Anda di halaman 1dari 10

PANCASILA SEBAGAI SARANA MEWUJUDKAN

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Dosen Pengampu: Dr. M. Saekan Muchith,S.Ag. M.pd

Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Pendidikan Pancasila


dan Kewarganegaraan
Tasya Hanifatul Hikmah: 2203026181

Prodi Pendidikan Bahasa Arab


Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
2022/2023
PANCASILA SEBAGAI SARANA MEWUJUDKAN
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Tasya Hanifatul Hikmah


Tasyahanifatoel28@gmail.com
Dr. M. Saekan Muchith, S.Ag, M.Pd
ABSTRAK
Belajar dari perjalanan Panjang sejarah Indonesia,Pancasila telah mampu dan
teruji kesaktianya sebagai moderasi antara negara dan agama Indonesia.karena
sejatinya Indonesia merdeka pada 1945, para tokoh agama yang merupakan
bagian penting dari pendiri negara Indonesia,telah sepakat bahwa Indonesia
bukanlah negara agama dan bukan negara sekuler,tetapi nation state
berdasarkan Pancasila.Seperti yang sudah kita ketahui pada nilai Pancasila pada
sila pertama Ketuhunanan Yang Maha Esa dari makna tersebut mengandung
tujuh butir salah satunya adalah mengajarkan menuntun bangsa Indonesia untuk
mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk
agama dengan kepercayaan yang berbeda beda terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.dan Membina kerukunan hidup diantara sesama umat beragama dan
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.itu adalah bentuk bahwa
Pancasila juga berperan sebagai sarana mewujudkan kerukunan antar
beragama.sehingga dengan makna sila tersebut masyarakat Indonesia bisa
menyadari pentingnya arti toleransi antar umat beragama.pancasila sebagai
ideologi moderat dan menjadi inti karakter bangsa Indonesia sekaligus sebagai
jalan alternatif dari deradikalisasi. Artinya,moderasi menjadi rujukan strategis
dalam menghadapi radikalisme di Indonesia.moderasi keindonesiaan
merupakan keniscayaan masa depan Indonesia yang sejalan dengan landasan
jiwa,pikiran,dan cita cita kemerdekaan. Dalam Pancasila sudah terkandung
keinginan umat beragama budaya bangsa dari berbagai kearifan local anak
bangsa. Supaya kerukunan dan toleransi antar umat beragama bisa menjadi alat
pemersatu bangsa, maka kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar,
maka diperlukan cara yang efektif yaitu dialog antar umat beragama untuk
permasalahan yang mengganjal antar masing-masing kelompok umat beragama.
Karena mungkin selama ini konflik yang timbul angtar umat beragama terjadi
karena terputusnya jalinan informasi yang benar di antara pemeluk agama dari
satu pihak ke pihak lain sehingga timbul prasangka-prasangka negatif.
Pendahuluan

