Anda di halaman 1dari 18

KORUPSI

(QS:Al-Ma’idah: 38-39. Al-Baqarah: 188 )

Untuk memenuhi tugas Mata kuliah Tafsir Ayat Ahkam

Dosen Pembimbing : RAHMAN BATUBARA, S. IQ, M. Ag

Disusun Oleh : Kel. 9

1. AYOMI SETRI (2102050004)

SEMESTER III B
HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM
ASAHAN-KISARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Karena atas rahmat dan kasih sayang-Nya.
Atas karunia anugerah hidup serta kesehatan yang telah saya terima dan
petunjuk-Nya. Sehingga saya bisa menyusun makalah ini. Di makalah ini, saya
sebagai penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa saya sajikan dengan judul
“korupsi”.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kisaran,24 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................i
Daftar Isi ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
A. Kajian Korupsi Dalam Surah Al-Maidah 38...................................................3
B. Korupsi Dalam Term Pencuri Al-Maidah Ayat 38 ........................................ 7
C. Kajian Korupsi dalam surah Al-Maidah 39 .................................................. 9
D. Kajian Tafsir Korupsi dalam surah Al-Baqarah 188 .................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 14
A. Kesimpulan ................................................................................................... 14
Daftar Pustaka .....................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi adalah musuh seluruh umat manusia. Pelaku korupsi tidak
hanya merugikan satu atau dua orang namun merugikan masyarakat, bangsa,
dan negara.
Tidak dapat dipungkiri, korupsi telah menjadi problem sosial yang
terus diperbincangkan tiada henti saat ini. Ia menjadi persoalan kronis yang
sulit untuk dituntaskan dan telah menggerogoti berbagai lembaga maupun
negara. Berbagai upaya pemberantasan pun dirancangkan secara ketat dan
sistematis, mulai dari menyusun kebijakan, regulasi, menyiapkan lembaga
dan penegak hukum yang profesional, hingga tindakan-tindakan
pemberantasan yang tegas.
Undang-undang tindak pidana Korupsi Pasal 2 ayat 1 yang
menjelaskan hukuman bagi para koruptor minimal penjara empat tahun dan
denda paling sedikit dua ratus juta, sedangkan hukuman maksimal penjara
seumur hidup atau dua puluh tahun dan denda paling banyak 1 Miliar,1masih
dirasa kurang dan cukup ancam, disebabkan masyarakat melihat bahwa
kehidupan koruptor di sel cukup mewah dan jauh lebih sejahtera dari
kehidupan masyarakat miskin.2Hal ini mengakibatkan kemarahan
masyarakat dan banyak pendapat untuk meminta keadilan dengan cara
menerapkan hukum potong tangan, terlebih saat Gubernur Aceh, daerah
yang disebut serambi mekkah nya Indonesia, tertangkap tangan melakukan
korupsi3.
Apalagi masyarakat menilai bahwa dewasa ini penerapan hukum tajam
ke bawah dan tumpul ke atas. Sedangkan Rasullah bersabda,
1
Oksidelfa Yanto, Mafia Hukum: Membongkar Konspirasi dan Manipulasi Hukum di Indonesia (PT Niaga
Swadaya, 2010); Mendrofa, “Politik Hukum Pemberantasan Korupsi di Era Reformasi; Konsep dan
Regulasi”.
2
Najwa Shihab, “Pura-pura Penjara,” 2018
3
Rasni Gani, “Tangan Gubernur Aceh Irwandi Akan di Potong usai jadi tersangka Korupsi?,” Tribun
Timur, 2018.

