Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

Implementasi dan Pembinaan Nilai Keberagamaan (Religiusitas) yang dapat


Meningkatkan Kualitas Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara

Disusun Oleh :
ST 23 - Kelompok 7

Ketua : Lu’luul Maulidiyah (G7401221091)

Anggota : 1. Devina Khairani (G2401221050)


Kelompok
2. Mohammad Mathew Elhans (G5401221009)
3. Aisha Fitria Salsabila (G6401221019)
4. Muhammad Eishaf Athallah (G6401221105)
5. Lu’luul Maulidiyah (G7401221091)

Dosen Penanggung Jawab

Prof.Dr Ir Sedarnawati M.Agr


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas rahmat serta hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah Pendidikan Pancasila
yang berjudul “Implementasi dan Pembinaan Nilai Keberagaman (Religiusitas) yang dapat
Meningkatkan Kualitas Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Pendidikan Pancasila yaitu ibu Prof. Dr. Ir. Sedarnawati Yasni, M.Agr atas materi yang telah
dipaparkannya sebagai bekal dalam membuat makalah ini. Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang terlibat karena sudah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Adapun latar belakang dari judul makalah ini “Implementasi dan Pembinaan Nilai
Keberagaman (Religiusitas) yang dapat Meningkatkan Kualitas Kehidupan Bermasyarakat,
Berbangsa, dan Bernegara” yaitu penerapan dan penyebarluasan nilai-nilai keagamaan atau
ketuhanan agar bisa dijadikan pandangan hidup untuk membangun masyarakat Indonesia yang
memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai rida Tuhan dalam melaksanakan tugasnya
sebagai warga negara.
Tujuan dari dibuatnya makalah ini antara lain, yaitu agar bisa merenungkan, memahami
makna-makna yang terkandung dalam sila pertama Pancasila kamudian bisa
mengimplementasikannya dan mengajak orang lain di lingkungannya untuk menerapkan nilai-
nilai Pancasila supaya menjadi karakter diri dalam membangun masa depan Indonesia.
Perumusan butir-butir makna sila pertama Pancasila jika dilihat pada sudut pandang etis
keagamaan, yaitu negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah negara yang menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama dan
kepercayaan masing-masing, penjabaran makna dan nilai tersebut akan dijadikan bahasan lebih
lanjut dalam makalah ini.

Bogor, 10 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang...……………………………………………………………………….….1

1.2 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………..…....1

1.3 Perumusan Butir-butir Makna Sila Pertama………………….……………………………2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

2.1 Pengertian NIlai……………………………………………………………………………3

2.2 Makna Dan Nilai-nilai Yang Terkandung dalam Pancasila……………………………….4

BAB III FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI PANCASILA……….…6

3.1 Faktor Pendukung………………………………………………………………………....6

3.2 Faktor Penghambat………………………………………………………………………...6

BAB IV SUMBANGAN PEMIKIRAN DAN KESIMPULAN………………………………8

4.1 Sumbangan Pemikiran……………………………………………………………………..8

4.2 Kesimpulan………………………………………………………………………………...9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila diklaim menjadi sesuatu yang sakral yang setiap warganya harus hafal serta
mematuhi segala isi pada Pancasila. Namun sebagian masyarakat Indonesia hanya
menganggap Pancasila menjadi dasar negara atau ideologi semata tanpa memperdulikan
makna serta fungsinya pada kehidupan.
Pembinaan nilai-nilai religius sangat penting bagi masyarakat heterogen. Indonesia
sebagai negara yang heterogen tentu memiliki landasan filosofis yang kuat tentang
kehidupan beragama. Keanekaragaman dalam hal suku, agama, rasa serta golongan ini
patutlah menjadi kekayaan yang memberi warna bagi kehidupan masyrakat dan bukan
menjadi sumber perpecahan dan konflik. Indonesia sebagai negara yang berlandaskan
Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, sepantasnya menjadi negara yang
menjungjung tinggi nilai-nilai keberagaman dan perbedaan.
Saat ini, Indonesia terus dihantui dengan ancaman perpecahan dengan berbagai macam
isu yang melatarbelakanginya, termasuk konflik internal dan antar umat beragama.
Banyaknya terjadi defleksi sebenarnya berakar dari tidak diamalkannya nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Maka dari itu pentingnya memahami Pancasila
tidak hanya mengerti namun juga mengamalkan serta melaksanakan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila sebagai pendidikan karakter. Pendidikan karakter ialah upaya
mewujudkan amanat Pancasila serta Pembukaan UUD 1945 yang dilatarbelakangi oleh
realita yang berkembang saat ini. Perlu dilakukan pembinaan melalui berbagai upaya
seperti melalui proses pendidikan agama, latian pembiasaan dan peneladanan.

