Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HAKIKAT SILA-SILA PANCASILA 2

DOSEN PENGAJAR
Wartono, M.Pd.

DISUSUN OLEH
EDWARD FEBRIANSYAH(2103030019)
ALFIN NUHA(2103030006)
ARJUN SUGIHARSO(2103030018)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
TEKNIK ELEKTRO
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Dan
Kewarganegaraan, dengan judul: “Hakikat sila-sila pancasila
2”.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini


tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang tulus
memberikat doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalh ini masih


jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman yang
kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk
saran serta masukan, Akhirnya kami berharap semoga makalh
ini dapat memberikan manfaat bagi orang yang membacanya.

Purwokerto, September 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................2
BAB I.........................................................................................3
PENDAHULUAN........................................................................4
A. Latar belakang...............................................................4
B. Rumusan masalah.........................................................4
C. Tujuan...........................................................................4
BAB II.......................................................................................6

A. INTI SILA PANCASILA....................................................6


B. PEDOMAN INTI SILA PANCASILA..................................6
C. IMPLEMENTASI PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
BANGSA INDONESIA.....................................................8
D. MENGEVALUASI BENTUK DAN SUSUNAN
PANCASILA YANG BERSIFAT HIERARKIS PIRAMIDA.....10

BAB II......................................................................................13

A. Penutup........................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Secara arti kata pancasila mengandung arti panca yang berarti


lima dan sila yang berarti dasar. Dengan demikian pancasila dapat
diartikan sebagai lima dasar. Pancasila merupakan ideologi dasar
negara Indonesia serta falsafah bangsa dan bernegara Republik
Indonesia yang terdiri dari 5 sila, yaitu ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan perwakilan dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Setiap sila yang
terkandung pada pancasila memiliki perbedaan yang satu dengan
yang lainnya, namun semua itu tidak lain adalah satu kesatuan yang
sistematis. Oleh karena itu, meskipun dalam setiap uraiannya
menjelaskan nilai-nilai yang berbeda, namun semuanya itu tidak
dapat dilepaskan karena antara sila yang satu dan yang lain saling
keterkaitan.

B. Rumusan masalah

1. Apa inti dari pancasila


2. Apa alasan pancasila menjadi sistem filsafat bangsa Indonesia
3. Apa arti pancasila yang bersifat hierarkis
C. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami pengertian dari inti – inti pancasila


2. Mengetahui dan memahami pedoman inti sila pancasila
3. Mengetahui dan memahami pancasila mplementasi Pancasila
sebagai filsaft bangsa Indonesia
BAB II

A. INTI SILA PANCASILA

Notonagoro menyatakan isi mutlak dari Pancasila dasar filsafat


negara yang meliputi:

1) Dalam sila ke1 terkandung prinsip bahwa bangsa indonnesia


adalah bangsa yang ber-Tuhan dan negara menjamin kemerdekaan
penduduk untuk memeluk dan beribadah menurut agama dan
kepercayaannya.
2) Dalam sila ke2 prinsipp pergaulan antar umat manusia berdasarkan
kemanusia yang adit dan beradap.
3) Sila ke3 mengandung prinsip persatuan bangsa indosnesia tidak
sempit karena prinsip ini mengandung pengakuan bahwa setiap
bangsa bebas menentukan nasipnya sendiri.
4) Sila ke4 mengandung prinsip bahwa demokrasi di Indonesia
bukanlah demokrasi yang bersifat totaliter maupun liberal melainkan
kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam
permusiawaratan atau perwakilan.
5) Sila ke5 mengandung prinsip bahwa setiap orang di Indonesia akan
mendapat perlakuan yang adit dalam bidang
hukum,politik,sosial,ekonomi,dan kebudayan

B. PEDOMAN INTI SILA PANCASILA

Sila pertama:

 Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan


terhadap tuhan yang Maha Esa.
 Manusia Indonesia percaya dan takwa kepada tuhan yang Maha
Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.
 Mengembangkan sikap hormat dan menghormati dan bekerja sama
antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-
beda terhadap Tuhan yang Maha Esa.
 Membina kerukunan hidup di antara sesame umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan yang Maha Esa yang di percayai dan diyakininya.
 Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masinh.
 Tidak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan terhadao
Tuhan yang Maha Esa kepada orang lain.

