2022
1
KATA PENGANTAR
Tugas ini gunanya sebagai syarat untuk memenuhi nilai dengan harapan mendapatkan
nilai yang terbaik dan memuaskan sesuai dengan harapan.Terima kasih kami ucapkan kepada
Ibu dosen mata kuliah Tauhid Dan Akhlaq Tasawuf yang telah memberikan arahan terkait
tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau, mungkin kami tidak akan dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan format yang telah ditentukan.
Kami menyadari makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna
baik dalam penyusunan, bahasa ataupun penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar bisa dijadikan sebagai bahan acuan kami kedepannya.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Akhir kata, kami kelompok 6 sampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak
yang bersangkutan dalam punyusunan makalah atau tugas ini. Semoga sang maha bijaksana
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita didunia ini. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin.
i
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................. 1
BAB II ........................................................................................................................................ 2
A. Pengertian Ilmu Kalam ................................................................................................... 2
B. Faktor Munculnya Aliran-aliran Dalam Ilmu Kalam ..................................................... 3
C. Aliran-Aliran Dalam Ilmu Kalam ................................................................................... 3
BAB III ...................................................................................................................................... 6
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 6
B. Daftar Pustaka ................................................................................................................. 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Kalam?
2. Apa faktor yang menyebabkan munculnya aliran-aliran dalam Ilmu Kalam?
3. Apa saja aliran-aliran yang ada pada Ilmu Kalam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Ilmu Kalam.
2. Untuk mengetahui factor penyebab munculnya aliran-aliran pada Ilmu Kalam.
3. Untuk mengetahui aliran-aliran yang ada pada Ilmu Kalam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Supiana dan Karman, Materi Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 161.
2
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2001), h.3.
3
Abdul Rozak & Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: Pustaka Setia, 2012), 21.
4
Muatafa ‘Abd al-Raziq, Tamhid li Tarikh al-Falsafah al-Islamiyah,(Kairo: Matba’ah Lajnah al-Ta’lif wa al-
Tarjamah wa al-Nashr, 1379H./1959M.), Cetakan II, hal. 261.
5
Muatafa ‘Abd al-Raziq, hal. 261.
6
Ahmad Fu’ad al-Ahwani, Al-Falsafah al-Islamiyah, (Kairo: tp., 1962), hal. 18
2
B. Faktor Munculnya Aliran-aliran Dalam Ilmu Kalam
Seperti halnya ilmu-ilmu keislaman lainnya, Ilmu Kalam dapat dipastikan baru
muncul beberapa dekade setelah Rasulullah Saw wafat. Namun, jika dibandingkan
dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya, Ilmu Kalam muncul akibat dari perpecahan
sosial-keagamaan dalam tubuh umat islam. Munculnya Ilmu Kalam dipicu oleh
persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan
yang mana dalam sejarah lebih dikenal dengan nama al-fitnah al-kubra (fitnah besar).
Pembunuhan Utsman bin Affan didasari oleh ketidakpuasan dari sebagian kalangan
umat Islam terhadap kebijakan khalifah Utsman bin Affan yang dianggap nepotisme,
karena banyaknya anggota keluarga Utsman yang menduduki jabatan-jabatan penting
dalam pemerintahan. Setelah wafatnya Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib pun
diangkat menjadi khalifah yang ke-empat. Namun, Mu‘awiyah menolak atas
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib sehingga menimbulkan perseteruan diantara mereka.
Perseteruan antara Mu‘awiyah dan Ali bin Abi Thalib memuncak sehingga terjadi
Perang yang dikenal dalam sejarah dengan Perang Shiffin yang berakhir dengan
keputusan tahkim (arbitrase) yaitu solusi untuk mendamaikan kedua belah pihak namun
dijadikan alat politik untuk memecah kubu Khalifah Ali bin Abi Thalib menjadi dua
bagian yaitu Syi‘ah dan Khawarij.
Sikap Ali yang menerima tipu muslihat politik Amr bin Ash, utusan dari pihak
Mu‘awiyah dalam peristiwa tahkim, membuat kekecewaan dari pihak yang sebelumnya
mendukung Ali bin Abi Thalib, lalu meninggalkan barisannya karena memandang Ali
bin Abi Tholib telah berbuat kesalahan fatal. Dalam sejarah Islam, kubu yang
meninggalkan barisan Ali dikenal dengan sebutan Khawarij, yaitu orang yang keluar
dan memisahkan diri atau secerders. Sedangkan, sebagian besar pasukan yang membela
dan tetap mendukung Ali menamakan dirinya sebagai kelompok Syi‘ah. Dari sinilah
kelak akan menjadi pupuk penyubur kebangkitan aliran-aliran kalam lainnya.
1. Aliran syiah
Kata Syi‘ah menurut bahasa adalah pendukung atau pembela. Syi‘ah Ali adalah
pendukung atau pembela Ali. Syiah Mu‘awiyah adalah pendukung Mu‘awiyah.
