PEMBAHASAN
Dalam khazanah keislaman, Ilmu Kalam memiliki beberapa pengertian, di antaranya ada
yang menyatakan bahwa ilmu kalam adalah teologi rasional yang tumbuh untuk kepentingan
membela aliran pikiran tertentu. Bahkan al- Farabi menyebutkan bahwa Ilmu Kalam merupakan
ilmu yang kemunculannya bersifat apologetik, yang memiliki tugas melayani suatu kelompok
Islam tertentu melawan kelompok Islam lain atau kelompok di luar Islam.
Dengan mengutip al-Syahrastani, al-Syabi mengatakan bahwa ilmu kalam mula-mula muncul
pada masa pemerintahan Khalifah al-Ma’mun (Ibn Harun al-Rasyid, 198-218H/813-833 M) dari
Dinasti Abbasyiyyah dan diciptakan oleh kaum Muktazilah. Al-Syabi menunjukkan bahwa
alasan penggunaan istilah kalam (yang makna harfiahnya “bicara”) muncul karena masalah
paling menonjol yang mereka perdebatkan adalah masalah “bicara” sebagai salah satu sifat
Tuhan, atau karena kesamaan tertentu dengan ahli Ilmu Kalam (mutakallimin) dan para filsuf
menamakan salah satu cabang ilmu mereka adalah Ilmu Matiq (logika), dan mereka kemudian
mengganti istilah mantiq dengan kalam karena memiliki makna harfiah sama.
Adapun kehadiran Ilmu kalam dalam sejarahnya dipicu oleh persoalan politik yang
menyangkut peristiwa pembunuhan ‘Ustman bin affan yang berbuntut pada penolakan
Mu’awiyyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Ketegangan antara Mu’awiyyah dan Ali bin
Abi Thalib mengkristal menjadi perang siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim (arbitrase).
Sikap Ali yang menerima tipu muslihat Amr bin Al-Ash, utusan dari pihak Mu’awiyyah dalam
tahkim, sungguhpun dalam keadaan terpaksa, tidak disetujui oleh sebagian tentaranya.
Dengan demikian mudah dipahami bahwa Ilmu Kalam, bersama-sama dengan Falsafah
banyak menggunakan manthiq sebagai cara pendekatannya. Sesuai dengan isi bahasannya, Ilmu
Kalam disebut pula dengan beberapa nama lain, yaitu Ilmu Aqa'id (ilmu tentang simpul-simpul
kepercayaan, Ilmu Tauhid (ilmu tentang ke-Esaan Allah), dan Ilmu Ushuluddin (ilmu tentang
pokok-pokok agama).
1
B. Ruang Lingkup Ilmu Kalam
a. Esensi Tuhan itu sendiri dengan segenap sifat-sifat-Nya. Esensi ini dinamakan
Qismul ilahiyat. Masalah-masalah yang diperdebatkan yaitu:
1. Sifat-sifat Tuhan, apakah memang ada Sifat Tuhan atau tidak. Masalah ini di perdebatkan
oleh aliran Mu’tazilah dan Asy’ariyah.
2. Qudrat dan Iradat Tuhan, Persoalan ini menimbulkan aliran Qadariyah dan Jabbariyah.
3. Persoalan kemauan bebas manusia, masalah ini erat kaitannya dengan Qudrat dan Iradat
Tuhan.
4. Masalah Al-Qur’an, apakah makhluk atau tidak dan apakah Al-Qur’an azali atau
baharu.
5. Para Rasul itu sendiri yang menerima perintah dari Tuhan untuk menyampaikan
ajarannya kepada manusia.
c. Persoalan yang berkenaan dengan kehidupan sesudah mati nantinya yang disebut
dengan Qismul Al-Sam’iyat. Hal ini meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Kebangkitan manusia kembali di akhirat
2) Hari perhitungan
2
3) Persoalan shirat (jembatan)
4) Persoalan yang berhubungan dengan tempat pembalasan yaitu surga atau neraka.
C. Pengertian Ilmu Kalam menurut para Tokoh
1. Muhammad Abduh mengatakan bahwa Ilmu Kalam memiliki pengertian yang sama
dengan ilmu tauhid. Ia menyebutkan bahwa penggunaan istilah kalam muncul karena
masalah pokok yang dibicarakan dalam ilmu ini adalah apakah kalam Allah yang bisa
dibaca (Qur’an) itu hadits ataukah qadim, atau bisa jadi karena ilmu itu didasarkan pada
argumen-argumen rasional yang tampak pada ‘bicara’ pengikutnya.