1
“sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kamu karena mereka
menegakkan hukum potong tangan kepada rakyat jelata dan tidak
menegaknya pada orang elit mereka. Dan demi Dzat yang jiwaku ada di
tangan-Nya, jika fatimah (putri Rasulullah SAW.) Melakukan hal itu
(mencuri), pasti aku potong tangannya’ (H.R. Bukhari).4
B. Rumusan Masalah
1. Kajian Korupsi dalam surah al-Maidah 38-39
2. Korupsi Dalam Term Pencuri Al-Maidah Ayat 38
3. Kajian Korupsi Surah Al-Baqarah Ayat 188

4
Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Shahih Al-Bukhori Jilid 5 (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2010). Hadis
No. 6787, 639.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Korupsi Tafsir Surah Al-Maidah Ayat 38
Q.S Al-Maidah/ 5:38,
‫والسار ق و السار قة فاقطعوا ايديلهما جزاءبما كسبانكالمن اهللا واهللا عز يز حكيم‬
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi maha
Bijaksana”.5
Tabel 1 Terjemah Perkata:

‫َ َۢ بَم ا‬ ‫َج َز ٓاء‬ َ‫ِد َيُهم‬ ‫ۡي‬ ‫فاقطعوا‬ ‫والسارقة‬ ‫َو ٱلَّس اِر ق‬
Dengan/ pembalasan Tangan Maka Dan pencuri Dan
bagi apa keduanya potonglah perempuan pencuri
laki-laki
‫عزيز‬ ‫وهللا‬ ‫هللا‬ ‫من‬ ‫نكال‬ ‫َك َسَب ا‬
Maha Dan Allah Allah Dari Siksaan/Pembalasan Keduanya
perkasa lakukan
‫حكيم‬
Maha
bijaksana

Kata َ ‫ َسَر قُ–َي سِر ق–َس ِر قحة‬artinya mencuri, menjadi ‫ َس اِر ق‬yang artinya
pencuri. Dalam bahasa Arab terdapat jenis bentuk kata jadian yang
mengandung arti pelaku pekerjaan. Bentuk ini disebut ‫ِاسُمالَفاِع ل‬.6
Menurut kitab tafsir Ash-Shabuni, kata ‘sariqah’ (mencuri) secara
bahasa artinya ialah mengambil harta orang lain dengan cara sembunyi-
sembunyi dan dengan suatu taktik (rencana). Sedang menurut definisi
syariah yang di tetapkan para fuqaha yaitu seseorang yang sadar dan sudah
dewasa mengambil harta orang lain dalam tertentu secara sembunyi-
5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Jumanatul’Ali-Art, 2004)
115.
6
Salman Harun, Belajar Bahasa Arab Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1993), 167-169.

3
sembunyi dari tempat penyimpanannya yang sudah maklum (spesial untuk
menyimpan harta) dengan cara yang tidak dibenarkan oleh Hukum dan tidak
karena syubhat.7
Sedangkan orang yang mencuri disebut “sariq”, pencuri, karena dia
mengambil harta itu dengan sembunyi-sembunyi.8Perkataan (mencuri
pendengaran), merupakan istilah Al-Qur’an untuk setan yang ingin
mengetahui rahasia catatan manusia, kata ‘sariqah’ dipakai karena setan itu
mendengarkan catatan itu dengan sembunyi-sembunyi.9Atas dasar definisi
itu, maka setiap pencuri baik wanita maupun laki-laki telah ditetapkan Allah
SWT. lewat firman-Nya pada surah Al-Maidah ayat 38 untuk dipotong
tangannya. Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, potong tangan pernah
dipraktikkan dahulu dimasa sebelum Islam, lalu diakui dalam Islam dan
ditambahkan syarat-syarat lainnya dalam penerapannya.10
Baik Ibnu Katsir, Ash-Shabuni, Al-Maraghiy, Wahbah, serta
penjelasan mengenai hukum potong tangan dalam kitab Fathul Mu’in,
mengatakan bahwa penafsiran ayat 38 surah Al-Maidah tidak berarti
kemudian setiap pencuri harus dipotong tangannya, tetapi hukum potong
tangan hanya berlaku untuk pencurian tertentu, dalam jumlah tertentu, dan
dari tempat penyimpanan. Orang yang dapat dikenai hukum ini adalah orang
yang sadar dan dewasa, karena pencurian adalah suatu tindak kejahatan
(kriminalitas) sedangkan apa yang disebut dengan kejahatan itu tidak
dianggap jika pelaku tidak sadar dan belum dewasa. Misalnya saja orang
gila atau anak kecil, yang keduanya bukanlah termasuk mukallaf, tidak
dikenakan beban agama.11
Sedangkan jumlah tertentu pencurian yang dapat dikenai hukuman
potong tangan adalah jika harta tersebut bernilai minimal seperempat dinar.
7
Mu’ammal Hamidy and imron A. Manan, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni Juz 1 (Surabaya:
PT Bina Ilmu, 1983), 501.
8
Aly As’ad, Terjemahan: Fathul Mu’in, ed. Moh. Tolehah Mansoer (Yogyakarta: Penerbit Menara Kudus,
1979), 304.
9
Hamidy and Manan, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni Juz 1.
10
Ismail bin Umar Ibnu Katsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Juz 6, ed. Abu Hasan Al-Atsari (Jakarta: Pustaka
Katsir, 2015), 117.
11
Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy Juz VI, 201.

