254 310 1 SM
254 310 1 SM
Nailul Rahmi
Dosen Fakultas Syaria’ah UIN Imam Bonjol Padang
Abstrak
Salah satu dari ketentuan hukum jinayah dalam hukum Islam adalah bahwa
siapapun yang mencuri harta orang lain maka pelakunya diberi sanksi
hukuman yaitu hukuman had potong tangan seperti yang dijelaskan dalam
ayat 38 dari surat al-Maidah di atas. Kemudian yang pelaksanaannya
dijelaskan dalam hadits-hadits Rasul Saw. Dengan demikian penetapan had
potong tangan bagi pencuri tujuannya adalah untuk memberikan jaminan
kemaslahatan terhadap harta manusia dari kerusakan, kehancuran dan dari
kepemilikan yang tidak dibenarkan Islam dari pihak lain.
53
54 Jurnal Ulunnuha Vol.7 No.2/Desember 2018
oleh para ulama untuk menafsirkan al- tersebut sesuai dengan kapasitas
Qur’an, seperti metode tafsir bi penulis yang belum memenuhi syarat-
almaktsur, metode bi al-ra’yu, metode syarat sebagai mufassir, maka penulis
isyari. Ini adalah metode yang mencoba menela’ah dan memahami
didasarkan pada sumber penafsiran. pesan-pesan al-Qur’an melalui kajian
Selain metode tersebut ada lagi yang terhadap penafsiran yang sudah
disebut metode tahlili, metode ijmali, dilakukan oleh para mufasir
metode maudhu’i dan metode sebelumnya. Adapun ayat yang akan
muqarran. Ini adalah metode penafsiran dikaji di sini hanyalah ayat yang
berdasarkan keluasan penafsiran dan menjelaskan tentang had potong tangan
sistematika ayat yang ditafsirkan. bagi pencuri yang terdapat pada ayat 38
Dalam menafsirkan al-Qur’an para surat al-Maidah. Pemilihan ayat ini
ulama juga dipengaruhi oleh sebagai kajian karena pada ayat ini
kecendrungan keilmuan yang dimiliki dijelskan had bagi pencuri adalah
serta keluasan wawasan terhadap potong tangan, tetapi bagian yang mana
masalah kajian yang dicakup ayat. Oleh yang dipotong tidak dijelaskan, apa
karena itu para ulama menetapkan yang dicuri dan berapa kadar curian
beberapa syarat yang mesti dimiliki yang menyebabkan had ini dilakukan
oleh seseorang jika dia ingin juga tidak dijelaskan.
menafsirkan al-Qur’an, baik syarat Kemudian dalam ayat juga tidak
yang berhubungan dengan etika dalam dijelaskan adanya pengecualia-
menafsirkan ataupun syarat yang pengecualian hukum had ini. Tetapi
berhubungan dengan ilmu-ilmu yang dalam sejarah umat Islam, Umar bi
harus dimiliki. Selain itu juga harus Khatab pernah tidak meksanakan had
mengetahui kaedah-kaedah tafsir, baik tersebut bagi pencuri yang mencuri
kaedah dasar ataupun kaedah pada masa paceklik.
kebahasaan. Tanpa memiliki Berhubungan dengan hal-hal tersebut
pengetahuan seperti yang dijelaskan di penulis tertarik untuk mengkaji
atas maka seseorang tidak mungkin penafsiran ayat ini berdasarkan
dapat menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an penafsiran-penafsiran para mufassir
dengan baik dan benar. dari berbagai kitab tafsir dan
Namun jika semua syarat-syarat penjelasan hadits-hadits tentang
tersebut belum dimiliki secara masalah pencurian dan hukuman
maksimal bukan berarti seseorang tidak potongan tangan bagi pencuri.
dapat memahami penafsiran ayat-ayat
al-Qur’an, karena untuk memahami Pembahasan
penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dapat 1. Ayat 38 surat al-Maidah.