Pancasila sebagai dasar falsafah negara merupakan model ideal pluralisme ala
Indonesia. Pancasila adalah hasil perpaduan dari keberhasilan para ‘pendiri
bangsa’ yang berpandangan toleran dan terbuka dalam beragama serta
perwujudan nilai-nilai kearifan lokal, adat, dan budaya warisan nenek moyang.
Sebagai ideologi negara, Pancasila seakan menegaskan bahwa Indonesia bukan
negara agama, tetapi juga bukan negara sekuler. Ia merupakan konsep ideal
untuk menciptakan kerukunan aktif dimana anggota masyarakat bisa hidup
rukun di atas azas kesepahaman pemikiran. Harus diakui bahwa keberadaan
Pancasila menjadi kalimah sawa’ bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dipertegas
dengan jaminan kebebasan beragama bagi seluruh warga negara dan untuk
beribadah menurut agama dan kepercayaannya sebagaimana tercantum
dalam UUD 1945. Sejak zaman Orde Baru, pemerintah telah berupaya
merumuskan regulasi yang mengatur pola kerukunan umat beragama. Mukti
Ali, ketika menjadi Menteri Agama RI pada masa Orde Baru, telah membangun
landasan teoritik kerukunan umat beragama di Indonesia dengan mengajukan
konsep agree in disagree. Pada masa Mukti Ali inilah konsep “Kerukunan Hidup
Beragama”,4 menjadi regulasi yang jelas dan terarah.5 Semasa
kepemimpinannya, Mukti Ali mampu memainkan perannya dalam reorientasi
politis kebijakan Departmembangkitkan kegairahan hidup beragama dengan
menumbuhkan keharmonisan hubungan antarumat beragama dan
memperbaiki citra lembaga-lembaga keagamaan.6 Seiring berjalannya waktu
terjadi pergeseran kekuasaan. Setelah Orde Baru runtuh dan digantikan Orde
Reformasi, terjadi banyak konflik terbuka di beberapa daerah di Indonesia.
Pada saat yang sama muncul kesadaran masyarakat dalam upaya membangun
kehidupan yang rukun dan damai. Kehidupan yang tentram dan damai sangat
diidamkan oleh masyarakat, terutama masyarakat di daerah konflik yang
merasa jenuh dengan konflik yang berkepanjangan. Di era reformasi, ketika
tuntutan untuk dialog dan kerjasama antarumat beragama kian besar, terbitlah
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) Nomor 9
dan 8 Tahun 2006, tentang pembentukan Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Adanya wadah FKUB
memberikan angin segar dan peluang yang besar bagi terwujudnya kerukanan
umat beragama di berbagai daerah di Indonesia. Keluarnya PBM ini merupakan
upaya pemerintah untuk memelihara kerukunan antarumat beragama dengan
lebih intensif di berbagai daerah di Indonesia.Negara Pancasila memberi
tempat pada kebebasan beragama masalah masalah yang akan dihadapi
bangsa kita dalam era mendatang akan semakin besar dan kompleks,yang bisa
dihadapi dalam semangat kesatuan,persatuan dan kebersamaan yang
mantap.pembangunan hanya dapat berlanjut dalam suasana rukun dan
damai.Oleh karena itu ,kerukunan hidup umat beragama menjadi suatu yang
sangat penting untuk diwujudkan .Namun yang perlu digarisbawahi adalah
bahwa kerukunan yang dikembangkan dimasa depan adalah kerukunan yang
benar benar autentik dan dinamis ,yang bertolak serta merupakan refleksi dan
ajaran setiap agama yang kita anut .kerukunan seperti ini dilandasi kesadaran
bahwa walaupun terdapat perbedaan dari segi agama,tapi setiap orang
mempunyai tanggung jawab yang sama untuk mengupayakan kesejahteraan
bagi orang banyak. Dinegara kita yang memiliki Pancasila sebagai satu satunya
asas,kerukunan umat beragama.

Rumusan Masalah
1. Apakah makna dari Pancasila?
2. Bagaimana cara pengimplementasian nilai Pancasila agar tercipta kerukunan
antar umat beragama?
3. Bagaimana cara mewujudkan perdamain bangsa Indonesia melalui Pancasila
dan islam?
Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui makna dan Sejarah dari Pancasila
2. Untuk mengetahui nilai Pancasila yang mengandung sarana untuk tercipta
kerukunan antar umat beragama?
3. Agar mengetahui cara mewujudkan perdamaian melalui Pancasila dan islam

Pembahasan
A. Makna Pancasila
Kata Pancasila diambil dari Bahasa Sansekerta,”Panca”memiliki arti lima dan
“Sila”berarti dasar,jadi Pancasila memiliki Lima Dasar.Dalam hal ini yang
dimaksud adalah lima dasar negara.sila sila dalam Pancasila terdiri dari kalimat
pernyataan.Bunyi kalimat sila tersebut,sebagai berikut:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Khidmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dan sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia,yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia,serta
membimbing dalam mengajar kehidupan lahir batin yang semakin baik didalam
masyarakat Indonesia yang adil dan Makmur .Pancasila telah diterima dan
ditetapkan sebagai dasar negara(ideologi negara),seperti tercantum didalam
pembukaan Undang -Undang Dasar 1945 yang merupakan kepribadian dan
pandangan hidup bangsa yang telah diuji kebenaran dan keampuhanya.

Adapun pengertian ideologi Pancasila merupakan norma norma ideal yang


dijunjung tinggi oleh setiap warga negara Indonesia.selain itu ,nilai nilai yang
terkadung dalam Pancasila menjadi standar moral atau standar tingkah laku
yang dapat menjadi kriteria pemisah antara mana yang baik dan mana yang
tidak baik bagi setiap individu bangsa Indonesia.

B. Nilai Pancasila yang mengandung sarana terciptanya kerukunan


beragama

 Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung 7 Butir ,Yaitu:


1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa pada Tuhan Yang Maha Esa,sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing masing menurut dasar kemanusian
dan adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati sama antar pemeluk agama.
4. Membina kerukunan hidup diantara sesama umat beragama dan
kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa.
5. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesui kepercayaan masing masing.
6. Setiap manusia bebas menganut agama yang sudah disahkan pemerintah
7. Tidak memaksakan suatu agama kepada orang lain.

