Di Susun Oleh :
M u r n i a t i ( 2 2 0 6 0 2 0 8 9)
SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022/2023
MAKALAH PERTAMA
PENGERTIAN DAN SEJARAH ILMU KALAM
MAKALAH KETIGA
ALIRAN KHAWARIJ
1. al-Muhakkimah
Kelompok Muhakkimaah adalah mereka yang tidak menaati „Ali ibn Abi
Thalib setelah terjadinya tahkim (arbitrasi). . Kelompok ini dipimpin oleh
„Abdullah ibn al-Kawa, Atab ibn al-Anwar, „Abdullah ibn Wahab al-Rasibi,
Urwah ibn Jarir, Yazid ibn Abi Ashim al-Muharibi, Harqus ibn Zuhair al-
Bahali, yang dikenal dengan al-Najdiyah. Menurut mereka imam boleh saja
selain dari bangsa Quraisy. Setiap orang yang mereka angkat yang mampu
berlaku adil dan menjauh dari kejahatan adalah imam yang sah, dan setiap
yang tidak menaatinya wajib dibunuh. Apabila imam telah berubah
perilakunya dan telah meninggalkan kebenaran wajib diberhentikan atau
dibunuh. Kelompok ini termasuk orang yang paling banyak mempergunakan
qiyas dan menurut mereka tidak boleh ada dua orang imam dalam satu zaman.
2. al-„Azariqah
Al-„Azariqah adalah kelompok pendukung Abu Rayid Nafi ibn Al-Azraq (60
H), yang memberontak terhadap pemerintahan „Ali bin Abi Tahalib.
3. al-Najadaat Al-„Aziriah
Al-Najadaat adalah kelompok yang mengikuti pemikiran seorang yang
bernama Najdah ibn „Amir al-Hanafi yang dikenal dengan nama „Ashim yang
menetap di Yaman. Ajaran agama menurut mereka terdiri dari dua hal:
Pertama, mengenal Allah dan para rasul, haram membunuh sesama muslim,
dan mengakui secara umum apa yang diturunkan Allah. Semua ini wajib bagi
setiap orang mengenalnya, kejahilan tidak dapat dijadikan alasan. Kedua,
selain yang disebut di atas, kejahilan dapat dijadikan alasan seperti dalam
menetapkan yang halal dan yang haram.
4. al-Baihasiah
Kelompok Baihasiah adalah kelompok yang mengikuti pendapat-pendapat
Abu Baihas al-Haisham ibn Jabir, salah seorang dari suku Bani Saad
Dhubai‟ah di masa pemerintahan Khalifah al-Walid. Sebagian besar
kelompok Baihasiah mengatakan: Ilmu pengetahuan dan perbuatan adalah
iman. Sebagian lagi mengatakan tidak ada yang haram melainkan apa yang
diharamkan Allah di dalam wahyunya.
5. al-„Ajaridah
Kelompok al-„Ajaridah adalah kelompok yang dipimpin oleh seorang yang
bernama Abd al-Karim „Araj yang isi ajarannya mirip dengan ajaran al-
Najdiah. Sebagian orang menyebutkan bahwa dia termasuk sahabat dekat
Baihas, namun dia kemudian memisahkan diri dan mendirikan kelompok
tersendiri. Menurutnya, tidak boleh mengatakan kafir atau Muslim terhadap
anak seorang Muslim sampai ia [telah] diajak memeluk Islam, dan wajib
diajak memeluk Islam ketika ia sudah mencapai usia baligh. Sedangkan anak
orang kafir bersama orang tuanya berada di dalam neraka. Harta tawanan
perang tidak dapat dijadikan fai’ (harta yang didapat bukan melalui
peperangan) terkecuali pemiliknya terbunuh.
6. al-Tsa‟alibah
Pendiri kelompok Tsa‟alibah adalah Tsa‟labah ibn „Amir yang dahulunya
sependapat dengan Abd al-Karim ibn „Araj dalam beberapa hal, di antaranya
tentang posisi anak. Tsa‟labah berkata: “Menurut kami anak tidak
bertanggung jawab semenjak kecil sampai usia menjelang dewasa, namun
kami menyadari anak-anak lebih condong berbuat kebatilan dari kebaikan”.
7. al-„Ibadhiyyah
Kelompok ini adalah pengikut „Abdullah ibn „Ibadh yang memberontak
terhadap pemerintahan Khalifah Marwan ibn Muhammad. Karena itu
„Abdullah ibn Muhammad ibn Athiyyah mengirim pasukan untuk
menumpasnya dan ia tewas dalam pertempuran di desa Tabalah (Thumamah).
Menurut penuturan orang bahwa „Abdullah ibn Yahya al‟-Ibadhi adalah
teman yang sependapat dengannya. Katanya: orang Islam yang menyalahi
ajaran kami dihukumi kafir, namun bukan kafir musyrik.