dilakukan dengan menela’ah kitab-
kitab tafsir karya para mufassir yang ِق وَاﻟﺴﱠﺎ ِرﻗَﺔُ ﻓَﺎﻗْﻄَﻌُﻮا أَﻳْ ِﺪﻳـَ ُﻬﻤَﺎ ﺟَﺰَاءً ﲟَِﺎ ُ وَاﻟﺴﱠﺎر
sudah ada. Sebab bagaimanpun bagi
seorang muslim wajib memahami ِﻳﺰ َﺣﻜِﻴ ٌﻢ ٌ َﺎﻻ ِﻣ َﻦ اﻟﻠﱠ ِﻪ وَاﻟﻠﱠﻪُ َﻋﺰ
ً َﻛ َﺴﺒَﺎ ﻧَﻜ
maksud dan isi al-Quran karena al-
Laki-laki yang mencuri dan perempuan
Qur’an adalah petunjuk dalam
yang mencuri, potonglah tangan
menjalani kehidupan untuk
keduanya (sebagai) pembalasan bagi
kebahagiaan di dunia dan di akhirat
apa yang mereka kerjakan dan sebagai
kelak. Berhubungan dengan hal
Nailul Rahmi, Hukum Potong Tangan… 55
siksaan dari Allah. dan Allah Maha diberikan oleh pemilik harta yang
Perkasa lagi Maha Bijaksana.. dicuri.4
2
Wahbah al-Zuhaili, Fiqh al Islam wa
Adillatuhu, Dar al-Fikr, Beirut, 1989, juz 6, h.
4
92. Lihat juga Abdullah bin Abdu ar-Rahman Muhammad Jamaluddin Al-Qasimy,
al-Basami, Tudhihu al-Ahkam min Bulugh al- Tafdsir Al-Qasimy al-Musamma Mahasi al-
Maram, t.t. juz. Iv, h. 180. Takwil, Dar al-Fikr, Beirut, Juz. 6, h. 196.
3 5
Wahbah Zuhaili,Tafsir al-Munir fi Qamarudin Saleh dkk. Asbabun
al-‘Aqidah wa al-Syari’ah, Dar al-Fikr, Beirut, Nuzul, CV.Diponegoro, Bandung, 1984, h. 181
jilid 5 t.t. h. 178. lihat juga Al-Sayuthi, Asbab al-Nuzul.
55
56 Jurnal Ulunnuha Vol.7 No.2/Desember 2018
57
58 Jurnal Ulunnuha Vol.7 No.2/Desember 2018
59
60 Jurnal Ulunnuha Vol.7 No.2/Desember 2018
seperempat dinar17 atau lebih. Pendapat Adapun Hasan al-Bashry dan Abu
yang mensyaratkan hukuman potong Daud az-Zahiry serta sebahagian
tangan bagi pencuri jika ia mencuri fuqaha’ ahli Zahir berpendapat bahwa
seperempat dinar menjadikan hadits bila seorang pencuri mencuri sesuatu
yang dikemukakan Aisyah r.a sebagai maka dipotong tangannya baik dia
dalilnya. Riwayat Muslim yang mencuri sedikit ataupun banyak karena
bersumber dari Aisyah menjelaskan keumuman ayat ini : Seorang pencuri
bahwa Rasul Saw telah bersabda baik laki-laki ataupun perempuan maka
“Tidaklah dipotong tangan seorang potonglah tangan keduanya”, dalam
pencuri kecuali pada barang curian ayat ini tidak ada penjelasan nisab dari
seperempat dinar atau lebih” sedangkan barang curian dan juga tidak dijelaskan
pada Bukhari “dipotong tangan pencuri tempat penyimpanan, tetapi mereka
pada curian seperempat dinar atau mengambil semata-mata pencurian.
lebih. Dalam riwayat Ahmad Dalilnya yang mereka gunakan selain
“Potonglah oleh kamu tangan pencuri ayat di atas adalah riwayat Ibnu Jarir,
pada curian seperempat dinar dan Ibnu Abi Hatim dari kakeknya al
jangan dipotong pada barang curian Hanafi, dia berkata “Saya bertanya
yang kurang dari itu”18 Artinya bahwa kepada Ibnu Abbas tentang firman
jumlah nishab harta barang curian Allah Swt. “ اﻟﺴﺎرق واﻟﺴﺎرﻗﺔ ﻓﺎﻗﻄﻌﻮا أﯾﺪﯾﮭﻤﺎ
untuk dilakukan had potong tangan “ apakah ayat ini bersifat khusus atau
adalah seperempat dinar. Jika harta umum? Ibnu Abbas berkata “umum”.
