PENCURIAN
Kelompok : 1
i
Daftar Isi
Cover……………………………………………….` i
BAB I ………………………………………………… 3
BAB II ..……………………………………………. 6
A. Pengertian Pencurian……………………… 6
B. Dalil Pencurian …………………………….. 7
C. Macam-macam Pencurian ………………... 8
D. Syarat Dan Rukun Pencurian …………….. 9
E. Cara Memotong Tangan Pencuri…………. 12
F. Pembatalan HAD ………………………….. 12
G. Contoh Kasus Pencurian Yang
Diperselisihkan Oleh Para Ulama ............. 13
ii
Kata pengantar
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya, penyusunan makalah ini bisa dilakukan dengan lancar dan tanpa kekurangan satu apa pun.
Tak lupa, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah MMF
jinayah, pak Bitoh Purnomo LL, M, selaku pembimbing dalam penyusunan makalah ini.
Makalah berjudul “Hukuman Had bagi Tindak pencurian”Penyusunan makalah ini tidak akan
berhasil tanpa bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada: Pak Bitoh Purnomo LL,M, selaku dosen mata kuliah MMF Jinayah sekaligus
pembimbing penyusunan makalah. Atas bantuan semua pihak tersebut, akhirnya makalah ini bisa disusun
dengan baik. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas dukungan kalian kepada penulis.
Melalui penelitian ini, penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk kita sumua.
Penyusu
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan kejahatan, menurut fuqaha‟ adalah “larangan-larangan syari‟at yang oleh Allah
disertai dengan ancaman hukuman had atau tazir”. Yang dimaksud dengan larangan-larangan ini
adalah perkara-perkara yang dilarang dan larangan-larangan ini disyari‟atkan bersumber dari
syariat Islam. Pencurian diharamkan berdasarkan nash, dan sanksinya adalah potong: tangan jika
mencukupi syarat-syarat kejahatan. Allah berfirman yang artinya: “Laki-laki yang mencuri dan
perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang
mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”(al-Maidah [51]: 38)2
Dalam pelaksanaan hukuman pencurian harus diperhatikan hal-hal berikut, yaitu unsur-
unsur pencurian, situasi, dan kondisi ahasa masyarakat.Pencurian sebagaimana disebutkan dalam
pengertian maupun dalam syara‟yang telah dibahas sebelumnya terdiri dari tiga unsur, yaitu
pencuri, barang yang dicuri, dan mengambil secara sembunyi-sembunyi Pencurinya hendaklah
seorang mukallaf (dewasa dan waras). Fuqaha sepakat menetapkan bahwa tangan pencuri tidak
dipotong, kecuali bila ia seorang yang dewasa dan waras. Pendapat fuqaha tersebut didasarkan
kepada hadits Rasulullah SAW, dari Ibnu Abbas: Bahwa Rasulullah SAW, bersabda:
“dimaafkan kesalahan dari tiga orang, dari orang gila yang hilang kesadarannya hingga ia
1
Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993),Cet. ke-2, h. 54
2
Nasir Cholis, Fiqh Jinayat (Pidana Islam), (Pekanbaru: SUSQA Press Riau, 2000), Cet. ke-1, h. 41
4
sembuh/sadar, dari orang yang tidur hingga ia bangun, dan dari anak kecil hingga ia ihtilam/
mimpi basah (baligh).”(HR Abu Daud)3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalahnya, maka tujuan pembuatan karya ilmiah ini adalah:
3
Abdul Karim Zaidan, Pengantar Studi Syari’at alih bahasa oleh M.Misbah (Jakarta: Robbani Press,2008), Cet. ke-1,
h. 504
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pencurian
Dalam Bahasa Arab pencurian disebut sebagai “Al-Sariqah”. Dalam ensiklopedia fiqh
“Sariqah adalah mengambil suatu harta yang tidak ada hak baginya dari tempat penyimpanan4.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “mencuri” itu adalah
mengambil milik orang lain tanpa izin secara ahasa yang dilakukan secara rahasia. “Pencuri”
adalah pelaku yang mencuri. Barang yang diambil itu disebut sebagai barang hasil curian5.
