RELIGIUS BANGSA
Disusun Oleh :
Rajul Muna
Bunga Humaira
Azriansyah
Muhammad Kamal
Yati Fiddiani
Dosen Pengampu:
Khalisil Mukhlis M.Ag
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan Makalah..............................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
BAB III....................................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................................11
Kesimpulan...........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Pendidikan kewarganegaraan dengan judul “Nilai-Nilai Luhur Pancasila
Sebagai Sumber Moralitas Religius Bangsa”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
Pendidikan kewarganegaraan di Universitas Negeri Ar-Raniry.Dalam penulisan makalah ini
kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.
Kelompok 6
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila memiliki lima sila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kelima sila ini membentuk pondasi moral yang kuat, yang sejalan dengan ajaran-ajaran
agama dan spiritualitas. Oleh karena itu, dalam konteks ini, kita akan menyelidiki bagaimana
setiap sila Pancasila berkontribusi terhadap pembentukan moralitas religius dalam
masyarakat.
1
Melalui penelusuran nilai-nilai luhur Pancasila, kita dapat menggambarkan
bagaimana setiap sila mencerminkan prinsip-prinsip moral yang bersifat universal dan
relevan dengan ajaran agama. Selain itu, melibatkan diskusi mengenai bagaimana nilai-nilai
Pancasila dapat mengatasi potensi konflik antaragama dan memperkuat toleransi antarumat
beragama di Indonesia.
Dengan meneliti dan memahami peran nilai-nilai luhur Pancasila sebagai sumber
moralitas religius, kita dapat membuka wawasan mengenai bagaimana bangsa Indonesia
dapat membangun kehidupan beragama yang harmonis dan menghargai keberagaman sebagai
kekayaan bersama.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap aspek dalam sebuah moralitas didasari oleh lima sila yang terdapat dalam
Pancasila. Hal ini dianggap sangat penting bagi bangsa Indonesia khususnya di usia
remaja karena dapat mebentengi diri dari berbagai fenomena kehidupan yang tak
sesuai dengan nilai dan moral. Di dalam kehidupannya seorang remaja seharusnya
mengacu pada Pancasila dan nilai-nilai moral yang ada. Secara normative pengertian
dari “moralitas” dapat mengacu pada kode etik yang akan diterima oleh siapa saja
yang memenuhi kondisi intelektual dan kehendak tertentu, hampir selalu termasuk
kondisi rasionalnya.
3
Butir pancasila merupaan petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud pengalaman
Pancasila yakni: pertama, pengalaman sila kesatu, Ketuhanan Yang Maha Esa seperti
percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup. dan saling
menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya
Kedua, pengalaman sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradap seperti
mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban anatar sesama
manusia, saling mencintai sesama manusia, serta tidak semena-mena terhadap orang
lain. Ketiga, pengalaman sila ketiga peraturan Indonesia seperti rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan negara, cinta tanah air dan bangsa, dan bangga sebagai
bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
1
Arini Hubbi Foradisa,ddk,Penerapan Nilai Nilai Pancasila Dalam Meningkatkan Etika Dan Moralitas Pada
Usia Remaja (Mataram, 16 Agustus 2023) Volume 3, Agustus 2023, pp. 35-43
2
Rinaldi, K., & Askarial, A. (2022). Penyuluhan Penanaman Pendidikan Moralitas Dan Nilai
Pancasila Pada Anak. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2), 170–174.
4
2. Peran pancasila sebagai identitas dan nilai luhur bangsa
Negara dalam hal ini adalah presiden Soeharto, sistem ini cenderung bertentangan
dengan demokrasi dimana keterlibatan individu dalam melaksanakan pemerintahan
sangatlah terbatas. Tingkat korupsi yang tinggi merupakan salah satu contoh dari
pelaksanaan kekuasaan yang otoritarian.
5
Telah menjadi moral negara (Dipoyudo: 1984). Hal ini berarti bahwa moral
Pancasila telah menjadi sumber tertib negara dan sumber tertib hukumnya, serta jiwa
seluruh kegiatan negara dalam segala bidang kehidupan (A. T. Soegito, dkk, 2009: 6).
Pelaksanaan Pancasila pada masa reformasi cenderung meredup dan tidak adanya
istilah penggunaan Pancasila sebagai propoganda praktik penyelenggaraan
pemerintahan. Hal ini terjadi lebih dikarenakan oleh adanya globalisasi yang melanda
Indonesia dewasa ini. Masyarakat terbius akan kenikmatan hedonisme yang dibawa
oleh paham baru yang masuk sehingga lupa dari mana, di mana, dan untuk siapa
sebenarnya mereka hidup. Seakan-akan mereka melupakan bangsanya sendiri yang
dibangun dengan semangat juang yang gigih dan tanpa memandang perbedaan.
Dalam
Bangsa Indonesia yang dikenal ramah tamah, sopan santun, lemah lembut
terhadap sesama mampu memberikan sumbangan terhadap pelaksanaan Pancasila, hal
ini terbukti dengan adanya
7
nilai luhur bangsa dan merupakan landasan filosofi untuk mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur, bagi rakyat hanyalah omong kosong yang tidak mempunyai
makna apapun. Lebih-lebih pendidikan.
8
terjadi adalah tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dan
fundamentalism. Hal inilah yang menandai bahwa pada masa itulah masyarakat
Indonesia sedang mengalami krisis identitas bangsa. 34
Agama merupakan pondasi hidup setiap manusia, tanpa adanya agama manusia
tidak bisa berpikir secara naluri dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan
mana yang salah. Indonesia merupakan negara yang meyakini keberadaan agama
sebagai hal tersebut, ada 6 keyakinan yang terdapat di Indonesia dan masing-masing
keyakinan mempunyai dasar ataupun pedoman sesuai dengan keyakinannya.
Pancasila khususnya Sila ke-1 menyebutkan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, sudah
jelas dan tidak diragukan lagi, setiap manusia pasti mempunyai Tuhan dan percaya
bahwa Tuhan itu ada. Keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat yang berbeda
kepercayaan merupakan wujud nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam
bentuk keharmonisan, kebersamaan, ketentraman, dan sebagainya. Perbedaan
keyakinan yang terdapat di dalam masyarakat itu merupakan multikulturalisme
bangsa Indonesia. Namun, tidak jarang hal tersebut justru mendorong berbagai
keributan/kerusuhan. Substansi kerusuhan tersebut sangat sempit dan kecil, tapi bisa
juga menjadi kerusuhan berskala besar dan sulit untuk menemukan jalan tengahnya,
dan bahkan bisa membawa nama masing- masing kelompok tersebut dalam ranah
konflik yang bersifat SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan).
Krisis agama yang bersifat kerusuhan tersebut tidak hanya terdapat pada
masyarakat yang berbeda keyakinan, bahkan tak jarang dari mereka yang
mempunyaikeyakinan dan tujuan yang sama justru malah mengalami konflik internal.
Hal tersebut dikarenakan rendahnya jiwa nasionalisme bangsa, yaitu jiwa yang
mengikat kita pada satu rasa dan satu tujuan. Modal sosial terbentuk karena trust
(kepercayaan) masyarakat terhadap apa yang mereka dengar dan lihat. Pancasila
berperan penting dalam segala hal, begitu pula dalam keagamaan. Fundamentalisme
seperti yang telah dikemukakan oleh Karen Armstrong, merupakan salah satu
3
Susanto, Pancasila Sebagai Identitas Dan Nilai Luhur Bangsa (Vol 2, No. 1, Maret 2016)
4
Setyaningsih, E., Wahyuni, N., Canta, D. S., & Hermawansyah, A. (2022). Sosialisasi Implementasi Pancasila
Terhadap Perilaku Remaja. Jompa Abdi: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(2), 45– 50.
9
fenomena yang sangat mengejutkan pada abad ke-20. Begitu mengerikan ekspresi
dari fundamentalisme ini, peristiwa paling menghebohkan dunia yang terjadi pada
Semtember 2001 silam yaitu penghancuran gedung World Trade Center (WTC) di
New York, Amerika Serikat, kejadian tersebut dihubungkan dengan fundamentalisme.
Sementara di Indonesia terjadi peristiwa bom bunuh diri di berbagai tempat seperti
Bom Bali I, Bom Bali II, Bom Kedutaan Besar Australia di Jakarta, dan lain
sebagainya. Motif dari peristiwa itu tidak jauh dari fundamentalisme agama yaitu
menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan dengan dilandasi fanatisme agama
yang berlebihan.
