Anda di halaman 1dari 14

TRANSAKSI ISTISHNA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Transaksi Keuangan Islam
Dosen pembimbing: Yanuardin, S.E, M.E.I

Disusun oleh: Kelompok 2

1. Fadilla Pramudita (2102050007)

2. Putri Kartika Annur (2102050012)

3. Rasyiqah Qamarani (2102050013)

4. Syaputri (2102050014)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL-ULUUM
ASAHAN-KISARAN
TA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Karena atas rahmat dan kasih sayang-Nya,
atas anugerah hidup serta kesehatan yang telah saya terima, dan petunjuk-Nya
sehingga saya bisa menyusun makalah ini. Di makalah ini, saya sebagai penyusun
hanya sebatas ilmu yang bisa saya sajikan dengan judul “Transaksi Istishna”.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Asahan, 13 November 2023


Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB I PEMBAHASAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad/Transaksi Istishna.............................................................2

B. Jenis-jenis Akad Istishna..............................................................................4

C. Dasar Hukum Akad Istishna........................................................................4

D. Rukun dan Syarat Akad Istishna..................................................................5

E. Perlakuan Akuntansi....................................................................................7

F. Contoh Akad Istishna...................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akad istisna’ merupakan produk lembaga keuangan syariah, sehingga jual
beli ini dapat dilakukan di lembaga keuangan syariah. Semua lembaga keuangan
syariah memberlakukan produk ini sebagai jasa untuk nasabah, selain
memberikan keuntungan kepada produsen juga memberikan keuntungan pada
konsumen atau pemesan yang memesan barang. Sehingga lembaga keuangan
syariah menjadi pihak intermediasi dalam hal ini. Dalam perkembangannya,
ternyata akad istisna’ lebih mungkin banyak di gunakan di lembaga keuangan
syariah dari pada salam. Hal ini di sebabkan karena barang yang di pesan oleh
nasabah atau konsumen lebih banyak barang yang belum jadi dan perlu di buatkan
terlebih dahulu di bandingkan dengan barang yang sudah jadi.

Secara sosiologis, barang yang sudah jadi telah banyak tersedia di pasaran,
sehingga tidak perlu di pesan terlebih dahulu pada saat hendak membelinya. Akad
istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna’ dapat dilakukan
langsung antara dua belah pihak antara pemesan atau penjual seperti atau melalui
perantara. Jika dilakukan melalui perantara maka akad disebut dengan akad
istishna’ paralel.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dan dasar hukum akad/transaksi istishna’?
2. Apa saja jenis-jenis dan rukun serta syarat akad istishna’?
3. Bagaimana perlakuan akuntansi dalam akad istishna?
4. Apa salah satu contoh mengenai akad/transaksi istishna’?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad/Transaksi Istishna

Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna’ dapat dilakukan
langsung antara dua belah pihak antara pemesan atau penjual seperti atau melalui
perantara. Jika dilakukan melalui perantara maka akad disebut dengan akad
istishna’ paralel. Secara bahasa, istishna berasal dari kata shana’a yang artinya
membuat. Karena ada penambahan huruf alif, sin dan ta maka makna yang
terbentuk adalah meminta atau memohon untuk dibuatkan. Secara istilah, Akad
istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli,
mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).1 Atau bisa juga disebut sebagai suatu
akad untuk pembelian suatu barang yang akan dibuat bahan dan pembuatan dari
pembuat.

Pembiayaan istishna’ merupakan transaksi jual beli cicilan pula seperti


transaksi murabahah muajjal. Namun, berbeda dengan jual beli murabahah di
mana barang diserahkan di muka sedangkan uangnya di bayar cicilan, dalam jual
beli istishna’ barang diserahkan di belakang, walaupun uangnya sama-sama di
bayar secara cicilan. Dengan demikian, metode pembayaran pada jual beli
murabahah muajjal sama persis dengan metode pembayaran dalam jual beli
istishna’, yakni sama-sama dengan sistem angsuran(installment). Satu-satunya hal
yang membedakan antara keduanya adalah waktu penyerahan barangnya. Dalam
murabahah muajjal, barang di serahkan di muka, sedangkan dalam istishna’
barang di serahkan di belakang, yakni pada akhir periode pembiayaan. Hal ini
terjadi, karena biasanya barangnya belum di buat/belum wujud.