Pencurian adalah mengambil sesuatu dari orang lain ahasa atau keseluruhan dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum. Perkara pencurian dapat dikatakan selesai
apabila barang yang dicuri itu ahasa pada pemilik semulanya dan orang yang mencuri telah
mendapat hukuman yang sesuai dengan perbuatannya.
“Allah melaknat pencuri yang mencuri sebuah telur, maka dia dipotong tangannya, dan pencuri
yang mencuri sebuah tali, maka dia dipotong tangannya (pula).” (HR. Bukhari no. 2574)
Al-A’masy berkata: “Yang mereka maksud ialah telur dari besi dan tali seharga satu
dirham”
4
Tiara Itu Surga, “Tinjauan Pidana Fiqh Pidana Tanggung Jawab Pidana Terhadap Pelaku Pencurian dengan
Kleptomania”, UIN Raden Fatah, (Palembang: 2019), hal. 14
5
M. Razik Ilham, “Tinjauan Pidana Fiqh Pidana Terhadap Pencurian Listrik Menurut Undang-Undang Nomor 30
Tentang Ketenagalistrikan”, UIN Raden Fatah, (Palembang: 2017), hal. 19.
6
Pelaku pencuri wajib dijatuhi hukuman had oleh pihak yang berwenang (pemerintah
yang sah), baik pelakunya laki-laki maupun perempuan, yaitu hukuman potong tangan.
Sebagaimana firman Allah ta’ala,
ِ َّارقَةُ فَا ْقطَعُوا َأ ْي ِديَهُ َما َجزَا ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكااًل ِمنَ هَّللا ِ َوهَّللا ُ ع
َزي ٌز َح ِكي ٌم ُ َّار
ِ ق َوالس ِ َوالس
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)
pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Maidah: 38)
B. Dalil Pencurian
هّٰللا هّٰللا ۤ
ِ َّارقَةُ فَا ْقطَع ُْٓوا اَ ْي ِديَهُ َما َجزَا ۢ ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكااًل ِّمنَ ِ ۗ َو ُ ع
َز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم ُ َّار
ِ ق َوالس ِ َوالس
Artinya:
“Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan
Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana”
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala menetapkan hukuman hadd bagi pencuri adalah dipotong tangannya.
Ini menunjukkan bahwa mencuri adalah dosa besar
“Allah melaknat pencuri yang mencuri sebutir telur, lalu di lain waktu ia dipotong tangannya
karena mencuri tali.” (HR. Bukhari)6
ثم يسرق ما يبلغ،أن يراد بذلك أن هذا السارق قد يسرق البيضة فتهون السرقة في نفسه
النصاب فيقطع
“Maksud hadits ini adalah seorang yang mencuri telur lalu dia menganggap remeh perbuatan
tersebut sehingga kemudian ia mencuri barang yang melewati nishab hadd pencurian, sehingga
ia dipotong tangannya” (Syarhul Mumthi‘, 14/336-337).
6
(HR. Bukhari no. 6285).
7
Larangan mencuri dijelaskan dalam Alquran pada surat Al Baqarah ayat 188, yang berbunyi:
ااْل ِ ْث ِم َواَ ْنتُ ْمŽِاس ب ِ َوŽَواَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل َوتُ ْدلُوْ ا بِهَٓا اِلَى ْال ُح َّك ِام لِتَْأ ُكلُوْ ا فَ ِر ْيقًا ِّم ْن اَ ْم
ِ َّال الن
َتَ ْعلَ ُموْ ن
Artinya: Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan
(janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu
dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.
Dari ayat di atas perbuatan mencuri digolongkan menjadi dosa besar. Setiap perbuatan
yang digolongkan sebagai dosa pasti akan mendapatkan hukuman atas segala perbuatannya.
