Anda di halaman 1dari 14

Moderasi Beragama Dalam Kehidupan

Berbangsa dan Bernegara


Dosen Pengampu : Masykur Rosyid, M.A.

Disusun Oleh :

Alya Nur Amalina (2202016059)


Mukhammad Iqbal Ibrahim (2202016067)
Della Nur Afifa (2202016074)

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji-pujian serta rasa syukur selalu terlimpahkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat kehidupan ditopang segala nikmat lain yang tak terhitung jumlahnya
sehingga kita bisa hidup dengan mensyukuri segala nikmat tersebut dalam keadaan sehat
walafiat, juga dalam keadaan beriman kepada-Nya.
Penghormatan berupa sholawat serta salam semoga selalu tersampaikan kepada
seseorang yang diutus oleh Allah sebagai penyampai risalah terakhir yakni baginda Nabi
Muhammad SAW juga kepada keluarga dan para sahabatnya. Semoga kita semua termasuk
golongan dari 2/3 umatnya yang mendapat syafaat di hari kiamat nanti.
Padat dan tidak bertele-tele, singkat namun bermakna, penulis sampaikan rasa terima
kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak. Terkhusus kepada Bapak Masyuk Rosyid,
M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Islam dan Moderasi Beragama yang sudah
memberikan gambaran tentang Moderasi Beragama Dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, serta kepada pihak-pihak lain
yang tidak dapat penulis sebut satu- persatu yang sudah membantu penulis dalam
menyampaikan kritik dan saran. Semoga dengan hadirnya makalah ini, penulis harap dapat
membantu teman-teman mahasiswa maupun kalangan umum dalam memahami Islam dan
Moderasi Beragama.
Dalam segala hal manusia tak pernah luput dengan kesalahan, begitu pula dengan
makalah yang penulis sampaikan ini. Penulis sadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis sampaikan permohonan maaf atas segala kesalahan baik itu
berkaitan dengan penulisan maupun substansi makalah, penulis juga menerima berbagai
kritik dan saran sehingga ke depannya dapat menjadi ilmu bagi penulis untuk
menyempurnakan penulisan makalah ini dan makalah lainnya.

Semarang, 28 Maret 20234

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Moderasi keagamaan dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara sangat penting
dan sangat diperlukan bagi setiap manusia. Istilah moderasi biasa lazim digunakan untuk
mengungkapkan sebuah posisi atau keadaan di tengah-tengah yang tidak berada di sisi
kanan dan tidak pula berada di sisi kiri.
Istilah moderasi merupakan kata serapan yang diadopsi dari bahasa latin yaitu
“moderatio” yang berarti sedang tidak kekurangan dan tidak kelebihan. Dalam
hubunganya dengan beragama, moderasi dipahami dalam istilah bahasa arab sebagai
wasat atau wasatiyah sedangkan pelakunya disebut wasit. Kata wasit sendiri memiliki
beberapa makna yaitu Penengah, perantara, dan pelerai1.
Moderasi beragama sudah dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengetahuan tentang moderasi beragama sangat penting karena dengan adanya moderasi
beragama dapat menciptakan kerukunan, toleransi, dan kesejahteraan. Moderasi
beragama mempunyai tiga alasan yang sangat penting yaitu: Pertama, moderasi beragama
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan. Kedua, mencegah
terjadinya suatu konflik. Ketiga, sebagai strategi kebudayaan dalam merawat bangsa dan
negara.
Moderasi beragama bukan yang diartikan agama yang dimoderasikan tetapi moderasi
beragama adalah bagaimana cara beragama yang moderat seperti saling memahami,
menghormati, dan menghargai satu dengan yang lainnya. Moderasi beragama bisa kita
mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat karena Indonesia merupakan negara yang
multikultural dan sangat beragam sehingga mempersatukan perbedaan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara ini diperlukan sikap toleransi.
Moderasi beragama mengharuskan kita merangkul bukan memerangi, mengayomi
dan memahami. Maka prinsip dalam mengembangkan moderasi yang dipegang adalah
bagaimana cara berdakwah yang baik. Dalam kenegaraan konsep bermoderasi ditopang
dengan empat pilar penting yang kesemua pilarnya merupakan dasar Negara Repbulik
Indonesia, empat pilar tersebut ialah : Pancasila; UUD 1945; Bhinneka Tunggal Ika;
NKRI. Dalam konteks agama Moderasi sendiri ditopang dengan beberapa faktor
1
Fauzi, Ahmad. "Moderasi Islam, Untuk Peradaban Dan Kemanusiaan." Jurnal Islam Nusantara 2.2 (2018), hlm,
233

