya dan pengetahuan-Nya ini adalah Zat-Nya, bukan Sifat-
Nya; Tuhan Maha Kuasa dengan Kekuasaan-Nya dan Kekuasaan-Nya
adalah Zat-Nya dan seterusnya. Penjelasan dimaksudkan oleh Abu-Huzail
untuk menghindari adanya yang kadim selain Tuhan karena kalau
dikatakan ada sifat (dalam arti sesuatu yang melekat di luar zat Tuhan),
berarti sifat-Nya itu kadim. Ini akan membawa kepada kemusyrikan.
Ajarannya yang lain adalah bahwa Tuhan menganugerahkan akal kepada
manusia agar digunakan untuk membedakan yang baik dan yang buruk,
manusia wajib mengerjakan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan
yang buruk. Dengan akal itu pula menusia dapat sampai pada pengetahuan
tentang adanya Tuhan dan tentang kewajibannya berbuat baik kepada
Tuhan. Selain itu ia melahirkan dasar-dasar dari ajaran as-salãh wa al-
aslah.
4. Al-Jubba’i
Al-Jubba’I adalah guru Abu Hasan al-Asy’ari, pendiri aliran
Asy’ariah. Pendapatnya yang masyhur adalah mengenai kalam Allah
SWT, sifat Allah SWT, kewajiban manusia, dan daya akal. Mengenai sifat
Allah SWT, ia menerangkan bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat; kalau
dikatakan Tuhan berkuasa, berkehendak, dan mengetahui, berarti Ia
berkuasa, berkehendak, dan mengetahui melalui esensi-Nya, bukan dengan
sifat-Nya. Lalu tentang kewajiban manusia, ia membaginya ke dalam dua
kelompok, yakni kewajiban-kewajiban yang diketahui manusia melalui
akalnya (wãjibah ‘aqliah) dan kewajiban-kewajiban yang diketahui melaui
ajaran-ajaran yang dibawa para rasul dan nabi (wãjibah syar’iah).
49
5. An-Nazza
An-Nazzam : pendapatnya yang terpenting adalah mengenai
keadilan Tuhan. Karena Tuhan itu Maha Adil, Ia tidak berkuasa untuk
berlaku zalim. Dalam hal ini berpendapat lebih jauh dari gurunya, al-
Allaf. Kalau Al-Allaf mangatakan bahwa Tuhan mustahil berbuat
zalim kepada hamba-Nya, maka an-Nazzam menegaskan bahwa hal itu
bukanlah hal yang mustahil, bahkan Tuhan tidak mempunyai
kemampuan untuk berbuat zalim. Ia berpendapat bahwa pebuatan
zalim hanya dikerjakan oleh orang yang bodoh dan tidak sempurna,
sedangkan Tuhan jauh dari keadaan yang demikian. Ia juga
mengeluarkan pendapat mengenai mukjizat al-Quran. Menurutnya,
mukjizat al-quran terletak pada kandungannya, bukan pada uslūb (gaya
bahasa) dan balāgah (retorika)-Nya. Ia juga memberi penjelasan
tentang kalam Allah SWT. Kalam adalah segalanya sesuatu yang
tersusun dari huruf-huruf dan dapat didengar. Karena itu, kalam adalah
sesuatu yang bersifat baru dan tidak kadim.
50
BAB 7
A. SYI’AH SAB’IAH
1. Pengertian Dan Asal – Usul Syi’ah Sab’iah
Syi’ah Sabiah adalah mengakui tujuh iman itu ialah Ali, Hasan, Husein, Ali
Zainal Abidin, Muhammad Al Baqir, Jafar Ash Shadiq, dan Ismail bin Jafar.
Karna dinisbatkan pada imam ke 7.
51
A Nurdin, Sejara Pemikiran Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 53
51
c) Imam harus berdasarkan penunjukan atau nash. Syi’ah Sab’iah meyakini
bahwa setelah Nabi wafat, ‘Ali menjadi imam berdasarkan penunjukan
khusus yang dilakukan Nabi sebelum wafat. Suksesi keimaman menurut
doktrin dan tradisi Syi’ah harus berdasarkan Nash oleh Imam terdahulu.
d) Keimaman jatuh kepada anak tertua. Syi’ah Sab’iah menggariskan bahwa
seorang imam memperoleh keimaman dengan jalan wiratsah (heredity)
dan seharusnya merupakan anak paling tua. Jadi, ayahnya yang menjadi
imam menunjuk anaknya yang paling tua.
e) Imam harus maksum (immunity from sin an error). Sebagaimana sekte
Syi’ah lainnya, Syi’ah Sab’iah menggariskan bahwa seorang imam harus
terjaga dari salah satu dosa. Bahkan, lebih dari itu, Syi’ah Sab’iah
berpendapat bahwa jika imam melakukan perbuatan salah, perbuatan itu
tidak salah, Keharusan maksum bagi imam dapat ditelusuri dengan
pendekatan sejarah. Pada sejarah Iran pra-islam terdapat ajaran yang
menyatakan bahwa raja merupakan keturunan Tuhan; atau seorang araja
adalah penguasa yang mendapatkan tetesan ilahi (devine grace) dan
dalam bahasa Persia adalah farr-I izadi. Oleh karena itu, seorang raja
harus maksum.52
B. SYIAH ITSNA ‘ASYARIAH (Syi’ah Dua Belas / Syi’ah Imamiah)
1. Asal – Usul Penyebutan Syi’ah Itsna ‘Asyariah
Dinamakan Syi’ah Imamiah karena yang menjadi dasar akidahnya
persoalan imam yang dalam arti pemimpin Religio-politik, yaitu bahwa ‘Ali
berhak menjadi khalifah bukan hanya kecakapannya atau kemuliaan
akhlaknya, tetapi juga karna ia telah ditunjuk nas dan pantas menjadi
khalifah pewaris kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Ide tentang ha kali
dan keturunanya untuk menduduki jabatan khalifah telah ada sejak Nabi
wafat, yaitu dalam perbincangan politik di Saqifah Bani Sa ‘Idah”.
Syi’ah Istna Asyariah sepakat bahwa Ali adalah penerima wasiat Nabi
Muhammad seperti yang ditunjukkan nas. Adapun Al-ausiya (penerima
52
Ibid, hal. 55
52
wasiat) setelah Ali Bin Abi Thalib adalah keturunan dari garis Fatimah,
yaitu Hasan Bin Ali kemudian Husen Bin Ali sebagaimana yang disepakati.