C. Macam-macam Pencurian
Pencurian dalam hukum Islam itu terbagi menjadi dua, yaitu: Pencurian yang
hukumannya had; dan pencurian yang hukuknya ta’zir. Adapun pencurian yang hukumannya had
terbagi lagi atas dua macam, yakni:
a. Pencurain ringan. Menurut Abdul Qodir Audah adalah mengambil harta milik orang lain
dengan cara diam-diam, yaitu dengan cara sembunyi-sembunyi.
b. Pencurian berat. Maksudnya disini adalah pencurian yang dilakukan dengan cara kekerasan.
Bedanya dengan pencurian ringan ialah jika pencurian dilakukan secara diam-diam tanpa
sepengetahuan pemiliknya, sedangkan pencurian berat ini mengambil barang secara paksa
dan sepengetahuan dari pemiliknya. Dalam istilah lain pencutmrian berat ini disebut sebagai
jarimah hirabah atau perampokan.
Sedangkan pencurian yang dihukumi ta’zir juga terbagi menjadi dua, diantaranya sebagai
beriku:
a. Semua jenis pencurian yang dikenai hukuman had, tetapi syarat-syaratnya tidak terpenuhi,
atau ada syubhat. Contohnya seperti pengambilan harta milik anak oleh ayahnya.
8
b. Pengambilan harta milik orang lain dengan sepengetahuan pemilik tanpa kerelaannya dan
tanpa kekerasan. Contonya menjambret kalung dari leher seseorang wanita, lalu penjambret
itu melarikan diri dan pemilik barang tersebut melihatnya sambil berteriak minta bantuan.7
D. Syarat dan Rukun Pencurian
Seluruh umat Islam bersepakat (ijma’), bahwa pencuri mendapatkan hukuman potong
tangan oleh pihak yang berwenang. Namun, tidak semua pelaku pencurian semerta-merta
dipotong tangannya (had). Melainkan harus memenuhi semua rukun dan syaratnya.
Rukun Pencurian:
1. Pencuri.
2. Korban Pencurian.
3. Harta yang dicuri.
4. Mengambil secara sembunyi-sembunyi.
Syarat Pencurian:
Jika semua rukun dan syarat ini terpenuhi, maka perbuatan pelaku bisa disebut pencurian
dan berhak dijatuhi hukuman potong tangan (had).
Dengan demikian, siapa yang memasuki rumah dengan maksud mencuri barang di dalamnya,
namun tertangkap sebelum tangannya sampai kepada barang yang ingin dicuri, atau masih
mengumpulkannya, maka perbuatannya belum bisa disebut pencurian, karena dia belum
7
Ahmad Wardi muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Garfika, 2005), hal. 81-83.
8
Mardani, “Sanksi Potong Tangan Bagi Pelaku Tindak Pidana Pencurian dalam Perspektif Hukum Islam”, Jurnal
Hukum IUS QUIA IUSTUM 15.2 (2008), hal. 243.
9
mengeluarkan barang curian dari tempat penyimpanannya, atau belum melepaskannya dari
tangan/kekuasaan korban. Perbuatan ini disebut delik percobaan pencurian yang hukumannya
bukan had (potong tangan), melainkan ta’zir, yaitu hukuman menurut kebijakan hakim, bisa
berupa penjara, cambuk, pengasingan ahasa, denda atau yang lainnya.
1. Rukun Pencurian
a. Pelaku Pencurian:
Had pencurian (hukuman potong tangan) wajib ditegakkan jika terpenuhi lima rukun
pada pencuri, yaitu:
b. Korban Pencurian:
Dalam kasus pencurian pasti terdapat korban pencurian, dialah pemilik harta yang telah
tercuri. Untuk memenuhi syarat ditegakkan had pencurian, korban harus merupakan pemilik
harta itu, bukan pula harta yang telah ditinggalkan, karena harta yang telah ditinggalkan
pemiliknya boleh diambil.
9
Ibid., hal. 241.
10
Had (hukuman potonga tangan) pencurian tidak ditegakkan kecuali jika harta yang dicuri
memenuhi beberapa syarat:
1. Memiliki harga.
2. Harta sampai nishab (batas minimal harga menurut syariat).
3. Disimpan di tempat penyimpanan, maka tidak ada had untuk barang yang dicuri di tempat
umum atau tidak disimpan di tempat penyimpanan.