Sila kedua:

 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan


martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang Masa Esa.
 Mengaku kesamaan derajat,persamaan hak dan kewajiban hak
asasi setiap manusia tanpa memperbedakan
suku,keturunan,agama,kepercayaan,jenis kelamin,kedudukan
sosial,warna kulit dan sebagainya
 Mengembangkan sikap saling mencintiai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepak silira.
 Mnegembsng sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Bangsa Indoneisa merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
 Mengembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama
dengan negara lain.

Sila ketiga:

 Mampu menempatkan persatuan,kesatuan, serta kepenntingan


dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan
Bersama diatas kepentingan pribadi.
 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan
negara apabila diperlukan.
 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
 Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah
air Indonesia.
 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaan abadi dn keadilan sosial .
 Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar bhineka tunggal
ika .
 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Sila keempat:

 Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat


Indonesia mempunyai kedudukan hak kewajiban yang sama.
 Dalam mengunakan hak-haknya harus menyadari perlunya selalu
pemperhatikan dan mengutamakan kepentingan negara dan
kepentingan masyrakat.
 Tidak boleh ada 1 kehendak yang di paksakan kepada pihak lain.
 Untuk mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan
musyawara,terlebih dahulu harus diadakan musyarawa.
 Keputusan diusahakan secara mufakat.

Sila kelima:

 Menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan


keadilan sosial dalam masyarakat Indonesia.
 Mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencermin sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
 Mengembangkan sikap adit terhadap sesama.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Menghormati hak-hak orang lain.
 Suka memberikn pertolongan terhadap orang lain.

C. IMPLEMENTASI PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA


INDONESIA

Implementasi Pancasila sebagai filsaft bangsa Indonesia dapat


diartikan sebagai pengguanaan pemikiran yang luas dan mendalam
tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan filsafat Pancasila
dimagsudkan guna mempertanyakan dan menjawab permasalahan
bangsa , baik secara umum maupun secara khusus untuk tiap tiap
bidang kehidupan bangsa dan bernegara. Jelasnya dengan dasar
filsafat Pancasila , kita harus mampu merumuskan , logos Hatos dan
edhos dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tak kalah pentingnya dalam mengimplementasikan Pancasila


sebagai filafat bangsa Indonesia adalah menjadikan filsaft Pancasila
untuk mempertanyakan dan menjawab segala sesuatu masalah
kehidupan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

1. Alasan Pancasila menjadi sistem filsafat bangsa Indonesia

a) Secara materi – substansial dan intrinsic nilai Pancasila adalah


filosofis ;

missal hakikat kemanusiaan yang adil dan beradab , apalagi ke-


Tuhan yang Masa Esa adalah metafisisi / filosofis .

b) Secara praktis – fungsional, dalam tata-budaya masyarakat


Indonesia pra-kemerdekaan nilai Pancasila diakui sebagai filsafat
hidup atau pandangan hidup yang dipraktekan .
c) Secara psikologis dan kultural , bangsa dan budaya bangsa
Indonesia sederajad dengan bangsa dan budaya manapun .
karenannya , wajar bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-
bangsa lain (china,India,Arab,Eropa) mewarisi system filsafat
dalam budayanya. Jadi Pancasila adalah filsafat yang diwarisi
dalam budaya Indonesia.

2. Pancasila sebagai system filsafat , telah memenuhi persyaratan


antara lain :

a) Adanya kesatuan dari kelima unsur sila silanya , yang satu sama
lain tak dapat dipisahkan
b) Adanya keteraturan dari sila silanya , yaitu bereksistensi secara
dierarkis konsisten, masing masing sila berada dalam satu urutan
tingkat yang runtut. Yang nilaainya lebih esensial didahulukan
,artinya yang lebih luas cakupannya didahulukan .
c) Adanya keterkaitan antar sila yang satu dengn sila yang lain,
hingga merupakan suatu kesatuan yang utuh merupakan suatu
totalitas (gestalt) ,saling hubungan dan salung ketergantungan
(intercorelations) antar sila yang satu dengan yang lain.
d) Adanya kerja sama antara sila yang satu dengan yang lain . hal ini
mutlak sebab dasar filsafat negara harus merealisasikan tujuan
ujuan negara
e) Adanya tujuan Bersama ,dimana untuk mewujudkannnya
diperlukan pemerintah yang stabil dalam satu wadah negara yang
mempunyai dasar filsafat tersebut (Daroeso dan Suyahmo ,
1991:42-43).

D. MENGEVALUASI BENTUK DAN SUSUNAN PANCASILA YANG


BERSIFAT HIRARKIS PIRAMIDA.