4
Hal ini, dijelaskan dalam sunah berupa hadis Rasulullah saw. dari berbagai
riwayat yang shahih, bahwa tangan pencuri dipotong karena mencuri
seperempat dinar atau lebih (saat itu 1 dinar senilai 12 dirham).12 Adapun
Abu Hanifah, dan para sahabatnya: Abu Yusuf, Muhammad dan Zufar,
demikian pula Sufyan Ats-Tsauri berpendapat bahwa kadarnya adalah 10
dirham yang di ambil secara langsung, bukan penipuan. Namun, menurut
Ibnu Katsir pendapat yang lebih kuat adalah yang pertama yaitu seperempat
dinar atau tiga dirham.13
Pelaksanaan hukuman menurut Wahbah tidak dilakukan kecuali telah
memenuhi beberapa syarat:
a. Pencuri sudah balig
b. Bukan anak kecil dan tidak gila
c. Ia bukan suruhan untuk melakukan pencurian
d. Bukan sebagai tamu
e. Bukan pembantu rumah tangga
f. Yang dicuri sudah sampai nisab syariah menurut syariah satu dinar
emas menurut imam hanafi, dan seperempat dinar menurut
mazhab jumhur
g. bareng yang dicuri adalah barang yang bermanfaat/berharga
menurut syariah, tidak seperti khamar, babi, anjing, bangkai dan
darah
h. syarat terakhir adalah tidak adanya keraguan atas pelanggaran
tersebut.
Sedapat mungkin mempersempit ruang diberlakukannya hukum
potong tangan, dan memberi peluang kepada hukuman lain yang lebih
ringan seperti penjara, pukulan dan cambukan, barang siapa yang bertaubat

12
At-Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, 342. Hadis No. 1446. Muhammad bin Ismail Al Bukhori, Shahih Bukhori
(Beirut Dar Ibn Katsir, n.d), 1681. Hadis No. 6791-8. Muslim bin al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-
Qusyairi An-Naisaburi, Shahih Muslim (dar Al Mughni, 1998), 804-5. Hadis No. 1684-6.
13
Ibnu Katsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Juz 6, 119.

5
dan memperbaiki jiwa, maka bebas dari hukuman karena Allah mencintai
orang-orang bertobat.14
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hukum potong tangan antara
lain:
1. Hanya boleh dilaksanakan oleh mereka yang berwenang
2. Tidak kriminal tersebut memang terbukti, baik dengan pengakuan
maupun bukti kuat di persidangan
3. Tidak boleh dilakukan di masjid
4. Pelaksaan harus disaksikan oleh orang banyak, dan
5. Pencurian tersebut dilakukan mukallaf, harta yang dicuri seperempat
dinar atau lebih, dan pencurian dilakukan secara sembunyi-sembunyi.15
Menurut Quraish Shihab mengemukakan bahwa seorang yang baru
melakukan tindakan pencurian sekali atau dua kali belum dikatakan sebagai
seorang pencuri. Oleh karena itu, seorang pencuri tersebut belum atau tidak
dikenai sanksi seperti yang telah disebutkan oleh ayat di atas.16Seorang
pencuri yang tertangkap dan telah melakukan tindakan pencurian secara
berulang-ulang telah kehilangan harga dirinya dan baru dikatakan sebagai
pencuri dan baru bisa di hukumi dengan hukum potong tangan.17 Dari
beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa hukuman potong tangan tidak
mutlak harus dilaksanakan. Untuk melaksanakan Hukuman tersebut harus
dilihat dari si pencuri, apakah dia orang yang mampu (kaya) atau dia orang
yang tidak mampu (miskin) dan beberapa kali ia melakukan tindakan
kejahatan tersebut, karena keadaan di pencuri mempunyai pengaruh dan
harus dipertimbangkan oleh penguasa dalam melaksanakan hukum terhadap
si pencuri.