8. al-Shufriyyah al-Ziyadiyyah
Al-Shufriyyah Al-Ziyadiyyah adalah nama kelompok yang
mengikuti pemikiran Zayad ibn Ashfar. Pemikirannya berbeda dengan
pemikiran yang berkembang di kalangan Khawarij yang lain seperti al-
Azariqah, al-Najdaat dan al-„Ibadhiyyah. Perbedaan ini terlihat dalam
beberapa hal. Kelompok ini tidak mengkafirkan orang yang tidak ikut
berperang selama mereka masih seagama dan satu akidah.
B. Pengaruh Aliran Khawarij
1. Syi’ah
Diantara contoh pemikiran hukum golongan Syi’ah adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur’an mempunyai dua arti lahir dan bathin, yang mengetahui
keduanya hanyalah Allah, Rasul dan Imam. Imam mengetahui makna
bahtin Al-Qur’an, karena para Imam tersebut dianggap maksum oleh
mereka dan diberikan ilmu yang setaraf dengan kenabian, masyarakat
umum hanya mengetahui dzahirnya saja.
b. Membolehkan nikah mut’ah.
c. Orang syiah mengharamkan seorang muslim menikahi wanita ahli
kitab.
d. Hadits Nabi yang dianggap shahih oleh kelompok ini hanyalah hadits-hadits
yang diriwayatkan dengan jalur-jalur para imam mereka.
e. Dalam kalimat azan “Hayya ‘Alal Falah” dalam pandangan Syi’ah ditambah
satu kalimat lagi yaitu “Hayya ‘Ala Khairil Amal”.
f. Masalah warisan bagi perempuan, perempuan hanya mendapatkan benda
bergerak saja, tidak seluruh jenis harta.
g. Waktu shalat hanya tiga, dzuhur dan ashar (Dhuluqi syamsi), Magrib dan Isya
(Ghosyaqillaili) dan subuh (Qur’anal Fajri).
h. Dalam sujud tidak menggunakan alas tempat sujud yang dibuat tangan.
Biasanya mereka menggunakan tanah atau batu dari karbala.
2. Sunni (Ahlus- Sunnah Wal Jama’ah)
a. Penolakan terhadap keabsahan nikah mut'ah. Bagi Jumhur, nikah
mut'ah haram dilakukan
b. Jumhur menggunakan konsep aul dalam pembagian harta pusaka
c. Nabi Muhammad saw tidak dapat mewariskan harta
d. Jumlah perempuan yang boleh dipoligami dalam satu periode adalah 4
orang (penafsiran terhadap surat An Nisa ayat 3 dan hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
e. Persaudaraan iman masih tetap berlaku dan dibenarkan meskipun
mereka bermaksiat
f. Orang-orang fasik tidak berarti kehilangan iman secara keseluruhan,
dan mereka tidak kekal dalam neraka, dan masih tergolong beriman
atau bisa juga dikatakan beriman tidak secara mutlak
g. Para sahabat itu dimaafkan Allah, baik mereka yang melakukan ijtihad
dengan hasil yang benar maupun yang salah. Akan tetapi mereka tidak
meyakini bahwa para sahabat itu ma'sum dari dosa-dosa besar dan
kecil.
MAKALAH KEEMPAT
ALIRAN MURJI’AH
Masih berkaitan dengan doktrin teologi Murji’ah, Harun Nasution dalam Anwar
menyebutkan empat ajaran pokoknya, yaitu:
a. Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al-Asy’ari
yang terlibat tahkim dan menyerahkan kepada Allah di hari kiamat kelak.
b. Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.
c. Meletakkan (pentingnya) iman daripada amal.
d. Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh
ampunan dan rahmat dari Allah.
Sementara itu, Abu A’la Al-Maududi menyebutkan dua doktrin pokok ajaran
Murji’ah:
a. Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Adapun amal dan
perbuatan tidak merupakan keharusan. Berdasarkan hal ini, seseorang tetap
mukmin walaupun meninggalkan perbuatan yang difardhukan dan melakukan
dosa besar.
b. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati, setiap
maksiat tidak mendatangkan mudharat. Untuk mendapatkan pengampunan,
manusia cukup hanya dengan menjauhkan diri dari syirik dan mati dalam keadaan
akidah tauhid.
C. Sekte-Sekte Dalam Murjia’ah
Di bawah kekuasaan Bani Umayah, berkembanglah Murji’ah sehingga
bermunculan tokoh-tokoh yang memiliki corak pemikiran yang berbeda.
Oleh karena itulah, Ash-Syahrastani, seperti yang dikutip oleh Watt, menyebutkan
sekte-sekte Murji’ah sebagai berikut:
1. Murji’ah Khawarij
2. Murji’ah Qadariyah
3. Murji’ah Jabariyah
4. Murji’ah Murni
5. Murji’ah Sunni
Sedangkan Abdul Mun'im Al-Hafni menjelaskan bahwa kelompok Murji’ah
terbagi menjadi beberapa sekte sebagai berikut:
1. Sekte pertama adalah orang-orang yang mengambil sikap irja’ dalam masalah
qadar (takdir) Allah SWT. Dalam sekte ini terdapat beberapa madzhab, antara lain
madzhab Ghilan Ad-Dimsyaqi, madzhab Abu Syamr dan madzhab Muhammad bin
Syabib Al-Bashari. Orang-orang yang termasuk sekte ini disebut dengan kaum
Murji’ah Qadariyyah.
