Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ULUMUL QUR’AN

NAMA : MUHAMMAD ARVICKIANSYAH


NIM : 2010102018
DOSEN MK : MUHAMMAD RIZAL,MH
PRODI : PERBANDINGAN MAZHAB ( 20151 )

MUNASABAH
Secara bahasa Munasabah berasal dari kata nasaba-yunasibu-munasabatan yang artinya
dekat (al-qorib). Secara terminologi sebagaimana dikatakan Mana al-Qathan adalah segi-
segi dalam hubungan antara satu kalimat dalam ayat, antara satu ayat dengan ayat lain
dalam banyak ayat atau antara satu surat dengan surat lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa "Munasabah" adalah pengetahuan yang menggali hubungan
ayat dengan ayat dan hubungan surat dengan surat dalam Al-Qur'an.

Macam-macam Munasabah Beserta penjelasan contoh dan hikmah


nya
1. Munasabah antara surah dengan surah
Keserasian hubungan atau munasabah antar surah ini pada hakikatnya memperlihatkan
kaitan yang erat dari suatu surah dengan surah lainnya. Bentuk munasabah yang tercermin
pada masing-masing surah, kelihatannya memperlihatkan kesatuan tema. Salah satunya
memuat tema sentral, sedangkan surah-surah yang lainnya menguraikan sub-sub tema
berikut perinciannya baik secara umum maupun secara parsial. salah satu contoh yang dapat
diajukan di sini adalah munasabah yang dapat ditarik pada tiga surah beruntun, masing-
masing Q. S al-Fatihah. (1), Q. S al-baqarah dan Q. S Al-Imran.
Satu surah berfungsi menjelaskan surah sebelumnya, misalnya di dalam surah al-Fatihah:

Artinya: “Tunjukan kami ke jalan yang lurus”


Lalu dijelaskan di dalam surah al-Baqarah, bahwa jalan yang lurus itu ialah mengikuti
petunjuk al-Qur’an, sebagaimana disebutkan:
Artnya: “Kitab ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”.
2. Munasabah antara satu surat dengan surat sebelumnya
Untuk mencari munasabah antara satu surat dengan surat sebelumnya, as-Suyuthi
menyimpulkan bahwa satu surat berfungsi menerangkan atau menyempurkan ungkapan
pada surat sebelumnya. Sebagai contoh dalam surat al-Bawarah [2] ayat 152 dan 182:
‫فاذكروني أذكركم واشكروا لي وال تكفرون‬

