Dosen Pengampu :
Abu Bakar, S.IP.,M.Si
Azmi
NIMKO : 1215220025
Maulani
NIMKO : 1215220147
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya.Makalah ini membahas tentang Pengertian Nilai – Nilai
Pancasila.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………… i
Daftar isi………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………. 2
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. HakikatPancasila sebagai perspektif integrasi Agama dan Budaya ............ 3
B. Nilai-nilai Pancasila yang mengintegrasikan agama dan budaya................ 4
C. Upaya-upaya menjaga integrasi Agama dan Budaya dalam perspektif Pancasila.. 8
D.Nilai-nilai teologis Agama dan Budaya dalam Perspektif Pancasila ..................... 9
E. Pentingnya Integrasi Agama dan Budaya dalam Perspektif Pancasila .................. 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, baik dari segi suku,
agama, budaya maupun ras. Kemajemukan ini bisa menimbulkan perbedaan-
perbedaan di antara kelompok umat manusia. Oleh karenanya, para bapak pendiri
republik (founding fathers) kita sepakat menjadikan negara kita ini sebagai
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berlandaskan Pancasila,
dengan wilayah yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Karena dalam
NKRI ini terdapat berbagai macam kelompok masyarakat, maka para pendiri
republik itu pun merumuskan motto “bhinneka tunggal ika”.
Indonesia adalah negara yang beragama dan berbudaya yang selama ini
menjadi roh ideologi bangsa ini, yaitu Pancasila. Oleh karena itu, agama dan
budaya tidak perlu dipertentangkan atau bahkan dibenturkan, tetapi harus
dilestarikan agar bangsa ini selalu menjadi bangsa yang harmoni dan
damai.Integrasi agama dan budaya menjadi corak peradaban bangsa.
1
negara/ideologi semata tanpa memperdulikan makna dan manfaatnya dalam
kehidupan.Tanpa manusia sedari nilai-nilai makna yang terkandung dalam
pancasila sangat berguna dan bermanfaat.Pancasila membuat Indonesia tetap
teguh dan bersatu di dalam keberagamanbudaya.Dan menjadikan pancasila
sebagai dasar kebudayaan dan agama yang menyatukan agama dan budaya
denganyanglain.Karena ikatan yang satu itulah.Pancasila menjadi inspirasi
berbagai macam kebudayaan dan agama yang ada di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat Pancasila sebagai perspektif integrasi Agama dan Budaya
2. Nilai apa saja yang terkandung dalam Pancasila untuk meintegrasikan Agama
dan Budaya ?
3. Apa saja upaya-upaya menjaga integrasi Agama dan budaya dalam perspektif
pancasila?
4. Apa saja Nilai-nilai teologis Agama dan Budaya dalam Perspektif Pancasila?
5. Pentingnya Integrasi Agama dan Budaya dalam Perspektif Pancasila?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hakikat Pancasila meliputi nilai untuk hidup saling tolong menolong atau
semangat gotong royong, rukun, saling menjaga keamanan dan pertahan serta
saling menghargai Agama dan Budaya dan memberi kebebasan beragama, dalam
konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Pancasila yang diambil dari akar budaya dan nilai-nilai luhur bangsa
mencakup kebutuhan dasar dan hak-hak azasi manusia secara universal, sehingga
dapat dijadikan landasan dan falsafah hidup serta menjadi tuntunan perilaku
seluruh warga negara dalam mewujudkan tujuan nasional. Kesepakatan seluruh
bangsa tersebut menjadi penting dan bermakna karena masyarakat, suku,
kelompok maupun individu yang memiliki perbedaan ideologi, budaya, agama,
bahasa, karakter serta sentimen primordial sepakat mengutamakan kepentingan
umum di atas kepentingan individu. Bertumpu pada nilai-nilai luhur dan ikatan
sendi kehidupan tersebut, bangsa Indonesia selayaknya mampu menghayati,
3
mengamalkan dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar kehidupan
berbangsa dan bernegara guna mewujudkan tujuan nasional.
Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara
yang didirikan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraannya harus dijiwai
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, di Indonesia terdapat 6 agama yang
telah diakui diantaranya Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, dan
Konghucu. Sila pertama inilah yang mendasari dan menjiwai keempat sila
lainnya bahwa dengan dasar agama dan keyakinan menjadi sebuah integritas
yang tinggi pada diri masing-masing pribadi. Makna sila ini adalah :
1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing.
2. Hormat-menghormati serta bekerja sama antar pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina
kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing.
4
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Oleh karena itu perbedaan merupakan kodrat manusia dan ciri khas
elemen-elemen yang membentuk negara. Konsekuensinya negara adalah
beraneka ragam tetapi satu, mengikat diri dalam persatuan yang dilukiskan
dalam suatu Bhineka Tunggal Ika.
