Anda di halaman 1dari 19

PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN OBJEK KAJIAN ILMU KALAM

SERTA SUMBER ILMU KALAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Ilmu Kalam


Dosen pengampu : Mujiburrohman

Disusun oleh :
1. Sabila Nurul Azizah (X.03/20.21/02.11168)
2. Sintia Sulistia Ningsih (X.03/20.21/02.11174)
3. Febrilia Khoiri Dewi Azizah (X.03/20.21/02.11175)

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT ISLAM MAMBAUL ULUM SURAKARTA TAHUN 2020/2021
DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN...................................................................................................................... 2
Latar Belakang ...................................................................................................................... 2
Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2
Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4
Pengertian Ilmu Kalam .......................................................................................................... 4
Ruang Lingkup Ilmu Kalam .................................................................................................. 5
Obyek Kajian Ilmu Kalam ..................................................................................................... 6
Sumber-Sumber Ilmu Kalam ............................................................................................... 14
BAB III .................................................................................................................................... 17

PENUTUP ............................................................................................................................... 17
Kesimpulan ......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aliran kalam muncul dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut pembunuhan
Usman bin Affan yang berbuntut pada penolakan muawiyah atas kekhalifahan Ali bin
Abi Thalib. Setelah Usman bin Affan wafat kedudukannya sebagai khalifah digantikan
oleh Ali bin Abi Thalib. Kemudian Ali mendapat tantangan dari Muawiyah, gubernur
damaskus dan keluarga dekat Usman, ia tidak mau mengakui Ali sebagai khalifah. Ia
menuntut Ali supaya menghukum pembunuh-pembunuh Usman, bahkan ia menuduh Ali
turut campur dalam soal pembunuhan itu. Ali tidak mengambil tindakan terhadap
pemberontak-pemberontak itu, kemudian terjadi perang siffin antara pihak Ali dan
Muawiyah. Dipandang bahwa peperangan itu tidak akan menyelesaikan masalah dan
hanya mengakibatkan jatuhnya korban dikedua belah pihak, maka peperangan itu
diakhiri dengan arbitrase (perjanjiandamai).
Sikap Ali yang menerima arbitrase, sungguh pun dalam keadaan terpaksa, tidak
disetujui oleh sebagian tentranya. Mereka berpendapat bahwa hal serupa itu tidak bias
diputuskan oleh arbitrase manusia. Mereka memandang Ali telah berbuat salah dan oleh
karena itu mereka meninggalkan barisannya. Golongan yang terkenal dengan nama al-
khawarij, yaitu orang yang keluar dan memisahkan diri. Persoalan-persoalan yang terjadi
dalam lapangan politik yang akhirnya membawa kepada timbulnya persoalan-persoalan
teologi. Timbullah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ilmu kalam?
2. Sebutkan objek ilmu kalam!
3. Apa saja sumber ilmu kalam?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui mengenai ilmu kalam
2. Mengetahui apa saja yang digunakan dalam ilmu kalam

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam


Ilmu Kalam adalah salah satu bentuk ilmu keislaman Kajian dalam ilmu kalam
terfokus pasa aspek ketuhanan (devesivasinya) atau bentuk karena itu disebut teologi
dialetika, dan rasional. Secara harfiah kata kalam artinya pembicaraan tetapi bukan dalam
arti pembicaraan sehari-hari (omongan) melainkan pembicaraan yang bernalar dan logika
(akal). Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan
kepercayaan-kepercayaan keagamaan (agama islam) dengan bukti-bukti yang yakin. Ilmu
Kalam adalah Ilmu yang membahas soal-soal keimanan yang sering juga disebut Ilmu
Aqaid atau Ilmu Ushuluddin. Beberapa ulama memberikan pendapat yang berbeda-beda sesuai
dengan argument mereka masing-masing tentang definisi Ilmu Kalam:
1. Al-‘iji
Ilmu kalam adalah Ilmu yang memberi kemampuan untuk menetapkan aqidah agama
(Islam) dengan mengajukan argument untuk melenyapkan keraguan-keraguan.
2. Ibnu Khaldun
Ilmu Kalam adalah Ilmu yang mengandung argument-argument rasional untuk
membela Aqidah-aqidah Imanya dan mengandung penolakan terhadap golongan
bid’ah (perbuatan-perbuatan baru tanpa contoh) yang didalam aqidah menyimpang
dari mazhab salah dan ahli sunnah.
3. Syekh Muhammad Abduh
Ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat wajib yang
ada bagi-Nya, sifat-sifat Jaiz yang disifatkan bagian-Nya, dan sifat-sifat yang tidak
ada bagi-Nya, juga membahas tentang rasul-rasul Allah untuk menetapkan kebenaran
risalahnya, apa yang wajib ada pada dirinya, hal-hal yang dihubungkan pada diri
mereka, dan hal-hal terlarang yang dihubungkan pada diri mereka.
4. Al-Farabi
Ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang zat dan sifat Allah beserta eksistensi
semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah
sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islam.