Setelah Husen adalah Ali Zainal Abidin, kemudian secara berturut – turut;
Muhammad Al-Baqir, Abdullah Ja’far Ash-Shadiq, Musa Al-Kahzim, Ali
Ar-Rida, Muhammad Al-Jawwad. Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askari dan
terakhir adalah Muhammad Al-Mahdi sebagai imam kedua belas. Demikian,
karena berbaiat dibawah imamah dua belas imam, mereka di kenal dengan
sebutan syi’ah itsna asyariah (itsna asyariah.53
53
Muthahhari M, Mengenal Ilmu Kalam , (Jakarta: Pustaka Azara, 2002). Hal. 12
53
potensi berkehendak sebagai anugerah Tuhan untuk mewujudkan dan
bertanggung jawab atas perbuatannya.
c) Nabuwwah (apostleship)
Setiap makhluk disamping telah diberi insting, secara alami juga
masih membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari Tuhan maupun dari
manusia.Rasul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara
transenden diutus memberikan acuan untuk membedakan antara yang
baik dan buruk dialam semesta.Dalam keyakinan Syi’ah Itsna ‘Asyariah,
Tuhan telah mengutus 124.00 Rasul untuk memberikan petunjuk kepada
manusia.
Syi’ah Itsnah ‘Asyariah percaya tentang ajaran tentang tauhid dengan
kerasulan sejak Adam hingga Muhammad, dan tidak ada nabi atau rasul
setelah Muhammad.Mereka percaya dengan kiamat.Kemurnian dan
keaslian Al-Qur’an jauh dari tahrif, perubahan, atau tambahan.54
54
Ibid, hal. 13
54
furu’ ad-din.Delapan cabang tersebut terdiri atas sholat, puasa, haji,
zakat, khumus atau pajak sebesar seperlima dari penghasilan, jihad, al-
amr bi al-ma’aruf, dan an-nahyu ‘an am-munkar.
C. SYIAH ZAIDIYAH
1. Asal-Usul Penamaan Syi’ah Zaidiyah
Disebut Zaidiyahkarena sekte ini mengakui Zaid bin Ali ssebagai imam
kelima, putra imam keempat, Ali Zainal Abidin. Kelompok ini berbeda
dengan sekte Syi’ah lain yang mengakui Muhammad Al-Baqir, putra Zainal
Abidin yang lain, sebagai imam kelima. Dari nama Zaid bin Ali inilah,
nama Zaidiyah diambil. Syi’ah Zaidiyah merupakan sekte Syi’ah yang
moderat. Abu Zahrah menyatakan bahwa kelompok ini merupakan sekte
yang paling dekat dengan Sunni.
55
kekuatan adikodrati para imam, mereka juga mengingkari sifat keilahian
para imam. Imam bagi mereka pemimpin dan guru bagi kaum muslim; aktip
ditengah kehidupan; dan berjuang terang-terangan demi cita-citanya.
Dengan demikian, imamdapat berfungsi sebagai pemimpin politik dan
keagaaman secara kongkret berjuang demi umat, daripada sebagai toko
adikodrati yang suci tanpa dosa.55
D. SYI’AH GHULAT
Syi’ah Ghulat ( berasal dari kata ghuluw ysng berate berlebih – lebihan ).
Sebagian dari golongan ini ada yang menempatkan ali dan imam imam syiah
lainnya pada derajat ketuhanan, dan ada yang mengangkatnya pada derajat
kenabian, bahkan lebih tinggi dari muhammad.
Banyak sekte yang dipandang memiliki sikap ekstrim dalam aliran Syi’ah,
yang bila ditinjau dari sikap dan ajaran – ajarannya cenderung dikatakan
menyesatkan.Sekte ini disebut dengan Ghulat, yaitu golongan ekstrim
dikalangan syi’ah yang terlalu berlebih – lebihan dalam menentukan hak imam.
55
Anwar,R & Rozak A, Ilmu Kalam Edisi Revisi, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2019), hal 78
56
BAB 8
56
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung, (Pustaka Setia, 2012), hlm. 135-138.
57
gurunya, Ibn Hanbal mempelajari ilmu fiqih, hadis, tafsir, kalam, ushul,
dan Bahasa Arab.57
57
Ahmad Amin, Pemikiran Teologi dan Filsafat Islam. (Pustaka Amzah, 2008), hlm 31
58
Rosihon Anwar, op.cit., hlm 135-138
59
Ibid., hlm138
58
1. Ayat ayat Mustasyabihal
Artinya:
(Q.S.Thaha[20:5]:))
Artinya:
“Istiwa’ di atas arasy terserah Dia dan bagaimana Dia kehendaki dengan
tiada batas dan tiada seorangpun yang sanggup menyifatinya.”
59
Kemudian, ketika ditanya tentang makna hadis nuzul (Tuhan turun
ke langit dunia), ru’yah (orang orang beriman melihat Tuhan di akhirat)
dan hadist tentang telapak kaki Tuhan, Ibn Hanbal Menjawab:
YangArtinya:
C. Status Al-Quran
Salah satu persoalan teologis yang dihadapi Ibn hanbal yang kemudian
membuatnya di penjara beberapa kali adalah tentang status Al-Quran, apakah
di ciptakan (makhluk) yang karenanya hadis (baru ataukah tidak diciptakan
yang karenanya qadim? Faham yang di akui oleh pemerintah,yakni Dinasti
Abbasiyah di bawah kepemimpinaan Khalifah Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim, dan
Al-Watsiq, adalah Mu’tazailah, yakni Al-Quran tidak bersifat qodim, tetapi
Baru dan diciptakan. Faham adanya Qodim di samping Tuhan, berarti
menduakan Tuhan, sedangkan mendukan Tuhan adalah syirik dan dosa besar
yang tidak di ampuni Tuhan.61
60
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung, (Pustaka Setia, 2012), hlm. 137.
61
Rosihon Anwar, op.cit., hlm 138
60
Ibn Hanbal mau membahas lebih lanjut tentang status Al-Quran. Ia hanya
mengatakan bahwa Al-Quran tidak diciptakan. Hal ini sejalan dengan pola
pikirnya yang menyerahkan ayat ayat berhubungan dengan sifat Allah kepada
Allah dan Rasulnya.62
62
Ibid, hlm. 138
61
h. Sufyan bin ‘Uyainah
i. Abdurrazaq
j. Ibrahim bin Ma’qil
Secara bahasa, kata salaf berarti” yang terdahulu” lawan dari kata khalaf,
yang berarti “ yang datang kemudian. “ Kata salaf ini kemudian di gunakan
sebagai nama dari salah satu aliran kalam di dalam Islam, aliran Salaf. Secara
konkret aliran itu muncul pada abad IV H/X M oleh para pengikut Imam
Ahmad bin Hanbali. Pendapat pendapat yang dikemukakan oleh aliran ini,
demikian menurut para tokohnya, mengacu kepada Imam Ahmad bin Hanba.
