Anda di halaman 1dari 13

PANCASILA DAN AGAMA

MAKALAH TELAAH

Dosen Pengampu : Muhammad Mujtaba Habibi, S.Pd, M.AP

Disusun Oleh Kelompok 6:

Andrea Galih Aditya R. (220811606674)

Hidayah Nur Istigfarin (220811600695)

Izza Zhafira Nazarina W. (220811601481)

Lailia Rahmadanti (220811609119)

Offering H5

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FEBRUARI 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kita semua nikmat sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan maksimal tanpa
suatu halangan apapun dan tepat waktu. Laporan ini disusun oleh kelompok 6. Laporan ini
kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.

Kami mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok atas kontribusinya dalam
pengerjaan tugas dari awal hingga akhir dan juga kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Muhammad Mujtaba Habibi, selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila
yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan
makalah ini baik dari ejaan, kosa kata, tata bahasa, maupun isi. Maka dari itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran sebagai evaluasi untuk kami agar dapat menyusun makalah
yang jauh lebih baik lagi kedepannya.

Dengan adanya makalah ini kami berharap pembaca mendapatkan informasi dan
pemahaman terkait hubungan Pancasila dan agama. Sehingga, pembaca dapat memilah baik
perilaku maupun pemikiran yang dapat diteruskan dan dihentikan sesuai dengan saran-saran
yang telah diberikan oleh penulis.

Malang, 11 Februari 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................... 1
BAB II KERANGKA TEORITIK ......................................................................................... 2
2.1 Hubungan antara Pancasila dengan Agama di Indonesia.......................................... 2
2.2 Penyebab Diskriminasi Terhadap Agama Minoritas di Indonesia ............................ 3
2.3 Cara Meningkatkan Toleransi Bearagama di Indonesia ........................................... 3
2.4 Peran Pancasila Dalam Menghadapi Radikalisme Agama di Indonesia ........................ 4
BAB III ANALISIS KASUS ................................................................................................. 5
3.1 Tempat Ibadah yang Berdampingan ........................................................................ 5
3.2 Aksi Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar ................................................ 5
BAB IV................................................................................................................................. 9
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 9
4.2 Saran....................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah pandangan hidup, dasar bangsa, dan pemersatu bangsa Indonesia yang
majemuk. Pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia sangat besar. Hal ini
terjadi karena proses sejarah dan kompleksitas keberadaan etnis Indonesia seperti keragaman
suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan. Budaya, dan warna kulit sangat
berbeda satu sama lain, tetapi persatuan mutlak diperlukan. Indonesia yang terdiri dari berbagai
pulau, beragam agama, budaya, suku dan bahasa, tentu banyak tantangan untuk menjaga
semangat nasionalisme. Tentunya berdasarkan perbedaan tersebut tidak melemahkan semangat
kebangsaan dari generasi ke generasi. Pancasila dipilih sebagai dasar negara bukan tanpa alasan
dan alasan pendukung. Berdasarkan latar belakang bangsa Indonesia yang majemuk, Pancasila
dirumuskan untuk mempererat dan mempersatukan hubungan antar masyarakat. Pancasila
dijadikan sebagai pedoman hidup bangsa, artinya segala aktivitas kehidupan yang ada harus
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Selain Pancasila sebagai pedoman hidup negara, tentunya
Indonesia juga memiliki cita-cita yang tercantum dalam pasal pembukaan UUD 1945, dan cita-
cita yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia tentunya harus dilandasi dengan sila-sila yang
terkandung dalam Pancasila.