2. Harun Nasution menyebutkan bahwa Ilmu Kalam bisa diterjemahkan dengan “teologi
Islam”. Ilmu Kalam membahas Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan, seperti
iman, kufur, perbuatan manusia, perbuatan dan sifat Tuhan, Ilmu Kalam membahas soal
akidah.
3. Ahmad Fuad al-Ahwani mengatakan bahwa ilmu kalam adalah ilmu yang memperkuat
akidah-akidah agama dengan argumen-argumen yang rasional, sedang Abdudda’im Abu
al-Atha’ menyebutkan arti yang lebih luas, yaitu ilmu yang membahas akidah-akidah dan
menjawab orang-orang yang menentangnya dengan argumen-argumen yang rasional.
4. Al-Syabi menyebutkan bahwa ilmu kalam memiliki nama lain, yakni Ilmu Tauhid8
karena ia bertugas mengukuhkan kemahaesaan Tuhan. Juga Ilmu Ushuluddin karena
topik pembahasannya berkaitan dengan pokok-pokok ajaran agama. Kadang juga disebut
“ilmu pembahasan dan penyimpulan rasional.
3
D. Lahirnya Ilmu Kalam
Ilmu ini secara resmi mula-mula muncul,yang menjadikan paham Mu’tazilah sebagai
madzhab resmi pemerintahan. Namun secara benihnya, telah ada sejak Nabi SAW masih
hidup. Ini ditandai adanya sahabat yang bertanya kepada beliau tentang “al-qadar”. Pada
masa Khulafaur Rasyidin, umat Islam tetap berpegang teguh pada pangkal aqidah yang
diwarisi Rasulullah. Waktu itu memang sempat muncul persoalan khilafah, namun belum
sampai pada tatar anpolitik. Selain itu, pembahasan aqidah secara ilmiah belum menonjol
karena kesibukan kaum Muslimin menghadapi musuh dalam mempertahankan keutuhan
kesatuan umat.
Setelah itu, timbul perbedaan pendapat tentang iman dan kafir. Hal- hal yang
dipertanyakan dalam persoalan ini sekitar pengertian dan batas-batas iman dan kafir. Juga
hubungan iman dan kafir dengan perbuatan lahir, apakah pelaku dosa besar, masih dianggap
mukmin atau kafir. Kemudian juga pembahasan tantang sifat-sifat Tuhan, apakah Tuhan
punya sifat atau tidak. Karena itu sebagain cendekiawan menilai alasan utama penggunaan
istilah kalam ini, boleh jadi karena masalah yang menonjol dalam perdebatkan tentang salah
satu sifat Tuhan.
4
D. Ilmu Kalam dengan Ilmu Lainnya
1. Ilmu Fiqh
Tauhid berkaitan dengan soal batin (aqidah dan kepercayaan) sedangkan fiqh bertautan
dengan hukum perbuatan lahir (ahkam amaliyah) atau tauhid membicarakan soal-soal aqidah
yaitu dasar-dasar agama, sedangkan fiqh membicarakan soal-soal furu’ yaitu yang bertalian
dengan perbuatan.
2. Ilmu Tasawuf
Perbedaan keduanya meliputi metode dan objek pembicaraan yaitu Tauhid bercorak
mewarnai aqidah-aqidah agama dengan rasio (akal pikiran), bahkan lebih condong untuk
menkonstruksikannya di atas dasar akal pikiran, sedangkan Tasawuf Islam bertujuan merasai
(mengenyam) aqidah dengan nurani, bukan dengan jalan memperbincangkannya menurut
metode akal pikiran
3. Ilmu Filsafat
Dalam Ilmu Kalam, Filsafat dijadikan alat untuk membenarkan ayat-ayat al-Qur’an, dalam
Filsafat Islam ayat-ayat al-Qur’an dijadikan bukti untuk membenarkan hasil-hasil Filsafat
Dalam pembahasan Ilmu Kalam akal dibatasi dari pembahasan-pembahasan hal-hal yang
sudah dimustahilkan membahasnya oleh al-Qur’an, sedangkan dalam Filsafat Islam akal
diberi kebebasan untuk memikirkan segala sesuatu yang ada. Ketiganya berusaha
menemukan apa yang disebut kebenaran.