4
Ilmu kalam sering juga disebut dengan ilmu tauhid atau ushuludin. Pokok bahasan
ilmu tauhid memfokuskan pada keesaan Allah baik dzat maupun keesaan-Nya. Ilmu
kalam juga disebut dengan Ilmu Aqidah atau Ilmu Ushuludin. Hal ini dikarenakan
banyak membicarakan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan kepercayaan-
kepercayaan dan dasar-dasar ajaran agama. Bagi orang Kristen, ilmu kalam disebut
sebagai ilmu theologi. Ilmu kalam membahas masalah ketuhanan dengan menggunakan
dasar-dasar naqliyah dan argumentasi rasional (aqliyah). Argumentasi naqliyah berasal
dari dalil-dalil Alquran dan hadist. Sedangkan argumentasi aqliyah berasal dari
pemahaman metode berfikir filosofis.
B. Ruang Lingkup Ilmu Kalam
Aspek pokok dalam ilmu kalam adalah keyakinan akan keberadaan Allah SWT
Adapun ruang lingkup pembahasan ilmu kalam mencakup beberapa hal, yaitu:
1. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT.
2. Hal-hal yang berhubungan denga rasul Allah sebagai penyambung ataupun pembawa
risalah kepada manusia, seperti: malaikat, nabi dan rasul dan beberapa kitab suci.Hal-
hal yang berhubungan dengan kehidupan yang akan datang, seperti adanya hari
kebangkitan, siksa kubur, surga dan neraka
Menurut Hasan Al-Banna, ruang lingkup pembahasan ilmu kalam mencakup:
1. Illahiyat
Illahiyat yakni kajian tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah, seperti
wujud Allah, nama-nama Allah, sifat-sifat Allah, af’al Allah dll.
2. Nubuwat
Nubuwat yakni kajian tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan
rasul termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mu’jizat, karomah dll.
3. Ruhaniyat
Ruhaniyat yakni kajian tentang segala sesuatu yang berhubungan denga alam
metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, syetan dll.
4. Sam’iyat
Sam’iyat yakni kajian tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’i
(dalil naqli atau berupa Al-qur’an dan sunah) seperti alam barzakh, akhirat, adzab
kubur, surga dan neraka dll.

5
C. Obyek Kajian Ilmu Kalam
Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan-Nya, jadi dilihat dari ospek objeknya ilmu kalam tersebut membahas masalah
yang berkaitan dengan masalah ketuhanan. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri
mencoba mencari kebenaran tentang tuhan, dan dalam pertumbuhannya ilmu kalam
(theology) berkembang menjadi teologi rasional dan teologi tradisional, tapi jika dilihat
dari aspek manfaat ilmu kalam diantaranya berperan sebagai ilmu yang mengajak orang
yang baru untuk mengenal rasio sebagai upaya mengenal tuhan secara rasional.
Objek studi ilmu kalam itu dapat kita bagi menjadi 2 bagian:
a) Objek material
Suatu objek yang memiliki wujud dan nyata bentuknya baik dari keadaannya, bentuk
fisik dan lain seperti sumber-sumber dari mana ilmu kalam itu disimpulkan. Sumber-
sumber ilmu Kalam sebagai berikut:
1) Al-qur`an
Al-Qur’an sebagai sumber Ilmu Kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal yang
berkaitan dengan masalah ketuhanan, diantaranya adalah :[5]
a. Q.S Al-Ikhlas(112) : 3-4. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak beranak dan
diperanakkan, serta tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang tampak sekutu (sejajar)
dengan-Nya.
b. Q.S Asy-Syura(42) : 7. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai apapun
di dunia ini. Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
c. Q.S Al-Furqan(25) : 59. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan Yang Maha Penyayang
bertahta di atas “Arsy”. Ia pencipta langit, bumi, dan semua yang ada di antara keduanya.
d. Q.S Al-Fath(48) : 10. Ayat ini menunjukkan Tuhan mempunyai “tangan” yang selalu
berada di atas tangan orang-orang yang melakukan sesuatu selama mereka berpegang
teguh dengan janji Allah.
e. Q.S Thaha(20): 39. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “mata” yang
selalu digunakan untuk mengawasi seluruh gerak, termasuk gerakan hati makhluk-Nya.
2) Hadist
Hadits Nabi saw. Pun banyak membicarakan masalah-masalah yang dibahas ilmu kalam.
Diantaranya adalah :