5
Perbedaan bukan untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan
melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling menguntungkan yaitu
persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama
sebagai bangsa. Makna sila ini adalah :
6
8. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial
agar tercapainya tujuan bersama.
7
C. Upaya-upaya menjaga integrasi Agama dan Budaya dalam perspektif
Pancasila
Adapun berikut upaya upaya yang bisa menciptakan integrasi Agama dan
Budaya dalam perspektif Pancasila
8
4. Melakukan penyaringan budaya dengan menggunakan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila.
5. Penguatan wawasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan integrasi
Agama dan Budaya yang meliputi tiga konsensus, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945
1.Nilai ketuhanan.
2. Nilai kemanusiaan.
9
materi memiliki hubungan yang jauh dari Allah, sedangkan unsur
immateri memiliki hubungan yang dekat dengan Allah.
3 .Nilai kehidupan.
4. Nilai spiritual.
10
5. Nilai ritual
6 .Nilai moral
Nilai moral atau akhlak sebagai bagian yang urgen dalam perilaku
manusia dapat dilihat dari berbagai budaya dan tradisi masyarakat yang
mempertahankan sikap dan prilakunya yang baik seperti ada tongeng
(kejujuran), sabbara (sabar), dan mappogaugello (kebajikan) lainnya
sebagai lawan dari perbuatan jahat merupakan bagian dari nilai moral.
Urgennya nilai moralitas ini sangat berpengaruh pada dimensi spritual
manusia, baik secara individu maupun dalam lingkungan masyarakat.
Esensi ajaran moral dalam masyarakat Islam bugis, adalah kejujuran atau
lempu sebagai metafor untuk hidup lurus, hampir sama dengan makna
paccing adalah metafor untuk hidup bersih. Kejujuran dan kebersihan
adalah pagar yang dibangun masyarakat, mengelilingi dirinya di mana
dan apapun aktivitas mereka. Mengabaikan kejujuran berarti menciptakan
keresahan dan kegelisahan yang dapat bermuara pada penderitaan hidup
dalam masyarakat.
11
Nilai sosial. Budaya lokal mengandung nilai sosial, ini dipahami dari realitas
masyarakat dalam suatu wilaayah, memiliki lingkungan sosial dan dengan
masyarakatnya membentuk pergaulan hidup bersama, mereka saling
membantu dalam kebaikan dan mengingatkan bahwa kebahagiaan manusia
terkait pula pada hubungannya dengan sesamanya. Nilai sosial dalam
masyarakat ditemukan pula dari segi perbedaan status dengan berbagai
simbol kemanusiaan dna keagamaan, dan prilaku tata kemasyarakatan. Sikap
dan perilaku makkiade’ sebagai salah satu wujud budaya sipakatau.
Masyarakat sejak dahulu saling menghormati dengan tata adat, strata sosial,
dan status sosial lebih harus dihormati.
7. Nilai intelektual.
Pesan-pesan leluhur bagi masyarakat muslim mengandung nilai intelektual
untuk tetap mempertahankan adat istiadat masyarakat di samping
mengingatkan manusia untuk rajin mengerjakan amal kebajikan dan
meninggalkan perbuatan tercela demi keselamatan di dunia maupun di
akhirat. Nilai-nilai intelektual terhadap implementasi budaya lokal masyarakat
muslim yang telah mengalami pola integrasi ajaran keagamaan,
mengindikasika betapa kuatnya pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi yang dapat merubah tataran pola pikir dan perilaku masyarakat
dari generasi ke generasi. Dibutuhkan pemberdayaan masyarakat sedini
mungkin melalui pendidikan dan pengajaran keagamaan secara totalitas,
dalam memelihara dan merekonstruksi nilai-nilai budaya lokal yang murni
dan sakral, bahkan boleh jadi lebih diimplementasikan dan lebih merasuk ke
dalam jiwa manusia sebagai wujud hikmah dan tazkiyah dalam kehidupan.
12
E. Pola Relasi dan Integrasi Agama dan Budaya dalam Perspektif Pancasila
Dalam relasi Integrasi agama dan budaya kita mengenal setidaknya tiga
pola. Pertama, pola konfrontatif. Dalam kacamata ini agama selalu dihadapkan
secara diametral dengan budaya. Ajaran agama dianggap bertentangan dengan
budaya dan adat setempat. Akibatnya, agama selalu menjadi hakim yang
menghakimi kebiasaan, adat istiadat dan norma yang ada. Corak beragama yang
kaku seperti ini akan sulit diterima di tengah keragaman kultural masyarakat
yang kuat.
Kedua, pola sinkretik. Dalam pandangan ini, agama dipadukan dengan
budaya kadang menjadi kabur mana ranah agama dan mana entitas budaya.
Dalam prakteknya munculnya entitas baru perpaduan agama dan budaya.