Yang berupaya menghidupkan kembali dan membela metode serta akidah
salaf. Istilah dan nama salaf di sini menunjukan kepada arti generasi terdahulu,
yaitu generasi para sahabat dan tabiin. Jadi yang dimaksud dengan aliran salaf
63
Adeng Muthar Ghazali, Perkembangan Ilmu Kalam dari Klasik Hingga Modern,(
Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), hlm. 101-103
62
adalah aliran yang berupaya menghidupkan kembali dan membela metode serta
pemikiran kalam yang ditampilkan oleh generasi para sahabat dan tabiin.64
Gerakan atau aliran salaf ini kemudian muncul dan memperlihatkan diri lebih
jelas lagi di pentas perkembangan pemikiran Islam pada abad VII H/XIII M
dibawah upaya dan pengaruh Syaikh al-Islam Muhy al-Din bin Taimiyah.
Selanjutnya di kembangkan dan dipropagandakan kembali di Jazirah Arab,
abad XII H/XVIII M oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, yang kemudian
lebih dikenalkan dengan nama gerakan wahabiyah, yang tetap bertahan hingga
sekarang.
Gerakan atau aliran salaf ini lahir tidak lepas dari pengaruh perkembangan
pemikiran di dunia Islam itu sendiri. Ketika komonitas Islam masih terbatas
pada bangsa Arab di wilayah semenanjung arabia, pemahaman para sahabat
terhadap agama semata mata menurut nash Alquran dan sunnah, dengan
pemahaman secara zahiri tanpa takwil dan qiyas. Mereka .global, tanpa
mempertanyakan dan mendiskusikannya lebih detail.65
Namun ketika Islam telah berkembang dari berhasil menerobos daerah daerah
luas di luar semenanjung Arabia. Yang penduduknya telah memiliki tingkat
kebudayaan dan kemajuan tertentu,66 pola pemahaman terhadap agama segera
memasuki perkembangan baru. Sebagian toko dan penyebar Islam Merasa
perlu terhadap metode dan cara baru dalam memahami dan menjelaskan Islam
untuk meyakinkan penduduk negeri taklukan yang telah terbiasa mengunakan
argumen dan bukti rasional dalam perdebatan di sekitar persoalan agama.
Demikian sebagai tokoh Islam terdorong mempelajari dan mengunakan mantik
serta filsafat. Oleh mereka, ajaran agama tidak lagi melulu dipahami
berdasarkan argumen nash yang lazim dipahami secara harfiah.
64
M. Amin Nurudin, Sejarah Pemikiran Islam, Jakarta, Sinar Grafika offset,2008, hlm
197-205
65
M. Amin Nurudin,loc.cit 205
66
M. Amin Nurudin,loc.cit, hlm 198
63
Aliran salaf datang dengan seruan agar kembali kepada metode
pemahaman akida yang digunakan oleh generasi salaf, para sahabat,
dan tabiin. Mereka menyandarkan masalah akidah hanya kepada
Alquran dan al,sunnah dan melarang para ulama memikirkan lebih jauh
dalil-dalil Al-Quran.67
Sikap anti mantik dan filsafaat oleh Aliran Salaf ini, tentu saja
jangan dipandang sebagai sikap anti akal. Bagi mereka tetap
mempunyai peranaan besar islam; namun harus diakui bahwa
keterbesan akal tersebut lebih besar di banding kemampuan dan
kebebasannya. Bagaimanapun. Berpegang kepada Al-Quran dan
Sunnah otomatis meniscayakan pengakuan akan peranaan akal dalam
Islam.
67
Ahmad Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejara, Ajaran, dan Perkembanganya,
, Antasari Press, 2008, hlm 276-278
68
Ibid.
64
Paham atau gerakan salaf adalah pengikut mazhab Hanbali yang
muncul pada abad IV H. Mereka beranggapan bahwa Imam Ahmad bin
Hanbal (169-241 H) telah menghidupkan dan mempertahankan
pendirian ulama ulama salaf. Karena pemikiran keagamaan ulama-
ulama salaf. Menjadi motivasi gerakanya, maka orang orang Hanabilah
itu menamakan gerakanya sebagai paham atau aliran salaf.
69
Ahmad Nasir, loc.cit, hlm 278
65
BAB 9
Ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah tentang sifat-
sifat yang wajib tetap baginya,sifat-sifat yang jaiz disifatkan kepada-nya dan
tentang sifat-sifat yang sama sekali yang wajib ditiadakan (mustahil) daripada-
nya. Juga membahas tentang rasul-rasul Allah untuk menetapkan kebenaran
risalahnya, apa yang wajib pada dirinya,hal-hal yang jaiz dihubungkan
(dinisbatkan) pada diri mereka dan hal-hal yang terlarang (mustahil)
menghubungkannya kepada diri mereka.
B. Pengertian Salaf
Dalam bahasan ini terdapat pula istilah Salaf. Salaf tersebut dalam bahasa
mempunyai arti yang terdahulu (nenek moyang),yang lebih tua dan lebih ulama.
Dalam Salaf,orang yang dianut merupakan orang-orang terdahulu yang dianut.
Orang terdahulu tersebut adalah ulama terdahulu. Sedangkan menurut istilah,Salaf
berarti generasi pertama dan terbaik dari umat islam yang terdiri dari para
sahabat,Tabi’in,Tabi’ut Tabi’in dan para imam pembawa petunjuk pada tiga
kurun ( generasi atau masa) pertama.
70
Yazid bin Abdul Qadir Jawas,Sharah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah,Bogor:Pustaka Imam
Syafi’I,2006,hal 33-34
66
Dia mempelajari Al-Qur’an ,Al-Hadis,bahasa dan sastra Arab,Matematika,
sejarah berbudayaan , logika , filsafat dan hukum. Keluarga dan leluhurnya
merupakan tokoh terkemuka dalam mazhab Hambali. Dia hidup di era
kemunduran islam,ketika Baghdad dihancurkan oleh tentara Hulako (1258 M).
Ketika berumur enam tahun,Ibnu Taimiyah dibawa mengungsi oleh
ayahnya,Syaikh Syihabuddin Abu Ahmad ke Damaskus dari situasi keganasan
tentara-tentara Mongolia tersebut bersama dua orang saudaranya.