6
– Hadits yang artinya : “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya, Pada suatu hari
ketika Rasulullah saw. Berkata bersama kaum muslimin, datanglah
seorang laki-laki kemudian bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, ‘apakah yang
dimaksudkan dengan iman?’ Rasul menjawab,’ Yaitu, kamu percaya kepada Allah, para
malaikat, semua kitab yang diturunkan, hari pertemuan dengan-Nya, para rasul dan hari
kebangkitan. ‘Lelaki itu bertanya lagi,’Wahai Rasulullah, apakah pula yang dimaksudkan
dengan Islam? Rasulullah menjawab, Islam adalah mengabdikan diri kepada Allah dan
tidak menyekutukan-Nya dengan perkara lain, mendirikan shalat yang telah difardhukan,
mengeluarkan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.’ Kemudian
lelaki itu bertanya lagi,’Wahai Rasulullah! Apakah ihsan itu? Rasulullah saw menjawab,
‘Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Sekiranya
engkau tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Dia senantiasa memperhatikanmu.’ Lelaki
tersebut bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah, bilakah aku tidak lebih tahu darimu, tetapi aku
akan ceritakan kepadamu mengenai tanda-tandanya. Apabila seorang hamba melahirkan
majikannya, itu adalah sebagian dari tandanya. Apabila seorang miskin menjadi
pemimpin masyarakat, itu juga tandanta. Apabila masyarakat yang asalnya pengembala
kambing mampu bersaing dalam mendirikan bangunan-bangunan mereka, itu juga tanda
akan terjadi kiamat. Hanya lima perkara itu saja sebagian dari tanda-tanda yang
kuketahui. Selain dai itu Allah saja Yang Maha Mengetahuinya.’ Kemudian Rasulullah
saw, membaca surat Luqman ayat 34,’Sesungguhnya Allah lebih mengetahui bilakah
akan terjadi hari kiamat, disamping itu Dialah juga yang menurunkan hujan dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim ibu yang mengandung. Tiada seorang pun
mengetahui apakah yang diusahakannya pada keesokan hari, yaitu baik atau jahat, tiada
seorang pun yang mengetahui di manakah dia akan menemui ajalnya. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi amat meliputi pengetahuan-Nya.’ Kemudian lelaki itu
beranjak dari situ. Rasulullah saw terus bersabda kepada sahabatnya,’Panggil orang
kembali itu.’ Lalu para sahabat mengejar kearah lelaki tersebut dan
memanggilnya kembali, tetapi lelaki tersebut telah hilang. Rasulullah saw. Pun bersabda,
‘lelaki tadi adalah Jibril a.s. kedatangnnya adalah untuk mengajar manusia tentang agama
mereka.

7
Adapula beberapa hadits yang kemudian dipahami sebagian ulama sebagai prediksi Nabi
mengenai kemunculan berbagai golongan dalam Ilmu Kalam.
Syaikh Abdul Qadir mengomentari bahwa Hadits yang berkaitan dengan faksi umat ini,
yang merupakan salah satu kajian ilmu kalam, mempunyai sanad yang sangat
banyak.[6]Diantara sanad yang sampai kepada Nabi adalah berasal dari beberapa sahabat,
seperti Anas bin Malik, Abu Hurairah, Abu Ad-Darda, Jabir, Abu said Al-Khudri, Abu
Abi Kaab, Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Abu Ummah, Watsilah bin Al-Aqsa.
3) pemikiran manusia
Sebelum filsafat Yunani masuk dan berkembang di dunia Islam sendiri atau pemikiran
yang berasal dari luar umat Islam.
Sebenarnya umat Islam telah menggunakan rasionalnya untuk menjelaskan hal-hal yang
berkaitan dengan ayat-ayat Al-Qur’an, terutama dengan yang belum jelas maksudnya (al-
mutasyabihat). Keharusan untuk menggunakan rasio ternyata mendapat pijakan dari
beberapa ayat Al-Quran, diantaranya :
Q.S Muhammad (47) : 24
‫ب أ َ ْقفَالُ َها‬ َ ‫فَال يَتَدَب َُّرونَ ْالقُ ْرآنَ أ َ ْم‬
ٍ ‫علَى قُلُو‬
Artinya :“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka
terkunci?”
Ayat serupa dapat ditemukan pada An-Nahl (16) : 68-69, Al-Jaatsiyah(45) : 12-13; Al-
Isra’ (17) : 44; Al-An’am (6) : 97-98; At-Taubah (9) : 122; Ath-Thariq (86) : 5-7; Al-
Ghatsiyah (88) : 7-20; Shad (38) : 29; Muhammad (47) : 24; An-Nahl : 17; Az-Zumar
(39) : 9; Adz-Dzariyat (51) : 47-49, dan lain-lain
4) insting
Secara instingtif, manusia selalu ingin ber-Tuhan dan hal ini telah berkembang sejak
adanya manusia pertama. Abbas Mahmoud Al-Akkad menyatakan bahwa keberadaan
mitos merupakan asal-usul agama di kalangan orang-orang primitif.
Dikatakan oleh Mustafa Abdul Ar-Raziq bahwa ilmu ini bermula di tangan pemikir
Mu’tazilah, Abu Hasyim dan kawannya Imam Al-Hasan bin Muhammad bin Hanafiyah.
Orang pertama yang membentangkan pemikiran Islam secara lebih baik dengan
logikanya adalah Imam Al-Asy’ari, tokoh ahli Sunnah Wal Jama’ah, malui tulisan yang
terkenal yaitu Al-Maqalat.