2. Sekte kedua adalah orang yang yang mengambil sikap irja’ dalam masalah iman.
Mereka sefaham dengan kelompok Jahamiyyah yang mengatakan, manusia sama
sekali tidak berkuasa atas perbuatan-perbuatannya karena yang menciptakan
perbuatannya itu adalah Allah SWT. Sekte ini biasa dikenal dengan nama
kelompok Murji’ah Jabariyyah.
3. Sekte ketiga adalah yang terkenal dengan sebutan kelompok Murji’ah Khalishah.
Mereka terbagi menjadi beberapa kelompok kecil, yaitu: kelompok Yunusiyyah
(pengikut Yunus An-Namir), kelompok Ghassaniyah (pengikut Ghassan bin Abban
Al-Kuffi), kelompok Tsaubaniyyah (pengikut Abu Tsauban Al-Murji’i), kelompok
Taumaniyyah (pengikut Abu Mu’adz At-Taumani), kelompok Murisiyyah
(pengikut Bisyr bin Ghiyats Al-Murisi) dan kelompok Shalihiyyah (pengikut
Shalih bin ‘Amr Ash-Shalihi).
MAKALAH KELIMA
A. Aliran Qodariyah
1. Pengertian dan Asal-usul Qodariyah
Kata Qadariyah berasal dari bahasa Arab qadara yang berarti
kemampuan dan kekuatan. Nama Qadariyah juga berasal dari pengertian
bahwa manusia mempunyai qudrah atau kemampuan untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri, bukan berasal dari pengertian
bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar atau ketentuan Allah.
Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh Hadariansyah, orang-
orang yang berpaham Qadariyah adalah mereka yang mengatakan bahwa
manusia memiliki kebebasan berkehendak dan memiliki kemampuan dalam
melakukan perbuatan. Manusia mampu melakukan perbuatan, mencakup
semua perbuatan, yakni baik dan buruk.
Qadariyah adalah sebuah firqah yang mengingkari ilmu Allah terhadap
perbuatan hambaNya dan mereka berkeyakinan bahwa Allah belum membuat
ketentuan terhadap makhlukNya.Mereka berpendapat bahwa tidak ada takdir,
mereka mengingkari iman dengan qadha dan qadar. Mereka juga mengatakan
bahwa Allah tidak menentukan dan tidak mengetahui sebuah perkara sebelum
terjadi, bahkan Allah baru mengetahui sebuah perkara setelah terjadi.
B. Aliran Jabariyah
1. Pengertian Dan Asal-Usul Jabariah
Menurut Syahrastani, Jabariyah adalah paham yang menafikan perbuatan
dari hamba secara hakikat dan menyerahkan perbuatan tersebut kepada Allah
Swt. Artinya, manusia tidak punya andil sama sekali dalam melakukan
perbuatannya, Tuhanlah yang menentukan segala-galanya.
Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah paham yang menyebutkan
bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Qadha dan
Qadar Allah. Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan
manusia tidak berdasarkan kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan
dengan kehendak-Nya, di sini manusia tidak mempunyai kebebasan dalam
berbuat, karena tidak memiliki kemampuan. Ada yang mengistilahlkan bahwa
Jabariyah adalah aliran manusia menjadi wayang dan Tuhan sebagai
dalangnya.
2. Tokoh Jabariyah
Diantara pemuka jabariyah ekstrim adalah sebagai berikut:
1. Jahm bin shofwan, nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham Bin
Shafwan. Ia barasal dari Khurasan bertempat tinggal di kuffah.
2. An-Najjar, nama lengkapnya adalah husain bin muhammad an-najar,
para pengiktnya disebut An-Najariyyah atau Al-Husainiyah.
3. Adh-Dhirar, nama lengkapnya adalah Dhirar Bin Amr.
4. Ja’ad bin Dirham. Ia dibesarkan dalam lingkungan orang kristen yang
senang membicarakan tentang teologi. Ia adalah seorang maulana dari
bani Hakam dan tinggal di Damaskus.
3. Dalil-Dalil yang menjadi Dasar Ajaran Jabariyah
Terlepas dari perbedaan pendapat tentang awal lahirnya aliran ini, dalam
Alquran sendiri banyak terdapat ayat-ayat yeng menunjukkan tentang latar
belakang lahirnya paham Jabariyah, diantaranya: QS ash-Shaffat: 96, QS al-
Anfal: 17, Q.S. al-Insan: 30, Q.S. al-An’am: 112, Q.S. al-Hadid: 22.