Disusun Oleh :
ST 23 - Kelompok 7
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas rahmat serta hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah Pendidikan Pancasila
yang berjudul “Implementasi dan Pembinaan Nilai Keberagaman (Religiusitas) yang dapat
Meningkatkan Kualitas Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Pendidikan Pancasila yaitu ibu Prof. Dr. Ir. Sedarnawati Yasni, M.Agr atas materi yang telah
dipaparkannya sebagai bekal dalam membuat makalah ini. Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang terlibat karena sudah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Adapun latar belakang dari judul makalah ini “Implementasi dan Pembinaan Nilai
Keberagaman (Religiusitas) yang dapat Meningkatkan Kualitas Kehidupan Bermasyarakat,
Berbangsa, dan Bernegara” yaitu penerapan dan penyebarluasan nilai-nilai keagamaan atau
ketuhanan agar bisa dijadikan pandangan hidup untuk membangun masyarakat Indonesia yang
memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai rida Tuhan dalam melaksanakan tugasnya
sebagai warga negara.
Tujuan dari dibuatnya makalah ini antara lain, yaitu agar bisa merenungkan, memahami
makna-makna yang terkandung dalam sila pertama Pancasila kamudian bisa
mengimplementasikannya dan mengajak orang lain di lingkungannya untuk menerapkan nilai-
nilai Pancasila supaya menjadi karakter diri dalam membangun masa depan Indonesia.
Perumusan butir-butir makna sila pertama Pancasila jika dilihat pada sudut pandang etis
keagamaan, yaitu negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah negara yang menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama dan
kepercayaan masing-masing, penjabaran makna dan nilai tersebut akan dijadikan bahasan lebih
lanjut dalam makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
4.2 Kesimpulan………………………………………………………………………………...9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila diklaim menjadi sesuatu yang sakral yang setiap warganya harus hafal serta
mematuhi segala isi pada Pancasila. Namun sebagian masyarakat Indonesia hanya
menganggap Pancasila menjadi dasar negara atau ideologi semata tanpa memperdulikan
makna serta fungsinya pada kehidupan.
Pembinaan nilai-nilai religius sangat penting bagi masyarakat heterogen. Indonesia
sebagai negara yang heterogen tentu memiliki landasan filosofis yang kuat tentang
kehidupan beragama. Keanekaragaman dalam hal suku, agama, rasa serta golongan ini
patutlah menjadi kekayaan yang memberi warna bagi kehidupan masyrakat dan bukan
menjadi sumber perpecahan dan konflik. Indonesia sebagai negara yang berlandaskan
Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, sepantasnya menjadi negara yang
menjungjung tinggi nilai-nilai keberagaman dan perbedaan.
Saat ini, Indonesia terus dihantui dengan ancaman perpecahan dengan berbagai macam
isu yang melatarbelakanginya, termasuk konflik internal dan antar umat beragama.
Banyaknya terjadi defleksi sebenarnya berakar dari tidak diamalkannya nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Maka dari itu pentingnya memahami Pancasila
tidak hanya mengerti namun juga mengamalkan serta melaksanakan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila sebagai pendidikan karakter. Pendidikan karakter ialah upaya
mewujudkan amanat Pancasila serta Pembukaan UUD 1945 yang dilatarbelakangi oleh
realita yang berkembang saat ini. Perlu dilakukan pembinaan melalui berbagai upaya
seperti melalui proses pendidikan agama, latian pembiasaan dan peneladanan.
1
1.3 Perumusan Butir-butir Makna Sila Pertama
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Laning Dwi Vina dan Wismulyani Endar (2009), fungsi nilai :
a. Nilai sebagai pembentuk cara berfikir dan berprilaku yang ideal dalam
masyarakat.
b. Nilai dapat menciptakan semangat pada manusia untuk mencapai sesuatu yang
diinginkannya.
c. Nilai dapat digunakan sebagai alat pengawas prilaku seseorang dalam
masyarakat.
d. Nilai dapat mendorong, menuntun, dan menekan orang untuk berbuat baik.
e. Nilai dapat berfungsi sebagai alat solideritas di antara anggota masyarakat.
3
2.2 Makna Dan Nilai-Nilai Yang Terkandung dalam Pancasila
Pancasila yang merupakan dasar Negara Republik Indonesia memiliki makna dan nilai-
nilai luhur dalam setiap sila-silanya, karena setiap butir pancasila itu dirumuskan dari nilai-
nilai yang sudah ada sejak zaman dulu dalam kehidupan pribadi bangsa Indonesia. Adapun
makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila-sila itu adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan (Religiusitas)
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan individu dengan
sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia.
Memahami Ketuhanan sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat
yang beketuhanan, yakni membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa
maupun semangat untuk mencapai ridho Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang
dilakukannya.
Dari sudut pandang etis keagamaan, negara berdasar Ketuhanan Yang Maha
Esa itu adalah negara yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk
memeluk agama dan beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
Dari dasar ini pula, bahwa suatu keharusan bagi masyarakat warga Indonesia
menjadi masyarakat yang beriman kepada Tuhan, dan masyarakat yang beragama,
apapun agama dan keyakinan mereka.
Nilai-nilai dasar yang dikandung Pancasila sebenarnya tidak sedikitpun
melanggar nilai-nilai agama. Oleh karena itu, penguatan akan nilai-nilai Pancasila
yang relevan dengan nilai-nilai agama perlu dikembangkan dan dimunculkan.