Agama pada dasarnya adalah pandangan hidup manusia yang terdiri dari nilai-nilai
kebaikan, namun agama terkadang dapat menjadi titik nyala dan dapat dengan mudah
menimbulkan persoalan konflik atau intoleransi. Konflik dengan latar belakang agama tidak
dipicu oleh ajaran agama mereka, tetapi oleh orang-orang beragama yang menafsirkan ajaran
agama mereka secara berlebihan dan menggunakan agama sebagai fondasi atau pandangan
yang utama. Berdasarkan ideologi Pancasila yang menjadi dasar negara, Indonesia mengakui
adanya agama dalam pemerintahan dan menegaskan bahwa negara Indonesia bukanlah negara
berdasarkan agama tertentu. Namun negara yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ini
memandang agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pedoman dan jiwa
dari persatuan kesatuan bangsa Republik Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hubungan Pancasila dengan agama?
2. Apa penyebab diskriminasi terhadap agama yang minoritas?
3. Bagaimana cara meningkatkan toleransi beragama dalam masyarakat Indonesia?
4. Bagaimana peran Pancasila dalam mencegah radikalisme agama di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui hubungan antara Pancasila dengan agama di Indonesia.
2. Mengetahui penyebab terjadinya diskriminasi terhadap agama yang minoritas di
Indonesia.
3. Memberikan informasi dan saran terkait dengan cara peningkatan rasa toleransi
beragama di Indonesia.
4. Mengetahui peran Pancasila dalam mencegah radikalisme agama di Indonesia.
1
BAB II
KERANGKA TEORITIK

2.1 Hubungan antara Pancasila dengan Agama di Indonesia


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Pancasila terdiri dari dua kata yang
berasal dari Bahasa Sanskerta yaitu panca yang berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pancasila adalah pedoman luhur yang wajib ditaati dan dijalankan oleh setiap warga
negara Indonesia dengan tujuan untuk kehidupan yang sejahtera, tentram, sentosa, adil, dan
aman.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agama adalah ajaran atau sistem yang
mengatur tata keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan kehidupan sosial dan pergaulan manusia serta lingkungan.

Pancasila dan agama memiliki hubungan yang saling membutuhkan, dimana agama
memberikan peningkatan moral bangsa dengan Pancasila yang menjamin kehidupan beragama
dapat berlangsung dengan nyaman, tentram dan damai. Ideologi Pancasila mendorong sesama
umat beragama saling menghormati dan tidak melakukan permusuhan ataupun diskriminasi.
Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa pada sila pertama Pancasila mengandung makna bahwa
warga Indonesia harus mengabdi kepada satu tuhan,yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dimana
pengertian arti kata Tuhan adalah sesuatu yang kita taati perintahnya dan kehendaknya. Prinsip
dasar pengabdian adalah tidak dapat memiliki dua tuhan, hanya satu tuhannya, yaitu Tuhan
Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang religius. Ketuhanan
Yang Maha Esa merupakan dasar kerohanian bangsa dan menjadi penopang utama bagi
persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka menjamin keutuhan NKRI. Karena itu, agar
terjalin hubungan selaras dan harmonis antara agama dan negara, maka negara sesuai dengan
Dasar Negara Pancasila wajib memberikan perlindungan kepada agama-agama di Indonesia.

Konsep negara Pancasila menjamin setiap pemeluk agama untuk menjalankan


agamanya secara utuh, penuh dan sempurna. Negara Pancasila bukanlah negara agama, bukan
negara sekuler ataupun negara atheis. Negara Pancasila mendorong dan memfasilitasi semua
penduduk untuk tunduk pada agamanya. Tidak perlu merasa takut ataupun cemburu pada
apapun, karena hukum-hukum agama hanya berlaku pada pemeluknya. Penerapan konsep
negara beragama akan menghapus superioritas satu agama atas agama lainnya. Tak ada lagi
asumsi mayoritas-minoritas. Bahkan pemeluk agama dapat hidup berdampingan secara damai,
harmonis, dan sederajat. Seperti yang tercantum dalam buku Sutasoma karangan Empu
Tantular tentang kalimat yang kemudian dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya
walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua, sebab tidak ada agama yang mempunyai tujuan
yang berbeda. Semua agama pastinya memiliki tujuan baik di dalamnya bagi para pemeluknya,
karena tujuan keberadaan agama adalah sebagai pedoman hidup umat manusia. Agama tidak
akan menjerumuskan umatnya ke dalam hal yang buruk, justru malah menuntun umatnya untuk
selalu berada di jalan yang benar, berbuat baik, dan mengamalkan ajaran agama yang dianut.