Pada usia tujuh be71las tahun,kegiatan ilmiahnya sudah mulai tampak, dan
ketika berusia 21 tahun ia mulai mengarang dan mengajar. Pada tahun 691 H dia
pergi haji dan sepulangnya dia semakin terkenal dengan ilmu dan amalnya,sifat-
sifatnya yang baik,dan keberanian mengeluarkan pendapat-pendapatnya. Dia tidak
pernah mengenal takut untuk menegakkan kebenaran,sehingga mendapat
gelar’’Muhyis Sunnah’’ (pembangun/penghidup As-Sunnah),padahal umurnya
belum lagi melebihi tiga puluh tahun. Perjuangan fisik pun pernah dilakukannya
waktu menghadapi serangan kaum Tartar di negeri Syria.
71
Harun Nasution,Teologi Islam,Aliran-aliran,Sejarah Analisa Perbandingan.Jakarta:UI
Press.1986.
67
berada dalam penjara karena dapat menulis karangan-karangannya.dia sebagai
tokoh reformasi dalam islam yang berpengaruh besar dalam dunia islam. Di masa
hidupnya dia mepunyai pengaruh besar atas masyarakat Mesir dan Syria.
Pengaruhnya tidak saja terbatas pada orang awam,tetapi juga meliputi kaum
ulama dan umara. Setelah dia meinggal dunia ide dan pemikirannya (ajarannya)
merupakan sumber dan kekayaan yang terpendam bagi tokoh-tokoh pembaru
islam sesudah zamannya. Pengaruhnya yang besar terlihat pada Muhammad bin
Abd. Al- Wahab pada abad ke-18 M,selaku tokoh Gerakan Wahabi di kerajaan
Saudi Arabia dan pada majalah A-Manar pimpinan Muhammad Abduh yang
jelas-jelas mendukung idenya. Di Afrika (Tunisia) ajaranya di sambut oleh
Ahmad Syarif yang melahirkan gerakan Sanusiyah yang ditakuti Inggris.
Pengaruh Ibnu Taimiyah juga terdapat di india dan juga Indonesia. Penangkapan
yang terakhir terjadi karena pendapatnya yang megatakan bahwa ziarah ke kubur
nabi-nabi dan orang-orang saleh tidak wajib,bahkan tidak dibenarkan oleh agama.
karena pendapatnya tersebut,dia dipenjarakan disebuah banteng (qal’ah)di
Damsyik dan di tempat ini dia menghembuskan nafasnya yang penghabisan pada
727 H.
72
Hanafi,Pengantar,hlm 138-139
68
g. Al-Istiqamah
h. Al-Iqtida Al-Shirath Al-Mustaqim
i. Al-Furgan baina Al-Haqq Wa Al-Bathil
j. Naqd Al-Mantiq
k. Al-Radd Ala Al-Manthiqiyyin
l. Kitab Al-Tauhid
m. Al-Aqidah Al-Wasithiyah
73
Abdullah Yusuf,Pandangan Ulama Tentang Ayat-ayat Mutasyabihat,Sinar
Baru,Bandung,1993,hlm.59-60.
69
e. Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap
mentanzihkan-nya.
F. Ibnu Taimiyah mengkritik Imam Hanbali dengan mengatakan bahwa
apabila kalamullah qadim,kalamnya pasti qadim pula.
a. Percaya sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang ia sendiri atau Rasul-
nya menyifati. Sifat-sifat yang dimaksud adalah:
1. Sifat salbiah,yaitu qidam,baqa; mukhalafatu lil hawaditsi,qiyamuhu bi
nafsihi,dan wahdaniyah.
2. Sifat ma’ani,yaitu qudrah,iradah,sama,bashar,hayat,ilmu,dan kalam;
3. Sifat khabariah (sifat-sifat yang diterangkan Al-Qur’an dan Hadis
meskipun akal bertanta-tanya tentang maknanya), seperti keterangan
yang menyatakan bahwaAllah swt di langit; Allah di atas ‘Arasy; Allah
turun ke langit dunia;Allah dilihat oleh orang beriman di surga
kelak;wajah,tangan,dan mata Allah.
4. Sifat dhafiah,mengidhafat kana tau menyadarkan nama-nama Allah
pada alam makhluk,seperti rabb al-alamin,khaliq al-kaun,dan falik al-
hubb wa an-nawa.
b. Percaya sepenuhnya terhadap nama-nama-nya yang Allah atau Rasul-nya
sebutkan, seperti al-awwal,al-akhir,azh-zhahir,al-bathin,al-alim,al-qadir,al-
hayy,al-qayyum,as-sami,dan al-bashir.
c. Menerima sepenuhnya sifat-sifat dan nama-nama Allah dengan:
1. Tidak mengubah maknanya pada makna yang tidak dekehendaki lafaz
(min ghair tahrif)
70
2. Tidak menghilangkan pengertian lafaz (min ghair ta’thil)
3. Tidak mengingkarinya (min ghair lhad)
4. Tidak menggambarkan bentuk tuhan,baik dalam pikiran,hati maupun
dengan indra (min ghair takyif at-takyif)
5. Tidak menyerupakan (apalagi menyamakan) sifat-sifat nya dengan
sifat-sifat makhluk-nya (min ghair tamtsil rabb al-alamin). Hal ini
disebabkan bahwa tiada sesuatu pun yang dapat menyamai-nya,bahkan
yang menyerupai-nya pun tidak ada.
BAB 10
74
Abudin Nata, ilmu kalam fisafat dan Tasawuf, Jakarta:Rajawali Press,1993.h.33
71
Ghazali,terutama dibidang ilmu kalam/ilmu tauhid /ushuludin. Walaupun banyak
juga ulama yang menentang pemikirannya, tetapi bnyak masyarakat muslim
yang mengikuti pemikirannya. Orang-orang yang mengikuti/mendukung
pendapatan/faham imam ini dinamakan kaum/pengikut Asy ‘ariyah dinisbatkan
kepada nama imamnya.
1. Menurut al –subki dan Ibn’ Asakir bahwa pada suatu malam al-Asy’ari
bermimpi ; dalam mimpi itu Nabi Muhammmad saw mengatakan
kepadanya bahwa mazhab ahli Hadislah yang benar , dan mazhab
Mu’tazilah salah.
2. Al-asy’ari berdebat dengan gurunya al-Jubba’i dan perdebatan itu guru
tak dapat menjawab tantangan murid.