8
b) Objek formal
Objek formal adalah suatu objek yang memiliki tentang sifat ketuhanan, baik dari
bentuknya dan sifatnya, seperti hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawwuf. Dan disini
objek formal mempunyai 3 hubungan yang sangat dekat hubungannya.
1) Titik persamaan
Dalam ilmu kalam, filsafat, dan tasawwuf mempunyai kesamaan objek kajian. Objek
kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya
sedangkan objek kajian filsafat adalah terfokus pada masalah ketuhanannya, disamping
masalah alam, manusia dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian
tasawwuf adalah tuhan yakni upaya-upaya pendekatan terhadapnya. Jadi bila dilihat dari
objeknya ketiga ilmu tersebut, membahasa masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.
Argumentasi filsafat sebagaimana ilmu kalam dibangun diatas logika. Oleh karena itu,
hasil kajiannya bersifat spekulatif. Kerelatifan hasil karya logika tiu menyebabkan
beragamnya kebenaran yang dihasilkannya.
Baik ilmu kalam, filsafat maupun tasawwuf berusaha dengan hal yang sama yaitu
kebenaran ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang
tuhan dan yang berkaitan dengannya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula berusaha
menghampiri kebenaran baik tentang alam maupun manusia atau tentang tuhan,
sementara tasawwuf juga dengan metodennya yang tipical berusaha menghampiri
kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan spiritual menuju tuhan.
2) Titik perbedaan
Pada titik perbedaan kali ini ilmu kalam, filsafat, dan tasawwuf juga memiliki perbedaan
dari segi metodologi-Nya, jika illmu kalam sebagai ilmu yang menggunakan logika di
samping argumen-argumen naqliyah berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran
agama yang sangat tampak nilai-nilai apologi-Nya.
Pada dasarnya ilmu kalam itu menggunakan metode dialetika atau dikenal juga dengan
istilah dialog keagamaan . oleh karena itu sebagai dialog keagamaan maka ilmu kalam ini
berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran agama serta
pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.
Sementara itu filsafat adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional,
metode yang digunakan-Nya pun adalah metode rasional. Filsafat menghampiri

9
kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal dan integral serta universal,
tidak mengalami rasa ikatan oleh apapun terkecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang
bernama logika.
Berkenaan dengan keberagaman kebenaran yang dihasilkan oleh kerja logika maka dalam
filsafat dikenal apa yang disebut”kebenaran korespondensi”. Dalam pandangan-nya
bahwa kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan fakta dan data itu sendiri atau
dengan bahasa yang sangat sederhana bahwa kebenaran adalah persesuai antara apa yang
ada di dalam rasio dengan kenyataan sebenarnya di alam nyata. Disamping kebenaran
korespondensi terdapat juga kebenaran koherensi. Dalam pandangan-Nya kebenaran
adalah kesesuaian antara suatu pertimbangan baru dan sesuatu pertimbangan yang telah
dilakukan kebenaran-Nya secara umum dan permanen. Jadi kebenaran di anggap tidak
benar kalau tidak sesuai dengan kebenaran yang dianggap benar oleh ulama umum.
Disamping 2 macam kebenaran tersebut di atas, di dalam filsafat di kenal juga kebenaran
pragmatik. Dalam pandangan-Nya kebenaran adalah sesuatu yang bermanfaat dan
mungkin dapat di kerjakan dengan dampak yang memuaskan. Jadi sesuatu itu akan
dianggap tidak benar kalau tidak tampak manfaatnya secara nyata dan sulit di kerjakan.
Adapun ilmu tasawwuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari pada rasio oleh
sebab itu filsafat dan tasawwuf sangat distingtiff. Sebagai sebuah ilmu yang di peroleh
dari rasa, ilmu tasawwuf bersifat subyektif yakni sangat berkaitan dengan pengalaman
seseorang. Itulah sebabnya bahasa tasawwuf sering tampak aneh bila dilihat dari aspek
rasio, karena hal ini pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan. Pengalaman rasa lebih
mudah dirasakan langsung oleh orang yang ingin memperoleh kebenaran-Nya dan mudah
di gambarkan dengan bahasa lambang sehingga sangat dapat di interprestasikan
bermacam-macam.
Didalam pertumbuhan-Nya ilmu kalam berkembang menjadi teologi rasional dan teologi
tradisional sedangkan filsafat berkembang menjadi sains dan sain berkembang menjadi
kealaman, sosial dan humaniora; sedangkan tasawwuf berkembang juga menjadi
tasawwuf praktis dan tasawwuf teoritis.
Dan dari ketiga ilmu tersebut jika kita dilhat kembali dari sisi aksiologi, teologi
diantaranya berperan sebagai ilmu yang mengajak orang baru untuk mengenal rasio
sebagai upaya mengenal tuhan secara rasional. Adapun filsafat lebih berperan sebgai ilmu