Ayat-ayat dari surat ini menerangkan dan menyemprnakan dari surat sebelumnya al-fatihah
[1] ayat 2:
‫ب ْالعَالَمّ ي َن‬ ّ ‫ْال َح ْمد ُ ّ ه‬
ّ ِّ ‫َلِل َر‬
Begitu juga ayat 21-22 surat al-Baqarah [2]:
َ‫س َمآ َء ّبنَآ ًء َوأَنزَ َل مّ ن‬ ‫شا َوال ه‬ ً ‫ض ف َّرا‬ َ ‫} الهذّي َجعَ َل لَكُ ُم األ َ ْر‬21{ َ‫اس ا ْعبُدُوا َربه ُك ُم الهذّي َخلَقَكُ ْم َوالهذّينَ مّ ن قَ ْب ّل ُك ْم لَعَله ُك ْم تَتهقُون‬
ُ ‫يَاأَيُّ َها النه‬
َ ُ َ َ
َ‫َلِل أندَادًا َوأنت ْم تَعْل ُمون‬ ُ ُ َ ً ْ
ّ ‫ت ّرزقا لك ْم فَال َ تَجْ عَلوا ّ ه‬ ‫ه‬ ْ َ
ّ ‫س َمآءّ َمآ ًء فَأخ َر َج بّ ّه مّ َن الث َم َرا‬
‫ال ه‬
Merupakan penyempurnaan dari ungkapan ( َ‫ب ْال َعا َلمِين‬ ِِّ ‫)ر‬dalam
َ surat al-fatihah.
3. Munasabah Antara Nama Surah Dengan Kandungan Isinya
Nama suatu surah pada dasarnya bersifat tauqifi. Namun beberapa bukti menunjukkan
bahwa suatu surah terkadang memiliki satu nama dan terkadang dua nama atau lebih.
Tampaknya ada rahasia dibalik nama tersebut. Para ahli tafsir sebagaimana yang
dikemukakan oleh al-Sayuthi melihat adanya keterkaitan antara nama-nama surah dengan
isi atau uraian yang dimuat dalam suatu surah. Kaitan antara nama surah dengan isi ini
dapat di indentifikasikan sebagai berikut :
a. Nama diambil dari urgensi isi serta kedudukan surah. Nama surah al-Fatihah disebut
dengan umm al-Kitab karena urgensinya dan disebut dengan al-Fatihah karena
kedudukannya.
b. Nama diambil dari perumpamaan, peristiwa, kisah atau peran yang menonjol, yang
dipaparkan pada rangkaian ayat-ayatnya; sementara di dalam perumpamaan, peristiwa,
kisah atau peran itu sarat dengan ide. Di sini dapat disebut nama-nama surah : al-‘Ankabut,
al-Fath, al-Fil, al-Lahab dan sebagainya.
c. Nama sebagai cerminan isi pokoknya, misalnya al-ikhlas karena mengandung ide pokok
keimanan yang paling mendalam serta kepasrahan ; al-Mulk mengandung ide pokok hakikat
kekuasaan dan sebagainya.
d. Nama diambil dari tema spesifik untuk dijadikan acuan bagi ayat-ayat lain yang tersebar
diberbagai surah. Contoh al-Hajj ( dengan spesifik tema haji ), al-Nisa ( dengan spesifik
tema tentang tatanan kehidupan rumah tangga). Kata Nisa yang berarti kaum wanita adalah
lambang keharmonisan rumah tangga.
e. Nama diambil dari huruf-huruf tertentu yang terletak dipermulaan surah, sekaligus untuk
menuntut perhatian khusus terhadap ayat-ayat di dalamnya yang memakai huruf itu.
Contohnya : Thaha, Yasin, Shad dan Qaf.
4. Munasabah Antara Satu Kalimat Lainnya Dalam Satu Ayat
Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam satu ayat dapat dilihat
dari dua segi. Pertama adanya hubungan langsung antar kalimat secara konkrit yang jika
hilang atau terputus salah satu kalimat akan merusak isi ayat. Identifikasi munasabah dalam
tipe ini memperlihatkan ciri-ciri ta’kid / tasydid ( penguat / penegasan ) dan tafsir / I’tiradh (
interfretasi / penjelasan dan ciri-cirinya). Contoh sederhana ta’kid :
“‫ “ فإن لم تفعلوا‬, dikuti “ ‫ ( ”ولن تفعلوا‬Q.S al-Baqarah / 2 : 24 ).
Contoh tafsir :
‫سبحان الذى اسرى بعبده ليال من المسجد الحرام الى المسجد األقصى‬