1
Nur Azizah Fauziyyah, Tinjauan Fikih Muamalah Akad Istishna Terhadap Praktik Jual
Beli Pesanan Parsel di Produsen Parcel X, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 6, no. 2 (2020), hlm.
221.

2
Transaksi istishna’ memiliki kemiripan dengan transaksi salam, dalam hal
barang yang dibeli belum ada pada saat transaksi, melainkan harus dilunasi
terlebih dahulu. Berbeda dengan transaksi salam yang barangnya adalah hasil
pertanian, pada transaksi istishna’, barang yang diperjualbelikan biasanya adalah
barang manufaktur. Adapun dalam hal pembayaran, transaksi istishna’ dapat
dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada
masa yang akan datang. Secara praktis pelaksanaan kegiatan istishna’ dalam
perbankan syariah cenderung dilakukan dalam format istishna’ paralel. Hal ini
dapat di pahami karena pertama, kegiatan istishna’ oleh bank syariah merupakan
akibat dari adanya permintaan barang tertentu oleh nasabah, dan kedua bank
syariah bukanlah produsen dari barang dimaksud. Secara umum tahapan praktik
istishna’(dan istishna’ paralel) di perbankan syariah adalah sama dengan tahapan
praktik salam. Perbedaannya terletak pada cara pembayaran yang tidak dilakukan
secara sekaligus, tetapi dilakukan secara bertahap (angsuran).

Dari hasil telaahan atas Standar Operasi Prosedur produk istisna’, terdapat
beberapa hal yang dapat di cermati lebih jauh, yaitu :

1. Secara umum pemahaman bank syariah terhadap akad istishna’ adalah


berkaitan dengan pembelian suatu benda yang memiliki nilai besar dan di
produksi secara bertahap, misalnya, bangunan, pesawat terbang, dan
sebagainya.
2. Sama halnya dengan praktik salam, praktik akad istishna’ di bank syariah
hampir selalu dilakukan dalam format istishna’ paralel. Dengan demikian
praktik istishna’ di perbankan syariah lebih terorientasi pada upaya
pencarian marjin antara harga akad I dan akad II.
3. Sama halnya dengan praktik salam, praktik istishna’ di industri perbankan
syariah lebih mencerminkan kegiatan utang piutang (penyediaan dana)
dari pada kegiatan jual beli. Implikasinya adalah pengakuan piutang
istishna’ lebih mencerminkan piutang uang (sebagai akibat kegiatan
penyediaan dana) dari pada piutang barang (sebagaiakibat kegiatan
penyediaan dana) dari pada piutang barang (sebagai akibat kegiatan jual
beli).

3
B. Jenis-jenis Akad Istishna

Jenis – jenis akad istishna' dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai
berikut:

1. Istishna' Tunggal

Istishna' Tunggal akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan


barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli/ mustashni) dan penjual (pembuat, shani').

2. Istishna' Paralel

Istishna' paralel adalah suatu bentuk akad istishna' antara penjual dan
pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual
melakukan akad istishna' dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi
aset yang dipesan pemesan. Syaratnya akad istishna' pertama (antara penjual dan
pemesati) tidak bergantung pada istishna' kedua (antara penjual dan pemasok).
Selain itu, akad antara pemesan dengan penjual dan akad antara penjual dan
pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan
selama konstruksi.

C. Dasar Hukum Akad Istishna

1. Al-Qur’an
Terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah Ayat 275 dan 282;
‫َو َاَح َّل ُهّٰللا اْلَبْيَع َو َح َّر َم الِّر ٰب وۗا‬
Artinya: “Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”. (QS. Al-
Baqarah: 275).
Berdasarkan ayat ini dan lainnya para ulama' menyatakan bahwa hukum
asal setiap perniagaan adalah halal, kecuali yang nyata-nyata diharamkan dalam
dalil yang kuat dan shahih.
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا َتَداَيْنُتْم ِبَد ْيٍن ِآٰلى َاَجٍل ُّمَس ًّم ى َفاْك ُتُبْو ُۗه‬

4
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk waktu yang tidak di tentukan, hendaklah kamu
menuliskannya….”(QS. Al-Baqarah: 282).