2
2.2 Penyebab Diskriminasi Terhadap Agama Minoritas di Indonesia
Diskriminasi adalah perlakuan yang tidak adil dan tidak seimbang yang dilakukan untuk
membedakan individu atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal atau
atribut-atribut khusus seperti, ras, suku, agama, dan kelas-kelas sosial. Diskriminasi antarumat
beragama di Indonesia masih sering terjadi yang puncaknya mengakibatkan muncul tindakan
kriminalisasi terhadap mereka yang berbeda agama. Salah satu hal yang menyebabkan
munculnya diskriminasi adalah adanya prasangka buruk dan rasa intoleransi terhadap
kelompok agama minoritas serta adanya regulasi-regulasi yang tertulis maupun tidak tertulis
yang dianggap menghambat dan membatasi kesempatan untuk mengekspresikan diri, ruang
gerak, dan keberpihakan pada kelompok agama minoritas di ruang publik.

Ideologi Pancasila merupakan dasar negara yang mengakui dan mengagungkan keberadaan
agama dalam pemerintahan. Sehingga kita sebagai warga negara Indonesia tidak perlu
meragukan konsistensi atas Ideologi Pancasila terhadap agama. Tidak perlu berusaha
mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi berbasis agama dengan alasan bahwa ideologi
Pancasila bukan ideologi beragama. Ideologi Pancasila adalah ideologi beragama. Sesama
umat beragama seharusnya kita saling tolong menolong, menghargai, dan mengembangkan
rasa toleransi. Tidak perlu melakukan permusuhan ataupun diskriminasi terhadap umat yang
berbeda agama, berbeda keyakinan maupun berbeda adat istiadat.

Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya seseorang dapat
merendahkan umat yang berbeda agama ataupun membuat aturan yang secara langsung dan
tidak langsung memaksakan aturan agama yang dianut atau standar agama tertentu kepada
pemeluk agama lainya dengan dalih moralitas. Sebaiknya, jangan menggunakan standar sebuah
agama tertentu untuk dijadikan tolak ukur nilai moralitas bangsa Indonesia. Sesungguhnya
tidak ada agama yang salah dan mengajarkan permusuhan. Sebuah kesalahan fatal bila
menjadikan salah satu agama sebagai standar tolak ukur benar salah dan moralitas di suatu
bangsa. Karena akan terjadi kekacauan, perselisihan, dan perpecahan yang timbul akibat
adanya gesekan antar agama. Jika terdapat suatu aturan yang menggunakan dasar agama, maka
harus adil dan mengatur standar yang sesuai serta bukan berdasarkan salah satu agama saja
baik itu agama mayoritas ataupun minoritas.

2.3 Cara Meningkatkan Toleransi Bearagama di Indonesia


Keberagaman agama dan pemeluk agama yang ada di Indonesia menjadi sebuah kenyataan
yang benar adanya. Kenyataan ini menuntut adanya kesadaran dari setiap pemeluk agama
untuk menjaga keharmonisan hubungan di antara mereka dan harus menyadari bahwa mereka
hidup dalam sebuah masyarakat dengan keyakinan agama yang beragam. Jika hal tersebut
terpenuhi maka seharusnya tidak ada satu kelompok pemeluk agama yang mau menang sendiri.
Seperti yang sudah diketahui bahwa Indonesia memiliki berbagai macam suku bangsa, adat
istiadat hingga berbagai macam agama dan aliran kepercayaan. Dengan kondisi sosiokultur
yang sangat heterogen dibutuhkan sebuah ideologi yang netral namun dapat mengayomi
berbagai keragaman yang ada di Indonesia. Rasa nasionalis yang tinggi dan juga saling
menghormati pilihan setiap individu juga dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan
toleransi terhadap perbedaan agama yang ada di Indonesia.