1) Hierarkis berarti tingkat, sedangkan yang dimaksud bentuk


Piramid dari kesatuan Pancasila ialah bahwa sila yang pertama
dan seterusnya tiap-tiap sila bagi sila berikutnya adalah menjadi
dasar dan tiap-tiap sila berikutnya itu merupakan penjelmaan atau
pengkhususan dari sila yang mendahuluinya.

Dalam susunan pancasila banyak orang yang menilai pancasila


berbentuk dalam hierarkis atau berjenjang yang menggambarkan
hubungan hierarkhi sila-sila dari pancasila dalam urut-urutan
(kuantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya (kualialitas). Kalau
dilihat dari intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu
rangkaian dalam luasnya dan isi sifatnya, merupakan
pengkhususan dari sila-sila yang dimukanya. Jika urut-urutan lima
sila dianggap mempunyai maksud demikian, maka diantara lima
sila ada hubungan yang mengikat yang kepada yang lain sehingga
pancasila merupkan suatu kesatuan keseluruhan yang bulat.
Andai kata urut-urutan itu dipandang sebagi tidak mutlak. Diantara
satu sila dengan sila lainnya tidak ada sangkut-pautnya, maka
pancasila itu menjaditerpecah-pecah, oleh karena itu tidak dapat
dipergunakan sebagai suatu asas kerohanian bagi Negara.

2) Menurut Notonagoro dinyatakan bahwa bentuk susunan


hierarkis-piramida Pancasila ialah :
Kesatuan bertingkat yang tiap sila di muka sila lainnya merupakan
basis atau pokok pangkalnya, dan tiap sila merupakan
pengkhususan dari sila di mukanya. Sila pertama menjelaskan
bahwa pada sila pertama itu meliputi dan menjamin isi sila 2, 3, 4,
dan 5, begitu pula sila- sila berikutnya saling berkaitan erat dan
menjiwai satu dengan yang lain.

Bentuk susunan hierarkis-piramidal Pancasila, dapat digambarkan


dalam bentuk diagram yang disebut dengan diagram hierarkis-
piramidal Pancasila. Dengan adanya bentuk diagram ini, terlebih
dahulu dapat diuraikan sebagai pengantar bahwa Tuhan Pencipta
segala makhluk, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Esa, asal segala
sesuatu dan sekaligus sebagai dasar semua hal yang ada dan
yang mungkin ada. Oleh karena itu Tuhan sebagai dasar dari
penciptaannya, yang di dalam diagram digambarkan sebagai
dasar terbentuknya diagram itu.

I. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa adalah menjiwai isi sila
2, 3, 4, dan 5, artinya dalam segala hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus dijiwai nilai-nilai
ketuhanan Yang Maha Esa.
II. Sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang dijiwai sila
ke-1 dan isinya meliputi sila 3, 4, dan 5, dalam sila ini terkandung
makna bahwa sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk tuhan yang beradab, maka segala hal
yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara harus
mencerminkan bahwa negara ini mempunyai peraturan yang
menjunung tinggi harkat dan martabat manusia.
III. Sila ketiga Persatuan Indonesia yang dijiwai sila 1, 2 dan
menjiwai isi dari sila 4, dan 5, sila ini mempunyai makna manusia
sebagai makhluk sosial wajib mengutamakan persatuan negara
Indonesia yang disetiap daerah memiliki kebudayaan-kebudayaan
maupun beragama yang berbeda.
IV. Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan dijiwai sila 1, 2, 3 dan
menjiwai isi dari sila ke-5. Sila ini menjelaskan bahwa negara
Indonesia ini ada karena rakyat maka dari itu rakyat berhak
mengatur kemana jalannya negara ini.
V. Sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia itu dijiwai
oleh isi dari sila 1, 2, 3, dan 4. Sila ini mengandung makna yang
harus mengutamakan keadilan bersosialisasi bagi rakyat
Indonesia ini sendiri tanpa memandang perbedaan-perbedaan
yang ada
BAB III
A. Penutup
1. Kesimpulan

Bahwa susunan sila-sila pancasila urutan maupun rumusannya

tidak boleh dirubah, harus tetap sesuai dengan rumusan pancasila

dalam pembukaam UUD tahun 1945, karena sila yang diatasnya

menjiwai sila-sila yang di bawahnya, sedangkan sila-sila yang di

bawahnya dijiwai oleh sila-sila yang di atasnya.


DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Tukiran Taniredja (2018). Paradigma terbaru pendidikan


kewarganegaraan untuk mahasiswa. purwokerto: CV Alfabeta, 2018.

Anda mungkin juga menyukai