2. As-Sunnah
Dari Anas RA bahwa Nabi SAW hendak menuliskan surat kepada raja
non-Arab, lalu dikabarkan kepada beliau bahwa raja-raja non-Arab tidak sudi
menerima surat yang tidak distempel. Maka beliau pun memesan agar ia
dibuatkan cincin stempel dari bahan perak. Anas menisahkan: Seakan-akan
sekarang ini aku dapat menyaksikan kemilau putih di tangan beliau." (HR.
Muslim).
Dari perbuatan yang di lakukan oleh nabi di atas, dapat kita jadikan bukti
nyata bahwa akad istishna' adalah akad yang dibolehkan.2

D. Rukun dan Syarat Akad Istishna

Rukun istishna' ada tiga, yaitu:

1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual


(pembuat/shani’).
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna' yang
berbentuk harga
3. ljab kabul/serah terima.3

Ketentuan/Syarat Syariah akad istishna', antara lain :

1. Pelaku cakap hukum dan baligh

2. Objek akad

a. Ketentuan Syariah tentang pembayaran, yaitu:

2
Moh. Mukhsinin S. dan Ifdlolul Maghfur, Implementasi Jual Beli Akad Istishna' di
Konveksi Duta Collection's Yayasan Darut Taqwa Sengon Agung, Jurnal Ekonomi Islam 11 No. 1
(2019), hlm. 143.
3
Rizal Yahya, dkk, Akutansi Perbankan Syariah : Teori dan Praktek Kontemporer,
(Jakarta : Salemba, 2009), hlm. 254.

5
1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa
uang. barang. atau manfaat, demikian juga dengan cara
pembayarannya.
2) Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah, Akan
tetapi, apabila setelah akad di tanda tangani pembeli mengubah
spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya akibat perubahan
ini menjadi tanggung jawab pembeli.
3) Pembayaran dilakukan sesual kesepakatan.
4) Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang.
b. Ketentuan Syariah barang, yaitu:
1) Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu)
sehingga tidak ada lagi jahalah dan perselisihan dapat dilindari.
2) Barang pesanan discrahkan kemudian.
3) Waktu dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
4) Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual.
5) Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.
6) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesual dengan
kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk
melanjutkan atau membatalkan akad.
7) Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesual dengan kesepakatan,
hukumnya mengikat, tidak belch dibatalkan schingga penjual tidak
dirugikan karena la lelah menjalankan kewajibaninya seusai
kesepakatan.

3. Ijab Kabul

Ijab Kabul/serah terima adalah pernyataan dan ekspresi saling ridho


diantara pelaku-pelaku akad baik secara verbal, tertulis, melalui korespondensi
atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

6
Berakhirnya Akad Istishna'

Kontrak istishna' bisa berakhir berdasarkan kondisi-kondisi berikut.

1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihäk.


2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak.
3. Pembatalan hukum kontrak. Hal ini dilakukan jika muncul sebab yang
masuk akal untuk mencegah dilaksanakannya kontrak atau
penyelesaiannya, dan masing-masing pihak bisa menuntut pembatalannya.

E. Perlakuan Akuntansi (PSAK 104)

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 104: Akuntansi Istishna’ (PSAK


104) dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK 104 menggantikan pengaturan
mengenai akuntansi istishna’ dalam PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang
dikeluarkan pada 1 Mei 2002. Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional
(DPN) IAI No. 0823- B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh produk akuntansi syariah
yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya kepada
Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI. PSAK 104 mengalami
penyesuaian pada 6 Januari 2016 terkait definisi nilai wajar yang disesuaikan
dengan PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar.

PSAK 104 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan


pengungkapan transaksi istishna’. Pernyataan ini diterapkan untuk lembaga
keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi istishna’, baik
sebagai penjual maupun pembeli. Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat,
shani’).

1. Akuntansi untuk Penjual

Pendapatan istishna’ diakui dengan menggunakan metode persentase


penyelesaian atau metode akad selesai. Akad adalah selesai jika proses pembuatan
barang pesanan selesai dan diserahkan kepada pembeli. Penjual menyajikan:

7
a. Piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah yang
belum dilunasi oleh pembeli akhir.
b. Termin istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah
tagihan termin penjual kepada pembeli akhir.

2. Akuntansi untuk Pembeli

Pembeli mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah


termin yang ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada
penjual. Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan
porsi pelunasan utang istishna’. Pembeli menyajikan:

a. Utang ishtisna’ sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum
dilunasi.
b. Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:
1) persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada
pembeli akhir, jika istishna’ paralel
2) kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna’ (buka istishna’ paralel).