AL-Jubba’i : yang mukmin mendapat tingkat baik dalam surga, yang kafir masuk
neraka,dan yang kecil terlepas dari bahaya neraka.
Al-Asy’ari : kalau yang kecil ingin memperoleh tempat yg lebih tinggi di surga,
mungkin itu ?
AL-Jubba’i : Tidak, yang mungkin mendapat tempat yang baik itu, karena
kepada tuhan. Yang belum mempunyai kepatuhan yang serupa itu.
72
Kepada Tuhan : itu bukanlah salahku. Jika sekiranya engkau bolehkan aku terus
hidup aku akan mengerjakan perbuatan-perbuatan baik seperti yamg dilakukan
orang mukmin itu.
AL-Jubba’i : Allah akan menjawab : Aku tahu bahwa jika engkau terus hidup
enggkau akan berbuat dosa dan oleh karena itu akan kena hukum. Maka untuk
kepentinganmu Aku cabut nyawamu sebelum enggkau sampai kepada umur
tanggung jawab .
Mengatakan : Engkau ketahui masa depannya . Apa sebabnya Engkau tidak jaga
kepentingan ?
Asy’ari keluar ke mesjid jami’ Basharah pada suatu hari jum’at, naik
ke atas mimbar dan berbicara denagn petah lidahnya : saya Abdul Hasan Al-
Asy’ari, siapa yang belum kenal, supaya kenal. Saya pernah mengatakan, dengan
mata (abshar), bahwa pekerjaan jahat saya sendiri yang melakukannya.
Saya taubat dari pada kemurtadan Mu’tazilah itu. Saya berfikir dan
mencari alasan. Suatu pun tidak bersua. Kemudian saya mohonkan petunjuk
kepada Allah untuk menuntun saya kepada i’tikadku dahulu itu, sebagaimana aku
mennggalkan bajuku sekarang ini . lalu dibuka bajunya dan ditonjol-tonjolkan
kitabnya kepada umum, yang dituliskannya menurut pendirian ahli sunnah wal
jama’ah kitab itu ialah Al-Ibanah salah sebuah tatasan penanya yang terpenting.
73
Disisi lain mulai 100 H atau 718 M , kaum Mu’tazilah dengan
perlahan-lahan memperoleh pengaruh dalam masyrakat islam. Pengaruh itu
mencapai puncaknya pada di zaman khalifah-khalifah Bani Abbas al-Ma’mun ,
Al-Mu’tasim dan al-Wasiq (813 M -847M), apalagi setelah al-Ma’mun ditahun
827 M mengakui aliran dianut negara.
Al- asy’ ari keluar dari golongan Mu’tazilah dari golongan Mu’tazilah
dan menyusun teologi baru yang sesuai dengan aliran orang yang berpegang kuat
pada Al-qur’an dan Hadist, karena melihat bahwa aliran Mu’tazilah tidak dapat
74
diterima oleh umumnya umat islam yang bersifat sederhana dalam pemikiaran –
pemikirannya. Dan pada saat itu tidak ada lagi teologi lain yang teratur sebagai
gantinya untuk dijadikan sebagai pengangan ditambah dengan perasaan syak Al-
Asy’ari yang mendorong untuk meninggalkan ajaran-ajaran Mu’tazilah sehingga
membentuk teologi baru setelah puluhan tahun ia menjadi penganut setia aliran
Mu’tazilah.
C.Doktrin-Doktrin Asy’ariyah
75
Abudin Nata, ilmu kalam Filsafat dan Tasawuf, Jakarta : Rajawali Press, 1993.h.35-44
75
1. Tentang Tuhan
Melihat Tuhan: ia berpendapat bahwa setiap yang ada dapat dilihat,Allah juga
ada maka dengan demikian dia dapat dilihat,ini dapat diketahui dari wahyunya
bahwa kaum mukmin akan melihatnya dihari akhir nanti,sebagaimana Allah
katakana “Dihari itu wajah mereka (yang beriman)akan berseri-seri melihat Tuhan
mereka (Q.S. al-Qiyamah/75:22).Akan tetapi penglihatan kita terhadap Tuhan
tidak memerlukan ruang,tempat,arah atau bentuk dan saling tatap muka (seperti
kita),sebab itu mustahil. 76
2.Tentang Al-qur’an
Untuk penciptaan itu perlu kata kun, dan untuk terciptanya kun ini perlu pula kata
kun yang lain;begitulah seterusnya sehingga terdapat rentetan kata-kata kun yang
tak berkesudahan.dan ini jelas tak mungkin.oleh karena itu Al-qur’an tak mungkin
diciptakan.
3.Melihat Tuhan
76
Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an Terjemah(Jakarta:Pena Pundi Aksara,2002)h.579
76
Menurut pendapat Al-asy’ari tuhan dapat dilihat di akhirat.diantara alasan-alasan
yang dikemukakanNya,ialah bahwa sifat-sifat yang tak dapat diberikan kepada
tuhan hanyalah sifat-sifat yang akan membawa kepada arti di ciptatakanNya
tuhan.sifat dapatNya tuhan dilihat tidak membawa kepada hal ini;karena apa yang
dapat dilihat tidak mesti mengandung arti bahwa ia rnesti bersifat
diciptakan.dengan demikian kalau dikatakan tuhan dapat dilihat,itu tidak mesti
berarti bahwa tuhan harus bersifat diciptakan.77
4 . Perbuatan Manusia
5 .Anthrompomorphisme
77
77
kaifa) yaitu dengan tidak mempunyai bentuk dan batasan ( la yukayyaf wa la
yuhad).
6. keadilan Tuhan
1. Syarat agar orang beriman berada di jalan yang benar adalah bahwa mereka
harus teguh dalam beriman kepada allah swt.,para malaikat-nya, kitab-kitab-
nya, rasul-rasul-nya, berpegangteguh kepada Al-Qur’an dan as-sunah orang-
orang yang lurus yang sesuai dengan sunah rasulullah saw; mereka harus
mengimani semua itu secarah utuh,tidak boleh ditinggalkan salah satunya.
2. Allah Swt. Adalah Maha Esa dan qadim (terdahulu). Sedangkan Rasulullah
Saw. Adalah hamba dan utusan-Nya.surga itu nyata-nyata ada dan neraka
pun begitu pula.tak ada sedikit pun keraguan akan datang hari akhir
78
(kiamat),dan se-sungguhanya Allah Swt. Benar-benar akan membangkitkan
seluruh manusia dari kuburanya.
