Transaksi Istishna
Transaksi Istishna
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Transaksi Keuangan Islam
Dosen pembimbing: Yanuardin, S.E, M.E.I
4. Syaputri (2102050014)
Segala puji bagi Allah SWT. Karena atas rahmat dan kasih sayang-Nya,
atas anugerah hidup serta kesehatan yang telah saya terima, dan petunjuk-Nya
sehingga saya bisa menyusun makalah ini. Di makalah ini, saya sebagai penyusun
hanya sebatas ilmu yang bisa saya sajikan dengan judul “Transaksi Istishna”.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PEMBAHASAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
E. Perlakuan Akuntansi....................................................................................7
A. Kesimpulan................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akad istisna’ merupakan produk lembaga keuangan syariah, sehingga jual
beli ini dapat dilakukan di lembaga keuangan syariah. Semua lembaga keuangan
syariah memberlakukan produk ini sebagai jasa untuk nasabah, selain
memberikan keuntungan kepada produsen juga memberikan keuntungan pada
konsumen atau pemesan yang memesan barang. Sehingga lembaga keuangan
syariah menjadi pihak intermediasi dalam hal ini. Dalam perkembangannya,
ternyata akad istisna’ lebih mungkin banyak di gunakan di lembaga keuangan
syariah dari pada salam. Hal ini di sebabkan karena barang yang di pesan oleh
nasabah atau konsumen lebih banyak barang yang belum jadi dan perlu di buatkan
terlebih dahulu di bandingkan dengan barang yang sudah jadi.
Secara sosiologis, barang yang sudah jadi telah banyak tersedia di pasaran,
sehingga tidak perlu di pesan terlebih dahulu pada saat hendak membelinya. Akad
istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna’ dapat dilakukan
langsung antara dua belah pihak antara pemesan atau penjual seperti atau melalui
perantara. Jika dilakukan melalui perantara maka akad disebut dengan akad
istishna’ paralel.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dan dasar hukum akad/transaksi istishna’?
2. Apa saja jenis-jenis dan rukun serta syarat akad istishna’?
3. Bagaimana perlakuan akuntansi dalam akad istishna?
4. Apa salah satu contoh mengenai akad/transaksi istishna’?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna’ dapat dilakukan
langsung antara dua belah pihak antara pemesan atau penjual seperti atau melalui
perantara. Jika dilakukan melalui perantara maka akad disebut dengan akad
istishna’ paralel. Secara bahasa, istishna berasal dari kata shana’a yang artinya
membuat. Karena ada penambahan huruf alif, sin dan ta maka makna yang
terbentuk adalah meminta atau memohon untuk dibuatkan. Secara istilah, Akad
istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli,
mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).1 Atau bisa juga disebut sebagai suatu
akad untuk pembelian suatu barang yang akan dibuat bahan dan pembuatan dari
pembuat.
1
Nur Azizah Fauziyyah, Tinjauan Fikih Muamalah Akad Istishna Terhadap Praktik Jual
Beli Pesanan Parsel di Produsen Parcel X, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 6, no. 2 (2020), hlm.
221.
2
Transaksi istishna’ memiliki kemiripan dengan transaksi salam, dalam hal
barang yang dibeli belum ada pada saat transaksi, melainkan harus dilunasi
terlebih dahulu. Berbeda dengan transaksi salam yang barangnya adalah hasil
pertanian, pada transaksi istishna’, barang yang diperjualbelikan biasanya adalah
barang manufaktur. Adapun dalam hal pembayaran, transaksi istishna’ dapat
dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada
masa yang akan datang. Secara praktis pelaksanaan kegiatan istishna’ dalam
perbankan syariah cenderung dilakukan dalam format istishna’ paralel. Hal ini
dapat di pahami karena pertama, kegiatan istishna’ oleh bank syariah merupakan
akibat dari adanya permintaan barang tertentu oleh nasabah, dan kedua bank
syariah bukanlah produsen dari barang dimaksud. Secara umum tahapan praktik
istishna’(dan istishna’ paralel) di perbankan syariah adalah sama dengan tahapan
praktik salam. Perbedaannya terletak pada cara pembayaran yang tidak dilakukan
secara sekaligus, tetapi dilakukan secara bertahap (angsuran).
