MUNASABAH
Secara bahasa Munasabah berasal dari kata nasaba-yunasibu-munasabatan yang artinya
dekat (al-qorib). Secara terminologi sebagaimana dikatakan Mana al-Qathan adalah segi-
segi dalam hubungan antara satu kalimat dalam ayat, antara satu ayat dengan ayat lain
dalam banyak ayat atau antara satu surat dengan surat lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa "Munasabah" adalah pengetahuan yang menggali hubungan
ayat dengan ayat dan hubungan surat dengan surat dalam Al-Qur'an.
Ayat-ayat dari surat ini menerangkan dan menyemprnakan dari surat sebelumnya al-fatihah
[1] ayat 2:
ب ْالعَالَمّ ي َن ّ ْال َح ْمد ُ ّ ه
ّ ِّ َلِل َر
Begitu juga ayat 21-22 surat al-Baqarah [2]:
َس َمآ َء ّبنَآ ًء َوأَنزَ َل مّ ن شا َوال ه ً ض ف َّرا َ } الهذّي َجعَ َل لَكُ ُم األ َ ْر21{ َاس ا ْعبُدُوا َربه ُك ُم الهذّي َخلَقَكُ ْم َوالهذّينَ مّ ن قَ ْب ّل ُك ْم لَعَله ُك ْم تَتهقُون
ُ يَاأَيُّ َها النه
َ ُ َ َ
ََلِل أندَادًا َوأنت ْم تَعْل ُمون ُ ُ َ ً ْ
ّ ت ّرزقا لك ْم فَال َ تَجْ عَلوا ّ ه ه ْ َ
ّ س َمآءّ َمآ ًء فَأخ َر َج بّ ّه مّ َن الث َم َرا
ال ه
Merupakan penyempurnaan dari ungkapan ( َب ْال َعا َلمِين ِِّ )رdalam
َ surat al-fatihah.
3. Munasabah Antara Nama Surah Dengan Kandungan Isinya
Nama suatu surah pada dasarnya bersifat tauqifi. Namun beberapa bukti menunjukkan
bahwa suatu surah terkadang memiliki satu nama dan terkadang dua nama atau lebih.
Tampaknya ada rahasia dibalik nama tersebut. Para ahli tafsir sebagaimana yang
dikemukakan oleh al-Sayuthi melihat adanya keterkaitan antara nama-nama surah dengan
isi atau uraian yang dimuat dalam suatu surah. Kaitan antara nama surah dengan isi ini
dapat di indentifikasikan sebagai berikut :
a. Nama diambil dari urgensi isi serta kedudukan surah. Nama surah al-Fatihah disebut
dengan umm al-Kitab karena urgensinya dan disebut dengan al-Fatihah karena
kedudukannya.
b. Nama diambil dari perumpamaan, peristiwa, kisah atau peran yang menonjol, yang
dipaparkan pada rangkaian ayat-ayatnya; sementara di dalam perumpamaan, peristiwa,
kisah atau peran itu sarat dengan ide. Di sini dapat disebut nama-nama surah : al-‘Ankabut,
al-Fath, al-Fil, al-Lahab dan sebagainya.
c. Nama sebagai cerminan isi pokoknya, misalnya al-ikhlas karena mengandung ide pokok
keimanan yang paling mendalam serta kepasrahan ; al-Mulk mengandung ide pokok hakikat
kekuasaan dan sebagainya.
d. Nama diambil dari tema spesifik untuk dijadikan acuan bagi ayat-ayat lain yang tersebar
diberbagai surah. Contoh al-Hajj ( dengan spesifik tema haji ), al-Nisa ( dengan spesifik
tema tentang tatanan kehidupan rumah tangga). Kata Nisa yang berarti kaum wanita adalah
lambang keharmonisan rumah tangga.
e. Nama diambil dari huruf-huruf tertentu yang terletak dipermulaan surah, sekaligus untuk
menuntut perhatian khusus terhadap ayat-ayat di dalamnya yang memakai huruf itu.
Contohnya : Thaha, Yasin, Shad dan Qaf.