 Sila kedua : Kemanusian Yang Adil dan Beradap mengandung 10 butir,


yaitu:
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menghargai perbedaan yang ada .
3. Mengembangkan sikap tidak semena mena terhadap orang lain.
4. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap saling mencintai sesame manusia.
6. Berani membela kebenaran.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Menjunjung tinggi nilai nilai kemanusiaan.
9. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan
bangsa lain.
10. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

 Sila ketiga : Persatuan Indonesia mengandung 7 butir , yaitu:


1. Mampu menenmpatkan kesatuan,persatuan,serta kepententingan negara dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan negara diatas
kepentingan pribadi atau golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban
3. Mengembangkan Persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air.
5. Mengembangkan rasa cinta kepada Tanah Air dan bangsa.
6. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
7. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian
abadi,dan keadilan social.

 Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh khidmat Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan/Perwakilan mengandung 10 butir, yaitu:
1. Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban sama memperoleh Pendidikan.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah saat mengambil keputusan untuk kepentingan
Bersama.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan


5. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat sesuai dengan nilai yang luhur
6. Memberikan kepercayaan kepada wakil wakil yang dipercayai dalam
melaksanakan permusyawaratan.
7. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan.
8. didalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama.
9. Dengan iktikad yang baik dan rasa tanggung jawab
10.Keputusan yang diambil harus bisa dipertanggung jawabkan.

 Sila kelima : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengandung 11


butir yaitu :
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur,yang mencermikan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menghormati hak orang lain.
4. Menjaga keseimbangan antara hak dan wajib.
5. Suka bekerja keras.
6. Suka memberi pertolongan kepada oran lain dapat berdiri sendiri.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
8. Tidak menggunakan hak milik atau hal hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah
9. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
10.Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan keadilan social.
11.Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.

C. Cara mewujudkan perdamain bangsa Indonesia melalui Pancasila dan islam


Penerapan dalam kerangka dalam nilai nilai islam sebagaimana yang telah
diketahui bersama bahwa alasan Pancasila diperlakukan sebagai ideologi
bangsa yaitu demi persatuan semua pihak,persatuan republic Indonesia
dengan tidak menghilangkan rasa toleransi.demi memelihara kerukanan
melainkan juga karna alquran dan hadist tidak mewajibkan orang islam
negara khalifah sehingga Pancasila bukan merupakan ide sekuler melainkan
menyatukan antara kehidupan agama dengan bersosial Pancasila memiliki
banyak arti yang menyamakan keutamaan nilai nilai yang terkandung dalam
alquran contoh sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa itu
merupakan makna sebenarnya didalam islam yang mengartikan
ketauhidan.karna ketauhidan itu mencakup kesadaran dan kesadaran akan
bertuhan itu sudah merupakan fitrah yang sudah dijelaskan didalam al quran
surah al iklas ayat 1-4.selain itu,salah satu bentuk toleransi dalam islam
mengenai bertuhan yaitu surah al kafirun ayat 6.yang tersirat didalam surah
itu tidak memaksakan kehendak orang lain untuk masuk dalam islam.dalam
sila ini terdapat unsur unsur yang melibatkan hubungan antara manusia
dengan tuhan.dalam berhadapan dengan allah seorang muslim menampati
kedudukan sebagai hamba sehingga tampaklah kepatuhan dan kecintaan
dalam pengabdian dengan demikian terdapat keterikatan yang kemudian
melahirkan komitmen (dimensi akidah)berkaitan dengan akidah kita
mengetahui tentang iman yang tersusun dalam beberapa rangka atau cabang
pertama akidah ,membahas asas beragama yang berupa keimanan atau
keyakinan tentang jagad raya dan kekuatan supranatural yang ada
pembahasan akidah sangan erat hubunganya dengan tauhid.
Yang kedua syariah,terbagi atas ibadah khusus atau ritual dan muamalah
ibadah social sedangakan ibadah social mencakup beberapa bidang antara
lain:
bidang keluarga
(alillah),kemasyarakatan(asyiasyah),ekonomi(aliqtisodiyah),Pendidikan(attar
biyah),kesenian dan kejasmanian (arriyadoh),membahas mengenai tata
krama dalam kehidupan pribadi sosial,berbangsa dan bernegara.tauhid yang
merupakan inti akidah islam terbagi atas dua bagian, yaitu:
A.ushuludin,yang juga disebut ilmu marifat,ilmu kalam dan teknologi islam
B.Monotiesme,yaitu merperyai tuhan,seperti yang dijelasakan surah al iklas
pemahaman .