3
2.4 Peran Pancasila Dalam Mencegah Radikalisme Agama di Indonesia
Radikalisme agama di Indonesia terjadi karena ingin mengganti ideologi Pancasila
menjadi ideologi agama. Menolak Pancasila yang menjamin keberagaman agama untuk
digantikan menjadi kesamaan identitas agama. Radikalisme agama merupakan Gerakan suatu
agama yang berlandaskan pada tafsiran hukum agama demi pemahaman agama yang lurus dan
murni. Hal ini tentu tidak sesuai dengan negara kita yang memiliki keberagaman agama dan
juga kebebasan untuk menganut suatu agama.

Nilai-nilai Pancasila harus menjadi pedoman atau petunjuk dalam menjalani kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila terdiri dari lima nilai yang saling berhubungan erat dan
sulit untul dipisahkan. Setiap sila dalam Pancasila memiliki fungsi masing-masing yang saling
berhubungan dan untuk mencapai satu tujuan, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Upaya untuk mencegah radikalisme agama yaitu dengan menanamkan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila, serta memahami, menghayati, dan juga mengamalkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

4
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Tempat Ibadah yang Berdampingan


Dengan adanya pedoman bhineka tunggal ika kita tentu memiliki banyak perbedaan. Hidup
rukun dan saling toleransi umat beragama pasti selalu didambakan dalam kehidupan sosial.
Bisa dibayangkan gimana rasanya tinggal dalam satu wilayah dengan perbedaan keyakinan,
namun tetap harmonis dan saling gotong royong dengan tetangga.

Dari hal tersebut ternyata ada suatu daerah yang memiliki pemikiran yang unik untuk
menyatukan perbedaan tersebut. Yaitu pada daerah Royal Residence Wiyung, Surabaya.
Daerah tersebut mungkin bisa menjadi contoh toleransi antar umat beragama di daerah-daerah
yang lain. Toleransi itu diwujudkan dengan 6 tempat ibadah berbeda yang berdiri saling
berdampingan. Ke-6 tempat ibadah tersebut sesuai dengan agama yang diakui di Indonesia,
yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Enam rumah ibadah tersebut
adalah Masjid Muhajirin, Vihara Budhayana, Kapel Santo Yustinus untuk umat Katolik,
Klenteng Ba De Miao. Kemudian Pura Sakti Raden Wijaya, dan GKI Wiyung Royal Residence
untuk umat Kristen.Enam tempat ibadah di perumahan elit ini benar-benar berdampingan dan
hanya berjarak sekitar 2 meter satu sama lainnya. Di masing-masing rumah ibadah tidak ada
pembatas pagar. Bangunannya menyatu dengan gaya arsitektur masing-masing agama.
Sekretaris 2 Forum Komunikasi Antar Rumah Ibadah (FKRI) Royal Residence Surabaya,
Danny Nobret mengatakan warga yang ada di perumahan ini ada di tengah keberagaman.
Adanya rumah ibadah yang berdampingan ini justru meningkatkan toleransi. "Kami sadar
bahwa kami hadir di tengah keberagaman, baik suku, ras dan agama. Sehingga kami merasa
nggak pa pa juga rumah ibadah dibuat berjajar. Bukan berarti menjadi satu agama, tapi justru
menghargai," kata Danny kepada detikcom, Selasa (21/9/2021).

Dari bahasan tersebut kami rasa akan dapat memotivasi sekaligus menjadi contoh untuk
daerah lain. Karena seperti tadi yang sudah dikatakan bahwa negara kita memiliki pedoman
yaitu bhineka tunggal ika jadi kita harus terus memupuk rasa toleransi antar perbedaan baik
agama atau hal lainnya. Oleh karena itu toleransi harus terus di tingkatkan dan berharap bahwa
daerah tersebut dapat di contoh daerah liannya.