1.2 Tujuan Penulisan


Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui dan menerapkan makna nilai
Pancasila yang terkandung pada sila pertama untuk mendukung peningkatan kualitas
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam lingkup lebih kecil bertujuan
membangun kesadaran mahasiswa untuk berkomitmen dan mengimplementasikan nilai
religius Pancasila untuk mendukung program pemerintah membangun masyarakat yang
Pancasilais.

1
1.3 Perumusan Butir-butir Makna Sila Pertama

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan


Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Di dalam mewujudkan Pancasila sebagai falsafah bangsa sebagai cita-cita kehidupan,


maka terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kokoh kuat menjadi syarat.
Untuk membangun NKRI ini kita harus ingat bahwa persatuan dan kesatuan bangsa itu tidak
akan terjadi dengan sendirinya (spontan), akan tetapi harus diusahakan dengan kesadaran kita.
(Djohar.2006:83).

Untuk itu diperlukan pendidikan karakter untuk menumbuhkan kesadaran mengenai


rasa kesatuan dan persatuan berbangsa, juga memperbaiki nilai-nilai yang telah menyimpang
dan mengembalikannya ke nilai-nilai yang sesuai demi kesatuan Negara Indonesia. Dan
mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan melalui pendidikan karakter bagi para
generasi bangsa.

2.1 Pengertian Nilai


Nilai adalah ukuran, patokan-patokan, anggapan-anggapan keyakinan- keyakinan yang
ada di dalam masyarakat. Nilai digunakan sebagai patokan seseorang berperilaku dalam
masyarakat. Selain itu, nilai memberi arah bagi tindakan seseorang.. Nilai dianut oleh banyak
orang dalam suatu masyarakat mengenai sesuatu yang benar, pantas, luhur, dan baik untuk
dilakukan.

Menurut Laning Dwi Vina dan Wismulyani Endar (2009), fungsi nilai :

a. Nilai sebagai pembentuk cara berfikir dan berprilaku yang ideal dalam
masyarakat.
b. Nilai dapat menciptakan semangat pada manusia untuk mencapai sesuatu yang
diinginkannya.
c. Nilai dapat digunakan sebagai alat pengawas prilaku seseorang dalam
masyarakat.
d. Nilai dapat mendorong, menuntun, dan menekan orang untuk berbuat baik.
e. Nilai dapat berfungsi sebagai alat solideritas di antara anggota masyarakat.

3
2.2 Makna Dan Nilai-Nilai Yang Terkandung dalam Pancasila

Pancasila yang merupakan dasar Negara Republik Indonesia memiliki makna dan nilai-
nilai luhur dalam setiap sila-silanya, karena setiap butir pancasila itu dirumuskan dari nilai-
nilai yang sudah ada sejak zaman dulu dalam kehidupan pribadi bangsa Indonesia. Adapun
makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila-sila itu adalah sebagai berikut :

1. Ketuhanan (Religiusitas)
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan individu dengan
sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia.
Memahami Ketuhanan sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat
yang beketuhanan, yakni membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa
maupun semangat untuk mencapai ridho Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang
dilakukannya.
Dari sudut pandang etis keagamaan, negara berdasar Ketuhanan Yang Maha
Esa itu adalah negara yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk
memeluk agama dan beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
Dari dasar ini pula, bahwa suatu keharusan bagi masyarakat warga Indonesia
menjadi masyarakat yang beriman kepada Tuhan, dan masyarakat yang beragama,
apapun agama dan keyakinan mereka.
Nilai-nilai dasar yang dikandung Pancasila sebenarnya tidak sedikitpun
melanggar nilai-nilai agama. Oleh karena itu, penguatan akan nilai-nilai Pancasila
yang relevan dengan nilai-nilai agama perlu dikembangkan dan dimunculkan.
Tafsir (2008:156) menjelaskan bahwa inti dari Pancasila ada pada sila pertama:
Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Indonesia merupakan
negara yang memiliki kecenderungan pada nilai-nilai religius sejak awal berdirinya.
Mengingat kembali gambar garuda yang di dadanya terdapat lima simbol dasar
negara. Posisi gambar bintang sebagai simbol sila pertama Ketuhanan Yang Maha
Esa, terletak di tengah-tengah semua sila.
Hal ini dapat dimaknai bahwa nilai ketuhanan merupakan inti dari semua sila
yang ada dalam dasar negara. Posisi tersebut menegaskan bahwa nilai ketuhanan
menjadi inti dan landasan utama dalam perilaku berbangsa dan bernegara. Tafsir
(2008:53), menyebutkan sila pertama merupakan penegasan bahwa orang Indonesia
harus beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut agama masing-masing.

