Pancasila sebagai dasar falsafah negara merupakan model ideal pluralisme ala
Indonesia. Pancasila adalah hasil perpaduan dari keberhasilan para ‘pendiri
bangsa’ yang berpandangan toleran dan terbuka dalam beragama serta
perwujudan nilai-nilai kearifan lokal, adat, dan budaya warisan nenek moyang.
Sebagai ideologi negara, Pancasila seakan menegaskan bahwa Indonesia bukan
negara agama, tetapi juga bukan negara sekuler. Ia merupakan konsep ideal
untuk menciptakan kerukunan aktif dimana anggota masyarakat bisa hidup
rukun di atas azas kesepahaman pemikiran. Harus diakui bahwa keberadaan
Pancasila menjadi kalimah sawa’ bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dipertegas
dengan jaminan kebebasan beragama bagi seluruh warga negara dan untuk
beribadah menurut agama dan kepercayaannya sebagaimana tercantum
dalam UUD 1945. Sejak zaman Orde Baru, pemerintah telah berupaya
merumuskan regulasi yang mengatur pola kerukunan umat beragama. Mukti
Ali, ketika menjadi Menteri Agama RI pada masa Orde Baru, telah membangun
landasan teoritik kerukunan umat beragama di Indonesia dengan mengajukan
konsep agree in disagree. Pada masa Mukti Ali inilah konsep “Kerukunan Hidup
Beragama”,4 menjadi regulasi yang jelas dan terarah.5 Semasa
kepemimpinannya, Mukti Ali mampu memainkan perannya dalam reorientasi
politis kebijakan Departmembangkitkan kegairahan hidup beragama dengan
menumbuhkan keharmonisan hubungan antarumat beragama dan
memperbaiki citra lembaga-lembaga keagamaan.6 Seiring berjalannya waktu
terjadi pergeseran kekuasaan. Setelah Orde Baru runtuh dan digantikan Orde
Reformasi, terjadi banyak konflik terbuka di beberapa daerah di Indonesia.
Pada saat yang sama muncul kesadaran masyarakat dalam upaya membangun
kehidupan yang rukun dan damai. Kehidupan yang tentram dan damai sangat
diidamkan oleh masyarakat, terutama masyarakat di daerah konflik yang
merasa jenuh dengan konflik yang berkepanjangan. Di era reformasi, ketika
tuntutan untuk dialog dan kerjasama antarumat beragama kian besar, terbitlah
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) Nomor 9
dan 8 Tahun 2006, tentang pembentukan Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Adanya wadah FKUB
memberikan angin segar dan peluang yang besar bagi terwujudnya kerukanan
umat beragama di berbagai daerah di Indonesia. Keluarnya PBM ini merupakan
upaya pemerintah untuk memelihara kerukunan antarumat beragama dengan
lebih intensif di berbagai daerah di Indonesia.Negara Pancasila memberi
tempat pada kebebasan beragama masalah masalah yang akan dihadapi
bangsa kita dalam era mendatang akan semakin besar dan kompleks,yang bisa
dihadapi dalam semangat kesatuan,persatuan dan kebersamaan yang
mantap.pembangunan hanya dapat berlanjut dalam suasana rukun dan
damai.Oleh karena itu ,kerukunan hidup umat beragama menjadi suatu yang
sangat penting untuk diwujudkan .Namun yang perlu digarisbawahi adalah
bahwa kerukunan yang dikembangkan dimasa depan adalah kerukunan yang
benar benar autentik dan dinamis ,yang bertolak serta merupakan refleksi dan
ajaran setiap agama yang kita anut .kerukunan seperti ini dilandasi kesadaran
bahwa walaupun terdapat perbedaan dari segi agama,tapi setiap orang
mempunyai tanggung jawab yang sama untuk mengupayakan kesejahteraan
bagi orang banyak. Dinegara kita yang memiliki Pancasila sebagai satu satunya
asas,kerukunan umat beragama.
Rumusan Masalah
1. Apakah makna dari Pancasila?
2. Bagaimana cara pengimplementasian nilai Pancasila agar tercipta kerukunan
antar umat beragama?
3. Bagaimana cara mewujudkan perdamain bangsa Indonesia melalui Pancasila
dan islam?
Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui makna dan Sejarah dari Pancasila
2. Untuk mengetahui nilai Pancasila yang mengandung sarana untuk tercipta
kerukunan antar umat beragama?