5
E. Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu lainnya
6
D. Hubungan Ilmu Kalam Dengan Tasawuf
Ilmu kalam adalah disiplin ilmu keIslaman yang banyak mengedepankan pembicaraan
tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Persoalan-persoalan kalam ini biasanya mengarah
sampai pada perbincangan yang mendalam dengan dasar- dasar argumentasi, baik rasional
(aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi yang dimaksudkan adalah landasan pemahaman yang
cenderung menggunakan metode berpikir filosofis, sedangkan argumentasi naqliyah biasanya
bertendensi pada argumentasi berupa dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits.
Pernyataan-pernyataan diatas sulit terjawab hanya dengan berlandaskan pada ilmu kalam.
Biasanya, yang membicarakan penghayatan sampai pada penanaman kejiwaan manusia adalah
ilmu Tasawuf. Disiplin inilah yang membahas bagaimana merasakan tidak saja termasuk dalam
lingkup hal yang diwajibkan. Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan definisinya,
kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Sementara pada ilmu tasawuf
ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman.
Sebagaimana dijelaskan juga tentang menyelamatkan diri dari kemunafikan.
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu Tasawuf mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam
lewat hati terhadap ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam
perilaku. Dengan demikian, ilmu Tasawuf merupakan penyempurna ilmu kalam.
2. Berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan- perdebatan kalam.
Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu
yang mengandung muatan rasional disamping muatan naqliyah, ilmu kalam dapat bergerak
kearah yang lebih bebas. Disinilah ilmu Tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga
ilmu kalam terkesan sebagai dialektika keIslaman belaka, yang kering dari kesadaran
penghayatan atau sentuhan hati.
7
F. Fungsi Ilmu Kalam
Fungsi mempelajari ilmu kalam tersebut ialah:
1. Ilmu kalam membuat kita semakin yaqin kepada aliran yang dianut serta mneghindari
bebrbagai penyimpangan yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
2. Untuk menolak akidah yang menyimpang,perlu di luruskan dengan pembahasan kritis. Hal
ini yang menyebababkan mempelajari ilmu kalam itu sangat peting. Sebagai salah satu
landasan yang membahas tentang penyimpangan akidah.
3. Ilmu kalam membantu mukalaf yang baru mengenal untuk lebih mengenal akan
penciptanya.
4. Fungsi ilmu kalam yang lain adalah utnuk menyelamatkan hati manusia dari kesesatan
keimanan dan mengenal Tuhan. Karna ilmu ini juga berlandaskan dengan al-Qur’an dan
hadits. Jadi menggunakan rasio saja tak akan mampu menandingi isi dari al-Qur’an dan
hadits.
8
1. Aliran Khawarij.
Aliran Khawarij merupakan Aliran teologi tertua yang merupakn Aliran pertama yang
muncul dalam teologi Islam. Menurut ibnu Abi Bakar Ahmad Al-Syahrastani, bahwa yang
disebut Khawarij adalah setiap orang yang keluar dari imam yang hak dan telah di sepakati para
jema’ah, baik ia keluar pada masa sahabat khulafaur rasyidin, atau pada masa tabi’in secara baik-
baik. Menurut bahasa nama khawarij ini berasal dari kata “kharaja” yang berarti keluar. Nama itu
diberikan kepada mereka yang keluar dari barisan Ali. Kelompok ini juga kadang kadang
menyebut dirinya Syurah yang berarti “golongan yang mengorbankan dirinya untuk allahdi
samping itu nama lain dari khawarij ini adalah Haruriyah, istilah ini berasal dari
kata harura, nama suatu tempat dekat kufah, yang merupakan tempat mereka menumpahakan
rasa penyesalannya kepada Ali bin abi Thalib yang mau berdamai dengan Mu’awiyah.
Kelompok khawarij ini merupakan bagian dari kelompok pendukung Ali yang
memisahkan diri, dengan beralasan ketidak setujuan mereka terhadap sikap Ali bin abi Thalib
yang menerima tahkim (arbitrase) dalam upaya untuk menyelesaikan persilisihan dan konfliknya
dengan mu’awiyah bin abi sofyan, gubernur syam, pada waktu perang siffin.