3.2 Aksi Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar


Tidak akan ada yang mengira aksi teror kembali menghantui masyarakat Indonesia.
Kebahagiaan umat kristiani yang baru saja selesai menjalani ibadah misa Minggu Palma di
Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, terusik dan dirusak oleh aksi bom bunuh diri.
Terorisme adalah terorisme, ucap Romo Benny Susetyo. "Memang itu arahnya mau adu
domba, tetapi dalam sejarah kita, teror itu tidak membuat retak hubungan antaragama, justru
mempererat,” katanya kepada DW. "Mengapa dia ledakan di Katedral? Supaya mendapatkan
perhatian internasional. Jadi kita jangan terjebak dengan mereka, jangan takut dan khawatir

5
berlebihan, tetapi bagaimana kita sekarang sadar betul bahwa terorisme musuh kemanusiaan,
musuh setiap agama, dan kita sekarang tidak boleh lagi multi tafsir,” tambah pastor pengusung
gerakan moral bangsa itu.

Takdir Kosmas bertemu pelaku teror bom. Kosmas adalah seorang pengatur parkir di
Gereja Katedral Makassar yang berjasa besar, dengan tegas menghadang motor pelaku
serangan bom bunuh diri, agar tidak masuk ke areal gereja. Hari itu (28/03), Kosmas
dihadapkan pada kejadian yang tidak akan dia lupakan seumur hidupnya. Jika saja ketika itu
dia tidak menghadang motor pelaku di depan gerbang gereja, kemungkinan besar insiden bom
bunuh diri itu akan memakan lebih banyak korban. Diinformasikan sebelumnya tidak ada yang
mengenal sosok Kosmas, selain keluarga, teman, dan tetangga yang tinggal di sekitar
rumahnya. Pria berusia 51 tahun itu berprofesi sebagai karyawan tata usaha di salah satu SMP
Katolik di Makassar. Informasi menyebutkan, bapak satu anak itu ditugaskan Gereja Katedral
Makassar untuk membantu mengarahkan parkiran hingga menjaga keamanan tempat ibadah,
setiap hari mulai pukul 16.00 hingga 20.00 WITA. Dia dikenal sebagai sosok yang bertanggung
jawab selama menjalankan tugasnya. Namun, akibat aksinya menghadang pelaku teror bom
itu, Kosmas mengalami luka bakar yang cukup serius di bagian tangan dan badan. Dan
setidaknya 20 jemaah menderita luka-luka. Orang-orang yang tidak berdosa kembali menjadi
korban dari tindakan tafsir keagamaan yang sempit oleh pelaku LL dan EM.

Beberapa kelompok teroris seperti Jamaah Islamiyyah (JI) dan Jamaah Ansharut Daulah
(JAD) diketahui merekrut anak muda sebagai calon teroris. Alasan utamanya adalah karena
pengetahuan agama generasi muda umumnya masih rendah sehingga mudah dipengaruhi
doktrin terorisme. Menurut Romo Benny, perlu tindakan serius untuk mempersempit ideologi
terorisme agar tidak berkembang di kalangan milenial. Peran masyarakat dibutuhkan untuk
melawan ideologi tersebut dengan membangun sistem pengawasan sejak dini dan
mengutamakan nilai kebersamaan dan persaudaraan. Luka dan trauma yang ditimbulkan bisa
jadi sulit atau bahkan hilang dari pikiran para penyintas. Pengamat terorisme Stanislaus Riyanta
menyebut tidak sedikit yang menyalahkan agama tertentu atas insiden akhir pekan lalu.
Namun, sudah sepatutnya bahwa masyarakat Indonesia sadar dan paham bahwa terorisme
bukanlah oknum agama tertentu. Sudah dikatakan sebelumnya bahwa terorisme adalah
terorisme jadi kita tidak boleh beranggapan bahwa itu adalah oknum dari agama lain.

Berikut ini merupakan beberapa upaya atau solusi untuk mencegah terjadinya terorisme:

1. Memperkenalkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar

-Pengenalan tentang ilmu pengetahuan ini harus ditekankan kepada siapapun, terutama
kepada para generasi muda. Hal ini disebabkan pemikiran para generasi muda yang masih
mengembara karena rasa keingintahuannya, apalagi terkait suatu hal yang baru seperti sebuah
pemahaman terhadap suatu masalah dan dampak pengaruh globalisasi.

2. Memahamkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar

6
-Memberi kan pemahaman ilmu pengetahuan harus dilakukan. Karena tentunya tidak
hanya sebatas mengenal, pemahaman terhadap yang dikenal juga diperlukan.

3. Meminimalisir Kesenjangan Sosial

-Paham radikalisme dan tindakan terorisme tidak ingin terjadi pada suatu Negara termasuk
Indonesia, maka kesenjangan antara pemerintah dan rakyat haruslah diminimalisir. Caranya
ialah pemerintah harus mampu merangkul pihak media yang menjadi perantaranya dengan
rakyat sekaligus melakukan aksi nyata secara langsung kepada rakyat. Begitu pula dengan
rakyat, mereka harusnya juga selalu memberikan dukungan dan kepercayaan kepada pihak
pemerintah bahwa pemerintah akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

4. Menjaga Persatuan Dan Kesatuan

-Menjaga persatuan dan kesatuan dengan adanya kemajemukan sangat perlu dilakukan
untuk mencegah masalah radikalisme dan terorisme. Salah satu yang bisa dilakukan dalam
kasus Indonesia ialah memahami dan penjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila,
sebagaimana semboyan yang tertera di sana ialah Bhinneka Tunggal Ika.

5. Mendukung Aksi Perdamaian

-Aksi perdamaian mungkin secara khusus dilakukan untuk mencegah tindakan terorisme
agar tidak terjadi. Kalau pun sudah terjadi, maka aksi ini dilakukan sebagai usaha agar tindakan
tersebut tidak semakin meluas dan dapat dihentikan. Namun apabila kita tinjau lebih dalam
bahwa munculnya tindakan terorisme dapat berawal dari muncul pemahaman radikalisme yang
sifatnya baru, berbeda, dan cenderung menyimpang sehingga menimbulkan pertentangan dan
konflik. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mencegah agar hal tersebut (pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme) tidak terjadi ialah dengan cara memberikan dukungan
terhadap aksi perdamaian yang dilakukan, baik oleh Negara (pemerintah), organisasi/ormas
maupun perseorangan.

6. Berperan Aktif Dalam Melaporkan Radikalisme Dan Terorisme

-Apabila muncul pemahaman baru tentang keagamaan di masyarakat yang menimbulkan


keresahan, maka hal pertama yang bisa dilakukan agar pemahaman radikalisme tindak
berkembang hingga menyebabkan tindakan terorisme yang berbau kekerasan dan konflik ialah
melaporkan atau berkonsultasi kepada tokoh agama dan tokok masyarakat yang ada di
lingkungan tersebut. Dengan demikian, pihak tokoh-tokoh dalam mengambil tindakan
pencegahan awal, seperti melakukan diskusi tentang pemahaman baru yang muncul di
masyarakat tersebut dengan pihak yang bersangkutan.

7. Meningkatkan Pemahaman Akan Hidup Kebersamaan.

-Meningkatkan pemahaman ini ialah terus mempelajari dan memahami tentang artinya
hidup bersama-sama dalam bermasyarakat bahkan bernegara yang penuh akan keberagaman,
termasuk Indonesia sendiri. Sehingga sikap toleransi dan solidaritas perlu diberlakukan, di

7
samping menaati semua ketentuan dan peraturan yang sudah berlaku di masyarakat dan
Negara.

8. Menyaring Informasi Yang Didapatkan.

-Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus diikuti,
terlebih dengan adanya kemajuan teknologi seperti sekarang ini, di mana informasi bisa datang
dari mana saja. Sehingga penyaringan terhadap informasi tersebut harus dilakukan agar tidak
menimbulkan kesalahpahaman, di mana informasi yang benar menjadi tidak benar dan
informasi yang tidak benar menjadi benar.