14
Taufik Warman Mahfuzh, “Studi Metodologi Kitab Al-Tafsir Al-Wasith Karya Wahbah Mustafa Al-
Zuhaili,” Jurnal Studi Agama Dan Masyarakat 4, No. 2 (2010): 144-45.
15
Arif munandar Riswanto, Buku Pintar Islam, ed. Yadi Saeful Hidayat ( Bandung : PT Mizan Pustaka,
2010), 77.
16
Nursyamsudin, “Metodologi Hukum Muhammad Shahrur: Tafsir Hadd Pencurian Dalam QS. Al-Maidah
(5): 38,” Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam 1, No.2 (2016): 218-31; Saidah, “Korupsi Dalam
Perspektif Hadis Ahkam (Studi Kritis pada Sanad Dan Matan Hadis).”
17
Nursyamsuddin, “Metodologi Hukum Muhammad Shahrur: Tafsir Hadd Pencurian Dalam QS Al-
Maidah (5): 38,”227.

6
B. Korupsi Dalam Term Pencuri Al-Maidah Ayat 38
Sebelum menjabarkan apakah term (istilah) koruptor bisa disamakan
dengan term pencuri seperti pada surah Al-Maidah ayat 38?, maka terlebih
dahulu kita harus mengetahui dengan jelas pengertian dan definisi tindak
pidana korupsi baik secara bahasa maupun dalam perundang-undangan yang
berlaku. Korupsi dipercaya dari kata asal corrumpere atau corruption, berasal
dari bahasa latin yang secara bahasa memiliki arti rusak, busuk,
menggoyahkan, memutar balik, dan menyogok. Sedangkan secara bahasa
menurut bahasa inggris, corrupt artinya seseorang yang memiliki keinginan
melakukan kecurangan dengan cara melanggar hukum untuk kesejahteraan
pribadi.18
Sayyid Sabiq dalam kitab beliau Fikih Sunnah mengatakan tidak semua
pencurian dapat dihukumi 19 dengan potong tangan, yaitu pencurian yang tidak
memenuhi syarat dan kriteria pencurian yang dimaksud dalam surah Al-
Maidah ayat 38.20 Melihat dari arti kata , tafsir, persamaan dan perbedaan,
penulis merasa bahwa pencurian dalam surah Al-Maidah ayat 38 tidak dapat
disamakan dengan konsep korupsi yang ada saat ini., Sehingga menurut
penulis, koruptor, koruptor tidak dapat di hukumi dengan dihukumi potong
tangan seperti pencuri. Pendapat penulis ini diperkuat oleh Aliy As’as dalam
kitab beliau Fathul Mu’in bahwa tidak bisa dihukumi potong tangan pencuri
harta Baitul Mal, Karena menurut beliau, dalam harta tersebut di pencuri
berhak memiliki harta tersebut, sebagaimana mencuri harta ba’dl (harta yang
dimiliki sebagian oleh pencuri) baik itu milik orang tua maupun milik anak
keturunan, dan dengan mencuri harta milik tuan (bagi para pekerja), karena
untuk semuanya ini ada kesyubhatan turut memiliki (sebagian) hak nafkah.21

18
Syaiful Ilmi, “Melacak Term Korupsi Dalam Al-Qur’an sebagai EpitomologiSebagai Epistemologi
Perumusan Fikih Antikorupsi,” Jurnal Khatulistiwa- Jourmsl Of – Journal of Islamic Studies 1, No. 1
(2011): 2.
19
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, ed. Mahmuddin Syaf, 5th ed. (Bandung: Alma’arif, 1986),542.
20
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, ed. Mahyuddin Syaf, 5th ed. (Bandung: Alma’arif, 1986), 542.
21
As’ad, Terjemah : Fathul Mu’in, 307-8.