curian tersebut kurang dari seperempat Kemudian juga hadits riwayat Abu
dinar atau tiga dirham sebagimana Hurairah bahwa Rasul Saw bersabda: )
hadits Ibnu Umar , maka tidak ، ُ ﻓَﺘُ ْﻘﻄَ ُﻊ ﯾَ ُﺪه، َق ا ْﻟﺒَﯿْﻀَ ﺔُ ﺴ ِﺮْ َق ؛ ﯾ
َ ﷲُ اﻟﺴﱠﺎ ِر
ﻟَﻌَﻦَ َ ﱠ
diperlakukan had potong tangan bagi ُ ﻓَﺘُ ْﻘﻄَ ُﻊ ﯾَ ُﺪه، ق اﻟْﺤَ ْﺒ َﻞ
ُ ﺴ ِﺮ
ْ َ“ وَ ﯾAllah mela’nat
pencuri sebagaimana dalam riwayat pencuri yang mencuri al-biadhah
Ahmad. (sebutir telur) maka dipotong
Al-Qasimi menjelaskan bahwa menurut tangannya, juga pencuri sepotong tali
Imam Syafi’i, Imam Ahmad dan Ishaq dipotong tangannya.20 Dalam suatu
bahwa seperempat dinar dan tiga riwayat dari A’mas dijelaskan bahwa
dirham itu sifatnya syar’i, dan satu menurut A’mas biadhah yang
dinar itu setara dengan dua belas dimaksudkan adalah telur yang terbuat
dirham. Dan juga riwayat dari Aisyah dari besi yang digunakan dalam
menjelaskan bahwa pencuri yang peperangan sebagai peluru yang
mencuri perisai yang dipotong harganya sama dengan perisai,
tangannya karena harga perisai tersebut sedangkan tali itu tali yag nilainya
setara dengan seperempat dinar, tidak sama dengan beberapa dirham.21
sepuluh dirham.19
20
Muhammad Jamaluddin al-Qasimi,
17
Dinar adalah ukuran dari emas Tafsir al-Qasim almusamma Mahasin al-
beratnya (timbangannya adalah 4 g, yaitu Ta’wil, Dar al-Fkr, Beirut, 1978, juz. 6, h. 193-
seperempat dari mas murni. Lihat Abdullah bin 194. Lihat al-Bukhari, op.cit. pada hudud bab 7
Abdu ar-Rahman al-Basami. Loc.cit. dan 13, Muslim, op.cit. pada hudud hadits 7,
18
Abdullah bin Abdurrahman al- an-Nisa’i op.cit. pada al-Sariq bab 1, Ibnu
Basssam, Tudhahu al-Ahkam min Bulugh al Majah, op.cit. pada hudud bab 29 dan Ahmad
Maram, ,op.cit. juz 2 hadits 253.
19 21
A-.Qasimy, op.cit. h. 195. Al-Qurtubi, op.cit. h. 113.
61
62 Jurnal Ulunnuha Vol.7 No.2/Desember 2018
menetapkan hukum dengan dirinya yang mujmal oleh karena itu untuk
sendiri. menerapkan amar yang ada didalam
Jadi pada asalnya fuqaha’ sepakat ayat diperlukan penjelasan dari dalil
bahwa tidak dilaksanakan potong lain yaitu hadits-hadits Rasulullah Saw,
tangan kecuali pada barang curian yang penjelasan bahasa tentang makna lafaz
sampai ukurannya senishab, jika dan pendapat para mufassir dan
kurang maka tidak wajib potong fuqaha’. Dari penjelasan tersebut dapat
tangan. Hanya saja mereka berbeda dipahami bahwa had potong tangan
pendapat dalam menentukan batas bagi pencuri adalah wajib. Wajibnya
nisab yang mengharuskan potong had tersebut harus ada ukuran atau
tangan bagi seorang pencuri, nishab harta yang dicurinya, tidak
sebagaimana dikemukakan di atas. boleh diperlakukan umum terhadap
Masalah ketiga kemudian para ulama semua pencurian.
