Disusun Oleh:
Kelompok 4
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang selalu memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Sholawat beserta
salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, beserta keluarga-Nya, sahabat-
sahabat -Nya dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman.
Adapun tujuan dari penulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah pancasila
yang berjudul aktualisasi pancasila. Kami mengucapkan terima kasih kepada Yth. Ibu Wasti
Indah Hariyani Daulay selaku dosen mata kuliah pancasila yang telah membimbing kami
dalam pembuatan makalah ini sehingga kami bisa menyelesaikannya tepat waktu serta telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini karena
kemampuan dan pengalaman kami yang masih terbatas. Untuk itu, kami mengharapkan saran
dan kritik yang sifatnya membangun, demi perbaikan dalam makalah dimasa mendatang.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang.................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 5
C. Tujuan.................................................................................................................. 5
BAB II
Pembahasan
A. Pancasila Pemersatu Heterognitas Bangsa.......................................................6
B. Aktualisasi Nilai-Nilai di Era Milenial.............................................................9
C. Panduan Hukum Berbangsa dan Bernegara.....................................................10
D. Nilai-Nilai Pancasila dalam Sistem Demokrasi di Indonesia...........................11
E. Pancasila Berarti Anti Korupsi.........................................................................13
F. Pancasila Menselaraskan Agama dan Negara...................................................15
BAB III
Penutup/Kesimpulan.......................................................................................................20
Daftar Pustaka..................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang lahir karena kemajemukan dan perbedaan yang
dipersatukan oleh kesadaran kolektif untuk hidup sebagai bangsa yang merdeka dan
berdaulat yang menggunakan Pancasila sebagai pemersatu bangsa, bukan hal yang mudah
bagi para pendiri negara menyepakati Pancasila yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur
bangsa dan menetapkannya sebagai dasar negara.
Pancasila dikatakan sebagai bintang pemandu (leitztern) dalam rangka meraih cita dan
tujuan negara. Hal ini dikarenakan nilai-nilai Pancasila memang digali dan sesuai dengan
karakter manusia Indonesia. Namun, pengaktualisasian Pancasila sekarang seolah lenyap dari
kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini dikarenakan beberapa hal yaitu Pertama: situasi
dan lingkungan kehidupan bangsa yang telah berubah baik di tingkat domestik, regional
maupun global. Kedua, terjadinya euphoria reformasi sebagai akibat dari traumatisnya
masyarakat terhadap penyalahgunaan kekuasaan di masa lalu yang mengatasnamakan
Pancasila.
Pancasila tidak dapat diganggu gugat yaitu karena : Pertama, Pancasila sangat cocok
dijadikan platform kehidupan bersama bagi bangsa Indonesia yang sangat majemuk agar
tetap terikat erat sebagai bangsa yang bersatu. Kedua, Pancasila termuat dalam Pembukaan
UUD NRI 1945 yang didalamnya ada pernyataan kemerdekaan oleh bangsa Indonesia
sehingga jika Pancasila diubah berarti Pembukaan UUD NRI 1945 pun diubah. Hukum harus
bersumber pada Pancasila walaupun masyarakat senantiasa berubah dan hukum pun harus
terus diperbaharui agar dapat melayani kebutuhan masyarakat. Namun Pancasila harus tetap
diposisikan sebagai kerangka berpikir dan sumber-sumber nilai.
Ini didasari perlunya revitalisasi Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai cita hukum (rechtsidee) harus dijadilan dasar dan
tujuan setiap hukum di Indonesia. Evaluasi aktualisasi Pancasila dalam perumusan peraturan
perundang-undangan dapat dilakukan melalui harmonisasi hukum sebagai upaya atau proses
untuk merealisasi keselarasan, kesesuaian, keserasian, kecocokan, keseimbangan diantara
norma-norma hukum di dalam peraturan perundang-undangan sebagai sistem hukum dalam
satu kesatuan kerangka sistem hukum nasional.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Karena itulah sampai detik ini bunyi sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang
berarti pancasila menyakralkan agama. Tidak hanya islam namun Kristen, katolik, konghucu,
hindu dan budha sebagai agama yang resmi pada saat itu. Didalam perubahan sila pertama
inilah letak keselarasan pancasila dengan agama. Dengan adanya sikap toleransi antar sesama
warga dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Kita tentunya sebagai warga negara Indonesia memiliki sikap teloransi antar umat
beragama. Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir.Soekarno mengatakan bahwa “prinsip ketuhanan!
Bukan bangsa yang ber-Tuhan namun masing masing warga Indonesia yang bertuhan. Yang
Kristen menurut petunjuk Isa Al Masih, yang islam menurut petunjuk Nabi Muhammad
SAW, yang budha menurut kitab kitab yang ada. Hendaknya orang orang dapat menyembah
Tuhannya dengan leluasa.
