Anda di halaman 1dari 10

PANCASILA SEBAGAI CORE VALUE

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Konsep Dasar PKn SD

Dosen Pengampu : Shofi Nur Amalia, M.Pd

Disusun oleh:

1. Achmad Ibnu Fauzi (2286206006)


2. Nabila Nafis Mu’afa (2286206080)
3. Nayla Rohmata Hamida (2286206089)
4. Nabila Sa’idah Karimah (2286206090)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT. Yang mana telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Pancasila sebagai core value” sesuai waktu yang telah
ditentukan guna memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar PKn SD. Sholawat
serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
SAW agar kelak kita mendapat syafaatnya di hari akhir. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Shofi Nur Amalia, M.Pd Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Konsep
Dasar PKn SD.
2. Teman-teman PGSD D22 dan kelompok 5 atas kerjasamanya.
3. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu demi terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan
yang terdapat di dalamnya, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan
masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata
penulis berharap makalah ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan
penulisnya.

Blitar, Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
2.1 Nilai-nilai ketuhanan................................................................................................2
2.2 Nilai-nilai kemanusiaan...........................................................................................2
2.3 Persatuan dalam kebhinekaan .................................................................................3
2.4 Jiwa kekeluargaan dan permusyawaratan................................................................4
2.5 Hakikat keadilan sosial............................................................................................4
BAB III PENUTUP...........................................................................................................6
3.1 Kesimpulan................................................................................................................6
3.2 Saran.........................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................7

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Segala sesuatu pasti mengandung nilai, klaim non-positivisme ini
meyakini bahwa tidak ada sesuatupun yang tidak bebas nilai, begitupun
dalam Pancasila yang syarat dengan nilai. Nilai adalah kualitas yang melekat
pada sesuatu, menurut Notonagoro nilai dapat berupa material dan
immaterial. Nilai material dimaksudkan berupa bentuk konkrit atau nyata,
bersifat empiris (yang dibuktikan berdasar pengalaman inderawi). Sementara
nilai immaterial berupa kualitas yang bersifat abstrak, namun dapat dirasakan.
Misalnya nilai keimanan, nilai kemanusiaan, nilai gotong royong, nilai
kekeluargaan, nilai keadilan dan seterusnya.
Nilai-nilai tersebut harus menjadi orientasi fundamental (rujukan
mendasar) bagi pendidikan kewarganegaraan, sebab civic education di
negara-negara selain Indonesia, berbeda dengan pendidikan
kewarganegaraan, atau pengalaman kebangsaan dengan masyarakat
Indonesia. Hal pokok yang membedakan dalam pengalaman bernegara dan
kebangsaan adalah Pancasila itu sendiri. Oleh karena itu, Pancasila harus
menjadi rujukan nilai bagi Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia.
Pancasila harus menjiwai atau menyinari praktik-praktik berbangsa, praktik
berpolitik, menjadi manusia ekonomi, manusia bersosial dan manusia yang
terkait dengan dunia sekitar.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah tentang
Pancasila sebagai core value dengan nilai-nilai dasar dari Pancasila tersebut
adalah nilai-nilai ketuhanan, nilai-nilai kemanusiaan, Persatuan dalam
kebhinekaan, Jiwa kekeluargaan dan permusyawaratan, Hakikat keadilan
sosial.
1.3 TUJUAN
Mengerti dan memahami tentang nilai-nilai ketuhanan, nilai-nilai
kemanusiaan, Persatuan dalam kebhinekaan, Jiwa kekeluargaan dan
permusyawaratan, Hakikat keadilan sosial.

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 NILAI-NILAI KETUHANAN
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa bermakna bahwa Bangsa Indonesia adalah
Negara yang monotheisme percaya terhadap Tuhan yang satu bukan
sebaliknya. Negara Indonesia berlandaskan agama, dengan kata lain, atheis
merupakan paham yang bersebrangan dengan keyakinan kita akan adanya
tuhan.1 Dari sudut pandang etis keagamaan, negara berdasar Ketuhanan Yang
Maha Esa itu adalah negara yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduknya untuk memeluk agama dan beribadat menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.2
Pancasila dengan sila pertamanya, adalah sebuah falsafah yang sesuai dan
bersahabat dengan agama. Oleh karenanya, sudah seharusnya sebagai Insan
yang beriman dan bertakwa kepada Allah dengan mendirikan perintahnya
guna meningkatkan kesalehan kita. Kita sebagai bangsa Indonesia sudah
sepatutnya menyadari realitas kemajemukan Indonesia sebagai sebuah berkah
dari Allah, yang perlu dikembangkan dan dilestarikan. Keberagaman
semestinya tidak bersifat hierarkis, melainkan egaliter, dan oleh karena itu
berimplikasi pada nilai etis toleransi. Sebagai umat beragama yang beriman
dan bertakwa kepada Allah, sudah semestinya kita menanamkan nilai-nilai
kebenaran, kebaikan, kejujuran, dan kemuliaan dalam diri, sehingga
meningkatkan moral bangsa. 3
2.2 NILAI-NILAI KEMANUSIAAN
Nilai yang terkandung dari sila kedua pancasila adalah nilai kemanusiaan.
Kemanusiaan yang dimaksud adalah manusia yang adil dan beradab,