Tafsir (2008:156) menjelaskan bahwa inti dari Pancasila ada pada sila pertama:
Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Indonesia merupakan
negara yang memiliki kecenderungan pada nilai-nilai religius sejak awal berdirinya.
Mengingat kembali gambar garuda yang di dadanya terdapat lima simbol dasar
negara. Posisi gambar bintang sebagai simbol sila pertama Ketuhanan Yang Maha
Esa, terletak di tengah-tengah semua sila.
Hal ini dapat dimaknai bahwa nilai ketuhanan merupakan inti dari semua sila
yang ada dalam dasar negara. Posisi tersebut menegaskan bahwa nilai ketuhanan
menjadi inti dan landasan utama dalam perilaku berbangsa dan bernegara. Tafsir
(2008:53), menyebutkan sila pertama merupakan penegasan bahwa orang Indonesia
harus beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut agama masing-masing.
4
Makna penting dalam nilai ini adalah tidak boleh berkembang sekularisme dan
atheisme,
Nilai pertama mempunyai fungsi ganda, pertama ia merupakan salah satu dari
lima nilai dasar, dan yang kedua, ia menempati inti yang menjiwai empat nilai
lainnya. Kelima nilai dalam Pancasila merupakan nilai dasar yang bila dijabarkan
akan melahirksn nilai-nilai lain yang dapat dijadikan sumber dalam
mengembangkan budaya bangsa. Akan tetapi, perlu kembali ditegaskan bahwa
semua nilai-nilai tersebut harus senantiasa dilandasi, dijiwai, dituntun dan
diarahkan oleh keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu, nilai inti dari Pancasila adalah keimanan dan ketaatan kepada
Tuhan YME, yang mewajibkan warga negara beragama dan melandasi setiap
perilaku berbangsa dan bernegara dengan ajaran agama. Sehingga dalam kehidupan
masyarakat, nilai-nilai agama harus senantiasa mewarnai setiap penanaman nilai-
nilai dasar kehidupan yang ada dalam perilaku dan interaksi sesama anggota
masyarakat.
Konsep di atas pula perlu diwujudkan dalam kehidupan masyarakat untuk
memperkuat nilai-nilai ideologi Pancasila yang bersinergi dengan nilai-nilai agama.
Disinilah pentingnya sebuah model internalisasi dan implementasi nilai-nilai religi
dalam kehidupan masyarakat yang heterogen.
5
BAB III
Faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pancasila dibagi menjadi internal
dan eksternal. Faktor internal artinya berasal dari dalam individu yang sedang belajar.
Sedangkan faktor eksternal artinya berasal dari lingkungan luar dan dapat mempengaruhi
individu yang sedang belajar.
6
a. Berada dalam lingkungan yang tidak menjadikan Pancasila sebagai pedoman
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Bergaul dengan orang yang melakukan komunisme dan hal-hal yang membawa
masyarakat agar terpecah-belah.
c. Adanya komunitas yang hanya bergaul dan memiliki rasa kepedulian antar
sesama orang-orang yang berasal dari sedaerah atau segama saja.
7
BAB IV
8
sembahyang, puasa, zakat, dan sebagainya. Pengetahuan agamapun dapat
berupa pengetahuan tentang sejarah nabi, peningglan, cita-cita yang menjadi
panutan dan teladan umat.
d. Pengalaman agama adalah perasaan yang dialami orang beragama seperti,
rasa tenang, tenteram, Bahagia, syukur, penuh, taat, takut, menyesal, bertobat
dan sebagainya. Pengalaman keagamaan ini terkadang cukup mendalam
dalam pribadi seseorang
e. Aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati seseorang yang berupa
sikap, ucapan, dan perilaku atau tindakan. Dengan demikian, hal ini bersifat
agregasi (penjumlahan) dari unsur lain. Walau demikian, sering kali
pengetahuan beragama tidak berkonsekuensi pada perilaku keagamaan
Sedangkan dalam mengatasi dan mengubah dampak negatifnya dapat dilaukan dengan:
4.2 Kesimpulan
Selain itu, pembinaan nilai religius dapat dilakukan pembiasaan melalui ibadah yang
diwujudnyatakan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Pembinaan nilai religius juga perlu
didukung dengan penghayatan nilai-nilai agama sejak dari lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Untuk mencapai tujuan kehidupan yang harmonis dalam kehidupan masyarakat
heterogen di Indonesia, maka perlu adanya pembinaan nilai religius. Upaya tersebut harus
menjadi gerakan bersama yang terprogram dengan baik oleh pemerintah dan
9
diimplementasikan secara bersama-sama oleh semua elemen masyarakat, mulai dari lingkup
keluarga, sekolah dan masyarakat menuju kehidupan bangsa dan negara yang harmonis.
10
DAFTAR PUSTAKA
Umar, Mardan. (2019). Urgensi Nilai-nilai Religius Dalam Kehidupan Masyarkat Heterogen
di Indonesia. Diakses pada 10 September 2022, dari Universita Negeri Manado.
Siantur, Y. R. U. & Dewi, D.A. (2021). Penerapan Nilai-nilai Pancasila Dalam Kehidupan
Sehari-hari dan Sebagai Pendidikan Karakter. Diakses pada 10 September 2022, dari
Universitas Pendidikan Indonesia.
11