3. Tuhan istawa (berada) di atas Arsy (singgasana)-nya, allah swt. Mempunyai
dua tangan, sebagaimana yang difirmankan-nya dan kita tidak berhak
memepertanyakan, seperti apa tangan-nya Allah Swt. Mempunyai wajah
seperti apa mata-nya, Dan Allah Swt .
4. Tidak benar jika dikatakan bahwa sifat –sifat Allah swt. Berada diluar diri-
nya orang mukmin sejati mengimani denagn sesungguh hati bahwa Allah
Swt. Memiliki pengetahuan sebagaimana yang difimakan-nya Mereka harus
membenarkan .
5. Harusnya mengimani denagan sesungguhnya hati bahwa tiada kebaikan dan
keburukan melainkan atas kehendak Allah Swt, dan bahwa sesunnguhnya
segala sesuatu yang terjadinya semata-mata atas kehendak-nya.
6. Allah Swt. Menganugerahkan karunia-nya kepada orang – orang mukmin
sejati untuk taat kepada-nya orang-orang kafir dari karunia tersebut. Dia
benar-benar berkuasa menyelamatkan orang kafir dari siksa-nya,
7. Baik dan buruk tergantung pada ketetapan Allah Swt, baik yang bersifat
khusus maupun yang bersifat khusus maupun yang bersifat umum, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak.
8. Senang dan susah sudah merupakan kehendak Allah Swt. Seperti yang
difirmankan-nya, mereka mengakui ketergantungannya terhadap Allah Swt.
Dalam segala keadaan dan dalam kesempatan.
9. Asyariyah mengimani bahwa Al-qur’an adalah kalamullah (firman Allah
Swt) yang tidak bermula dan merupakan perkataan yang azali.
10. Asyariyah meyakini bahwa Allah Swt. Akan dapat dilihat oleh orang yang
beriman setelah hari kebangkitan kelak seperti melihat bulan purnama.
11. Tidak berhak mengecap orang mukmin sebagai kafir disebabkan dosa besar
yang mereka lakukan,seperti merampok berzina, mencuri,minum-minuman
keras dan lain-lain.
12. Asyariyah mengakui bahwa Allah Swt. Berhak mengubah hati manusia.
79
13. Asyariyah mengakui adanya campur tangan ( syafat ) utusan Allah Swt. Dan
syafaat tersebut termasuk juga untuk menghapuskan dosa besar dan untuk
membebaskan dari siksa kubur. Mereka juga mengakui kebenaran adanya
haudh (telaga) dihari akhir.78
1. Al-Qadi Abu Bakr Muhammad ibn al-Tayyib ibn Muhammad ibn Al-
Qasim Abu Bakar Al-Baqillani.
Beliau lahir di khurasan tahun 419 Hijiriyah dan wafat pada 478
Hijriyah. Namanya aslinya tidak begitu dikenal malah ia terkenal dengan nama
Imam. Al-Haramain.Beberapa pendapat al-juwaini yang berbeda dengan Asy’ari
antara lain.
78
Abudin Nata, ilmu kalam fisafat dan Tasawuf, Jakarta:Rajawali Press,1993.h.36-37
79
Ibnu Katsir,Albidayah Wa al-nihayah.juz Vii .Beirut:Dar alFikr.1996, cet. 1 h.111
80
Pertama ,antropomorfisme,Menurutnya tangan Tuhan (yat
Allah)perluditakwilkan dengan “kekuasaan “Tuhan ,mata Tuhan dipahami dengan
penglihatan tuhan ,wajah Tuhan(wajh Allah)dengan wujud tuhan sendiri juga
,keadaan Tuhan duduk disinggasana ‘arasy dapat diartikan Tuhan berkuasa dan
maha tinggi
Beliau adalah murid dari Abd al-Malik al-Juwaini yang dilahir pada
tahun 1058-1111 Masehi. Paham teologi yang dianutnya tidak jauh berbeda
dengan paham-paham Al-Asy’ari . Beliau telah menulis puluhan kitab tentang al-
ushul(ushul al –dhin dan ushul al-fiqh),masalah khilaf,tasawuf,bantahan terhadap
aliran kebatinan ,filosof dan mutakalimin.Dan jumlah yang disepakati oleh
senjumlah sejarawan yaitu sekitar 70 buah karangan,diantaranya: al-mankhul fi
Ta’liqat al-ushul,al-Musthasfa fi ilm al-ushul,Maqasid al-Falasifah,Tahafut al-
falasifah,Miyar al-ilm fi ‘ilm al-Mantiq,al-Munqiz min al-Dhalal,Ihya ulum al-
Din,dan lain lain. Al-Ghazali wafat di Thus pada hari senin 14 jumadil akhir 505
H dan dimakamkan di Zhahir al-Thabaran salah satu tempat di Thus
berdampingan dengan makam Harun al-Rasyid.81
80
Ahmad Amin,Dhuhr Islam,Kairo:al-Nahdhah,1965,Volume IV h.79
81
Abd.Salam Al-Rifa’iIshla,Taqrib al-Turats “Ihya ulum al-Din “li al-imam al-
Ghazali.Cet.1.Cairo:Markazz al-Ahram li al-Taljamah wa wal-nasyr.1988.h.31
81
Pada akhirnya setelah banyak berdialaog dengan seorang Al Babahari
( wafat 329 H ), Asyary menyadari kekeliruannya dalam perpahaman aqidah
terutama dalam menetapkan sifat-sifat Allah dan hal lain tentang ghaibiyat.82
Empat tahun sebelumnya.sebelum Beliau Wafat.
7Abudin Nata , Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, Jakarta:Rajawali Press, 1993
Hanafi Ahmad, Teologi Islam (Ilmu kalam)
82
Allah, para Rasulnya, hari kiamat , malaikat , perhitungan amal serta siksa
dan pahala83.
83
lainnya. “secara formal konstitusional menganut ideologi demikian juga
Muhamadiyah secara tidak langsung mengakui ideologi ini,seperti yang
terlihat adalah salah satu keputusan majlis tarjihyang menyatakan bahwa
keputusan-keputusan tentang iman merupakan akidah dari Ahlu Haq
Sunnah.Sedangkan pergerakan lainnya juga menyatakan berhak
menyandang sebutan Ahlu Sunnah ialah Persatuan
Islam(persis).Kenyataan ini menunjukkan betapa aliran Ahlu Sunnah itu
diyakini sebagai satu-satunya aliran yang benar dan selamat.84
84
Imam al-Haramain al-juaini,kitab al-irsyad al-qawati’al-Adillah fi Usul al-
I’tiqad(mesir:Maktabah al-sa’adah,1950),h.258-259.