4. Munasabah Antara Satu Kalimat Lainnya Dalam Satu Ayat
Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam satu ayat dapat dilihat
dari dua segi. Pertama adanya hubungan langsung antar kalimat secara konkrit yang jika
hilang atau terputus salah satu kalimat akan merusak isi ayat. Identifikasi munasabah dalam
tipe ini memperlihatkan ciri-ciri ta’kid / tasydid ( penguat / penegasan ) dan tafsir / I’tiradh (
interfretasi / penjelasan dan ciri-cirinya). Contoh sederhana ta’kid :
“ “ فإن لم تفعلوا, dikuti “ ( ”ولن تفعلواQ.S al-Baqarah / 2 : 24 ).
Contoh tafsir :
سبحان الذى اسرى بعبده ليال من المسجد الحرام الى المسجد األقصى
Kata “Wallaw” yang artinya ‘bila mereka berpaling’ berfungsi sebagai penjelasan terhadap
arti ( orang tuli ).
8. Munasabah Antara Awal Uraian Surah Dengan Akhir Uraian Surah
Salah satu rahasia keajaiban al-Qur’an adalah adanya keserasian serta hubungan yang erat
antara awal uraian suatu surat dengan akhir uraiannya. Sebagai contoh, dikemukakan oleh
al-Zamakhsyari demikian juga al-Kirmani bahwa Q.S al-Mu’minun diawali dengan “ قد افلح
( “ المؤمنونrespek Tuhan kepada orang-orang Mukmin ) dan diakhiri dengan “انه اليفلح الكافرين
“ ( sama sekali Allah tidak menaruh respek terhadap orang-orang Kafir ). Dalam Q.S al-
Qashas, al-Sayuthi melihat adanya munasabah antara pembicaraan tentang perjuangan Nabi
Musa menghadapi Fir’aun seperti tergambar pada awal surah dengan Nabi Muhammad Saw
yang menghadapi tekanan kaumnya seperti tergambar pada situasi yang dihadapi oleh Musa
As dan Muhammad Saw, serta jaminan Allah bahwa mereka akan memperoleh
kemenangan.
9. Munasabah Antara Penutup Suatu Surah Dengan Awal Surah Berikutnya
Misalnya akhir surah al-Waqi’ah / 96 :
فسبح باسم ربك العظيم
“Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah ( menyatakan kebesaran
Allah ). Dan Dia-lah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
10. Munasabah Antar Ayat Tentang Satu Tema
Munasabah antar ayat tentang satu tema ini, sebagaimana dijelaskan oleh al-Sayuthi,
pertama-tama dirintis oleh al-Kisa’I dan al-Sakhawi. Sementara al-Kirmani menggunakan
metodologi munasabah dalam membahas mutasyabih al-Qur’an dengan karyanya yang
berjudul al-Burhan fi Mutasyabih al-Qur’an. Karya yang dinilainya paling bagus adalah
Durrah al-Tanzil wa Gharrat al-Ta’wil oleh Abu ‘Abd Allah al-Razi dan Malak al-Ta’wil
oleh Abu Ja’far Ibn al-Zubair.
Munasabah ini sebagai contoh dapat dikemukakan tentang tema qiwamah (tegaknya suatu
kepemimpinan). Paling tidak terdapat dua ayat yang saling bermunasabah, yakni Q.S al-
Nisa ( 4 ) : 34 :
الرجال قوامون على النساء بما فضل هللا بعضهم على بعض و بما أنفقوا من أموالهم
Dan Q.S al-Mujadalah ( 58 ) : 11 :
يرفع هللا الذين امنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات وهللا بما تعملون خبير
Tegaknya qiwamah ( konteks parsialnya qiwamat al-rijal ‘ala al-nisa ) erat sekali kaitannya
dengan faktor Ilmu pengetahuan / teknologi dan faktor ekonomi. Q.S al-Nisa menunjuk kata
kunci “Bima Fadhdhala” dan “al-Ilm” . Antara “Bima fadhdhala” dengan “yarfa’” terdapat
kaitan dan keserasian arti dalam kata kunci nilai lebih yang muncul karena faktor ‘Ilmu.
Munasabah al-Qur’an diketahui berdasarkan ijtihad, bukan melalui petunjuk Nabi ( tauqifi
). Setiap orang bisa saja menghubung-hubungkan antara berbagai hal dalam Kitab al-Qur’an