9.Ikut Aktif Mensosialisasikan Radikalisme Dan Terorisme

Mensosialisasikan di sini bukan berarti kita mengajak untuk menyebarkan pemahaman


radikalisme dan melakukan tindakan terorisme, namun kita mensosialisasikan tentang apa itu
sebenarnya radikalisme dan terorisme. Sehingga nantinya akan banyak orang yang mengerti
tentang arti sebenarnya dari radikalisme dan terorisme tersebut, di mana kedua hal tersebut
sangatlah berbahaya bagi kehidupan, terutama kehidupan yang dijalani secara bersama-sama
dalam dasar kemajemukan atau keberagaman.

8
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pancasila adalah pandangan hidup, dasar bangsa, dan pemersatu bangsa Indonesia yang
majemuk. Pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia sangat besar hingga
Pancasila disebut juga sebagai ideologi negara. Di negara Indonesia memiliki banyak
karaktetistik mulai budaya hingga agama. Tentu tak hanya itu masalahnya pun juga banyak.
Masalah yang terbilang sering dijumpai adalah diskriminasi mengenai agama lain dan
kurangnya toleransi akibat banyaknya karakteristik yang berbeda-beda. Jika masalah itu
dibiarkan terus-menerus maka bukan tidak mungkin jika Bangsa Indonesia akan terpecah. Jadi
kita sebagai warga negara yang baik kita harus bisa mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Mulai
dari menanamkan toleransi pada diri sendiri hingga melakukan sosialisasi terkait nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila. Bisa juga kita meniru contoh kasus pembahasan sebelumnya
dimana salah satu daerah membangun tempat ibadah yang berdampingan. Dari hal tersebut kita
bisa lebih menghargai kepercayaan orang lain dan menumbuhkan sikap toleransi.

4.2 Saran
Untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan memadukannya dengan agama, diperlukan
usaha yang cukup keras karena kedua hal tersebut cukup rumit. Salah satunya, harus memiliki
rasa nasionalisme yang tinggi. Selain itu, juga harus mempunyai kemauan yang keras guna
mewujudkan negara Indonesia yang harmonis, adil, tentram, aman, makmur, dan nyaman bagi
setiap warga Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia yang memiliki berbagai keragaman,
kita juga harus meningkatkan rasa toleransi, saling menghargai dan menghormati, dan tolong
menolong dalam kehidupan sehari-hari terutama toleransi beragama. Hal tersebut sangat
berguna untuk mencegah adanya perpecahan dan perselisihan antar agama yang kemudian
dapat menciptakan lingkungan sosial yang rukun.

9
DAFTAR PUSTAKA
(ADKP), T. A. (2022). Sinergi Pancasila dan Agama Dalam Penguatan Semangat
Kebangsaan. Depok: Gemala.

Aggraini, H. (2021, April 1). Diambil kembali dari dw.com: https://www.dw.com/id/ketika-


aksi-teror-menguji-toleransi-antar-umat-beragama/a-57075644

Aminullah. (2018). Pendidikan Pancasila dan Agama. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 2-5.

Asbari, N. D. (2022). Pancasila dan Agama: Telaah Pemikiran Yudi Latif. Jurnal Pendidikan
Transformatif (Jupetra), 2-3.

Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset, Teknologi, dan


Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. (2016). Pendidikan Pancasila Untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Ristekdikti.

Hanurawan, P. D. (2020). Filsafat Manusia Untuk Psikologi. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. (2022, Januari 5). Diambil kembali dari
setneg.go.id:
https://www.setneg.go.id/baca/index/rumah_ibadah_berdekatan_simbol_toleransi_da
n_kolaborasi_lintas_agama

Ma'ruf, H. d. (2021). Metode Pancasila Dalam Menangkal Radikalisme. Jurnal


Kewarganegaraan, 9-11.

Mutiara Nurmanita, d. (2018). Harmonisasi Pancasila dan Agama, Memantapkan Iklimm


Kondusif Membangun Bangsa. Karanganyar: CV Puspa Media.

10

Anda mungkin juga menyukai