10
yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasional secara prima untuk mengenal
tuhan, adapun tasawwuf lebih berperan sebagai ilmu yang memberi kepuasan kepada
orang yang melepaskan rasio-Nya secara bebas.
3) Titik singgung ilmu kalam dan ilmu tasawwuf
Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang mengedepankan pembicaraan
tentang persoalan-persolan kalam tuhan. Persoalan-persoalan kalam ini biasa-Nya m
biasabya bertendensjengarah kepada pembicaraan yang sangat mendalam dengan dasar-
dasar argumentasi baik aqliyah maupun naqliyah. Argumentasi aqliyah yang
dimaksudkan adalah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berfikir
filosofis, sedangkan argumentasi naqliya biasanya bertendensi pada argumentasi berupa
dalil-dalil al-qur`an dan hadist.
Ilmu Kalam sering menempatkan diri nya pada kedua pendekatan ini ( aqli dan naqli )
suatu metode argumentasi yang dialektik, jika pembicaraan Ilmu Kalam ini hanya
berkisar pada keyakinan-keyakinan yang harus dipegang oleh umat Islam tanpa
argumentasi rational, ilmu ini lebih spesifik mengambil bentuk sendiri dengan istilah
Ilmu Taukhid atau Ilmu Aqo’id.
Pembicaraan materi yang tercakup dalam Ilmu Kalam terkesan tidak menyentuh dzauq (
rasa rohani ), sebagai contoh Ilmu Taukhid menerangkan bahwa Allah Swt itu bersifat
Sama’ ( mendengar ), Bashor ( melihat ), Kalam ( berbicara ), Irodah ( berkemauan ),
Qudrat ( kuasa ), Hayat ( hidup ) dan sebagainya. Namun, Ilmu Kalam atau Ilmu taukhid
tidak menjelaskan bagaimanakah seorang hamba dapat merasakan langsung bahwa Allah
Swt mendengar dan melihat nya; Bagaimana pula perasaan hati seseorang ketika
membaca al-Qur’an; Dan bagaimana seseorang merasa bahwa segala sesuatu yang
tercipta merupakan pengaruh dari Qudrah ( kekuasaan ) Allah Swt ?.
Pertanyaan ini sulit terjawab apabila melandaskan diri pada Ilmu Taukhid atas Ilmu
Kalam. Biasanya yang membicarakan tentang penghayatan sampai pada penanaman
kejiwaan manusia adalah Ilmu Tasawwuf. Disiplin inilah yang membahas bagaimana
merasakan nilai-nilai aqidah dengan memperhatikan bahwa persoalan tadzawwuq (
bagaimana merasakan ) tidak saja termasuk dalam lingkup hal yang sunnah atau
dianjurkan tetapi justru termasuk hal yang diwajibkan.