Latar belakang ketidak setujuan mereka itu, beralasan bahwa tahkim itu merupakan
penyelesaian masalah yang tidak di dasarkan pada ajaran Al-Qur’an, tapi ditentukan oleh
manusia sendiri, dan orang yang tidak Memutuskan hukum dengan al-quran adalah kafir.
Dengan demikian, orang yang melakukan tahkim dan merimanya adalah kafir.
Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini selanjutnya berbalik
menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh pelaku tahkim lainnya yaitu Abu Musa
Al-Asyari, Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan Amr Bin Ash.Untuk itu mereka berusaha keras agar
dapat membunuh ke empat tokoh ini, dan menurut fakta sejarah, hanya Ali yang berhasil
terbunuh ditangan mereka.
9
1. Tokoh-tokoh Khawarij
1. Orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir; dan harus di bunuh.
2. Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara Aisyah, Talhah, dan zubair,
dengan Ali bin abi tahAlib) dan para pelaku tahkim termasuk yang menerima dan
mambenarkannya di hukum kafir;
3. Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.
4. Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang muslim berhak
menjadi Khalifah apabila suda memenuhi syarat-syarat.
5. Khalifah di pilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan
menjalankan syari’at islam, dan di jatuhi hukuman bunuh bila zhalim.
6. Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh dari masa kekhalifahannya
Usman r.a dianggap telah menyeleweng,
7. Khalifah Ali dianggap menyelewang setelah terjadi Tahkim (Arbitrase).
10
2. Aliran Murji’ah
Aliran Murji’ah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam
upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar, sebagai mana hal itu
dilakukan oleh aliran khawarij. Mereka menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang
terlibat dalam peristiwa tahkim itu di hadapan tuhan, karena hanya tuhanlah yang mengetahui
keadaan iman seseorang. Demikian pula orang mukmin yang melukan dosa besar masih di
anggap mukmin di hadapan mereka. Orang mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap
tetap mengakui bahwa tiada tuhansealin allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasulnya. Dengan
kata lain bahwa orang mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap mangucapkan dua
kalimat syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu orang tersebut masih tetap
mukmin, bukan kafir.
1. adanya perbedaan pendapat antara Syi’ah dan Khawarij; mengkafirkan pihak-pihak yang
ingin merebut kekuasaan ali dan mengakfirkan orang- yang terlihat dan menyetujui
tahkim dalam perang siffin.
2. adanya pendapat yang menyalahkan aisyah dan kawan-kawan yang menyebabkan
terjadinya perang jamal.
3. adanya pendapat yang menyalahkan orang yang ingin merebut kekuasaan Usman bin
Affan.
Ajaran-ajaran Murji’ah
11
Tokoh murji’ah Moderat antara lain adalah hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib,
Abu Hanifah, Abu Yusufdan beberapa ahli hadits, yang berpendapat, bagaimanapun besarnya
dosa seseorang, kemungkinan mendapat ampunan dari tuhan masih ada. Sedangkan yang
ekstrem antara lain ialah kelompok Jahmiyah, pengikut Jaham bin Shafwan. Kelompok ini
berpendapat, sekalipun seseorang menyatakan dirinya musyrik, orang itu tidak dihukum kafir.
[13]
3. Aliran Qadariyah
Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti memutuskan dan memiliki kekuatan
atau kemampuan.Sedangkan sebagai suatu aliran dalam ilmu kalam, qadariyah adalah nama yang
dipakai untuk suatu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan
manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham qadariyah manusia di
pandang mempunyai qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal
dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada qadar dan qada Tuhan.
Mazhab qadariyah muncul sekitar tahun 70 H (689 M). Ajaran-ajaran tentang Mazhab
ini banyak memiliki persamaan dengan ajaran Mu’tazilah sehingga Aliran Qadariyah ini sering
juga disebut dengan aliran Mu’tazilah, kesamaan keduanya terletak pada kepercayaan kedunya
yang menyatakan bahwa manusia mampu mewujudkan tindakan dan perbuatannya, dan tuhan
tidak campur tangan dalam perbuatan manusia ini, dan mereka menolak segala sesuatu terjadi
karena qada dan qadar Allah SWT.