84
BAB 11
85
A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam, (Cet. 1; Jakarta: Pustaka Al Husna Baru: 2003),
hlm. 167.
85
itu sebagaimana terjadi,juga terjadi pada perbedaan antara para fuqaha dan alih-
alih hadist disatu pihak dengan aliran muktazilah di pihak lainnya dalam soal-soal
teologi islam ( ilmu tauhid).
Dalam bidang Figh,al mutaridi mengikuti mashab Hanafi dan ia sendiri
banyak mengalami soal-soal islam dan menyebar kepada aliran fuqaha dan
muhaddistsim. Seperti yang dibuat oleh Al-Asy’ari juga,meskipun dalam
pendapatnya tidak terikat dengan aliaran tersebut meskipun metode yang dipakai
oleh Al Maturidi berbeda dengan Al-Asy’ri namun hasil pemikirannya banyak
yang sama.
Menurut ulama Hanifiah hasil pemikiran al maturidi dalam bidang aqidah
sama benar dengan pendapat-pendapat imam abu hanifah .imam abu hanifah
sebelum menceburkan dirinya dalam lapanganakida serta banyak pula
mengatakan polemic dari perdebatan seperti yang dikehendaki oleh suasana
zamannya. Dan satu kennyataannya dalam lapangan akidah iala bukunya yang
berjudul al-fiquh Al-Akbar Buku ini meskipun kecil isinya, namun mempunyai
nilai historis yang bessar, sebab dengan Buku ini kita dapat membedakan
perbandingan antara pikiran-pikiran abu hanipah yang hidup antara abat pertama
dan kedua hijriah, dengan pikiran-pikiran almaturidi yang hidup pada abad ke 3
dan ke 4 hijriah.86
Pikiran almaturidi sebenarnya berintikan pemikiran abu hanifah dan
merupakan penguraiannya yang lebih luasantara keduanya.Tokoh tersebut di
kuatkan oleh pengakuan almaturidi sendiri.Bahwa dia menerima (mempelajari
bukti-bukti abu hanipah dengan serta silsila) nama-nama yamg di mulai dari
Gurunya dan seterusnya sampai kepada pengarangnya sendiri.Kalau segi-segi
tulisan dari pikiran abu hanipah tidak mendapatkan sebutan yang cukup di Irak
danSyamsendiri.Maka segi tersebut sangat menarik perhatian ulama-ulama Iran di
samping dari segi-segi Fiqhnya.
86
A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam, (Cet. 1; Jakarta: Pustaka Al Husna Baru: 2003),
hlm. 167.
86
Aliran Maturidiyah bermaksud mempertemukan aliran mutazilah dengan
aliran as’ari.mutaridiyah dan asy’ari kedua-duanya dianggap mewakili ahli
sunnah.
Pendapat al maturidi banyak yang sama dengan pendapat aliran
muktazilah yaitu dalam soal-soal berikut:
1. .sifat baik dan buruk terdapat pada tipa-tiap perbuatan sendiri (asy’ari
hanya pertimbangan akal semata-mata (I’tibariyah)).
2. .kalam nafsir yaitu adanya pada zat tuhan (tidak dapat dengan asy’ari
dapat di dengar).
3. kekuasaan manusia mempunyai pengaruh terhadap pembuatan nya (asy’ari
tidak terpengaruh).
4. .manusia mempunyai satu kekuasaan yang dapat dipakai untuk 2 hal yang
berlawan (asy’ari terdapat dua kekuasaan ).
5. .Allah mengadakan alam dengan tujuan dan kebijasanaan ( asy’ari tidak
ada tujuan dan kebijaksanaan).
6. Allah tidak menyalahi janji dan ancamannya,karena menyalahi janji adalah
perbuatan bodoh dan buruk ( asy’ari boleh menyalahi).
7. .perbuatan Allah adalah perbuatan baik dan terbaik.
8. .Allah wajib mengutus utusan-utusannya karena akal manusia lemah (
asy’ari tidak wajib).
9. .rukyat meskipun maturidi pada mulanya mengatakan adanya rukyat di
akhirat namun akhirnya mengakui.
87
B. SISTEM PEMIKIRANNYA
a.Akal
manusia dengan akalnya dapat mengetahui adanya Allah.Dapat
mengetahui kewajiban berterima kasih kepada Allah dan dapat mengetahui yang
baik dan byang jahatnya ( Harun Nasution1986).Sedangkan masalah kewajiban
manusia untuk berbuat benar dan menjauhi perbuatan jahat,akal tidak dapat
mengetahuinya.87
Al maturidi bependapat bahwa mengetahui Allah dan kewajibannya
mengetahui Allah sebelum dating wahyu dapat diketahui melalui akal.Dan ini
sesuai dengan ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung perintah kepada manusia
untuk menggunakan akal dalam usahanya untuk memperoleh pengetahui tentang
Allah dan iman kepadanya melalui pengamatan dan pemikiran terhadap makhluk
ciptaanya.Sebagaimana hanya dengan kaum muktazilah dan al maturidi
memperkuat pendapatnya ini dengan ayat 53 surat al fushshilat,ayat 17 surat al
qhasyiah,dan ayat 85 surat al a’raf.
Ketiga ayat tersebut mengandung perintah yang menelaskan manuisa
untuk mernungkan da memikirkan ciptaa tuhan, agar manusia megetaui bahwa dia
maha pencipta.Dengan demikian ayat-ayat tersebut bahwa manusia denga
pemikira akalnya dapat megetahui Tuhan Sang Maha Pencipta dan berima
kepada-Nya adalah kewajiban.
Apabila akal tidak memiliki kemampuan untuk memperbaiki pengetahuan
tersebut.Tentu tuha tidak aka memerintahkan manusia untuk memikirkan da
merenungi ciptaan-Nya. Dan orang yang tidak menggunakan akalnya untuk
memperoleh pengetahua tetang Tuhan, berarti ia telah meinggalkan kewajiba yang
diperintahkan tuha dalam ayat tersebut.
Sedangka dalam masalah baik da buruk Al-Maturidi berpebdapat bahwa
akal dapat mengetaui sifat yang baik yang terdapat dalam suatu yag baik da
87
Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M.Ag.Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M.Ag.,Ilmu
Kalam(Bandung : Pustaka Setia,2014)Hlm.157
88
mengetahui sifat yag buruk yang terdapat dalam suatu yag buruk.Sebab menurut
Al-Maturidi segala sesuatu dapat dibagi menjadi 3 bagian :
a. Sesuatu sifat yang baiknya dapat diketahui akal.
b. Sesuatu yang sifat buruknya dapat diketahui akal.
c. Sesuatu yag sifat baik da buruknya sama meurut akal.