7
Rasulullah menjelaskan bahwa meski seseorang melakukan kejahatan
mengambil harta orang lain dengan cara melanggar hukum, namun ada
pencurian yang tidak dikenai hukum potong tangan sebagaimana hadis berikut:
‫ليس علي خائن وال منتهب وال مجتلس قطع‬
“Tidak ada potong tangan terhadap pengkhianat, perampas dan penipu (menggelapkan
harta).”22
Kata mukhtalis sebenarnya mempunyai makna yang lebih mendekati
kepada peculator dalam bahasa inggris. Peculator adalah bentuk kata benda
atau noun dari kata kerja (verb) peculate yang berarti embezzle or steal
(money, especially public funds).23 Pencurian menggunakan kata ini menjadi
lebih spesifik dari pada sekadar mencuri dari orang lain. Mukhtalis atau
peculator adalah sebutan untuk orang yang menggelapkan uang publik
(masyarakat banyak), yang menurut Rasulullah saw. tidak menjadikan dia
boleh dipotong tangannya.
Kemudian ada pula konsep korupsi suap-menyuap dalam fikih klasik
yang dikenal dengan risywah, yaitu segala sesuatu yang diberikan oleh
seseorang kepada seorang hakim atau yang bukan hakim agar ia memutuskan
sesuatu perkara untuknya atau agar mengikuti kemauannya. 24 Ahmad dalam
kitabnya Tafsir Ayat Ahkam mengatakan tidak termasuk pencurian yang
dimaksud dalam surah Al-Maidah Ayat 38 perampasan atau penodongan,
pengkhianatan, penjambretan, serta penggelapan.25
Kesemua kata yang menyerupai definisi korupsi tersebut tidak penulis
temukan dihukumi dengan hukum potong tangan. Jumali mengkategorikan
tindak pidana korupsi termasuk ke dalam pidana ta’zir, dimana hukuman dalam
ta’zir tidak ditentukan ukurannya atau kadarnya, artinya untuk menentukan
batas terendah dan tertinggi diserahkan sepenuhnya kepada hakim (penguasa).
Senada dengan pendapat jumali, saidah juga mengkategorikan korupsi ke
dalam tindak pidana dengan hukuman ta’zir. Saidah menjabarkan beberapa
bentuk hukuman ta’zir sesuai peringkatnya, situasi, kondisi, dan tidak berlaku
22
At-Tirmidzi, Sunan Tirmidzi. Hadis No. 1448;
23
Oxford Living Dictionaries, “Peculate | Definition of Peculate in English by Oxford Dictionaries,” n.d.
24
Saidah, “Korupsi Dalam Perspektif Hadis Ahkam
25
Sarwat, Kajian Tafsir Ayat Ahkam : ayat-ayat al-quran yang mengandung hukum syariat, 29-30.

8
secara baku termasuk korupsi. Hukuman tersebut bisa berupa peringatan,
ancaman, teguran, celaan, dempretan, dera’an atau pukulan. Kemudian
hukuman penjara, baik bersifat sementara bagi yang baru melakukan atau pun
tetap terhadap seorang yang berulang kali melakukan tindak pidana ta’zir. Lalu
hukum penyaliban atau hukuman mati. Bisa juga dalam bentuk hukuman
pengasingan atau pembuangan. Tidak terkecuali juga berupa hukuman
publikasi Daftar Orang- Orang Tercela (DOT) dan pencopotan dari jabatan
serta hukuman penyitaan harta dan sanksi berupa denda finansial.26
Sarono dalam penelitiannya menyetujui hukuman kepada pelaku ta’zir
korupsi. Menurutnya ta’zir dengan sanksi pidana mati bisa diberikan pada
koruptor yang melakukan kejahatan secara berulang setelah berkali-kali
diberikan hukuman yang sifatnya ringan.27 Namun begitu korupsi tetap
merupakan pidana ta’zir, yang tidak bisa ditahui hukuman potong tangan.
Hukumannya diserahkan kepada ijtihad hakim atau undang-undang negara.
Tentu hal yang demikian ini bergantung pada berat dan ringan kasus
korupsinya.28
C. Korupsi Dalam Surah Al-Maidah ayat 39
Surah Al-Maidah ayat 39:
‫فمن تا ب من بعد ظلمه وا صلح فان هللا يتوب عليه ان هللا غفوررحيم‬
Artinya: Tetapi barang siapa bertobat setelah melakukan memperbaiki diri,
maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.(Q.S. Al-Maidah 5:Ayat 39)
Berikut adalah beberapa pendapat para mufasir tentang kandunngan surah
Al-Baqarah
a. Tafsir Ringkas Kemenag ( kementerian Agama RI)
Yang dijelaskan dalam surah Al-Maidah ayat 39 merupakan
ketetapan Allah, tetapi barang siapa bertobat setelah melakukan kejahatan
itu, menyesalinya, dan memperbaiki diri, serta berjanji untuk tidak
mengulanginya, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya yang
26
Saidah, “ Korupsi Dalam Perspektif Hadis Ahkam (Studi Kritis Pada Sanad Dan Matan Hadis.)”
27
Sarono, “Pemberantasan Korupsi Dengan Pendekatan Hukum Islam.”
28
Romziatussa’adah, “ Pemberantasan Korupsi Perspektif Hukum Pidana Islam”.