4
Makna penting dalam nilai ini adalah tidak boleh berkembang sekularisme dan
atheisme,
Nilai pertama mempunyai fungsi ganda, pertama ia merupakan salah satu dari
lima nilai dasar, dan yang kedua, ia menempati inti yang menjiwai empat nilai
lainnya. Kelima nilai dalam Pancasila merupakan nilai dasar yang bila dijabarkan
akan melahirksn nilai-nilai lain yang dapat dijadikan sumber dalam
mengembangkan budaya bangsa. Akan tetapi, perlu kembali ditegaskan bahwa
semua nilai-nilai tersebut harus senantiasa dilandasi, dijiwai, dituntun dan
diarahkan oleh keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu, nilai inti dari Pancasila adalah keimanan dan ketaatan kepada
Tuhan YME, yang mewajibkan warga negara beragama dan melandasi setiap
perilaku berbangsa dan bernegara dengan ajaran agama. Sehingga dalam kehidupan
masyarakat, nilai-nilai agama harus senantiasa mewarnai setiap penanaman nilai-
nilai dasar kehidupan yang ada dalam perilaku dan interaksi sesama anggota
masyarakat.
Konsep di atas pula perlu diwujudkan dalam kehidupan masyarakat untuk
memperkuat nilai-nilai ideologi Pancasila yang bersinergi dengan nilai-nilai agama.
Disinilah pentingnya sebuah model internalisasi dan implementasi nilai-nilai religi
dalam kehidupan masyarakat yang heterogen.

5
BAB III

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI PANCASILA

Faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pancasila dibagi menjadi internal
dan eksternal. Faktor internal artinya berasal dari dalam individu yang sedang belajar.
Sedangkan faktor eksternal artinya berasal dari lingkungan luar dan dapat mempengaruhi
individu yang sedang belajar.

3.1 Faktor Pendukung


1. Faktor Pendukung Internal
a. Memiliki kesadaran diri akan pentingnya mengimplementasikan nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Memiliki motivasi yang datang dari pribadi tanpa ada suruhan orang lain.
c. Memiliki pengetahuan yang besar tentang pemahaman arti dan fungsi Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta menjadikannya sebagai aturan-
aturan dalam berperilaku keseharian.
2. Faktor Pendukung Eksternal
a. Berada dalam lingkungan yang taat dalam berperilaku berdasarkan nilai-nilai
Pancasila.
b. Berada dalam lingkungan yang mampu mengingatkan sesama dalam hal baik
dan buruk mengingat pentingnya dampak tersebut bagi bangsa.
c. Berada dalam lingkungan yang memiliki rasa kebersamaan dan saling tolong
menolong demi mencapai hubungan masyarakat yang damai dan harmonis.

3.2 Faktor Penghambat


1. Faktor Penghambat Internal
a. Kurangnya rasa kesadaran diri terhadap pentingnya mengimplementasikan nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
b. Memiliki pengetahuan yang dangkal terkait Pancasila sebagai dasar negara serta
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara.
c. Memiliki rasa apatis dan egoisme yang tinggi terhadap norma dalam
bermasyarakat.
2. Faktor Penghambat Eksternal

6
a. Berada dalam lingkungan yang tidak menjadikan Pancasila sebagai pedoman
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Bergaul dengan orang yang melakukan komunisme dan hal-hal yang membawa
masyarakat agar terpecah-belah.
c. Adanya komunitas yang hanya bergaul dan memiliki rasa kepedulian antar
sesama orang-orang yang berasal dari sedaerah atau segama saja.

7
BAB IV

SUMBANGAN PEMIKIRAN DAN KESIMPULAN

4.1 Sumbangan Pemikiran

Implementasi nilai-nilai Pancasila adalah pelaksanaan atau pengamalan nilai-nilai yang


dilaksanakan dalam suatu kegiatan atau aktivitas. Pancasila sangat penting untuk diamalakan
dalam kehiduan sehari-hari. Menurut Mughai (2007:15) Implementasi nilai-nilai Pancasila
dalam hidup. bermasyaraat, berbangsa, dan bernegara sebagai konsokuensi logis dari
kesadaran kehendak, yang berawal dari dalam diri, sehingga menimbulkan rasa keimanan, rasa
kemanusiaan, rasa berbangsa/kebangsaan, rasa demokrasi, dan rasa keadilan. Pembinaan
esensi nilai-nilai yang diidentifikasi positif dapat dilakukan melalui:

1. Pembinaan Nilai Religius yang Terprogram


Pembinaan nilai religius yang terprogram dengan baik oleh pemerintah dan
diimplementasikan secara bersama-sama oleh semua elemen masyarakat, mulai
dari lingkup keluarga, sekolah dan masyarakat dengan memperhatikan lima unsur
penting.
Mustari (2014:3-4) mengutip pendapat Stark dan Glock (1968), bahwa ada lima
unsur penting yang dapat mengembangkan manusia menjadi religius, yaitu
keyakinan agama, ibadat, pengetahuan agama, pengalaman agama, dan
konsekuensi dari keempat unsur tersebut.
a. Keyakinan agama adalah kepercayaan atas doktrin ketuhanan seperti
percaya terhadap adanya Tuhan, malaikat, akhirat, surga, neraka, takdir, dan
lain-lain. Tanpa keimanan memang tidak akan tampak keberagamaan.
Keimanan yang abstrak tersebut perlu didukung oleh perilaku keagamaan
yang bersifat praktis yaitu ibadat.
b. Ibadat adalah cara melakukan penyembahan kepada Tuhan dengan segala
rangkaiannya. Ibadat itu dapat menjaga keimanan, memberikan garis
pemisah anatar manusia itu sendiri dengan jiwa yang mengajaknya pada
kejahatan. Ibadah itu pula yang menimbulkan rasa cinta pad keluhuran, gemar
mengerjakan akhlak yang mulia dan amal perbuatan yang baik dan suci.
c. Pengetahuan agama adalah pengetahuan tentang ajaran agama meliputi
berbagai segi dalam suatu agama. Misalnya pengetahuan tentang

8
sembahyang, puasa, zakat, dan sebagainya. Pengetahuan agamapun dapat
berupa pengetahuan tentang sejarah nabi, peningglan, cita-cita yang menjadi
panutan dan teladan umat.
d. Pengalaman agama adalah perasaan yang dialami orang beragama seperti,
rasa tenang, tenteram, Bahagia, syukur, penuh, taat, takut, menyesal, bertobat
dan sebagainya. Pengalaman keagamaan ini terkadang cukup mendalam
dalam pribadi seseorang
e. Aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati seseorang yang berupa
sikap, ucapan, dan perilaku atau tindakan. Dengan demikian, hal ini bersifat
agregasi (penjumlahan) dari unsur lain. Walau demikian, sering kali
pengetahuan beragama tidak berkonsekuensi pada perilaku keagamaan

Sedangkan dalam mengatasi dan mengubah dampak negatifnya dapat dilaukan dengan:

1. Menindak tegas oknum yang memecah keharmonisan antar umat beragama.


2. Melakukan pembubaran untuk organisasi keagamaan yang radikal yang
mengancam keutuhan NKRI.
3. Aktif memberikan sosialisasi keagaman lewat sosial media dengan konten yang
terupdate dan mengikuti selera pasar, tidak kaku untuk menarik para anak muda.

4.2 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dalam kajian ini, maka dapat disimpulakan bahwa


pengimplementasian dan pembinaan nilai religius pada masyarakat Indonesia sangat penting,
mengingat Indonesia memiliki keragaman dalam berbagai aspek seperti suku, agama, ras dan
golongan. Hal ini tampak pada sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pembinaan nilai religius dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang sangat beragam tersebut
dapat ditempuh melalui pendidikan agama untuk meneguhkan keyakinan akan kebenaran
agama dan nilai-nilainya.

Selain itu, pembinaan nilai religius dapat dilakukan pembiasaan melalui ibadah yang
diwujudnyatakan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Pembinaan nilai religius juga perlu
didukung dengan penghayatan nilai-nilai agama sejak dari lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Untuk mencapai tujuan kehidupan yang harmonis dalam kehidupan masyarakat
heterogen di Indonesia, maka perlu adanya pembinaan nilai religius. Upaya tersebut harus
menjadi gerakan bersama yang terprogram dengan baik oleh pemerintah dan

9
diimplementasikan secara bersama-sama oleh semua elemen masyarakat, mulai dari lingkup
keluarga, sekolah dan masyarakat menuju kehidupan bangsa dan negara yang harmonis.

10
DAFTAR PUSTAKA

Umar, Mardan. (2019). Urgensi Nilai-nilai Religius Dalam Kehidupan Masyarkat Heterogen
di Indonesia. Diakses pada 10 September 2022, dari Universita Negeri Manado.

Siantur, Y. R. U. & Dewi, D.A. (2021). Penerapan Nilai-nilai Pancasila Dalam Kehidupan
Sehari-hari dan Sebagai Pendidikan Karakter. Diakses pada 10 September 2022, dari
Universitas Pendidikan Indonesia.

UUD 1945 dan Amandemen. (2019). Surabaya: Palito Media.

11

Anda mungkin juga menyukai