3. Agar mengetahui cara mewujudkan perdamaian melalui Pancasila dan islam
Pembahasan
A. Makna Pancasila
Kata Pancasila diambil dari Bahasa Sansekerta,”Panca”memiliki arti lima dan
“Sila”berarti dasar,jadi Pancasila memiliki Lima Dasar.Dalam hal ini yang
dimaksud adalah lima dasar negara.sila sila dalam Pancasila terdiri dari kalimat
pernyataan.Bunyi kalimat sila tersebut,sebagai berikut:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Khidmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dan sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia,yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia,serta
membimbing dalam mengajar kehidupan lahir batin yang semakin baik didalam
masyarakat Indonesia yang adil dan Makmur .Pancasila telah diterima dan
ditetapkan sebagai dasar negara(ideologi negara),seperti tercantum didalam
pembukaan Undang -Undang Dasar 1945 yang merupakan kepribadian dan
pandangan hidup bangsa yang telah diuji kebenaran dan keampuhanya.
Kesimpulan
Moderasi beragama terutama di era disrupsi digital merupakan hal yang sangat
urgen bagi bangsa Indonesia. Salah satu argumen penting hadirnya moderasi
beragama di Indonesia adalah keragaman dan keberagamaan yang diyakini
sebagai takdir Tuhan. Keragaman dan keberagamaan meniscayakan adanya
perbedaan, dan setiap perbedaan potensial melahirkan benturan dan konflik,
seperti konflik antaragama, agama dengan Pancasila dan agama dengan negara.
Hal ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, setiap
warga bangsa dan umat beragama perlu memahami pola hubungan antaragama,
agama dengan Pancasila dan agama dengan negara serta menjadikan pola
hubungan itu sebagai entry point dalam membangun moderasi beragama di era
disrupsi digital. Sejarah konflik antarumat beragama di Indonesia telah ada sejak
keberadaan agama itu sendiri. Konflik ini tidak hanya terjadi antarumat agama
yang berbeda, namun juga antarumat dalam agama yang sama. Indonesia
tergolong sebagai negara multiagama. Semua agama besar di dunia tumbuh dan
berkembang di Indonesia. Belum lagi dengan keberadaan agama-agama lokal
yang tersebar di berbagai daerah. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan
tingginya tingkat kemungkinan terjadinya konflik antarumat beragama di negeri
ini. Konflik ini cukup sulit dihentikan apabila tidak ada konsep yang mampu
menengahinya. Pancasila sebagai dasar ideologi dan falsafah negara Indonesia
dianggap sebagai konsep penengah yang ideal bagi masyarakat Indonesia.
Pancasila tidak hanya mampu menengahi perbedaan yang ada karena
keragaman agama, namun juga keragaman dalam hal ras, etnis, bahasa dan
budaya. Keragaman yang terdapat di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh banyaknya jumlah pulau1 yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke dan masingmasing pulau terpisah oleh laut. Dengan didasarkan pada
realitas objaektif bangsa Indonesia yang plural inilah, maka sudah tepat ketika
bentuk negara yang akhirnya disepakati oleh para pendiri negara ini setelah
merdeka adalah negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan
Pancasila. Pancasila adalah sokoguru atau pilar utama dari bangunan
nasionalisme Indonesia yang merupakan warisan kekayaan budaya bangsa
Indonesia. Pancasila adalah intisari dari nilai-nilai luhur bangsa yang digali oleh
para pendiri negara dari akar budaya bangsa yang mencakup seluruh kebutuhan
dan hak-hak dasar manusia secara universal. Dengan demikian, Pancasila dapat
dijadikan sebagai landasan dan fasafah hidup bangsa Indonesia yang majemuk.
Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, kondisi integrasi nasional
secara historis berakar pada tradisi hidup saling tolong menolong yang telah
dipraktekkan selama berabad-abad. Oleh karena itu, tak mengherankan jika
istilah gotong royong (Jawa) telah menjadi cermin dalam kehidupan bangsa
Indonesia. Tradisi saling membantu dan menolong inilah yang dahulu mampu
membantu gerakan-gerakan melawan penjajah hingga akhirnya bangsa ini
berhasil meraih kemerdekaan. Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara
Indonesia bukanlah merupakan produk dari agama tertentu, akan tetapi nilai-
nilai agama sebagai cerminan moral dan jati diri bangsa ini terkandung di
dalamnya. Pancasila tidak memisahkan sama sekali antara agama dan negara.
Hal ini terlihat pada penempatan sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang berada
pada urutan pertama yang kemudian diikuti oleh keempat sila lainnya2 yang
juga sebenarnya mengandung nilai-nilai universal yang terdapat dalam ajaran
agama-agama yang ada di Indonesia. Oleh karena beragamnya aliran, faham,
dan gerakan keagamaan di Indonesia, maka peneliti mengambil fokus pada
ormas keagamaan. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa ormas keagamaan
dinilai lebih jelas dan bersifat formal dalam konteks aliran.
Daftar pusaka
Bersumber dari buku “Pancasila moderasi negara dan agama
sebagai landasan moral bangsa”edisi pertama 2020 penulis
TGS.Prof.Dr. K.H. Saidurrahman, M.Ag,