Aliran ini merupakan aliran yang suka mendahulukan akal dan pikiran dari pada prinsip
ajaran Al-Qur’an dan hadits sendiri. Al-Qur’an dan Hadits mereka tafsirkan berdasarkan logika
semata-mata. Padahal kita tahu bahwa logika itu tidak bisa menjamin seluruh kebenaran, sebab
logika itu hanya jalan pikiran yang menyerap hasil tangkapan panca indera yang serba terbatas
kemampuannya. Jadi seharusnya logika dan akal pikiranlah yang harus tunduk kepada Al-Qura’n
dan Hadits, bukan sebaliknya. Tokoh utama Qadariyah ialah Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan al
Dimasyqi. Kedua tokoh ini yang mempersoalkan tentang Qadar.
12
Pokok-pokok ajaran Qadariyah
1. Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlahmukmin, tapi fasik dan orang
fasikk itu masuk neraka secara kekal.
2. Allah SWT tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia lah yang
menciptakannyadan karena itulah maka manusia akan menerima pembalasan baik (surga)
atas segala amal baiknya, dan menerima balasan buruk (siksa Neraka) atas segala amal
perbuatannya yang salah dan dosakarena itu pula, maka Allah berhak disebut adil.
3. Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu dalam ati bahwa Allah
tidak memiliki sifat-sifat azali, seprti ilmu, Kudrat, hayat, mendengar dan melihat yang
bukan dengan zat nya sendiri. Menurut mereka Allah SWT, itu mengetahui, berkuasa,
hidup, mendengar, dan meilahat dengan zatnya sendiri.
4. Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang baik
dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama. Sebab, katanya segala
sesuatu ada yang memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruk.
13
4. Aliran Jabariyah
Nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa. Sedangkan
menurut al-Syahrastani bahwa Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara
hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebutkepada Allah. Dan dalam bahasa inggris disebut
dengan fatalism atau predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa perbuatan manusia di
tentukan sejak semula oleh qada dan qadar tuhan. Munculnya mazhab ini berkaitan dengan
munculnya Qadariyah. Daerah kelahirannya pun berdekatan. Qadariyah muncul di irak,
jabariyah di khurasan. Aliran ini pada mulanya di pelopori oleh al-ja’ad bin dirham. Namun,
dalam perkembangannya. Aliran ini di sebarluaskan oleh jahm bin Shafwan. Karena itu aliran ini
terkadang disebut juga dengan Jahmiah.
Jaham bin Shafwan mempunyai pendirian bahwa manusia itu terpaksa, tidak mempunyai
pilihan dan kekuasaan. Manusia tidak bisa berbuat lain dari apa yang telah di lakukannya. Allah
SWT, telah mentakdirkan ats dirinya segala amal perbuatan yang mesti di kerjakannya, dan
segala perbuatan itu adalah ciptaan allah, sama seperti apa yang dia ciptakan pada benda-benda
yang tidak bernyawa. Oleh karena itu, jaham menginterpretasikan bahwa pahala dan siksa
merupakan paksaan dalam arti bahwa allah telah mentakdirkan seseorang itu baik sekaligus
memberi pahala dan allah telah mentakdirkan seseorang itu berdosa sekaligus juga menyiksanya.
Disisi lain, aliran ini tetap berpendapat bahwa manusia tetap mendapat pahala atau siksa
karena perbuatan baik atau jahat yang dilakukannya. Paham bahwa perbuatan yang dilakukan
manusia adalah sebenarnya perbuatan tuhan tidak menafikan adanya pahala dan siksa.
14
5. Aliran Mu’tazilah
Perkataan Mu’tazilah berasal dari kata Í’tizal” yang artinya “memisahkan diri”, pada
mulanya nama ini di berikan oleh orang dari luar mu’tazilah karena pendirinya, Washil bin
Atha’, tidak sependapat dan memisahkan diri dari gurunya, Hasan al-Bashri. Dalam
perkembangan selanjutnya, nama ini kemudian di setujui oleh pengikut Mu’tazilah dan di
gunakan sebagai nama dari bagi aliran teologi mereka.
Aliran mu’tazilah lahir kurang lebih 120 H, pada abad permulaan kedua hijrah di kota
basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, namun sebenarnya, aliran ini telah muncul pada
pertengahan abad pertama hijrah yakni diisitilahkan pada para sahabat yang memisahkan diri
atau besikap netral dalam peristiwa-peristiwa politik. Yakni pada peristiwa meletusnya perang
jamal dan perang siffin, yang kemudian mendasari sejumlah sahabat yang tidak mau terlibat
dalam konflik tersebut dan memilih untuk menjauhkan diri mereka dan memilih jalan tengah.
Disisi lain, yang melatarbelakangi munculnya kedua Mu’tazilah diatas tidaklah sama dan
tidak ada hubungannya karena yang pertama lahir akibat kemelut politik, sedangkan yang kedua
muncul karena didorong oleh persoalan aqidah.
Ada lima prinsip pokok ajaran Mu’tazilah yang mengharuskan bagi pemeluk ajaran ini untuk
memegangnya, yan dirumuskan oleh Abu Huzail al-Allaf :
15
Tokoh-tokoh Mu’tazilah
Ahlussunnah berarti penganut atau pengikut sunnah Nabi Muhammad SAW, dan jemaah
berarti sahabat nabi. Jadi Ahlussunnah wal jama’ah mengandung arti “penganut Sunnah (ittikad)
nabi dan para sahabat beliau.. Ahlussunnah sering juga disebut dengan Sunni dapat di bedakan
menjadi 2 pengertian, yaitu khusus dan umum, Sunni dalam pengertian umum adalah lawan
kelompok Syiah, Dalam pengertian ini, Mu’tazilah sebagai mana juga Asy’ariyah masuk dalam
barisan Sunni. Sunni dalam pengertian khusus adalah mazhab yang berada dalambarisan
Asy’ariyah dan merupakan lawan Mu’tazilah.
Pokok-pokok pemikirannya
16
Keadlian Tuhan, Menurutnya, tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun untuk
menentukan tempat manusia di akhirat. Sebab semua itu marupakan kehendak mutlak
tuhan sebab tuhan maha kuasa atas segalanya.
Muslim yang berbuat dosa. Menurutnya, yang berbuat dosa dan tidak sempat bertobat
diakhir hidupnya tidaklah kafir dan tetap mukmin.
Pokok-pokok pemikirannya :
7. Aliran Syiah
Secara bahasa Syi’ah berarti pengikut. Yang dimaksud dengan pengikut disini ialah para
pendukung Ali bin Abi Thalib. Secara istilah Syi’ah sering di maksudkan pada kaum muslimin
yang dalam bidang spritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturuan Nabi Muhammad
SAW, atau yang sebut sebagai ahl al-bait.selanjutnya, istilah yiah ini untuk pertama kalinya di
tujukan pada para pengikut ali (syi’ah ali), pemimpin pertama ahl- al bait pada masa Nabi
Muhammad SAW.
17
Mengenai latar belakng munculnya aliran ini, terdapat dua pendapat, pertama menurut
Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada akhir dari masa jabatan Usman bin Affankemudian
tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, Adapun menurut Watt,
Syi’ah bener-bener muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang
dikenal denganPerang siffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan ali terhadap
arbitrase yang diatwarkan Mu’awiyah, pasukan Ali di ceritakan terpecah menjadi dua, satu
kelompok mendukung sikap Ali –kelak di sebut Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap Ali,
kelak di sebut Khawarij.
1. al Tauhid
Kaum Syi’ah mengimani sepenuhnya bahwa allah itu ada, Maha esa, tunggal, tempat
bergantung, segala makhluk, tidak beranak, tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang
menyamainya. Dan juga mereka mempercayai adanya sifat-sifat Allah.
2. al ‘adl
Kaum Syi’ah mempunyai keyakinan bahwa Allah Maha Adil. Allah tidak melakukan perbuatan
zhalim dan perbuatan buruk, ia tidak melakukan perbuatan buruk karena ia melarang keburukan,
mencela kezaliman dan orang yang berbuat zalim.
3. al Nubuwwah
Kepercayaan Syi’ah terhadap para Nabi-nabi juga tidak berbeda dengan keyakinan umat muslim
yang lain. Menurut mereka, Allah mengutussejumlah nabi dan rasul ke muka bumi untnk
membimbing umat manusia.
4. al imamah
Menurut Syi’ah, Imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama dan dunia sekaligus, ia
pengganti rasul dalam memelihara Syari’at, melaksanakan Hudud, dan mewujudkan kebaikan
dan ketentraman umat.
18
5. al ma’ad
Ma’ad berarti tempat kembali (hari akhirat), kaum Syi’ah sangat percaya sepenuhnya akan
adanya hari akhirat, bahwa hari akhirat itu pasti terjadi.
19