11
As-sunnah memberikan perhatian yang begitu besar terhadap masalah tadzawwuq. Ini
tampak pada hadits Rosulullah Saw yang diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi dikutip
dari Said Hawwa artinya sebagai berikut : ” Yang merasakan iman adalah orang yang
ridha kepada Allah Swt sebagai Tuhan, ridha kepada Islam sebagai agama, dan ridha
kepada Muhammad sebagai Rasul ” [15] . Dalam hadit lain Rosulullah Saw pun pernah
mengucapkan : ” Ada tiga perkara yang mengakibatkan seseorang dapat merasakan
lezatnya iman : Orang yang mencintai Allah Swt dan Rosul Nya lebih dari yang lain ;
Orang yang mencintai hamba karena Allah Swt ; dan orang yang takut kembali kepada
kekufuran, seperti ketakutannya untuk di masukkan ke dalam api neraka ”.
Pada Ilmu Kalam ditemukan pembahasan Iman dan definisinya, kekafiran dan
manifestasinya serta kemunafikan dan batasannya. Adapun pada ilmu tasawwuf
ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan
ketentraman, serta upaya menyelamatkan diri dari kemunafikan. Tidaklah cukup bagi
seseorang yang hanya mengetahui batasan-batasan kemunafikan pun tetap saja
melaksanakannya. Sebagaimana Allah Swt berfirman surat al-Hujurat ( 49 ) ayat 14 yang
berbunyi :
‫َّللا َو َرسُ ْولَه ُ الَيَ ْلتِكُ ْم م ِْن‬ ْ ‫اب ا َ َمنَّا قُ ْل لَّ ْم تُؤْ ِمن ُ ْوا َولَك ِْن قُ ْولُ ْوا ا َ ْسلَ ْمنَا َولَ َّما يَدْ ُخ ُل ا‬
َ َّ ‫ال ِ ْي َم ُن فِى قُلُ ْوبِكُ ْم َواِ ْنتُطِ ْيعُ ْوا‬ ْ ‫تا‬
ُ ‫ال َع َْر‬ ِ َ‫قَال‬
‫غفُ ْو ٌر َّرحِ يْم‬ َ َّ ‫ش ْيئًا ا َِّن‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫ٌا َ ْع َم ِلكُ ْم‬
Artinya : Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami Telah beriman”. Katakanlah:
“Kamu belum beriman, tapi Katakanlah ‘kami Telah tunduk’, Karena iman itu belum
masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan
mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang ” [16].
Ath-Thabari dalam kitab al-Kabir meriwayatkan Hadits shahih dari Ibnu Umar ra Ia
berkata : yang artinya :
” Pada suatu hari saya bersama-sama dengan Nabi Saw. Beliau di datangi oleh Hurmalah
bin Zaid. Ia duduk di hadapan Nabi Saw seraya berkata : Wahai Rasulullah Saw, iman itu
di sini ( seraya menunjukkan ke dadanya ). Kami tidak pernah mengingat Allah Swt,
kecuali sedikit. Rasulullah Saw mendiamkannya, maka Hurmalah mengulangi ucapannya
tadi, lalu Rasulullah Saw memegang Hurmalah seraya berdo’a : Ya Allah jadikanlah
untuknya lisan yang jujur dan hati yang bersyukur, kemudian jadikan dia mencintai orang

12
yang cinta kepadaku, dan jadikanlah urusannya baik. Kemudian Hurmalah berkata :
Wahai Rasulullah Saw aku mempunyai banyak teman yang munafik, dan aku adalah
pemimpin mereka, tidaklah aku akan memberi tahu nama-nama mereka kepadamu ?.
Rasulullah Saw menjawab : Siapa yang datang kepada kami, kami akan mengampuninya
sebagaimana kami mengampunimu, dan siapa yang berketetapan hati untuk
melaksanakan agamanya, maka Allah Swt lebih utama baginya, janganlah menembus
tirai ( hati ) seseorang ”[17].
Dalam kaitannya dengan Ilmu Kalam, Ilmu Tasawwuf berfungsi sebagai pemberi
wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam lewat hati (
dzauq dan wijan ) terhadap Ilmu Taukhid atau Ilmu Kalam menjadikan ilmu ini lebih
terhayati atau teraplikasikan dalam prilaku. Dengan demikian, Ilmu Tasawwuf
merupakan penyempurna Ilmu Taukhid jika dilihat bahwa Ilmu Tasawwuf merupakan
sisi terapan rohaniah dari Ilmu Taukhid.
Ilmu Kalam pun berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf, oleh karena itu jika timbul
suatu aliran yang bertentangan dengan aqidah atau lahir suatu kepercayaan baru yang
bertentangan dengan al-Qur’an dan As-sunnah, hal itu merupakan penyimpangan atau
penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak pernah di riwayatkan dalam al-Qur’an dan
As-sunnah atau belum pernah di riwayatkan oleh ulama-ulama salaf, hal itu harus di
tolak.
Selain itu, Ilmu Tasawuf mempunyai fungsi sdebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam
perdebatan-perdebatan kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa Ilmu Kalam dalam dunia
Islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional di samping
muatan naqliyah. Jika tidak di imbangi oleh kesadaran rohaniah, Ilmu kalam dapat
bergerak ke arah lebih liberal dan bebas. Di sinilah Ilmu Tasawuf berfungsi memberi
muatan rohaniah sehingga Ilmu Kalam itu tidak terkesan sebagai dialektika keislaman
belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan secara qalbiyah ( hati ).
Bahkan amalan-amalan Tasawuf itu mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali dalam
ketaukhidan. Jika rasa sabar itu sudah tidak ada, umpamanya, maka muncullah ke
kufuran. Jika rasa syukurnya itu sedikit, maka lahirlah suatu bentuk kegelapan sebagai
reaksi. Begitu juga Ilmu taukhid dapat memberikan kontribusi kepada Ilmu Tasawuf.
Sebagai contoh, jika cahaya Taukhid telah lenyap maka akan timbul penyakit-penyakit