Kemudian diikuti dengan


17 / ‫الذى باركنا حوله لنريه من اياتنا ( اإلسراء‬
Kedua masing-masing kalimat berdiri sendiri, ada hubungan tetapi tidak langsung secara
konkrit, terkadang ada penghubung huruf ‘ athaf ‘ dan terkadang tidak ada. Dalam konteks
ini, munasabahnya terletak pada :
a. Susunan kalimat-kalimatnya berbentuk rangkaian pertanyaan, perintah dan atau larangan
yang tak dapat diputus dengan fashilah.
Salah satu contoh :
) 25 : ‫ولئن سألتهم من خلق السماوات واألرض __ ليقولون هللا __ قل الحمد هلل ( لقمان‬
b. Munasabah berbentuk istishrad ( penjelasan lebih lanjut ). Contoh :
189 : 2 / ‫يسألونك عن األهلة ___ قل هى ___ ( البقرة‬
c. Munasabah berbentuk nazhir / matsil ( hubungan sebanding ) atau mudhaddah / ta’kis (
hubungan kontradiksi ). Contoh :
177 : 2 / ‫ليس البر أن تولوا وجوهكم قبل المشرق والمغرب ___ ولكن البر … ( البقرة‬
5. Munasabah Antara Nama Surat Dengan Tujuan Turunnya
Al-Biqai menjelaskan bahwa nama-nama surat al-Qur’an merupakan “inti pembahasan surat
tersebut serta penjelasan menyangkut tujuan”. Setiap surat mempunyai tema pembicaraan
yang sangat menonjol, dan itu tercermin dalam nama-nama masing-masing surat, seperti
surat al-Baqarah, surat yusuf, surat an-Naml, dan surat al-Jinn. Cerita tentang sapi betina
dalam surat al-Baqarah umpamanya merupakan inti pembicaraan surat tersebut, yaitu
kekuasaan Allah membangkitkan orang mati. Surat Yusuf mengisahkan Nabi Yusuf a.s.
yang dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya, kemudian setelah menjadi orang istana ia
difitnah memperkosa Zulaekha, permasuri penguasa Mesir, padahal justru wanita itu yang
berusaha memaksa Yusuf melakukan pembuatan tidak terpuji. Surat al-Jinn yang
mengisahkan bahwa Jin adalah mahluk yang juga sering mendengarkan bacaan al-Qur’an,
dsb. Singkat cerita semua nama surat mencerminkan isi dari surat itu.
6. Munasabah Antara Ayat Dengan Ayat Dalam Satu Surah
Untuk melihat munasabah semacam ini perlu diketahui bahwa ini didaftarkan pada
pandangan datar yaitu meskipun dalam satu surah tersebar sejumlah ayat, namun pada
hakikatnya semua ayat itu tersusun dengan tertib dengan ikatan yang padu sehingga
membentuk fikiran serta jalinan informasi yang sistematis. Untuk menyebut sebuah contoh,
ayat-ayat diawal Q.S al-Baqarah 1 – 20 memberikan sistematika informasi tentang
keimanan, kekufuran, serta kemunafikan. Untuk mengidentifikasikan ketiga tipologi iman,
kafir dan nifaq, dapat ditarik hubungan ayat-ayat tersebut.
Misalnya surah al-Mu’minun dimulai dengan :
.”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman“ ‫قد أفلح المؤمنون‬

Kemudian dibagian akhir surah ini ditemukan kalimat :


‫انه ال يفلح الكافرون‬

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak beruntung”.


7. Munasabah Antara Penutup Ayat Dengan Isi Ayat Itu Sendiri
Munasabah pada bagian ini, Imam al-Sayuthi menyebut empat bentuk yaitu al-Tamkin (
mengukuhkan isi ayat ), al-Tashdir ( memberikan sandaran isi ayat pada sumbernya ), al-
Tausyih ( mempertajam relevansi makna ) dan al-Ighal ( tambahan penjelasan ).
Sebagai contoh :
bahkan mengukuhkan hubungan dengan dua ‫ ثم خلقنا النطفة علقة‬mengukuhkan ‫فتبارك هللا احسن الخالقين‬
, ‫ لقوم يعقلون‬, ‫يتفكرون‬ ‫ لقوم‬: ayat sebelumnya ) al-Mukminun : 12 – 14 (. Kalimat-kalimat
selalu menjadi sandaran isi ayat. Kata “halim” sangat erat hubungannya dengan ‘ibadat, ‫لقوم يفقهون‬
: sementara “rasyid” kuat hubungannya dengan al-amwal seperti bunyi ayat Q.S Hud : 87 berikut
‫قالوا يا شعيب أصالتك تأمرك أن نترك مايعبد اباؤنا أو أن نفعل فى أموالنا مانشاؤا إنك ألنت الحليم الرشيد‬

Sedangkan bentuk al-Ighal dapat dijumpai pada Q.S al-Naml ( 27 ) : 80 :