9
dilakukan sepenuh hati. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.
b. Tafsir al- jalalain ( Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi)
(Siapa yang tobat setelah keaniayaannya) artinya tidak mencuri lagi
(dan memperbaiki diri) atau amalnya (maka sesungguhnya Allah itu Maha
pengampun lagi maha penyayang) untuk menguraikan ini telah kita
kemukakan keterangan lalu. Maka dengan tobatnya itu tidaklah gugur hak
manusia berupa hukum potong tangan dan pengembalian harta. Kemudian
sunah menyatakan bahwa jika yang punya hak memberi maaf sebelum
diadukan kepada imam, gugurlah hukum potong tangan itu terhadapnya.
Dan inilah yang menjadi mendapat syafi’i.
c. Tafsir Ibnu Katsir ( Ismail bin Umar Al-Quraisy bin Katsir)
Yakni barang siapa sesudah melakukan tindak pidana pencurian, lalu
bertobat dan kembali kepada jalan Allah, sesungguhnya Allah menerima
tobatnya, menyangkut dosa antara dia dan Allah. Adapun mengenai harta
orang lain yang tekah dicurinya, maka dia harus mengembalikannya kepada
pemiliknya atau menggantinya (bila telah rusak atau terpakai).
Demikianlah menurut takwil yang dikemukakan oleh jumhur ulama.
Imam Abu Hanifah mengatakan, “Manakala pelaku pencurian telah
menjalani hukum potong tangan, sedangkan barang yang dicurinya telah
rusak ditangannya, maka dia tidak dibebani mengembalikan gantinya.”
D. Kajian Surat Al-Baqarah Ayat 188
Salah satu ayat yang menyinggung tentang korupsi (riswah ) dalam al
Quran dapat kita temukan dalam surah al Baqarah ayat 188.
‫والتاكلوااموالكم بينكم بالبتا طل وتدلوابهاالي الحكاملتاكلوافريقامن اموااللناس باالشم وانتم‬
‫تعلمون‬
Artinya: Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain
di antara kamu, dengan jalan batil dan janganlah kamu membawa urusan
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada
harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu
mengetahui ( Q.S Al Baqarah :188)