13
qalbu, seperti ujub, congkak, riya’ , dengki, hasut dan sombong. Seandainya manusia itu
menyadari bahwa Allah Swt yang memberi segala sesuatu itu, niscaya rasa hasud dan
dengki itu akan sirna. Kalau saja dia tahu akan kedudukan penghambaan diri, niscaya
tidak akan ada rasa sombong. Kalau saja manusia itu menyadari bahwa dia betul-betul
sebagai hamba Allah Swt, niscaya tidak akan ada perebutan kekuasaan. Kalau saja
manusia itu menyadari bahwa Allah Swt yang menciptakan segala sesuatu itu, niscaya
tidak akan ada sifat ujub dan riya’. Maka dari sinilah dapat di lihat bahwa Ilmu taukhid
itu merupakan jenjang pertama dalam pendakian menuju Allah Swt ( pendakian para
kaum sufi ).
Untuk melihat lebih lanjut hubungan antara Ilmu Tasawwuf dan Ilmu Taukhid alangkah
baiknya menengok paparan Imam Al-Ghozali dalam Kitabnya : “ Al-Maqhad al-Asna fi
Syarah al-Asma Allah al-Husna “ , dimana Imam al-Ghozali telah menjelaskan dengan
baik persoalan-persoalan taukhid kepada Allah Swt, terutama ketika menjelaskan nama-
nama Allah Swt, materi pokok Ilmu Taukhid. Menurutnya nama Tuhan Ar-Rahman dan
Ar-Rokhim pada aplikasi rohaniah nya merupakan sebuah sifat yang harus diteladani.
Jika sifat Ar-Rahman itu di aplikasikan seseorang akan memandang bahwa orang
durhaka dengan kelembutan bukan kekasaran; melihat orang dengan mata Ar-Rokhim
bukan dengan mata yang hina, bahkan ia mencurahkan ke-rakhim-an nya kepada orang
yang durhaka agar dapat diselamatkan. Jika melihat orang lain menderita atau sakit,
orang yang rakhim akan segera menolongnya[18]. Nama lain Allah Swt yang patut
diteladani adalah al-Qudus ( Maha Suci ) seorang hamba akan suci kalau berhasil
membebaskan pengetahuan dan kehendaknya dari khayalan dan segala persepsi yang
dimiliki binatang[19].
Jadi dengan Ilmu Tasawwuf semua persoalan yang berada dalam kajian Ilmu Taukhid
terasa lebih bermakna, tidak kaku, akan tetapi lebih dinamis dan aplikatif
D. Sumber-Sumber Ilmu Kalam
Ada dua pengaruh yang dapat ditelusuri yang sekaligus juga sebagai sumber dan asal
usul kemunculan Ilmu Kalam, yakni:
1. Secara langsung:
- Al-Qur’an

14
Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal yang
berkaitan dengan masalah ketuhanan, di antaranya adalah:
a. Q.S. Al-Ikhlas : 3-4. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak beranak dan
tidak diperanakkan, serta tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang tampak
sekutu (sejajar) dengan-Nya.
b. Q.S. Al-Furqan : 59. Ayat ini menujukkan bahwa Tuhan Yang Maha
Penyayang bertahta di atas “Arsy”. Ia Pencipta langit, bumi, dan semua yang
ada di antara keduanya.
c. Q.S. Al-Fath : 10. Ayat ini menunjukkan Tuhan mempunyai “tangan” yang
selalu berada di atas tangan orang-orang yang melakukan sesuatu selama
mereka berpegang teguh dengan janji Allah.
d. Q.S. Thaha : 39 Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “mata” yang
selalu digunakan untuk mengawasi seluruh gerak, termasuk gerakan hati
makhluk-Nya.
e. Q.S. Ar-Rahman : 27. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai
“wajah” yang tidak akan rusak selama-lamanya.
f. Q.S. An-Nisa : 125. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan menurunkan aturan
berupa agama. Seseorang akan dikatakan telah melaksanakan aturan agama
apabila melaksanakannya dengan ikhlas karena Allah.
Ayat-ayat di atas berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntunan, dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan
rincinya tidak ditemukan. Oleh sebab itu, para ahli berbeda pendapat dalam
menginterprestasikan rinciannya. Pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan ketuhanan itu disistematisasikan yang pada gilirannya menjadi sebuah
ilmu yang dikenal dengan istilah ilmu kalam.
- Hadist
Hadits Nabi SAW. pun banyak membicarakan masalah-masalah yang
dibahas ilmu kalam. Di antaranya adalah hadits Nabi yang menjelaskan hakikat
keimamnan, ada pula beberapa Hadits yang kemudian dipahami sebagian ulama
sebagai prediksi Nabi mengenai kemunculan berbagai golongan dalam ilmu
kalam, Syaikh Abdul Qadir mengomentari bahwa Hadits yang berkaitan dengan