Dari hasil telaahan atas Standar Operasi Prosedur produk istisna’, terdapat
beberapa hal yang dapat di cermati lebih jauh, yaitu :
3
B. Jenis-jenis Akad Istishna
Jenis – jenis akad istishna' dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai
berikut:
1. Istishna' Tunggal
2. Istishna' Paralel
Istishna' paralel adalah suatu bentuk akad istishna' antara penjual dan
pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual
melakukan akad istishna' dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi
aset yang dipesan pemesan. Syaratnya akad istishna' pertama (antara penjual dan
pemesati) tidak bergantung pada istishna' kedua (antara penjual dan pemasok).
Selain itu, akad antara pemesan dengan penjual dan akad antara penjual dan
pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan
selama konstruksi.
1. Al-Qur’an
Terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah Ayat 275 dan 282;
َو َاَح َّل ُهّٰللا اْلَبْيَع َو َح َّر َم الِّر ٰب وۗا
Artinya: “Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”. (QS. Al-
Baqarah: 275).
Berdasarkan ayat ini dan lainnya para ulama' menyatakan bahwa hukum
asal setiap perniagaan adalah halal, kecuali yang nyata-nyata diharamkan dalam
dalil yang kuat dan shahih.
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا َتَداَيْنُتْم ِبَد ْيٍن ِآٰلى َاَجٍل ُّمَس ًّم ى َفاْك ُتُبْو ُۗه
4
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk waktu yang tidak di tentukan, hendaklah kamu
menuliskannya….”(QS. Al-Baqarah: 282).
2. As-Sunnah
Dari Anas RA bahwa Nabi SAW hendak menuliskan surat kepada raja
non-Arab, lalu dikabarkan kepada beliau bahwa raja-raja non-Arab tidak sudi
menerima surat yang tidak distempel. Maka beliau pun memesan agar ia
dibuatkan cincin stempel dari bahan perak. Anas menisahkan: Seakan-akan
sekarang ini aku dapat menyaksikan kemilau putih di tangan beliau." (HR.
Muslim).
Dari perbuatan yang di lakukan oleh nabi di atas, dapat kita jadikan bukti
nyata bahwa akad istishna' adalah akad yang dibolehkan.2
2. Objek akad
2
Moh. Mukhsinin S. dan Ifdlolul Maghfur, Implementasi Jual Beli Akad Istishna' di
Konveksi Duta Collection's Yayasan Darut Taqwa Sengon Agung, Jurnal Ekonomi Islam 11 No. 1
(2019), hlm. 143.
3
Rizal Yahya, dkk, Akutansi Perbankan Syariah : Teori dan Praktek Kontemporer,
(Jakarta : Salemba, 2009), hlm. 254.
5
1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa
uang. barang. atau manfaat, demikian juga dengan cara
pembayarannya.
2) Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah, Akan
tetapi, apabila setelah akad di tanda tangani pembeli mengubah
spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya akibat perubahan
ini menjadi tanggung jawab pembeli.
3) Pembayaran dilakukan sesual kesepakatan.
4) Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang.
b. Ketentuan Syariah barang, yaitu:
1) Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu)
sehingga tidak ada lagi jahalah dan perselisihan dapat dilindari.
2) Barang pesanan discrahkan kemudian.
3) Waktu dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
4) Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual.
5) Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.
6) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesual dengan
kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk
melanjutkan atau membatalkan akad.
7) Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesual dengan kesepakatan,
hukumnya mengikat, tidak belch dibatalkan schingga penjual tidak
dirugikan karena la lelah menjalankan kewajibaninya seusai
kesepakatan.
3. Ijab Kabul
6
Berakhirnya Akad Istishna'
7
a. Piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah yang
belum dilunasi oleh pembeli akhir.
b. Termin istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah
tagihan termin penjual kepada pembeli akhir.
a. Utang ishtisna’ sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum
dilunasi.
b. Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:
1) persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada
pembeli akhir, jika istishna’ paralel
2) kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna’ (buka istishna’ paralel).
8
Bank Syariah Plaju dapat menawar harga yang diajukan oleh CV. Selayang
Pandang dengan harga yang lebih murah, sehingga dapat di jual kepada
masyarakat dengan harga yang lebih murah pula. Katakanlah misalnya
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna’ dapat dilakukan
langsung antara dua belah pihak antara pemesan atau penjual seperti atau melalui
perantara. Jenis – jenis akad istishna' dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai
berikut: Istishna' Tunggal dan Istishna' Paralel.
10
DAFTAR PUSTAKA
11