Perang Salib (1069-1291) merupakan perang antar umat Kristen Eropa dengan
umat Islam yang memperebutkan Yerussalem/Palestina. Perang Salib berlangsung
hinggga tujuh kali (Perang Salib VII tahun 1270-1291) status Yerusalem/Palestina
tidak berubah, yaitu tetap dikuasai umat Islam. Bahkan kedudukan Barat/Kristen di
Syira dan Palestina hilang. Keuntungan dari peperangan itu, Barat menjadi mengenal
dan memanfaatkan kebudayaan umat Islam yang sudah lebih tinggi daripada yang
mereka miliki saati itu. Selain itu, hubungan dagang Asia-Eropa menjadi lebuh hidup
dan berkembang. 56
5
Susanto, Pancasila Sebagai Identitas Dan Nilai Luhur Bangsa (Vol 2, No. 1, Maret 2016)
6
Asshiddiqie, Jimly. 2008. Membudayakan nilai-nilai pancasila dan kaidah-kaidah undang-undang dasar
negara RI tahun 1945. Dokumen Sekretariat Negara
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pancasila bukan hanya sebagai ideologi politik, tetapi juga sebagai fondasi moral
religius. Nilai-nilai luhur Pancasila mencerminkan prinsip-prinsip moral yang sejalan
dengan ajaran agama dan spiritualitas, memainkan peran penting dalam membentuk
karakter dan perilaku masyarakat Indonesia.
2. Integrasi Nilai-Nilai Agama dalam Pancasila
Meskipun Pancasila tidak terikat pada satu agama tertentu, terdapat upaya untuk
mengintegrasikan nilai-nilai etika dan moral dari berbagai agama yang dianut oleh
masyarakat Indonesia. Ini menciptakan harmoni antara nilai-nilai kebangsaan dan nilai-
nilai spiritual yang dijunjung tinggi.
3. Keseimbangan Antara Kemanusiaan dan Ketuhanan
Pancasila menciptakan keseimbangan yang baik antara aspek kemanusiaan dan
ketuhanan. Prinsip-prinsipnya mengajarkan penghargaan terhadap martabat manusia
sambil mengakui keberadaan Tuhan sebagai sumber moralitas.
4. Toleransi dan Persatuan
Nilai-nilai Pancasila, seperti persatuan dan toleransi, menciptakan landasan untuk
kehidupan beragama yang harmonis. Masyarakat Indonesia diajak untuk menjaga
persatuan dalam keberagaman agama, meminimalkan potensi konflik, dan memperkuat
rasa toleransi antarumat beragama.
5. Pentingnya Pendidikan Nilai-Nilai Pancasila
Kesimpulan makalah juga dapat mencakup pentingnya pendidikan nilai-nilai
Pancasila di berbagai lapisan masyarakat, terutama di sekolah-sekolah. Pendidikan ini
menjadi kunci untuk membentuk generasi yang memiliki pemahaman yang kuat
mengenai nilai-nilai luhur Pancasila.Dengan demikian, makalah ini menegaskan bahwa
nilai-nilai luhur Pancasila tidak hanya menjadi landasan negara, tetapi juga menjadi
sumber moralitas religius bagi bangsa Indonesia, membentuk dasar untuk kehidupan
bermasyarakat yang beretika dan harmonis.
11
DAFTAR PUSTAKA
Foradisa, A. H. (16 Agustus 2023). Penerapan Nilai Nilai Pancasila Dalam Meningkatkan
Etika Dan Moralitas Pada Usia Remaja . Penerapan Nilai Nilai Pancasila Dalam
Meningkatkan Etika Dan Moralitas Pada Usia Remaja , 35-43.
Rinaldi, K. &. (2022). Penyuluhan Penanaman Pendidikan Moralitas Dan Nilai Pancasila
Pada Anak. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat . Penyuluhan Penanaman
Pendidikan Moralitas Dan Nilai Pancasila Pada Anak. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat , 170–174. .
Susanto. (Maret 2016). Pancasila Sebagai Identitas Dan Nilai Luhur Bangsa. Pancasila
Sebagai Identitas Dan Nilai Luhur Bangsa , 1.
Setyaningsih, E. W. (3 April 2022). Sosialisasi Implementasi Pancasila Terhadap Perilaku
Remaja. Jompa Abdi: Jurnal Pengabdian Masyarakat . Sosialisasi Implementasi
Pancasila Terhadap Perilaku Remaja. Jompa Abdi: Jurnal Pengabdian Masyarakat,
45– 50.
Asshiddiqie, J. (2008 ). Membudayakan nilai-nilai pancasila dan kaidah-kaidah undang-
undang dasar negara RI tahun 1945. Dokumen Sekretariat Negara . Membudayakan
nilai-nilai pancasila dan kaidah-kaidah undang-undang dasar negara RI tahun 1945,
33.
Wilananda, T. N. (2021). Penerapan Etika Pancasila Dalam Konteks Kehidupan Perkuliahan.
Penerapan Etika Pancasila Dalam Konteks Kehidupan Perkuliahan. , 297–305.
12
13