2
diantaranya : Tawasuth (Mengambil jalan tengah); Tawazun (Berkeseimbangan);
Tasamuh (Toleransi); Musawwah (Bersamaan). Kedua hal yang sebelumnya tampak
berseberangan jika ditilik lebih dalam sebenarnya dapat menghasilkan Harmonisasi yang
saling melengkapi satu sama lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu empat pilar kebangsaan untuk membangun moderasi beragama di
Indoensia?
2. Apa itu Harmonisasi Keislaman dan Keindonesiaan?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Empat Pilar Kebangsaan Untuk Membangun Moderasi Beragama di Indonesia


Empat Pilar Kebangsaan untuk membangun moderasi beragama di Indonesia Empat
pilar kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia
merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam
gangguan dan bencana. Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri
secara kokoh. Bila tiang rapuh maka bangunan akan mudah roboh. Empat pilar disebut
juga fondasi atau dasar yang menentukan kokohnya bangunan. Empat Pilar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara adalah kumpulan nilai-nilai luhur yang harus dipahami seluruh
masyarakat. Dan menjadi panduan dalam kehidupan ketatanegaraan untuk mewujudkan
bangsa dan negara yang adil, makmur, sejahtera dan bermartabat2
Pada saat penyusunan ideologi bangsa, ada kompromi cantik antara nasionalisme dan
Islamisme. Maka diambillah jalan tengah yakni ideologi Pancasila, yang bukan negara
agama dan bukan negara sekuler, tapi semua pemeluk agama bebas melaksanakan
ajarannya masing-masing. Pancasila dianggap sebagai hasil kompromi darul mitsaq
meminjam istilah NU atau darul ahdi wasy syahadah meminjam istilah Muhammadiyah
atau nasionalisme tauhid meminjam istilah Soekarno. Dikenal pula 4 pilar kebangsaan,
yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI. Agama-agama berfungsi
menjadi sumber nilai, sumber moral yang secara subtansi integral mewarnai kehidupan
berbangsa dan bernegara, negara bersama. Pada dasarnya semua agama mengajarkan
nilai-nilai kerukunan, menolak ujaran intoleransi Begitupun watak budaya bangsa
Indonesia adalah ramah, suka bergotong royong
Konsep Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara terdiri dari: Pancasila UUD
1945 NKRI Bhinneka Tunggal Ika. Empat pilar tersebut tidak dimaksudkan memiliki
kedudukan sederajat. Setiap pilar memiliki tingkat, fungsi dan konteks yang berbeda.
Pada prinsipnya, Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, kedudukannya berada di
atas tiga pilar yang lain. Empat pilar tersebut merupakan prasyarat minimal bagi bangsa
Indonesia untuk berdiri kukuh dan meraih kemajuan berlandaskan karakter kepribadian
bangsa Indonesia sendiri. Setiap warga negara Indonesia harus memiliki keyakinan

2
Arum Sutrisni Putri, Pengertian Empat Pilar Kebangsaan,
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/19/070000569/4-pilar-kebangsaan-pengertian-dan-tujuannya
(Diakses pada 28 Maret 2023, Pukul 11.52)

4
bahwa empat pilar tersebut adalah prinsip moral kelndonesiaan yang memandu
tecapainya kehidupan bangsa yang merdeka. bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Dalam konsep empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara menyebutkan bahwa:
pertama, Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sanskerta panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia Kedua, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
atau disingkat UUD 1945 atau UUD 45, adalah hukum dasar tertulis (hasic law),
konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini. Ketiga, Bhineka Tunggal Ika
adalah motto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa kuno dan
seringkali diterjemahkan dengan kalimat "berbeda-beda tetapi tetap satu", serta yang
Keempat adalah NKRI yang merupakan bentuk dan Negara Indonesia, dimana Negara
Indonesia yang merupakan negara kepulauan, selain itu juga bentuk negaranya adalah
republik, kenapa NKRI, karena walaupun negara Indonesia terdiri dari banyak pulau,
tetapi tetap merupakan suatu kesatuan dalam sebuah negara dan bangsa yang bernama
Indonesia3
Adapan untuk penjelasan mengenai empat pilar kebangsaan adalah sebagai berikut :
1. Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Pancasila berasal dari
bahasa sanskerta, panca artinya 5 (lima) dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan atau pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Selain bersifat yuridis formal yang seluruh peraturan perundang-undangan
berlandaskan Pancasila (sering disebut sumber dari segala sumber hukum). Pancasila
juga bersifat filosofis. Pancasila merupakan dasar filosofis dan perilaku kehidupan
Artinya, Pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan bagi bangsa Indonesia
dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk
mencapai cita-cita nasional.
Sebagai dasar negara dan pandangan hidup. Pancasila mengandung nilai-nilai
luhur yang harus dihayati dan dipedomani oleh warga negara Indonesia dalam hidup
dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Lebih dari itu, nilai-nilai

3
Usman Abu Bakar, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, (Jurnal Hikmatuna, Vol. 1, No. 1, 2015),
hlm. 3-4.

5
Pancasila sepatutnya menjadi karakter masyarakat Indonesia sehingga Pancasila
menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia.
Oleh karena kedudukan dan fungsinya yang sangat fundamental bagi negara dan
bangsa Indonesia, maka dalam pembangunan karakter bangsa, Pancasila merupakan
landasan utama. Sebagai landasan, Pancasila merupakan rujukan, acuan, dan
sekaligus tujuan dalam pembangunan karakter bangsa.
Dalam konteks yang bersifat subtansial, pembangunan karakter bangsa memiliki
makna membangun manusia dan bangsa Indonesia yang berkarakter Pancasila.
Berkarakter Pancasila berarti manusia dan bangsa Indonesia memiliki ciri dan watak
religius, humanis, nasionalis. demokratis, dan mengutamakan kesejahteraan rakyat.
Niki-nilai fundamental ini menjadi sumber nilai luhur yang dikembangkan dalam
pendidikan karakter bangsa.
2. UUD 1945
Dalam setiap negara sudah pasti memiliki sebuah peraturan yang mengatur
kehidupan bernegara, yang di Indonesia disebut dengan Undang-Undang Dasar 1945
yang telah dirumuskan para founding fathers, dalam rangka memberikan rambu-
rambu bagi pelaksanaan tata kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara yuridis,
fakta eksistensi UUD tidak dapat dapat dinafikan, karena telah melalui perumusan dan
kesepakatan secara demokatis. Adapun jika terdapat kekurangan-kekurangan, maka
prosesnya pun harus melalui amandemen, sebagaimana yang pernah terjadi sejak era
reformasi. Bukan melalui cara-cara kekerasan apalagi pemaksaan.Umat beragama di
Indo nesia sangatlah beruntung karena memiliki pandang hidup (way of life) yang
sangat representatif dan aspiratif yakni Pancasila sebagai dasar negara, juga landasan
Konstitusionil yakni Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, dimana dalam pasal 29 ayat
I dinyatakan "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan dalam
ayat 2 ditegaskan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya
itu".
3. Bhinneka Tunggal Ika
Semboyan Bhineka Tunggal Ika sudah sangat populer di telinga setiap insan
Indonesia, karena sudah menjadi motto bagi bangsa yang plural seperti Indonesia.
Motto ini secara sederhana dapat diartikan sebagai "berbeda-beda tetapi tetap satu
atau bersatu dalam perbedaan dan berbeda dalam persatuan", maksudnya bahwa
bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam agama, suku, bangsa, ras, bahasa,

6
dan lain sebagainya tidak menyebabkan untuk terjadi pertentangan apalagi
peperangan Pun sebaliknya meskipun terdapat perbedaan dan keanekaragaman,
bukanlah menjadi suatu halangan bagi rakyat Indonesia untuk bersatu dalam rangka
mempertahankan wilayah negara kesatuan republik Indonesia.
Menurut penulis, motto ini sangat hebat karena telah dilahirkan dari pikiran-
pikiran yang brilian dari para pendiri bangsa. Masykuri Abdillah menegaskan,
founding fathers memformulasikan motto Bhinneka Tunggal Ika adalah dalam rangka
memperhitungkan dan mempertimbangkan situasi pluralitas dengan segala macam
bentuknya.4"
Penerapan konsep Bhinneka Tunggal Ika merupakan implementasi dari sila ketiga
yakni Persatuan Indonesia. Karenanya harus benar-benar dilaksanakan secara
bertanggung jawab, sehingga akan mampu memberikan kesadaran bahwasanya
keanekargaman (pluralistik) harus direspon secara aktif, kreatif, dan positif dan tidak
seharusnya menjadikan rakyat Indonesia menjadi berpecah belah, karena
keanekaragaman merupakan kehendak Tuhan (sunnatullah). Menurut Hardono Hadi,
"Kalau Bhinneka Tunggal Ika" menjadi semboyan perjuangan bangsa Indonesia,
maka hal itu sekaligus menjadi batu penguji manusia Indonesia. sejauh mana dia
menghayati sila pertama, kedua, bahkan ketiga5".
Pada sisi lain K.H. Mustofa Bisri dalam acara "Indonesia Hebat" di TV One yang
ditayangkan pada tanggal 2 Maret 2012 mengatakan, bahwa "kebhinnekaan atau
kemajemukan. tidaklah menghalangi kita untuk bersatu tetapi seharusnya dengan
kemajemukan kita bersama- sama dan bersatu untuk membangun bangsa Indonesia".
Dengan demikian, maka konsep Bhineka Tunggal Ika pun layaknya menjadi
kesadaran bersama seluruh elemen bangsa ini, agar tidak terjadi tindakan diskriminasi
hanya adanya perbedaan suu, bangsa, ras, bahasa, budaya, dan agama. Bahkan
sebaliknya, konsep inipun mengisyaratkan untuk bersatu meskipun terjadi berbagai
perbedaan.
4. NKRI
Tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia termaktub di dalam Undang-
Undang Dasar 1945 pada Bab I Pasal 1 yang berbunyi "Negara Indonesia ialah

4
Masykuri Abdillah, "Toleransi Beragama dalam Manarakan Demokrasi dan Multikultural dalam W.AL Stokhof
dan Murni Djurnal (rodakar), Konflik Komunal di Indonesia Saat ini, (Jakarta-Leiden: INIS dan Pusat Bahasa UIN
Syarif Hidayatullah, 2003), him, 177.
5
P. Hardono Hadi, Hakikat dan Muaian Filsafat Pancasila, (Yogyakarta Kanisius, 1994), hlm. 99. Lihat juga
Soejadi, Pancasila Sebagai Sumber Terab Hukum Indonesia, (Yogyakarta: Lukman Offset, 1999).