PSAK ini juga memberikan pengungkapan minimum bagi penjual dan


pembeli, termasuk metode akuntansi yang digunakan dalam pencatatan akuntansi
istishna’.

F. Contoh Akad Istishna

CV. Selayang Pandang yang bergerak dalam bidang pembuatan dan


penjualan sepatu memperoleh order untuk memebuat sepatu anak sekolah SMU
senilai RP. 60.000.000,-.dan 8 mengajukan permodalan kepada Bank Syariah
Plaju. Harga perpasang sepatu yang di ajukan adalah Rp.85.000,- dan
pembayarannya di angsur selama tiga bulan. Harga perpasang sepatu di pasaran
sekitar rp. 90.000,-. Dalam hal ini Bank Syariah Plaju tidak tahu berapa biaya
pokok produksi. CV.Selayang Pandang hanya memberikan keuntungan Rp.
5.000,- perpasang atau keuntungan keseluruhan adalah RP. 3.529.412,-yang
diperoleh dari hitungan Rp. 60.000.000/Rp. 85.000xRp. 5.000 = rp. 3.529.412.

8
Bank Syariah Plaju dapat menawar harga yang diajukan oleh CV. Selayang
Pandang dengan harga yang lebih murah, sehingga dapat di jual kepada
masyarakat dengan harga yang lebih murah pula. Katakanlah misalnya

Bank Syariah Plaju menawar harga Rp. 86.000,-per pasang, sehingga


masih untung Rp. 4.000,- perpasang dengan keuntungan keseluruhan adalah:

Rp. 60.000.000/Rp. 86.000xRp. 4.000 = Rp. 2.790.697

Pada dasarnya akad istishna adalah kegiatan pemesanan suatu produk


kepada produsen produk tersebut. Kalau didengar sekilas, mungkin Anda akan
membayangkan istishna berlaku untuk barang kerajinan saja, namun sebenarnya
banyak juga transaksi akad istishna yang ada tanpa disadari.

1) Rumah. Rumah apabila dipesan sesuai dengan keinginan Anda, termasuk


dalam akad istishna. Misalnya, ingin rumah dengan 3 kamar, desainnya
minimalis, dan ada kolam renangnya. Untuk memenuhi keinginan ini,
Anda bisa memesan rumah KPR di perbankan syariah yang menyediakan
fasilitas tersebut.
2) Pakaian. Apabila Anda ingin pakaian kustom sesuai dengan selara, juga
termasuk dalam istishna. Misalnya, Anda ingin memesan jersey sepak bola
dengan desain sendiri untuk 40 orang.
3) Sepatu. Apabila ukuran sepatu Anda jarang ada di pasaran, Anda pastinya
akan memesan ukuran tersebut ke tukang sepatu. Apabila melakukan
transaksi tersebut berdasarkan syariat islam, hal tersebut termasuk akad
istishna.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna’ dapat dilakukan
langsung antara dua belah pihak antara pemesan atau penjual seperti atau melalui
perantara. Jenis – jenis akad istishna' dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai
berikut: Istishna' Tunggal dan Istishna' Paralel.

Rukun istishna' ada tiga, yaitu:

1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual


(pembuat/shani’).
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna' yang
berbentuk harga
3. ljab kabul/serah terima.

Pendapatan istishna’ diakui dengan menggunakan metode persentase


penyelesaian atau metode akad selesai. Akad adalah selesai jika proses pembuatan
barang pesanan selesai dan diserahkan kepada pembeli. Pembeli mengakui aset
istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan
sekaligus mengakui utang istishna’ kepada penjual. Beban istishna’ tangguhan
diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan utang istishna’.

10
DAFTAR PUSTAKA

Nur Azizah Fauziyyah, Tinjauan Fikih Muamalah Akad Istishna Terhadap


Praktik Jual Beli Pesanan Parsel di Produsen Parcel X, Jurnal Hukum Ekonomi
Syariah 6, no. 2 (2020).

Moh. Mukhsinin S. dan Ifdlolul Maghfur, Implementasi Jual Beli Akad


Istishna' di Konveksi Duta Collection's Yayasan Darut Taqwa Sengon Agung,
Jurnal Ekonomi Islam 11 No. 1 (2019).

Rizal Yahya, dkk, Akutansi Perbankan Syariah : Teori dan Praktek


Kontemporer, (Jakarta : Salemba, 2009).

11

Anda mungkin juga menyukai