sepakat bahwa tangan yang dipotong Adapun batasan barang curian yang
adalah tangan kanan berdasarkan menyebabkan wajibnya potong tangan
qira’at Ibnu Mas’ud “ ” ﻓﺎ ﻗﻄﻌﻮا أﯾﻤﻨﮭﻤﺎ, terhadap pencuri, terjadi perbedaan
namun mereka berbeda pendapat pendapat dikalangan ulama. Jumhur
dibagian mana tangan tersebut ulama menetapkan nishabnya adalah
dipotong. Fuqah’ Mesir (al-amshar) seperempat dinar dengan dalil hadits
berpendapat dipotong pada Aisyah. Maliki menetapkan tiga dinar
pergelangan tidak di siku atau atau lebih dengan dalil hadits Aisyah,
dipangkal lengan, Khawarij bahwa seperempat dinar sama dengan
berpendapat dipotong dipangkal tiga dirham. Kemudian Hambali dan
lengan, dan suatu golongan Hanafiah mengatakan kadarnya adalah
berpendapat dipotong di jari-jari saja. sepuluh dirham dengan dalil hadits
Dalil Jumhur adalah riwayat yang Umar bin Syu’aib.
menjelaskan bahwa Rasul Saw. Memperhatikan hadits, qaul sahabat
Memotong tangan pencuri dari dan pendapat ulama di atas maka
pergelangan, begitu juga pendapat Ali, kadar barang curian yang mewajibkan
Umar bin Khathab, mereka memotong potong tangan bagi pencuri minimal
tangan pencuri pada sambungan adalah seperempat dinar, jika kurang
pergelangan, inilah yang diamalkan. dari jumlah tersebut maka hukuman
Tapi jika dia mencuri untuk yang potong tangan tidak dilaksanakan.
keduakalinya maka dipotong tangannya Adapun sanksi yang diberikan kepada
yang kiri berdasarkan ittifaq para pencuri yang mencuri kurang dari
fuqaha.25 seperempat dinar dipahami dari hadits
Berdasarkan penjelasan mufassir Abu Hurairah yang menjelaskan
tentang maksud dari ayat yang bahwa Rasul melaknat pencuri yang
menjelaskan tentang perintah mencuri telur dan mencuri tali maka
memotong tangan bagi pencuri, baik keduanya dipotong tangannya. Oleh
pencuri itu laki-laki ataupun karena itu dapat dipahami bahwa
perempuan, dapat dipahami bahwa riwayat Abu Hurairah ini ini adalah
ayat ini adalah umum dengan lafaz umum sama dengan makna ayat, yaitu
berapa saja yang dicuri maka bagi
25
Ali ash-Shabuni, Rawai’ul Bayan pencurinya wajib potong tangan
Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, Dar al-
Kutub al-Islamiah, Mesir,tt. Juz 1. h.440.
63
64 Jurnal Ulunnuha Vol.7 No.2/Desember 2018
Dari syarat-syarat suatu lafaz dipahami Bakar mengatakan bahwa tidak ada
dengan makna majaz tersebut maka perbedaan pendapat ditengah umat
dapat dipahami bahwaa syarat-syarat bahwa yang dimaksudkan adalah
tersebut tidak ditemukaan pada ayat ini. memotong tangan kanan pada
Oleh sebab itu tidak ada alasan untuk pencurian yang dilakukan pertama kali.