10
Dalam ayat tersebut terkandung makna nilai-nilai pendidikan anti
korupsi . berikut adalah beberapa pendapat para mufasir tentang kandungan
surah Al Baqarah ayat 188.
a. Tafsir Jalalain
‫( وال تا كلو ا مو ا لكم بينكم‬dan janganlah kamu memakan harta sesama
kamu) artinya , janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang
lain ‫(بينكم‬dengan jalan yang batil), maksudnya jalan yang haram menurut
syara’, misalnya dengan mencuri, mengintimidasi dan lain lain -‫( و‬dan )
janganlah -‫( تد لوا‬kamu bawa) atau ajukan ‫( بها‬ia) artinya urusan harta ini
ke pengadilan dengan menyertakan uang suap -‫( الي الحكا م لتا كلوا‬kepada
hakim-hakim agar kamu dapat memakan) dengan jalan tuntutan di
pengadilan itu -‫( فريق•••ا‬sebagian) atau jumlah -‫( من ام•••وال الن•••ا س‬harta
manusia) yang bercampur ‫( با التم وانتم تعلمون‬dengan dosa, padahal kamu
mengetahui) bahwa kamu berbuat kekeliruan.29
b. Tafsir Ahmad Mustafa Al-Maraghi
‫ – ا ال ك••ل‬al-akl : (makan) yang di maksud ayat di sini adalah
mengambil atau menguasai , dalam ayat ini pula penggunaan kata al-akl
karena kata ini mencakup segalanya dan paling banyak membutuhkan
biaya . Karena makan merupakan kebutuhan pokok dan terpenting, dan
dengan makan juga dapat mempengaruhi keadaan yang baik
‫ البا طل‬- al-batil : asal katanya ( butlan‫) بطالن‬, yang artinya adalah
curang atau merugikan. Mengambil harta secara batil berarti mengambil
dengan cara tanpa imbalan yang hakiki. Dalam syariat islam sangat
melarang mengambil barang tanpa adanya kerelaan dari orang yang
memilikinya. Bisa juga di artikan menginfakkan harta dua jalan yang
tidak benar .
‫ االدالء‬-Al-Idla’- :menurunkan timbah untuk mengambil air .
Sedang maksud ayat disini adalah menyuap penguasa untuk

29
Jalaluddin Al-Mahali dan Jalaluddin As-suyuthi, Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Ayat, (Bandung ;
Sinar Baru),2005,hlm 101

11
membebaskan beban si penyuap karena hal ini yang sangat di larang
agama .
‫بها‬- biha: artinya dengan harta benda
‫الفريق‬- al-fariq : kelompok atau golongan
‫االثم‬- al-ism : perbuatan dosa, sedang yang dimaksud disini adalah
kesaksian yang palsu atau semu.30
Dalam ayat ini menerangkan, tidak diperkenankan kalian
memakan sebagian harta yang lain , hal ini merupakan peringatan bahwa
umat itu satu di dalam menjalin kerjasama. Dan itujuga sebagai
peringatan bahwa menghormati harta orang lain berarti menghormati
harta sendiri. Sewenang-wenang terhadap harta orang lain, sama juga
melakukan kejahatan kepada seluruh umat, karena salah seorang yang di
peras merupakan salah satu anggota umat.31
c. Tafsir Hamka
Pangkal ayat ini membawa orang yang beriman kepada kesatuan
dan kekeluargaan dan persaudaraan.32 Sebab itu dikatakan “harta benda
kamu di antara kamu “. Ditanamkan disini bahwa harta benda kawanmu
itu adalah harta benda kamu juga. Memakan harya benda dengan jalan
yang salah, ialah tidak menurut jalannya yang patut dan benar. Maka
termasuk di sini segala macam penipuan, pengicuhan, pemalsuan dll, ini
adalah seberapa macam dari 1001 macam yang lain segala usaha
mencari keuntungan untuk diri sendiri dengan jalan yang tidak wajar dan
merugikan sesama manusia.
Sebagai lanjutan ayat : “Dan kamu bawa kemuka hakim-hakim,
karena kamu hendak memakan sebagian daripada harta benda manusia
dengan dosa, padahal kamu mengetahui “.(ujung ayat 188). Dari ujung
ayat ini terkadang timbullah dakwah mendakwah dimuka hakim, tetapi
bukan untuk mencari penyelesaian masalah karena hubungan
sipendakwah dengan siterdakwah telah keruh, dendam kesumat telah
30
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi Jus 1, (Beirut: Darul Fikr, 1427 H/2006 M), hlm 172.
31
Ibid,hlm 172
32
Hamka,Tafsir Al-Azhar juz II,(Jakarta:Panji Masyarakat, 1965), hlm 155