15
masalah faksi umat ini, yang merupakan salah satu kajian ilmu kalam,
mempunyai sanad sangat banyak. Di antara sanad yang sampai kepada Nabi
adalah yang berasal dari beberapa sahabat, seperti Anas bin Malik, Abu Hurairah,
Abu Ad-Darda, Jabir, Abu Said Al-Khudri, Abu Abi Kaab, Abdullah bin Amr bin
Al-Ash, Abu Ummah, watsilah bin Al-Aqsa. Keberadaan Hadits yang berkaitan
dengan perpecahan umat seperti tersebut di atas, pada dasarnya merupakan
prediksi Nabi dengan melihat yang tersimpan dalam hati para sahabatnya. Oleh
sebab itu, sering dikatakan bahwa Hadits-hadits seperti itu lebih dimaksudkan
sebagai peringatan bagi para sahabat dan umat Nabi tentang bahayanya
perpecahan dan pentingnya persatuan.
2. Secara Tidak Langsung:
- PemikiranManusia
.Sebelum filsafat Yunani masuk dan berkembang di dunia Islam, umat
Islam sendiri telah menggunakan pemikiran rasionalnya untuk menjelaskan hal-
hal yang berkaitan dengan ayat-ayat Al-Qur’an, terutama yang belum jelas
maksudnya (al-mutayabihat). Dengan demikian, jika ditemukan seorang muslim
telah melakukan suatu kajian objek tertentu dengan rasionya, hal itu secara
teoretis bukan karena adanya pengaruh dari pihak luar saja, tetapi karena adanya
perintah langsung Al-Quran sendiri.
- Insting
Secara instingtif, manusia selalu ingin bertuhan. Oleh sebab itu,
kepercayaan adanya Tuhan telah berkembang sejak adanya manusia pertama.
Oleh sebab itu, sangat wajar kalau William L. Resee mengatakan bahwa ilmu
yang berhubungan dengan ketuhanan, yang dikenal dengan istilah theologia, telah
berkembang sejak lama. Ia bahkan mengatakan bahwa teologi muncul dari sebuah
mitos (theologia was originally viewed as concerned with myth). Selanjutnya,
teologi itu berkembang menjadi “theologi natural” (teologi alam) dan “revealed
theology” (teologi wahyu).

16
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang masalah ketuhanan serta
berbagai masalah yang berkaitan dengannya berdasarkan dalil-dalil yang
menyakinkan. Ilmu kalam juga dinamakan ilmu aqaid atau ilmu ushuludin, karena
persoalan kepercayaan yang menjadi pokok ajaran agaman itulah yang menjadi
pokok pembicaraanya.
Pokok permasalahan ilmu kalam terletak pada tiga persoalan, yaitu esensi
tuhan itu sendiri dengan segenap sifat-sifatnya. Qismul nububiyah, hubungan
yang memperhatikan antara kholik dengan makhluk, persoalan yang berkenaan
dengan kehidupan sesudah mati nantinya yang disebut dengan Qismul Al-
Sam’iyat.
Banyak sekali objek kajian ilmu kalam yang harus kita pelajari. Kita ahrus
semangat untuk terus mempelajarinya. Sedikit rasa ingin tahu kita itu lebih
bermakna daripada tidak mempunyai rasa ingin tahu sama sekali.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/firdausynuzula/5a950dafdd0fa849324e9df2/faktor-
penyebab-munculnya-berbagai-aliran-ilmu-kalam
https://www.bintusapawi.com/2015/03/pengertian-ilmu-kalam-dan-ruang.html
http://www.abusyuja.com/2020/12/definisi-ilmu-kalam-menurut-para-ahli.html
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/11/pengertian-ilmu-kalam-menurut-para-
ahli-ruang-lingkupnya.html
http://gadisgigikelinci.blogspot.com/2015/03/objek-kajian-ilmu-kalam.html
http://kumpulanreferansi.blogspot.com/2017/03/sumber-sumber-ilmu-kalam.html

18

Anda mungkin juga menyukai