‫انك التسمع الموتى والتسمع الصم الدعاء إذا ولوا مد برين‬

Kata “Wallaw” yang artinya ‘bila mereka berpaling’ berfungsi sebagai penjelasan terhadap
arti ( orang tuli ).
8. Munasabah Antara Awal Uraian Surah Dengan Akhir Uraian Surah
Salah satu rahasia keajaiban al-Qur’an adalah adanya keserasian serta hubungan yang erat
antara awal uraian suatu surat dengan akhir uraiannya. Sebagai contoh, dikemukakan oleh
al-Zamakhsyari demikian juga al-Kirmani bahwa Q.S al-Mu’minun diawali dengan “ ‫قد افلح‬
‫ ( “ المؤمنون‬respek Tuhan kepada orang-orang Mukmin ) dan diakhiri dengan “‫انه اليفلح الكافرين‬
“ ( sama sekali Allah tidak menaruh respek terhadap orang-orang Kafir ). Dalam Q.S al-
Qashas, al-Sayuthi melihat adanya munasabah antara pembicaraan tentang perjuangan Nabi
Musa menghadapi Fir’aun seperti tergambar pada awal surah dengan Nabi Muhammad Saw
yang menghadapi tekanan kaumnya seperti tergambar pada situasi yang dihadapi oleh Musa
As dan Muhammad Saw, serta jaminan Allah bahwa mereka akan memperoleh
kemenangan.
9. Munasabah Antara Penutup Suatu Surah Dengan Awal Surah Berikutnya
Misalnya akhir surah al-Waqi’ah / 96 :
‫فسبح باسم ربك العظيم‬

“Maka bertasbihlah dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu Yang Maha Besar”.


Lalu surah berikutnya, yakni surah al-Hadid / 57 ayat 1 :
‫سبح هللا مافى السموات واألرض وهو العزيز الحكيم‬

“Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah ( menyatakan kebesaran
Allah ). Dan Dia-lah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
10. Munasabah Antar Ayat Tentang Satu Tema
Munasabah antar ayat tentang satu tema ini, sebagaimana dijelaskan oleh al-Sayuthi,
pertama-tama dirintis oleh al-Kisa’I dan al-Sakhawi. Sementara al-Kirmani menggunakan
metodologi munasabah dalam membahas mutasyabih al-Qur’an dengan karyanya yang
berjudul al-Burhan fi Mutasyabih al-Qur’an. Karya yang dinilainya paling bagus adalah
Durrah al-Tanzil wa Gharrat al-Ta’wil oleh Abu ‘Abd Allah al-Razi dan Malak al-Ta’wil
oleh Abu Ja’far Ibn al-Zubair.
Munasabah ini sebagai contoh dapat dikemukakan tentang tema qiwamah (tegaknya suatu
kepemimpinan). Paling tidak terdapat dua ayat yang saling bermunasabah, yakni Q.S al-
Nisa ( 4 ) : 34 :
‫الرجال قوامون على النساء بما فضل هللا بعضهم على بعض و بما أنفقوا من أموالهم‬
Dan Q.S al-Mujadalah ( 58 ) : 11 :
‫يرفع هللا الذين امنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات وهللا بما تعملون خبير‬

Tegaknya qiwamah ( konteks parsialnya qiwamat al-rijal ‘ala al-nisa ) erat sekali kaitannya
dengan faktor Ilmu pengetahuan / teknologi dan faktor ekonomi. Q.S al-Nisa menunjuk kata
kunci “Bima Fadhdhala” dan “al-Ilm” . Antara “Bima fadhdhala” dengan “yarfa’” terdapat
kaitan dan keserasian arti dalam kata kunci nilai lebih yang muncul karena faktor ‘Ilmu.
Munasabah al-Qur’an diketahui berdasarkan ijtihad, bukan melalui petunjuk Nabi ( tauqifi
). Setiap orang bisa saja menghubung-hubungkan antara berbagai hal dalam Kitab al-Qur’an

Anda mungkin juga menyukai