Kesimpulan

Moderasi beragama terutama di era disrupsi digital merupakan hal yang sangat
urgen bagi bangsa Indonesia.  Salah satu argumen penting hadirnya moderasi
beragama di Indonesia adalah keragaman dan keberagamaan yang diyakini
sebagai takdir Tuhan. Keragaman  dan keberagamaan meniscayakan adanya
perbedaan, dan setiap perbedaan potensial melahirkan benturan dan konflik,
seperti konflik antaragama, agama dengan Pancasila dan agama dengan negara.
Hal ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, setiap
warga bangsa dan umat beragama perlu memahami pola hubungan antaragama,
agama dengan Pancasila dan agama dengan negara serta menjadikan pola
hubungan itu sebagai entry point dalam membangun moderasi beragama di era
disrupsi digital. Sejarah konflik antarumat beragama di Indonesia telah ada sejak
keberadaan agama itu sendiri. Konflik ini tidak hanya terjadi antarumat agama
yang berbeda, namun juga antarumat dalam agama yang sama. Indonesia
tergolong sebagai negara multiagama. Semua agama besar di dunia tumbuh dan
berkembang di Indonesia. Belum lagi dengan keberadaan agama-agama lokal
yang tersebar di berbagai daerah. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan
tingginya tingkat kemungkinan terjadinya konflik antarumat beragama di negeri
ini. Konflik ini cukup sulit dihentikan apabila tidak ada konsep yang mampu
menengahinya. Pancasila sebagai dasar ideologi dan falsafah negara Indonesia
dianggap sebagai konsep penengah yang ideal bagi masyarakat Indonesia.
Pancasila tidak hanya mampu menengahi perbedaan yang ada karena
keragaman agama, namun juga keragaman dalam hal ras, etnis, bahasa dan
budaya. Keragaman yang terdapat di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh banyaknya jumlah pulau1 yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke dan masingmasing pulau terpisah oleh laut. Dengan didasarkan pada
realitas objaektif bangsa Indonesia yang plural inilah, maka sudah tepat ketika
bentuk negara yang akhirnya disepakati oleh para pendiri negara ini setelah
merdeka adalah negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan
Pancasila. Pancasila adalah sokoguru atau pilar utama dari bangunan
nasionalisme Indonesia yang merupakan warisan kekayaan budaya bangsa
Indonesia. Pancasila adalah intisari dari nilai-nilai luhur bangsa yang digali oleh
para pendiri negara dari akar budaya bangsa yang mencakup seluruh kebutuhan
dan hak-hak dasar manusia secara universal. Dengan demikian, Pancasila dapat
dijadikan sebagai landasan dan fasafah hidup bangsa Indonesia yang majemuk.
Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, kondisi integrasi nasional
secara historis berakar pada tradisi hidup saling tolong menolong yang telah
dipraktekkan selama berabad-abad. Oleh karena itu, tak mengherankan jika
istilah gotong royong (Jawa) telah menjadi cermin dalam kehidupan bangsa
Indonesia. Tradisi saling membantu dan menolong inilah yang dahulu mampu
membantu gerakan-gerakan melawan penjajah hingga akhirnya bangsa ini
berhasil meraih kemerdekaan. Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara
Indonesia bukanlah merupakan produk dari agama tertentu, akan tetapi nilai-
nilai agama sebagai cerminan moral dan jati diri bangsa ini terkandung di
dalamnya. Pancasila tidak memisahkan sama sekali antara agama dan negara.
Hal ini terlihat pada penempatan sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang berada
pada urutan pertama yang kemudian diikuti oleh keempat sila lainnya2 yang
juga sebenarnya mengandung nilai-nilai universal yang terdapat dalam ajaran
agama-agama yang ada di Indonesia. Oleh karena beragamnya aliran, faham,
dan gerakan keagamaan di Indonesia, maka peneliti mengambil fokus pada
ormas keagamaan. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa ormas keagamaan
dinilai lebih jelas dan bersifat formal dalam konteks aliran.
Daftar pusaka
Bersumber dari buku “Pancasila moderasi negara dan agama
sebagai landasan moral bangsa”edisi pertama 2020 penulis
TGS.Prof.Dr. K.H. Saidurrahman, M.Ag,

Anda mungkin juga menyukai