32
memahami ayat tentang perintah Pendapat yang sama juga
memotong tangan pencuri dengan dikemukakan oleh al-Qasimi, hanya
makna penjara. saja menurut al-Qasimin ini adalah
Lebih lanjut Rasyid Ridha mengatakan qira’at syaz. Tetapi ada dalil lain yaitu
bahwa Allah ingin mencela keduanya yang sudah terjadi pada jaman jahiliah
dengan bacaan al-Qur’an. Jika hukum kemudian pada masa Islam ketika Nabi
syari’ah mengikat keduanya secara melakukan hal yang sama.33
mutlaq dan dan biasa mensifati az- As-Sammy mengemukakan bahwa
zukur dan domirnya dalam kalimat, jumhur ulama berpendapat demikian
kecuali apa yang dikhususkan syari’ah juga bahwa yang dipotong pertama kali
terhadap laki-laki, seperti imamah dan adalah tangan kanan dengan berpegang
qital, Memutarkan kemutlakan yad pada qira’at Ibnu Mas’ud, yad secara
yaitu bahwasanya mencukupkan mutlaq adalah telapak tangan karena itu
tempat memotongnya pada batasannya adalah pergelangan tangan,
pergelangan tangan.30 dan itulah yang terjadi menurut
Menurut Ibnu Arabi ﻓﺎﻗﻄﻌﻮا أﯾﺪﯾﮭﻤﺎ sunnah.34
menunjukkan yang boleh dipotong itu ﺟﺰاء ﺑﻤﺎ ﻛﺴﺒﺎ ﻧﻜﺎﻻ ﻣﻦ ﷲartinya potong
adalah tangan kanan, tetapi ayat tidak tangan bagi pencuri baik laki-laki
menunjukkan hal itu. Karena lafaz aidy ataupun perempuan merupakan balasan
menurut al-Qurthubi adalah terhadap perbuatan keduanya dan
menunjukkan kepada empat perkara karena usaha keduanya yaitu mencuri,
yang terhimpun pada dua perkara yaitu mengambil harta orang lain yang
tangan dan kaki, sebab lafaz “huma” diharamkan baginya dan yang orang
adalah tatsniyah, sebab pencuri laki- lain tidak menginginkan hartanya
laki dan pencuri perempuan itu tidak diambil. “nakala” artinya peringatan
dimaksudkan sosok tertentu tetapi dan celaan atau hinaan karena
keduanya adalah jenis kelamin yang perbuatan mencuri. Semua in adalah
jumlahnya tidak berbilang.31 iqab atau hukuman bagi pencuri,
Penetapan tangan kanan yang dipotong sekalipun mereka bisa lari dari manusia
tersebut menurut al-Jashash didasarkan tetapi hukuman yang sesuai dengan
pada qira’at Abdullah “”ﻓﺎﻗﻄﻌﻮا أﯾﻤﻨﮭﻤﺎ perbuatan mereka yang melakukan
sesuai dengan riwayat yang diceritakan pencurian adalah yang lebih dahsyat
oleh Sufyan dari Jabir dari Amir. Ibnu pengaruhnya dan larangan dari
Auf dari Ibrahim juga meriwayatkan melakukannya. Pencurian akan
bahwa “faqtha’u aimanhuma” . Abu menyebabkan tidak amannya manusia
dari hartanya dan manusia akan merasa
lafaz diciptakan mempunyai makna hakiki.
32
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al- Imam Abu Bakar Ahmad al-Razi
Ghazali, Al-Mustashfa min Ilm al-Ushul, Dar Al-Jashsh, Ahkam al-Qur’an, Dar al-Fkri,
al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, 1971, h. 288-296. Mesir, juz. 2. T.t. 582.
30 33
Ibid. h 289. Al-Qasimi.Op,cit. H. 192.
31 34
Al-Qurthubi, op.Cit. h. 117. As-Sammi. Op.cit. h. 186.