Pada zaman Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan, kata
Syi‘ah‘ dalam arti nama kelompok orang Islam belum dikenal7. Secara historis,
peristiwa Saqifah adalah peristiwa yang tak terpisahkan dengan kemunculan Syi‘ah,
sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa dengan terangkatnya Abu Bakar al-
Shiddiqi, ada sebagian kelompok yang merasakan bahwa hak kekuasaan Ali ibn
Abi Thalib telah terampas. 8
7
KH. Moh. Dawan Anwar et al., Mengapa Kita Menolak Syi’ah: Kumpulan Makalah seminar Nasional tentang
Syi’ah (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam, 1998), h.4.
8
Nourouzaman Siddiq, Syi’ah dan Khawarij dalam Perspektif Sejarah (Yogyakarta: PLP2M, 1995), h.9.
3
2. Aliran Khawarij
Pengertian Khawarij berkaitan dengan predikat yang disandangkan kepadanya
yakni Khawarij itu sendiri, al-muhakkimah, syurah, al-mariqah dan haruriyah.
Nama Khawarij berasal dari kata kharaja ( )ﺧﺭﺝyang berarti keluar. Nama itu
diberikan kepada mereka yang keluar dari barisan Ali.9 Tetapi ada pula pendapat
yang mengatakan bahwa pemberian nama itu didasarkan pada ayat 100 dari surah
al-Nisa (4) yang di dalamnya disebutkan: “keluar dari rumah lari kepada Allah dan
Rasul-Nya”. Dengan demikian, kaum Khawarij memandang diri mereka sebagai
orang yang meninggalkan rumah dari kampung halamannya untuk mengabdikan
diri kepada Allah dan Rasul-Nya.
3. Aliran Murjiah
Golongan murjiah adalah golongan yang ingin bersifat netral, tidak mau turut
dalam praktek kafir mengkafirkan yang terjadi antara golongan yang bertentangan
itu. Bagi golongan ini, sahabat-sahabat yang bertentangan itu merupakan orang
yang dapat dipercaya dan tidak keluar dari jalan yang benar. Oleh karena itu,
mereka tidak mengeluarkan pendapat tentang siapa yang sebenarnya salah dan
memandang lebih baik menunda (arja’a) persoalan ini ke hari perhiungan di depan
Tuhan.
Harun Nasution berpendapat bahwa kata Murjiah yang berasal dari kata “arja’a”
yang selanjutnya mengandung arti memberi pengharapan. Orang yang berpendapat
bahwa orang Islam yang melakukan dosa besar bukanlah kafir tetapi tetap mukmin
dan tidak kekal dalam neraka, memang memberi pengharapan bagi yang berbuat
dosa besar untuk mendapat rahmat Allah.10
4. Aliran Qodariyah
Qadariyah (( قدريةadalah sebuah ideologi di dalam akidah Islam yang muncul
pada pertengahan abad pertama Hijriah di Basrah, Irak. Kelompok ini memiliki
keyakinan mengingkari takdir, yaitu bahwasanya perbuatan makhluk berada di luar
kehendak Allah dan juga bukan ciptaan Allah.Para hamba berkehendak bebas
menentukan perbuatannya sendiri dan makhluk sendirilah yang menciptakan amal
dan perbuatannya sendiri tanpa adanya andil dari Allah SWT.11
5. Aliran Jabariyah
Nama Jabariyah berasal dari kata Jabara yang artinya memaksa atau
mengharuskan mengerjakan sesuatu. Imam Al-Syahrastani memaknai al-jabr
dengan “nafy al-fil haqiqatan an al-abdi wa idhafatihi ila al-Rabb” yaitu (Menolak
adanya perbuatan manusia dan menyandarkan semua perbuatannya kepada Allah
Swt)12.
6. Aliran Mu’tazilah
Menurut pendapat al-Mas‘udi pemberian nama Mu‘tazilah ini karena mereka
berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukan mukmin dan bukan pula kafir,
tetapi mengambil posisi di antara kedua posisi itu (al-manzilah bain al-
manzilatain). 13 Aliran ini muncul berawal dengan pemikiran tentang pelaku dosa
9
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam III, Cet. III, (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve,
1994), hlm. 47.
10
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI Pres, 1986), hlm 23
11
Dr. Shabri Shaleh Anwar, M.Pd.I,. ilmu kalam, PT Indra Giri Dot Com,Indragiri Hilir:2020, hlm 79.
12
Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam dari Tauhid Menuju Keadilan, Ilmu Kalam Tematik, Klasik dan
Kontemporer (Jakarta: Prenadamedia, 2016), h.81.
13
Al-Baghdadi, Al-Farq bain al-Firaq wa Bayan al-Firqah al-Najiyah minhum,
4
besar, yang oleh Khawarij dianggap telah kafir, dan paham Murji’ah berpendapat
bahwa masih tetap mukmin. Wasil berpendapat bahwa orang mukmin yang
melakukan dosa besar itu bukan kafir dan bukan pula mukmin, tetapi mengambil
posisi di antara kafir dan mukmin. Wasil yang dengan pendapatnya yang berbeda
dengan pendapat gurunya, membentuk aliran teologi yang kemudian dikenal
dengan nama al-Mu’tazilah.14
14
Shabri Shaleh Anwar, hlm 61
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
6
B. Daftar Pustaka