Rukun Keempat: Mengambil secara Sembunyi-sembunyi:
“Tidak dipotong tangan pencuri bila mencuri kurma yang tergantung.” (HR. Ibnu Hazm dalam
Al Muhalla 11/323, dihasankan Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami’ no: 7398)
َ ََار ف
صا ِعدًا ٍ ق فِي ُرب ِْع ِدين ِ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَ ْقطَ ُع الس
َ َّار َ َِكانَ َرسُو ُل هللا
“Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memotong (tangan) pencuri (yang mencuri harta)
sebanyak empat dinar atau lebih.” (HR. Muslim no. 1684)
Para ahli fiqih berbeda pendapat tentang nishab minimal barang curian. Madzhab Hanafi
mewajibkan harga 10 dirham sehingga dapat dihukumi had (potong tangan) pada tangan pencuri.
11
Jika barang curian tidak sampai 10 dirham, maka tidak ada hukuman potong tangan, melainkan
menurut ijtihad hakim (ta’zir).
Jumhur ulama, yaitu ulama madzhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali memiliki pendapat yang
sama untuk menentukan nishab minimal barang curian, yaitu 1/4 dinar atau 3 dirham. Karena
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memotong tangan pencuri yang mencuri perisai
seharga 3 dirham, begitu pula khalifah Utsman bin Affan RA memotong tangan pencuri yang
mencuri buah limau seharga 3 dirham
Para ahli fiqih sepakat, bahwa pencurian dibuktikan dengan pengakuan (al-iqrar) atau 2
saksi (al-bayyinah). Yaitu pengakuan pencuri yang telah dewasa (baligh) dan berakal bahwa ia
telah mencuri, atau kesaksian 2 orang saksi yang memenuhi syarat persaksian [6].
Pemotongan tangan hanya dilakukan oleh pihak yang berwenang (pemerintah), bukan
dilakukan oleh ahasaa tau atau kesepakatan masyarakat untuk main hakim sendiri.
Para ahli fiqih sepakat, tangan kanan wajib dipotong terlebih dahulu jika pencurian
pertama terbukti dilakukan. Karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memulai
dengan pemotongan tangan kanan, hal ini dilakukan pula oleh para khalifah setelahnya [7]. Batas
pemotongan ialah pergelangan tangan, hal ini berdasarkan cara yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu jika terbukti mencuri untuk kedua kalinya,
dipotong tangan kiri sebatas pergelangan tangan pula .
F. Pembatalan Had
13
dirham. Selain berdasar pada hadits-hadits madzhab pertama, madzhab ini juga menambah
dengan hadits harga mijan. Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah SAW. Pernahmemotong
seorang pencuri yang mencuri mijan nilainya tiga dirham. (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan
Muslim dalam kitab shahihnya).
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pencurian (sariqoh) menurut ahasa ialah mengambil sesuatu dengan sembunyi-
sembunyi. Adapun menurut istilah: sariqoh (pencurian) adalah mengambil sesuatu (barang)
hak milik orang lain secara sembunyi dan dari tempatnya yang pantas.
Tindakan kejahatan, menurut fuqaha‟ adalah “larangan-larangan syari‟at yang oleh
Allah disertai dengan ancaman hukuman had atau tazir”. Yang dimaksud dengan larangan-
larangan ini adalah perkara-perkara yang dilarang dan larangan-larangan ini disyari‟atkan
bersumber dari syariat Islam. Pencurian diharamkan berdasarkan nash, dan sanksinya adalah
potong: tangan jika mencukupi syarat-syarat kejahatan.
Rukun pencurian yaitu:
1. pelaku pencurian,
2. korban pencurian, dan
3. harta yang dicuri
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat semoga dapat memperluas dan bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, Dan apabila terdapat
kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Mardani, Mardani. “Sanksi Potong Tangan Bagi Pelaku Tindak Pidana Pencurian dalam
Perspektif Hukum Islam.” Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM 15.2 (2008).
16