65
66 Jurnal Ulunnuha Vol.7 No.2/Desember 2018
67
68 Jurnal Ulunnuha Vol.7 No.2/Desember 2018
ﲔ
َ َﺎك إﱠِﻻ رَﲪَْﺔً ﻟِْﻠﻌَﺎﻟَ ِﻤ
َ َوﻣَﺎ أ َْر َﺳ ْﻠﻨ hajjiyat, yaitu al-tahsiniyat, al-
tazyiniin, al-taisir.39
Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, Syatibi menjelaskan bahwa tujuan
melainkan untuk (menjadi) rahmat Allah SWT memberlakukan syariah
bagi semesta alam. adalah untuk kemaslahatan hambanya
Dalam ayat di atas Allah menjelaskan baik di dunia maupun di akhirat.
bahwa Allah mengutus Muhammad Kemudian ia membagi maslahat
sebagai Rasul adalah sebagai rahmat menjadi tiga bagian; yang pertama
bagi alam semesta. Artinya dlaruriyah (primer), yang kedua
Muhammad diutus menyampaikan hajiyah (sekunder), yang ketiga
risalahnya yang membawa din al-Islam tahsiniyah (tertier). Dlaruriyah adalah
dari Allah untuk disampaikan kepada sesuatu yang harus ada untuk
umat manusia agar manusia dapat mewujudkan kemaslahatan dunia
menjadikan ad-din tersebut sebagai maupun akhirat. Jika tidak ada, maka
pedoman dalam menjalani kehidupan bisa menyebabkan kehancuran dalam
di dunia dan untuk mencapai kehidupan dunia maupun akhirat.
kebahagiaan di akhirat kelak. Dlaruriyah ini, menurut penelitian,
Kemaslahatan manusia hanya dapat mencakup pada pemeliharaan terhadap
dicapai jika kehidupan manusia terjaga lima hal; hifzhud din (agama), hifzhun
dan terjamin keselamatannya, nafs (jiwa), hifzhun nasl (keturunan),
keselamatan agamanya, jiwa, aqal, hifzhul maal (harta), dan hifzhul ‘aqal
nasab dan hartanya. Karena itu para (akal).40
ulama mengatakan bahwa tujuan Dari beberapa tujuan pensyari’atan
pensyari’atan hokum adalah untuk hokum Islam sebagaimana yang
menjaga kemaslahatan manusia. dikemukakan di atas adalah untuk
memelihara harta manusia, baik
Kemudian al-Ghazali (w.505 H/1111 pemeliharaan sebagai hak milik
M) menjelaskan bahwa maslahah yang ataupun pemeliharaan dari kerusakan
menjadi tujuan syara’ adalah ataupun kemusnahan. Oleh karena itu
memelihara tujuan syara’ itu untuk menjaga kemaslahatan harta
sendiri.Tujuan syara’ terhadap manusia Allah menetapkan suatu
mahkhluq ada lima, yaitu untuk aturan bahwa bagi siapa yang
memelihara agama, memelihara jiwa, melanggar ketentuan tersebut diberi
memelihara aqal, memelihara
keturunan dan memelihara harta. Setiap
sesuatu yang mencakup terhadap 39
Al-Ghazali, al-Muastashfa fi ‘ilm
pemeliharaan terhadap ashal yang lima al-Ushul, Pen.Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, Beirut,
ini maka hal itu adalah maslahah. 1971, h. 275.
40 40
Al-Imam Abi Ishaq Ibrahim bin
Sedangkan setiap sesuatu yang
Musa, Al-Muwafaqt fi Ushul al-Ahkam, Dar al
menyebabkan hilangnya ashal yang Fkri, Beirut, t.t. juz. II. Selanjutnya di sebut
lima ini disebut mafsadah. Syatibi. Dalam kitabnya ini Syatibi membahas
Pemeliharaan kelima ashal ini maqashid al-ahkam secara khusus pada juz
mempunyai tingkatan-tingkatan. kedua dari kitabnya, dalam 290 halaman. Jika
dibandingkan dengan ulama-ulama sebelumnya
Pertama tingkatan adh-dharuriyyat,
pembahasan Syatibi memang lebih luas, karena
kedua al-hajjiyat dan yang ketiga yang pada masa-masa sebelum Syatibi maqashid
tidak termasuk pada dharuriyyat dan syari’ah umumnya dibahas ketika menjelaskan
maslahah dan ‘illat pada qiyas
Nailul Rahmi, Hukum Potong Tangan… 69
69
70 Jurnal Ulunnuha Vol.7 No.2/Desember 2018