7
Negara Kesatuan yang berbentuk Republik". Dalam konsep dan teori modern saat ini
tentang negara ditemukan dua bentuk yaitu negara kesatuan (unitarisme) dan negara
serikat (federasi). Melihat aspek historis dan fakta yang ada, maka Indonesia
menetapkan diri sebagai negara kesatuan yaitu bentuk suatu negara yang merdeka dan
berdaulat, dengan satu pemerintahan pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh
daerah. Dan pelaksanaannya (saat ini) dengan sistem desentralisasi yakni kepala
daerah (sebagai pemerintah daerah) diberikan kesempatan dan kekuasaan untuk
mengurus "rumah tangganya" sendiri dan dikenal dengan sistem otonomi daerah6.
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah bentuk dari negara Indonesia, dimana
negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan, selain itu juga bentuk negaranya
adalah republik, kenapa NKRI, karena walaupun negara Indonesia terdiri dari banyak
pulau, tetapi tetap merupakan suatu kesatuan dalam sebuah negara dan bangsa yang
bernama Indonesia.
Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan
dari peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui peristiwa
proklamasi tersebut bangsa Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus
menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain) bahwa sejak saat itu telah ada negara
baru yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Para pendiri bangsa (the founding fathers) sepakat memilih bentuk negara
kesatuan karena bentuk negara kesatuan itu dipandang paling cocok bagi bangsa
Indonesia yang memiliki berbagai keanekaragaman, untuk mewujudkan paham
negara integralistik (persatuan) yaitu negara hendak mengatasi segala paham individu
atau golongan dan negara mengutamakan kepentingan umum.

B. Harmonisasi Keislaman dan Keindonesiaan : Moderasi beragama yang damai


tanpa teror dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam masyarakat Indonesia yang multibudaya, suku, agama, ras, dan antar golongan
kemudian menyebabkan banyak tokoh di Indonesia yang memaknai Indonesia bukan
sebagai Negara agama maupun bukan Negara sekuler. Disebut bukan Negara agama,
karena Indonesia, meskipun didasarkan atas spirit ketuhanan, tapi tidak didasarkan atas

6
Abdul Rozak, dkk. Pendidikan Kewargaan: Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta:
Tim ICCE UIN Jakarta, 2003), hlm. 57.

8
satu agama tertentu. Ia juga tidak disebut Negara sekuler karena, Indonesia tidak
memisahkan secara kaku antara urusan Negara dan urusan agama.
Sikap keberagamaan baik dari penduduknya maupun definisi kenegaraan kemudian
memunculkan sifat eksklusif yang hanya mengakui kebenaran dan keselamatan secara
sepihak, apabila hal ini terus terjadi tentu dapat menimbulkan gesekan antar kelompok
agama dan golongan nasionalis. Konflik keagamaan maupun konflik antar golongan yang
banyak terjadi di Indonesia, umumnya dipicu adanya sikap keberagamaan yang eksklusif,
serta adanya kontestasi antar kelompok agama dan golongan nasionalis dalam meraih
dukungan umat yang tidak dilandasi sikap toleran, karena masing-masing menggunakan
kekuatannya untuk menang sehingga memicu konflik.
Dalam melihat dan menyelesaikan satu persoalan, Islam moderat mencoba melakukan
pendekatan kompromi dan berada di tengah-tengah, dalam menyikapi sebuah perbedaan,
baik perbedaan agama ataupun mazhab, Islam moderat mengedepankan sikap toleransi,
saling menghargai, dengan tetap meyakini kebenaran keyakinan masing-masing agama
dan mazhab. sehingga semua dapat menerima keputusan dengan kepala dingin, tanpa
harus terlibat dalam aksi yang anarkis.7
Moderasi harus dipahami dan ditumbuh kembangkan sebagai komitmen bersama
untuk menjaga keseimbangan yang paripurna, di mana setiap warga masyarakat, apapun
suku, etnis, budaya, agama, dan pilihan politiknya mau saling mendengarkan satu sama
lain serta saling belajar melatih kemampuan mengelola dan mengatasi perbedaan di
antara mereka.
Untuk mewujudkan moderasi tentu harus dihindari sikap inklusif. Menurut Shihab
bahwa konsep Islam inklusif adalah tidak hanya sebatas pengakuan akan kemajemukan
masyarakat, tapi juga harus diaktualisasikan dalam bentuk keterlibatan aktif terhadap
kenyataan tersebut. Sikap inklusiv-isme yang dipahami dalam pemikiran Islam adalah
memberikan ruang bagi keragaman pemikiran, pemahaman dan persepsi keislaman.
Dalam pemahaman ini, kebenaran tidak hanya terdapat dalam satu kelompok saja.
melainkan juga ada pada kelompok yang lain, termasuk kelompok agama sekalipun.
Pemahaman ini berangkat dan sebuah keyakinan bahwa pada dasarnya semua agama
membawa ajaran keselamatan. Perbedaan dari satu agama yang dibawa seorang nabi dari
generasi ke generasi hanyalah syariat saja.8