B. Wahyu
Wahyu sebagai sesuatu yag dating dari Tuhan telah mejawab masalah
yang tidak dapat diketahui akal manusia menurut Al-Matuidiyah wahyu
diperlukan dalam hal pengetahuan kewajiban berbuat baik dan mejauhi perbuatn
jahat.
Wahyu juga berfungsi sebagai konfirmasi terhadap masalah-masalah yang
tidak dapat diketahui oleh akal. Apabila masalah yag tidak dapat diketahui oleh
akal manusia bertentangan denga wahyu yag dating dari Allah, maka akal harus
tunduk pada wahyu.
Dari uraian diatas nampaknya pemikiran Al-Maturidiyah lebih dekat
kepada faham Mu’tazilah yaitu memberika fungsi wahyu lebih kecil dari pada
fungsi akal.
C. Sifat Tuhan
Menurut Al-Maturidiyah bahwa sifat-sifat Tuhan itu ada. Namun untuk
menghindari faham bayaknya yang kekal beliau mengatakan bahwa sifat-sifat itu
bukan tuhan da tak pula lain dari Tuhan. Denga demikian, sifat-sifat tersebut
tidaklah berdiri sendiri diatas Dzat yang tidak pula
D. Perbuatan Manusia
Bagi aliran Al-Maturidiyah perbuatan ada dua macam yaitu perbuatan
Tuhan dan perbuatan manusia.Perbuatan tuhan megambil betuk penciptaan daya
dalam diri manusia, sedangkan perbuatan manusia adalah pemakaian daya itu
sendiri.
89
Daya yang terdapat pada diri manusia diciptaka bersama denga perbuata
manusia.Perbuatan manusia adalah perbuatan manusia dalam arti sebenar-
benarnya dan buka dalam arti kiasan.Denagn demikian mausia diberi pahala atas
pemakaian daya denga besar da diberi hukuman atas keberhasilan dalam
pemakaiannya.
C. Pokok-pokok Ajaran Al-Maturidiyah
90
BAB 12
Pada tahun 1877 Abduh menjadi dosen di Darul Ulum (kini universitas
Kairo), mengajar muqaddimah-nya Ibn Khaldun, dalam pengantar pelajaran
filsafat sejarah. Abduh juga banyak memberi kuliah ilmu – ilmu Arab di madrasah
al-Alsan dan al-Idarah. Tahun 1879 Al-Afghani diusir dari Mesir dikarenakan
dituduh mengadakan gerakan penentangan terhadap Khedewi Taufiq, Abduh juga
91
dipandang ikut campur di dalamnya. Oleh karena itu, ia dibuang ke luar kota
Kairo. 88
88
Rozak Abdul, Anwar Rosihon, Ilmu Kalam, Penerbit, CV. Pustaka Setia, Bandung. 2011.hlm.
211
3
Rozak Abdul, Anwar Rosihon, Ilmu Kalam, Penerbit (Edisi Revisi), CV. Pustaka Setia, Bandung.
2019.hlm. 251-253
4
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Penerbit CV. Pustaka Setia, Bandung.
2012.hlm. 305 - 307
5
Burhanuddin Nunu, Ilmu Kalam dari Tuhid menuju Keadilan, Penerbit Pustaka pelajar,
Yogyakarta. 1995.hlm. 135-137
92
A. Karya karya Syaikh Muhammad Abduh
1. Risalah al-Tauhid
4. Tafsir Al-Manar
Tafsir ini mula mula merupakan bahan kuliah di Al-Azhar mulai tahun
1899. Muridnya yang setia Sayid Rasyid Ridha menulisnya kembali dengan rapi.
Setelah diteliti dan disetujui oleh Abduh, lalu disiarkan melalui majalah Al-
Manar. Kuliah tafsir ini, baru sampai surat An-Nisa ayat 125, karena beliau
meninggal dunia tahun 1905. Selanjutnya tafsir Al-Manar diteruskan oleh Sayid
Rasyid Ridha, sampai selesai.
93
5. Ide pemikirannya bersama-sama dengan gurunya, Sayid Jamaluddin Al-
Afghani, ditulis di majalah Al-‘Urwah Al-Wutsqo, untuk menyadarkan
dan mempersatukan pikiran umum di seluruh negeri muslim. Diratapinya
kemunduran negeri-negeri muslim dan diserunya supaya maju di bawah
panji-panji agama dan mengusir penjajah Barat. Majalah tersebut
diterbitkan di Paris ketika keduanya pada masa pengasingan.
6
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Penerbit CV. Pustaka Setia, Bandung.
2012.hlm. 305-307
7
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Penerbit CV. Pustaka Setia, Bandung.
2012.hlm. 307-315
8
Burhanuddin Nunu, Ilmu Kalam dari Tuhid menuju Keadilan, Penerbit KENCANA, Jakarta.
2016.hlm. 140
94
B. Pemikiran Kalam menurut Syaikh Muhammad Abduh
a. Islam
b. Akal pikiran
95
5. Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan wajibnya dia menjauhi
perbuatan jahat untuk kebahagiaannya di akhirat,
6. Membuat hukum-hukum mengenai kewajiban-kewaiban itu.
c. Peradaban
96
C. Murid dan pengikutnya Syaikh Muhammad Abduh
9
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Penerbit CV. Pustaka Setia, Bandung.
2012.hlm. 315-323
97
c. Syaikh Tantawi Jauhari, lahir di Desa Kifr ‘Iwadillah Aston 1287
H/1870 M dan meninggal tahun 1358 H/1940 M. Mula-mula belajar di Al-
Azhar, kemudian dia pindah ke Darul Ulum dan menyelesaikan studinya
tahun 1311/1891 M. Kariernya sebagai pengajar dimulai dari tingkat
ibtidaiyah dan tsanawiyah, dan akhirnya di Universitas Darul Ulum.
Tantawi sangat tertarik terhadap cara Muhammad Abduh memberikan
mata kuliah Tafsir. Dalam usia menjelang 60 tahun, dia menulis kitab
tafsir, Al-Jawahir Fi Tafsir Al-Qur’an, terdiri dari 25 jilid. Dalam
karangannya yang lain, berjudul Al-Qur’an Wa Ulum al-Ashriyyah,
mejelaskan Al-Qur’an telah memberi landasan yang mengarah kepada
ilmu pengetahuan modern.
98