12
timbul. Kadang kadang kedua pihak memakai pakrol untuk
mengalahkan lawan, dan akhirnya mengambil harta yang ada di tangan
orang lain dengan jalan dosa. Hal serupa kerap terjadi pada zaman saat
ini, dalam lingkup terkecil yaitu keluarga.
Hikmah larangan Korupsi sebagian diisyaratkan dalam surah Al-
Baqarah 188:
1. Berhati-hati mendapatkan harta
Dengan dilarangnya perbuatan korupsi baik dari kacamata
agama (surah Al-Baqarah) ataupun negara akan membuat
seseorang lebih berhati-hati dalam mendapatkan harta. Jangan
sampai terjebak pada tindakan korupsi yang amat dilarang
Islam.
2. Menjaga hak milik orang lain
Dengan tidak melakukan korupsi maka kita akan menjaga
harta orang lain. Ini merupakan tuntunan syariat Islam
sebagainya juga surah Al-Baqarah 188 yang mengharuskan
seseorang bisa Hifz al-mal (menjaga harta) milik orang lain.
3. Keberkahan harta
Hikmah dilarangnya korupsi dengan penegasan Al-Baqarah
188 akan mudah mendapatkan keberkahan harta. Sebab harta
yang berkah adalah yang didapat dengan cara-cara benar tidak
melanggar aturan agama.

13
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Korupsi adalah musuh seluruh umat manusia. Pelaku korupsi tidak
hanya merugikan satu atau dua orang namun merugikan masyarakat, bangsa,
dan negara. Meski begitu term koruptor tidak sama dengan term pencuri
dalam surah Al-Maidah ayat 38, sehingga koruptor tidak dapat di hukumi
dengan hukum potong tangan. Pencuri dalam surah Al-Maidah adalah orang
mengambil harta orang lain dalam jumlah tertentu secara sembunyi-sembunyi
dari tempat penyimpannya dengan cara yang tidak dibenarkan oleh hukum
dan tidak karena syubhat. Sedangkan koruptor adalah orang yang tidak
amanah, melakukan suap-menyuap, dan melakukan penggelapan, yang
menyebabkan kerugian negara secara materil.
Koruptor selaras maknanya dengan penghianat karena telah
menghianati amanah rakyat atas harta public kepadanya. Koruptor juga bisa
dimaknai dengan mukhtalis, yang berarti seseorang yang menggelapkan harta
publik, sehingga tidak dapat dihukumi potong tangan. Pelaku tindak pidana
korupsi termasuk ke dalam pelaku ta’zir sehingga hukumannya adalah
kebijaksanaan dari hakim, sesuai dengan ringan atau beratnya suatu perkara.
Tentunya yang terpenting tetaplah para penegak hukum. Ketegasan dan
kegigihan mereka dalam menghukum koruptor tetaplah menjadi kunci
terkikis tidaknya korupsi di negeri ini.
Allah melarang kita mengambil hak orang lain dengan cara yang tidak
sesuai syariat. Seperti menyuap para hakim agar membantu kalian mengambil
sebagian harta orang lain dengan cara yang batil. Padahal mengetahui
bahwasanya itu diharamkan.

14
Daftar Pustaka

Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa, Tafsir Al-Maraghi Juz VI. Edited by


Anwar Rasyidi. Semarang: Penerbit Toha Putra, 1970.
As’ad Aliy. Terjemah: Fathul Mu’in. Edited by Moh. Tolehah
Mansoer. Yogyakarta: Penerbit Menara Kudus, 1979.
Bukhori, Muhammad Bin Ismail Al. Shahih Al-Bukhori Jilid 5.
Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2010.
Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: CV
Penerbit Jumanatul ‘Ali-Art, 2004.
Gani, Rasni. “Tangan Gubernur Aceh Irwandi Akan dipotong Usai
Jadi Tersangka Korupsi?” Tribun Timur, 2018.
Hamidy, Mu’amal, and Imron A.Manan. Terjemah Tafsir Ayat Ahkam
Ash-Shabuni Juz 1. Surabaya; PT Bina Ilmu, 1983.
Harun, Salman. Belajar Bahasa Arab Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1993.
Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, 2006, Tafsir Al-Maraghi Juz 1, Beirut:
Darul Fikr.
As-Suyuthi, Jalaluddin Al-Mahali dan Jalaluddin, 2005, Tafsir
Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Ayat, Bandung: Sinar Baru.
Shihab, Nazwa ,”Pura-pura Penjara”, 2018.

15

Anda mungkin juga menyukai