7
Darlis. (2017). Mengusung Moderasi Islam di Tengah Masyarakat Multikultural. Rausyan Fikr, Vol.13 No. 2
Desember, 225-255.
8
Shihab, A. Islam Inklusif (Bandung, 1999 ): Mizan.

9
Negara Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia,
Islam pembawa kedamaian, nilai-nilai Islam sangat mendukung terciptanya kedamaian,
maka selayaknyalah umat Islam yang rohmatan lil alamin menjadi penggerak kedamaian
dan pengayom masyarakat. Namun tidak bisa dipungkiri meskipun mayoritas
penduduknya beragam islam, terdapat empat agama lain yang diakui secara konstitusi dan
mempunyai kedudukan dalam negara
Dalam melaksanakan keagamaannya, masing-masing memiliki kultur, bahasa, adat.
dan kewajiban yang sama-sama dimiliki dan perlu dihormati. Dengan keyakinan itulah
akan mengantarkan kepada sikap keterbukaan, toleran, dan fleksibel dalam bertingkah.
Agama Islam yang datang ke Indonesia memang tidak dalam ruang yang hampa, datang
langsung berinteraksi dengan budaya Indonesia, wajah Islam Indonesia seperti saat ini
adalah cerminan dari hasil interaksi Islam dengan budaya Indonesia yang kemudian
melahirkan Islam dengan tradisi.
Dengan demikian perlu diupayakan adanya peningkatan kesadaran multikultural pada
bangsa kita, dan selanjutnya akan memupuk sikap moderasi beragama. Hal ini perlu
dilakukan terhadap seluruh warga bangsa Indonesia baik oleh pemerintah, para tokoh-
tokoh bangsa, dan para penyuluh agama yang memang ditugasi memberikan penyuluhan
agama. Moderasi Islam menjadi paham keagamaan keislaman yang melaksanakan ajaran
Islam yang sangat esensial. Ajaran yang tidak hanya mementingkan hubungan baik
kepada Allah, tapi juga yang tak kalah penting adalah hubungan baik kepada seluruh
manusia. Bukan hanya pada saudara seiman tapi juga kepada saudara yang beda agama.
Moderasi ini mengedepankan sikap keterbukaan terhadap perbedaan yang ada yang
diyakini sebagai sunnatullah dan rahmat bagi manusia. Selain itu, moderasi Islam
tercerminkan dalam sikap yang tidak mudah untuk menyalahkan apalagi sampai pada
pengkafiran terhadap orang atau kelompok yang berbeda pandangan.
Moderasi Islam lebih mengedepankan persaudaraan yang berlandaskan pada asas
kemanusiaan, bukan hanya pada asas keimanan atau kebangsaan. Pemahaman seperti itu
menemukan momentumnya dalam dunia Islam secara umum yang sedang dilanda krisis
kemanusiaan dan Indonesia secara khusus yang juga masih mengisahkan sejumlah
persoalan kemanusian akibat dari sikap yang kurang moderat dalam beragama.
Konsekuensinya. perkembangan hukum Islam menjadi dinamis dan sesuai zaman.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Empat Pilar Kebangsaan untuk membangun moderasi beragama di Indonesia Empat
pilar kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia
merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam
gangguan dan bencana. Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri
secara kokoh. Bila tiang rapuh maka bangunan akan mudah roboh. Empat pilar disebut
juga fondasi atau dasar yang menentukan kokohnya bangunan. Empat Pilar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara adalah kumpulan nilai-nilai luhur yang harus dipahami seluruh
masyarakat. Dan menjadi panduan dalam kehidupan ketatanegaraan untuk mewujudkan
bangsa dan negara yang adil, makmur, sejahtera dan bermartabat.
Dalam masyarakat Indonesia yang multibudaya, suku, agama, ras, dan antar golongan
kemudian menyebabkan banyak tokoh di Indonesia yang memaknai Indonesia bukan
sebagai Negara agama maupun bukan Negara sekuler. Disebut bukan Negara agama,
karena Indonesia, meskipun didasarkan atas spirit ketuhanan, tapi tidak didasarkan atas
satu agama tertentu. Ia juga tidak disebut Negara sekuler karena, Indonesia tidak
memisahkan secara kaku antara urusan Negara dan urusan agama.
Sikap keberagamaan baik dari penduduk maupun definisi kenegaraan kemudian
memunculkan sifat eksklusif yang hanya mengakui kebenaran dan keselamatan secara
sepihak, apabila hal ini terus terjadi tentu dapat menimbulkan gesekan antar kelompok
agama dan golongan nasionalis. Konflik keagamaan maupun konflik antar golongan yang
banyak terjadi di Indonesia, umumnya dipicu adanya sikap keberagamaan yang eksklusif,
serta adanya kontestasi antar kelompok agama dan golongan nasionalis dalam meraih
dukungan umat yang tidak dilandasi sikap toleran, karena masing-masing menggunakan
kekuatannya untuk menang sehingga memicu konflik
Moderasi harus dipahami ditumbuh kembangkan sebagai komitmen bersama untuk
menjaga keseimbangan yang paripurna, di mana setiap warga masyarakat, apapun suku,
etnis, budaya, agama, dan pilihan politiknya mau saling mendengarkan satu sama lain
serta saling belajar melatih kemampuan mengelola dan mengatasi perbedaan di antara
mereka.