Ketiga, pola integral. Dalam pola ini agama mengakomodasi budaya
sebagai media menyampaikan nilai agama kepada masyarakat. Budaya menjadi
landasan yang melembutkan agama masuk dalam kehidupan masyarakat. Agama
menjadi lebih bermakna dan tidak kaku ketika menjadikan budaya sebagai media
berinteraksi dengan masyarakat.
Integrasi agama dan budaya menjadi corak peradaban bangsa kita yang
berlandaskan Pancasila. Negara Pancasila mampu membangun sebuah falsafah
dan cara pandang bangsa tentang masyarakat yang relijius dan berbudaya.
Sebuah bangsa yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam
kebudayaan nusantara. Karena itulah, corak agama yang masuk ke nusantara
menampilkan sebuah ekspresi keagamaan yang khas bumi nusantara. Agama dan
budaya menjadi pondasi bagi pembentukan karakter peradaban bangsa.
Pada titik inilah, sangat tidak bijak apabila membenturkan agama dan
budaya. Baik agama maupun budaya telah menjadi bahan pokok dari racikan
pembentukan karakter bangsa. Agama menjadi semakin lestari di bumi nusantara
karena mampu merawat budaya. Dan budaya semakin beradab dengan masuknya
nilai-nilai agama
13
F. Pentingnya Integrasi Agama dan Budaya dalam Perspektif Pancasila
Integrasi Agama dan Budaya merupakan salah satu cara untuk
menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia dalam Perspektif
Pancasila.Integrasi itu sendiri dapat dikatakan sebagai suatu langkah yang baik
untuk menyatukan sesuatu yang semula terpisah menjadi suatu keutuhan yang
baik bagi bangsa Indonesia,misalnya menyatukan berbagai macam suku dan
berbudaya yang ada serta menyatukan berbagai macam agama yang ada di
Indonesia.
Integrasi Agama dan Budaya penting untuk diwujudkan dalam kehidupan
masyrakat Indonesia dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih
berkembang atau dapat dikatakan negara yang masih mencari jati diri. Selain itu,
integrasi Agama dan Budaya sangat penting untuk diwujudkan karena integrasi
Agama dan Budaya merupakan suatu cara yang dapat menyatukan berbagai
macam perbedaan yang ada di Indonesia yang tentunya berlandaskan Pancasila.
Indonesia sangat dikenal dengan keanekaraganm suku, budaya, dan agama. Oleh
sebab itu, adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat
masyarakat Indonesia lebih memilih untuk suatu yang trend walaupun hal
tersebut membuat upaya integrasi tidak terwujud.Masyarakat Indonesia belum
sadar akan pengaruh globalilasi yang ternyata tidak baik bagi masyarakat
Indonesia.
Selain pengaruh globalisasi, masyarakat Indonesia bertindak atas
wewenang sendiri maupun kelompok sehingga konflik terjadi dimana-mana
seperti pertengkaran antar suku, pembakaran tempat-tempat ibadah dan lain
sebagainya. Konflik tersebutlah yang membuat integrasi nasional susah
diwujudkan. Upaya integrasi terus dilakukan agar Indonesia menjadi satu
kesatuan yang mana disebutkan dalam semboya bhinneka tunggal ika. Adanya
upaya mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang ada tetap harus
diakui dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat mencapai
tujuannya. Selain menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan di
14
Indonesia, masyarakat Indonesia harus memliki rasa toleransi terhadap sesama
sehingga tidak terjadi konflik yang berkepanjangan yang dapat merugikan
Indonesia.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya dalam perspektif Pancasila, Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan
sudah sepatutnya menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
dan moral yang harusnya mampu diamalkan oleh seluruh masyarakat Indonesia,
16
B. Saran
Saran yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh masyarakat
mengetahui seberapa penting Pancasila dan dapat mengamalkan nilai-nilai sila
dari pancasila dengan baik & benar, serta tidak melecehkan arti penting
pancasila. Integrasi Agama dan Budaya sangat diperlukan oleh negara indonesia
karena dari integrasi Agama dan Budaya dapat mempersatukan perbedaan-
perbedaan yang ada di indonesia, sehingga tidak adanya
konflik perpecahan yang terjadi dikarenakan perbedaan semata. Walaupun
indonesia ini berbeda-
beda suku, ras, agama, dan budaya, tetapi tetap indonesia adalah negara yang
satu yang mempunyai satu tujuan untuk memakmurkan negara indonesia.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/835-menteri-
agama-ri-nilai-dalam-sila-sila-pancasila-sejalan-dengan-ajaran-semua-agama
https://kampusitahnews.iain-palangkaraya.ac.id/berita/2019/06/01/saktinya-
pancasila/
https://ejournal.upi.edu/index.php/jpis/article/viewFile/1616/PDF
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIIS/article/view/40757/22037
http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/view/460/357/
18