Hal ini relevan dengan ayat (1) dan (2) pasal 29 UUD 1945 Tentang Kebebasan Beragama.
Pasal 29 yakni:
1. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu.
Penjelasan dari kedua pasal tersebut ayat 1 dijelaskan bahwa Indonesia Ketuhanan Yang
Maha Esa karena segala kegiatan harus didasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Prinsip
ketuhanan yang tertanam dalam UUD 1945 perwujudan pengakuan keagamaan yang bersifat
mutlak. Oleh karena itu, semua orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut
agamanya yang dianggap benar dan warganya berhak mendapatkan pendidikan yang layak
serta hak setiap warga negara untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak dan nyaman
untuk tinggal dan berhak menentukan kewarganegaraan sendiri.
Penjelasan dari ayat 2 bahwa setiap warga negara memiliki agama dan kepercayaan
sendiri tanpa ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Dan tidak ada orang yang melarang
untuk memilih agama yang diyakini. Setiap agama memiliki cara dan proses beribadah yang
berbeda-beda. Oleh karena itu setiap warga tidak boleh melarang orang beribadah.
Dan terdapat juga pada UUD 1945 pasal 28 E ayat 1 yang berbunyi “Setiap orang bebas
memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran,
memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali”. Penjelasan dari pasal 28 E ayat 1 ini adalah Setiap
warga Negara bebas memeluk agama yang mereka hendaki atau yang mereka anggap benar,
di karenakan kita hidup didunia ini tidak akan selalu sama pasti ada perbedaan, jangan
sampai dikarenakan kita berbeda agama menimbulkan perpecahan, karena itu merugikan
Bangsa dan Negara. Kita juga bebas memilih pendidikan dan pekerjaan tanpa adanya
paksaan, dan jika orang tua kita mempunyai kewarganegaraan yang berbeda, kita juga bebas
dalam memilih warga negara yang kita anggap baik, kita juga berhak untuk pindah ke negara
lain dan berhak kembali ke negara asal.
Karena dalam ideologi pancasila menjelaskan bahwa bangsa indonesia memeluk agama,
menganut agama sesuai kepercayaan masing-masing tanpa adanya unsur paksaan. Maka dari
itu Indonesia harus memiliki sikap toleransi dan menghormati umat agama lain yang sedang
melakukan ibadah. Segala bentuk aspek penyelenggaraan negara harus berdasarkan atas nilai-
nilai dalam ketuhanan yang maha esa. Setiap aturan yang dibuat harus memperhatikan sikap
toleransi antara beragama.
G. Urgensi Moderasi Beragama Upaya Deradikalisasi di Indonesia
Moderasi beragama di negara yang ber bhineka menjadi arus utama dalam membangun
Indonesia ke depan. Mengingat pentingnya moderasi beragama dalam kehidupan berbangsa.
Menteri Agama sebelumnya Lukman Hakim Saifudi menetapkan tahun 2019 sebagai Tahun
Moderasi Beragama. Moderasi beragama penting diterapkan agar paham agama yang
berkembang serta pengamalannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan. Jadi,
moderasi beragama mengemban misi untuk menciptakan perdamaian bagi semua umat
manusia.
Munculnya sikap liberal dalam beragama kerap memicu reaksi konservatif yang ekstrem.
Sikap tersebut sering menimbulkan lahirnya ujaran kebencian, permusuhan, intoleransi,
ekstremisme, deradikalisme, kekerasan bahkan terorisme atas nama agama. Ini ternyata telah
mengancam perdamaian, merusak kerukunan, dan mengoyak kebersamaan. Moderasi
beragama diharapkan menjadi solusi atas problem keagamaan yang ekstrem di kedua kubu
yang kita hadapi tersebut.
Era revolusi industri 4.0 disebut juga era distrupsi mengakibatkan terjadinya perubahan
radikal dalam semua aspek kehidupan, tak terkecuali bidang kehidupan keagamaan.
Keutuhan sosial masyarakat Indonesia menghadapi tantangan dan ancaman besar karena
banjirnya informasi yang tidak tersaring, derasnya internalisasi pengetahuan instan, termasuk
pengetahuan keagamaan, sering mengganggu benteng pertahanan kebersamaan dan
kebangsaan.
Masyarakat jadi mudah membenarkan berita atau informasi yang sampai tanpa terlebih
dahulu menganalisis dan menelusuri kebenarannya. Sikap terhadap pemberitaan di medsos
menjadi salah satu pemicu munculnya radikalisme ekstrim terhadap keberagaman dalam
kehidupan beragama terutama pada generasi milienial. Penguatan moderasi beragama dapat
dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan sedikitnya melalui 3 strategi yakni:
a) Sosialisasi dan diseminasi gagasan moderasi beragama.
b) Pelembagaan moderasi beragama ke dalam program dan kebijakan.
c) Pengintegrasian perspektif moderasi beragama ke dalam Rencana Strategis Kementerian
Agama.