1
Fanani khairul (2021), Nilai - Nilai Pancasila Sebagai Orientasi (Core Value) Pendidikan
Kewarganegaraan https://www.scribd.com/document/510177617/Nilai-Nilai-Pancasila-sebagai-
orientasi-core-value-Pendidikan-Kewarganegaraan#, diakses 1 1 maret 2023
2
Desy Nur Islami, (dkk). Implementasi Nilai Pancasila Dalam Pendidikan, Ekonomi Manajemen
Akuntansi Kewirausahaan, vol. 1 No. 1 (Juni, 2021) hal. 294
3
Wendy Anugrah Octavian, Urgensi memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan sehari-hari sebagai sebuah bangsa, jurnal bhineka tunggal ika, vol. 5 No. 2
(November, 2018) hal. 125

5
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan martabat manusia sebagai makhluk
Tuhan, yang diwujudkan dalam semangat saling menghargai, toleran, yang
dalam perilaku sehari-hari didasarkan pada nilai-nilai moral yang tinggi, serta
untuk kepentingan bersama.
Dengan mengimplementasikan sila kedua ini diharapkan bahwa
permasalahan yang dialami bangsa saat ini seperti tidak adanya toleransi,
konflik antar golongan, pengangguran, kemiskinan, mafia kasus, korupsi,
diskriminasi dan kesenjangan sosial, tindakan kekerasan, baik secara vertikal
maupun horizontal, dapat teratasi. 4
2.3 PERSATUAN DALAM KEBHINEKAAN
Kebhinekaan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Ia
tidak terjadi secara tiba-tiba namun melalui proses historis yang panjang. Jauh
sebelum masyarakat Barat mendengungkan wacana multikulturalisme,
masyarakat Indonesia telah hidup dengan kebhinekaan yang sangat kaya yang
meliputi suku bangsa, bahasa, adat, istiadat, agama, dan sebagainya.
Kebhinekaan tersebut merupakan anugerah bagi masyarakat Indonesia.
Namun jika tidak dapat disikapi dengan baik, maka kebhinekaan justru
menjadi Paramita musibah.5
Pasca reformasi 1998 terjadi berbagai konflik akibat perbedaan suku
bangsa atau agama di Indonesia seperti konflik Sampang, Poso, maupun
konflik Syiah di Madura. Peristiwa-peristiwa tersebut tidak akan terjadi jika
kita mau belajar dari sejarah bangsa Indonesia. Para founding fathers
Indonesia terdiri dari berbagai latar belakang suku bangsa, agama bahkan
ideologi, namun mereka berhasil menyingkirkan egoisme pribadi atau
kelompoknya demi kepentingan bangsa dan negara. Tidak mengherankan
pula jika mereka memasukkan semboyan Bhineka Tunggal Ika dalam
lambang negara.

4
Wendy Anugrah Octavian, Urgensi memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan sehari-hari sebagai sebuah bangsa, jurnal bhineka tunggal ika, vol. 5 No. 2
(November, 2018) hal. 125
5
Indah Wahyu Puji Utami Dan Aditya Nugroho Widiad, Wacana Bhineka Tunggal Ikak Dalm Buku
Teks Sejarah (Malang, Fakultas Ilmu Sosial) Hal 106

6
2.4 JIWA KEKELUARGAAN dan PERMUSYAWARATAN
Terma “kekeluargaan” yang menjadi jiwanya dalam melihat Pancasila,
Soediman Kartohadiprodjo merumuskan jiwa kekeluargaan dalam Pancasila
tersebut dengan rumusan: “Kesatuan dalam Perbedaan, Perbedaan dalam
Kesatuan”. Kesatuan menunjukkan kehidupan manusia, yaitu selalu dalam
suatu pergaulan hidup, tetapi dalam persatuan pergaulan hidup itu
kepribadian tiap individu diakui dan dilindungi yang ditunjukkan dengan
perbedaan, karena tidak ada dua orang di dunia ini yang sama
kepribadiannya. Sebaliknya, dengan pengakuan adanya kepribadian pada tiap
individu dan yang berbeda-beda itu ditunjukkan dengan “perbedaan” dalam
bagian kedua, ini tidak berarti bahwa mereka bebasa hidup merdeka dan
dapat memperkembangkan kepribadiannya menurut sesukannya, melainkan
meraka terikat oleh individu lainnya dalam satu “kesatuan”. Isi Pancasila di
atas dapat menggambarkan isi jiwa bangsa Indonesia (Soediman K, 1986: 16)
Kalau sifat kehidupan suatu kesatuan pergaulan hidup disebut bersifat
kekeluargaan, maka ini berarti bahwa kekeluargaan dipakai sebagai jiwa
dalam lembaga atau instansi tertentu. Hal ini berimplikasi bahwa dalam
pergaulan hidup manusia itu anggota-anggotanya bertindak seolah-olah
mereka dalam keluarga (Soediman K, 1986: 15).6
2.5 HAKIKAT KEADILAN SOSIAL
Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidak
berpihakkan, keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal. Keadilan
sosial yaitu menjamin bahwa setiap rakyat Indonesia diperlakukan dengan
adil dalam bidang hukum, ekonomi, kebudayaan, dan sosial, kedudukan
pribadi tidak dapat dipisahkan dengan kedudukannya sebagai warga
masyarakat.7
Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
cita-cita bernegara dan berbangsa. Itu semua bermakna mewujudkan keadaan
masyarakat yang bersatu secara organik, dimana setiap anggotanya
6
Soediman Kartohadiprodjo, 1986. Pancasila dan/Undang-Undang Dasar 1945. Kattsoff, Louis,
2004. Pengantar Filsafat, ter. Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana.
7
Dian Widiantari, Core ethical value pendidikan karakter (berbasis falsafah negara), Misykat, vol.
2 No. 2 (Desember, 2017) hal. 30

7
mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta
belajar hidup pada kemampuan aslinya. Segala usaha diarahkan kepada
potensi rakyat, memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat,
sehingga kesejahteraan tercapai secara merata. Dari uraian nilai-nilai kelima
butir Pancasila itu kita dapat melihat betapa apik dan luhur nilai-nilai yang
terkandung didalamnya. Sehingga sangat disayangkan apabila nilai-nilai itu
hanya menjadi wacana belaka dan tidak terealisasikan sebagaimana mestinya
dalam kehidupan sehari-hari karena kurangnya kesadaraan dan sikap
menjiwai Pancasila yang kurang. Nilai-nilai tersebut mungkin bisa lebih
merasuk kedalam hati dan jiwa setiap rakyat Indonesia apabilai nilai-nilai itu
telah tertanam dalam setiap individu dalam hidup ditengah keluarga,
bersekolah, dan berada ditengah-tengah masyarakat.8

8
Desy Nur Islami, (dkk). Implementasi Nilai Pancasila Dalam Pendidikan, Ekonomi Manajemen
Akuntansi Kewirausahaan, vol. 1 No. 1 (Juni, 2021) hal. 295

8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Nilai adalah kualitas yang melekat pada sesuatu, menurut Notonagoro nilai
dapat berupa material dan immaterial. Nilai material dimaksudkan berupa
bentuk konkrit atau nyata, bersifat empiris (yang dibuktikan berdasar
pengalaman inderawi). Sementara nilai immaterial berupa kualitas yang
bersifat abstrak, namun dapat dirasakan. Misalnya nilai keimanan, nilai
kemanusiaan, nilai gotong royong, nilai kekeluargaan, nilai keadilan dan
seterusnya.
Pancasila adalah wujud karakter bangsa Indonesia, bangsa yang
berketuhanan Yang Maha Esa, bangsa yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, bangsa yang mengedepankan persatuan, bangsa yang selalu
mengedepankan musyawarah untuk mufakat, dan bangsa yang menjunjung
tinggi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3.2 SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan kekhilafan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.

9
DAFTAR PUSTAKA

Fanani khairul (2021), Nilai - Nilai Pancasila Sebagai Orientasi (Core Value)
Pendidikan Kewarganegaraan
https://www.scribd.com/document/510177617/Nilai-Nilai-Pancasila-sebagai-
orientasi-core-value-Pendidikan-Kewarganegaraan#, diakses 1 1 maret 2023

Desy Nur Islami, (dkk). Implementasi Nilai Pancasila Dalam Pendidikan,


Ekonomi Manajemen Akuntansi Kewirausahaan, vol. 1 No. 1 (Juni, 2021) hal.
294
Wendy Anugrah Octavian, Urgensi memahami dan mengimplementasikan nilai-
nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari sebagai sebuah bangsa, jurnal
bhineka tunggal ika, vol. 5 No. 2 (November, 2018) hal. 125
Indah Wahyu Puji Utami Dan Aditya Nugroho Widiad, Wacana Bhineka Tunggal
Ikak Dalm Buku Teks Sejarah (Malang, Fakultas Ilmu Sosial) Hal 106
Soediman Kartohadiprodjo, 1986. Pancasila dan/Undang-Undang Dasar 1945.
Kattsoff, Louis, 2004. Pengantar Filsafat, ter. Soemargono, Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Dian Widiantari, Core ethical value pendidikan karakter (berbasis falsafah
negara), Misykat, vol. 2 No. 2 (Desember, 2017) hal. 30
http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2016/09/PANCASILA-SBG-CORE-
VALUE.pdf diakses 9 Maret 2023

10

Anda mungkin juga menyukai