11
Daftar Pustaka

A., S. (1999). Islam Inklusif. Bandung: Mizan.

Abdillah, M. (2003). Toleransi Beragama dalam Manarakan Demokrasi dan Multikultural dalam
W.AL Stokhof dan Murni Djurnal (Rodakar), Konflik Komunal di Indonesia Saat ini. Jakaerta-
Leiden: INIS dan Pusat Bahasa UIN Syarif Hidayatullah.

Bakar, U. A. (2015). Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jurnal Hikmatuna Vol 1 No. 1,
3-4.

Darlis. (2017). Mengusung Moderasi Islam di Tengah Masyarakat Multikultural. Rausyan Fikr Vol. 13
No. 2, 225-255.

Fauzi, A. (2018). Moderasi Islam, Untuk Peradaban dan Kemanusiaan. Jurnal Islam Nusantara 2.2,
233.

Hadi, P. H. (1994). Hakikat dan Muaian Filsafat Indonesia. Yogjakarta: Yogyakarta Kanisius.

Putri, A. S. (2023, Maret 28). Pengertian Empat Pilar Kebangsaaan. Diambil kembali dari
Kompas.com: https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/19/070000569/4-pilar-
kebangsaan-pengertian-dan-tujuannya

Rozak, A., & Dkk. (2003). Pendidikan Kewarganegaraaan: Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan
Masyarakat Madani. Jakarta: Tim ICCE UIN Jakarta.

Soejadi. (1999). Pancasila Sebagai Sumber Terab Hukum Indonesia. Yogyakarta: Lukman Offset.

12
13

Anda mungkin juga menyukai