Secara spesifik penguatan moderasi beragama yang akan dilakukan kementerian Agama
Provinsi Jawa Barat mencakup 3 strategi prioritas yaitu bidang pembinaan masyarakat
melalui pembinaan keluarga sakinah, revitalisasi pondok pesantren dan majelis ta'lim dan
melalui diklat fungsional.
1. Prioritas Penyelenggaraan dan Kegiatan Bidang Pembinaan Masyarakat
Penguatan moderasi beragama harus berawal dari keluarga. Keluarga sebagai unit terkecil
masyarakat dan tempat pendidikan pertama dan utama setiap warga bangsa. Ketahanan
keluarga memiliki potensi yang sangat besar untuk menanamkan dan menyemai praktik
moderasi beragama.
Kementerian Agama wajib memperkuat praktik beragama yang moderat ini melalui stelsel
keluarga. Nilai-nilai luhur ini dapat ditanamkan melalui berbagai program pembinaan
keluarga sakinah di semua lini, mulai dari penyuluhan dan bimbingan di tingkat Kantor
Kementerian Agama sampai di tingkat layanan Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan.
2. Penguatan Revitalisasi Pondok Pesantren dan Majlis Ta'lim
Pesantren dan majelis ta'lim sebagai lembaga pendidikan keagamaan non formal harus
menjadi motor penggerak moderasi beragama. Pesantren dan majelis kajian menjadi sarana
tepat guna menyebarkan sensitivitas santri dan masyarakat pada ragam perbedaan. Ini penting
dilakukan karena secara empirik paham radikalisme di Indonesia salah satunya dari hasil
gemlengan di pesantren atau daurah tertentu. Sejumlah survei menjelaskan bahwa ada lima
pintu utama bagaimana pemahaman radikal dan intoleransi melakukan penetrasi
dilingkungan pesantren yaitu:
a) Sistem manajemen pesantren.
b) Kegiatan kepesantrenan.
c) Peran guru dalam proses belajar mengajar.
d) Muatan kurikulum dan sumber-sumber yang digunakan.
e) Kebijakan pimpinan pesantren yang lemah dalam mengontrol masuknya radikalisme.
Oleh karena itu, perlu penguatan pada kelima aspek tersebut diantaranya dengan melatih
pimpinan dan guru pondok pesantren menjadi agen transformasi moderasi beragama dalam
konteks Islam.
3. Pengalokasian Materi Moderasi Beragama dan Deradikalisasi pada Setiap Diklat
Fungsional
Untuk memperkuat moderasi beragama di Indonesia dapat dilakukan melalui diklat
fungsional. Sasaran utama diklat fungsional meliputi para pejabat fungsional ASN dan non
ASN di lingkungan Kementerian Agama serta mitra kerja Kementerian Agama seperti
widyaiswara, penghulu, penyuluh, pemandu kerukunan, takmir masjid, pengurus FKUB
yang ada di daerah. Membangun sensitivitas dan kesadaran moderasi beragama bagi para
peserta diklat dapat diintervensi melalui materi maupun metode diklat yang ditrapkan
termasuk pada diklat Pra Jabatan maupun Diklat Kepemimpinan (Diklat PIM).
Demikianlah, bahwa penguatan Moderasi beragama harus menjadi milik kita bersama.
Sosialisasi dan kampanye moderasi beragama tidak cukup diupayakan secara struktural
melalui kebijakan Kantor Wilayah Kementerian Agama melainkan dijadikanya sebagai
gerakan kultural masyarakat untuk merawat kerukunan dan kehidupan keagamaan yang
damai dan toleran di negeri tercinta Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan norma dasar dan norma tertinggi
didalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara dalam bentuk peraturan perundang-undangan bersifat imperatif (mengikat).
Aktualisasi Pancasila berarti penjabaran nilai-nilai pancasila dalam bentuk norma-norma,
serta merealisasikannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam aktualisasi
Pancasila ini, penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma, dijumpai dalam
bentuk norma hukum, kenegaraan, dan norma-norma moral sedangkan realisasinya dikaitkan
dengan tingkah laku semua warga negara dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta
seluruh aspek penyelenggaraan negara.
Aktualisasi pancasila dibagi dua, yaitu aktualisasi Obyektif dan aktualisasi Subyektif.
Aktualisasi Obyektif merupakan penjabaran nilai-nilai Pancasila ke bentuk norma aspek
penyelenggaraan negara Sedangkan Aktualisasi Subyektif merupakan penjabaran nilai-nilai
Pancasila dalam bentuk norma-norma moral pada setiap diri individu. Penjabaran nilai-nilai
moral tersebut telah dijelaskan pada makna setiap sila dalam Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA