Anda di halaman 1dari 10

Analisis materi/Bab Kelas X (merinci apa saja materi/bab di kelas X dan ayat apa saja yg

digunakan)

a) Semester Ganjil
 Bab 1 : Al – Qur’an Adalah Wahyu Allah

Al- Quran adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW melalui perantara Malaikat Jibril yang lafadznya autentik sebagai Mukjizat. Al-
Qur’an disampaikan kepada kita secara mutawatir dan ditulis dalam mushaf-mushaf
yang dimulai dengan surat Al-Fatihahbdan diakhiri dengan surat An-Nas.
Memabacanya akan dinilai ibadah. Selain itu Al-Qur’an juga mempunyai beberapa
nama, seperti At-Tanzil (diturunkan), dan Al-Furqan (Pembeda)

Dalam bab satu ini setelah memahami, siswa diharapkan dapat menjelaskan
pengertian Al-Qur’an menurut para Ulama, menjelaskan nama-nama lain Al-Qur’an
dan menunjukkan serta menganalisis perilaku orang yang berpegang teguh pada Al-
Qur’an

Dalil-dalil ayat Al-Qur’an dan Hadist yang terdapat di bab 1 :

 Pembahasan definisi Al-Qur’an : Qs. Al-Qiyamah ayat 17-18


 Pembahasan tentang nama-nama Al-Qur’an yang populer : Qs. Al-
Baqarah ayat 185,Qs. Al-A’raf ayat 204, Qs. Taha ayat 2, Qs. Ali-
Imran ayat 3,Qs. Al-Furqan ayat 1, Qs. Al- Hijr ayat 9, Qs. Asyu’ara
ayat 192

Al-Qur’an memuat pedoman dasar dalam segala aspek bagi kehidupan.


Sebagai kitab tuntutan hiduo hendaknya setiap muslim paham mengenai pengertian
Al-Qur’an selain dapat menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yakni dengan
menerapkan budi pekerti dan etika yang dilandasi keimanan kepada Allah SWT.

 Bab 2 : Kebenaran Penurunan Al-Qur’an

Turunnya Al-Qur’an merupakan suatu kejadian yang mengagumkan dan


menggembirakan hati Rasulullah SAW, proses penurunan wahyu sangatlah berqt
karena diturunkan melao oerantara malaikat Jibril. Saat Malaikat Jibril menyampaikan
wahyu, Rasulullah merasa berat karena tidak bisa melaksanakan perintah malaikat
Jibril. Akan tetapi setelah berkali-kali malaikat Jibril mengulangi akhirnya Rasulullah
SAW dapat menerimanyam. Begitu pula pada ayat ayat Al-Qur’an yang diturunkan
setelahnya, ini menandakan bahwa peristiwa turunnya Al-Qur’an merupakan suatu
kejafian yang kuar biasa.

Al- Qur’an diturunkan ke langit dunia pada malam Lailatul Qadr, sekaligus
lengkap dari awal sampai akhir, kemudian diturunkan berangsur-angsur sesudah itu
dalam tempo 23 tahun. Penulisan Al-Qur’an dilaksanakan sejak wahyu diterima
hingga selesai dikumpulkan dalam sebuah tulisan berupa Mushaf / kitab yang berjilid
pada masa Khalifah Usman bin Affan. Banyaknya para penghafal Al-Qur’an yang
gugur di medan perang membuat sahabat umar menyampaikan pendapat kepada
sahabat Abu Bakar untuk mengumpulkan catatan catatan Al-Qur’an. Maka proses
penulisan Al-Qur’an yang utuh menjadi sebuah mushaf pada zaman Utsman bin
Affan

Pada bab diua ini siswa diberikan materi ajar terkait kebenaran penurunan Al-
Qur’an, sejarah penulis dan penurunan Al-Qur’an sudha sepatutnya kita memahami
dengan benar swjatah penurunan Al-Qur’an dan penulisan Al-Qur’an sebab Al-
Qur’an adalah kitab pedoman hidup. Layaknya para Khalifah yang sangat
memuliakan Al-Qur’an bahkan sampai menjadikan Al-quran muahaf dan adanya
penulisan Al-Qur’an sebab mereka tidak ingin ayat-ayat Al-Qur’an teececer ataupun
hilang selain itu mereka ingin tidak adanya perbedaan dialek.

Dalil-dalil ayat Al-Qur’an dan Hadist yang terdapat di bab 2 :

 Firman Allah yang pertama kali diturunkan : Al-A’laq 1-5.

 Bab 3 : Menghayati Keotentikan Al-Qur’an

Mushaf Al-Qur’an tertua jelas diselesaikan pada zaman Khalifah Usman


hingga sekarang sampai tulisan Al-Qur’an disebut sebagai rasm-usmani (tulisan
Usman). Kemurnian Al-Qur’an selalu terjaga sejak Saat diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, hingga akhir zaman kelak. Keindahan bahasa dan kandungan
ajaran serta tuntutan hidup umat manusia salah satu kemukjizatan yang menjaminnya.
Tidak akan ada satupun manusia yang bisa menirunya. Dari zaman dahulu sudah
banyak orang orang yang berlomba lomba untuk menandingi Al-Qur’an namun
usaha-usaha tersebut kerap kali gagal.
Dalam materi bab 3 ini diharapkan siswa dapat menjelaskan bukti bukti
Keotentikan Al-Qur’an, selain itu siswa diharapkan dapat membuktikan da n
menunjukkan contoh bentuk Keotentikan Al-Qur’an.

Dengan mempelajari berbagai bentuk Keotentikan Al-Qur’an, diharapkan kita


sebagai muslim untuk lebih mencintai dan mentadabburi Al-Qur’an sehingga dapat
menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam kehidupan, menjadikan Al-Qur’an
sebagai bentuk Rahmat dan kasih sayang Allah yang maha besar dan maha mulia.

Dalil-dalil ayat Al-Qur’an dan Hadist yang terdapat di bab 3 :

 Keotentikan Al-Qur’an : Qs. Yunus ayat 37 & Al-Hijr ayat 9


 Tantangan bagi yang membenci Al-Qur’an : Qs. At-Tur ayat 33-34,
Al-Isra’ ayat 88, Qs. Hud ayat 23 & Qs. Al-Baqarah ayat 23.

 Bab 4 : Al-Qur’an Mukjizat Nabiku

Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang ditugaskan untuk


mengemban tugas mengembalikan manusia ke jalan yang benar. Nabi di utus di
tengah-tengah kaum Jahiliyah yang menganut hukum rimba, siapa yang kuat dialah
yang berkuasa serta dapat melakikan apa saja yang diinginkannya. Masyarakat arab
pada Zaman itu adalah masyarakat yang gemar berperang dan adu kekuatan. Selain
itu mereka juga gemar Berlomba-lomba dalam mwmbuat karangan sastra yang indah.

Dalam kondisi itulah Al-Qur’an sebagai kalamullah adalah mukjizat teragung


yang dikarunikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW Mukjizat Al-Qur’an ini
melebiho mukjizat – mukjizat lain yang diberikan kepada para Nabi sebelumnya. Al-
Qur’an adalah bentuk mukjizat terbesar dan teragung, yang diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW, hingga saat ini belum ada yang dapat menandinginya. Mukjizat
Al-Qur’an merupakan mukjizat ma’nawi ssbab untuk memahaminya harus
menggunakan akal pikiran Rasional dan kecerdasan hati.

Dalil-dalil ayat Al-Qur’an dan Hadist yang terdapat di bab 4 :

 Al-Qur’an mengungkapkan berita yang bersifat gaib : Qs. Yunus ayat


92,
 Al-Qur’an mengungkapkan berita tentang peristiwa yang akan terjadi
di dunia dan di akhirat : Qs. Ar-Rum ayat 1-3,Qs. Al-Fath ayat 27 dan
Al-qamar ayat 45.
 Kwmukjizatan Al-Qur’an : Qs. Fussilat ayat 53
 Isyarat ilmu pengetahuan (sidik jari) : Al-qiyamah ayat 3-4.
 Mukjizat Nabi Nuh : Qs. Hud ayat 37-38
 Mukjizat Nabi Ibrahim Qs. Al-Anbiya’ ayat 68-69.
 Mukjizat Nabi Musa : Qs. Al-A’raf ayat 107 & QS Al-Baqarah ayat 60
 Mukjizat Nabi Daud Qs. Saba’ ayat 10-11
 Mukjizat Nabi Sulaiman Qs. An-Naml ayat 16-18
 Mukjizat Nabi Isa Qs. Ali-Imran ayat 49

 Bab 5 : Kebenaran Al-Qur’an Pada Semua Aspek Kehidupan


 Bab 6 : Al-Qur’an Kebenaran Berlaku Sepanjang Zaman
b) Semester Genap
 Bab 7 : Memahami Hadis, Sunnah, Khabar & Atsar
 Bab 8 : Hadits Sumber Ajaran Islam
 Bab 9 : Menganalisis Unsur-unsur Hadist
 Bab 10 : Menghayati Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an

Pada Bab ini siswa akan mempelajari fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an
dan dapat menyajikan contohnya. Selain itu siswa juga diharapkan nantinya
dapat mengimplementasikan pemahaman fungsi hadist dalam lingkungannya.

Dalam hukum Islam, hadis menjadi sumber hukum kedua setelah al-
Qur’an. Sejak Masa sahabat sampai hari ini para ulama telah bersepakat dalam
penetapan hukum Didasarkan juga kepada sunah Nabi, terutama yang
berkaitan dengan petunjuk Operasional.

Hadis berfungsi sebagai penjelas bagi al-Qur’an dan perinci pesan-


pesan al-Qur’an Karena kebanyakan kandungan al-Qur’an yang bersifat ijmali
(global). Rasululllah juga Menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk
dengan istilah halal dan haram. Segala hewan-hewan (binatang-binatang)
buas, yang mempunyai taring, dan burung-Burung yang mempunyai kuku
yang mencakar dan yang menyambar diharamkan melalui Hadis.

Al-Qur’an dan hadis Rasulullah adalah dasar dari pengetahuan Islam.


Sunah Rasulullah yang diberitakan dan diinformasikan melalui hadis tentu
memiliki fungsi Terhadap pemahaman dan penafsiran al-Qur’an. Fungsi hadis
terhadap al-Quran tentu saja sangat dipengaruhi dari kevalidan haddis tersebut.
Hadis berfungsi memperjelas pesan-pesan al-Quran secara lebih Lengkap dan
juga dalam mencapai tujuan penciptaan manusia dan menjabarkan Hukum-
hukum dan ajaran Islam.

Manafsirkan dan memfungsikan hadis tidak bisa sembarangan, dan


harus Dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli dan memiliki ilmu
pengetahuan terkait. Tentangnya. Untuk itu, berikut adalah penjelasan
mengenai fungsi hadis terhadap al-Qur’an.

1) Bayan at-taqrir adalah menetapkan dan memperkuat dari apa yang


sudah diterangkan. Dalam al-Quran. Di sini hadis berfungsi untuk
membuat kandungan al-Qur’an. Semakin kokoh.
2) Bayan at-tafsir adalah tafsiran (perincian) terhadap isi al-Qur’an yang
masih bersifat Umum (mujmal) serta memberikan batasan-batasan
(persyaratan) pada ayat-ayat Yang bersifat mutlak (taqyid).
3) Hadis sebagai bayan at-tasyri’ ialah sebagai pemberi kepastian hukum
atau ajaran-Ajaran Islam yang tidak dijelaskan dalam al-Qur’an.
4) Para ulama mendefinisikan bayan an-nasakh sebagai ketentuan Yang
datang kemudian dapat menghapuskan ketentuan yang terdahulu,
sebab Ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan
lingkungannya dan lebih luas.

Setelah belajar tentang fungsi hadis terhadap al-Qur’an maka kita


mesti bisa Memahami dan menganalisa bahwa seorang muslim wajib
menerapkan keduanya di Dalam kehidupan. Tanpa keduanya tidak
mungkin seseorang tumbuh dan berkembaang. Sebagai pribadi muslim
yang saleh.
Al-Qur’an meskipun mencakup seluruh aspek kehidupan, umat
Islam wajib Menggunakan hadis-hadis Nabi sebagai penerjemahan
perintah-perintah al-Qur’an Dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan bagi
masyarakat awam, al-Qur’an dan hadis pun Belumlah cukup untuk
memahami maksud ajaran-ajaran Islam. Masih butuh keterangan Dari para
ulama mengenai ketetapan dan hukum-hukum Islam.

Dalil-dalil ayat Al-Qur’an dan Hadist yang terdapat di bab 10 :

 Bayan At-Taqrir : Al-Baqarah ayat 85, Al-Maidah ayat 6


dan Hadist riwayat Muslim, yang artinya sebagai berikut :
“Berpuasalah ketika kalian melihat (ru’yah) bulan sabit dan
berbukalah ketika Kalian juga melihat (ru’yah) bulan sabit”.
(HR Muslim)
 Bayan At-Tafsir : Terdapat contoh hadis yang berkaitan
dengan contoh bayan At-Tafsir terkait hukum pencurian
Berikut arti Hadistnya :
“Rasulullah saw. Didatangi seseorang yang membawa
pencuri, maka beliau Memotong tangan pencuri tersebut
dari pergelangan tangan”.
Hadis ini menafsirkan frman Allah swt. Dalam QS al-
Maidah ayat [5] : 38
 Bayan At-Tasyri’, terdapat contoh hadist, berikut arti
Hadistnya :
“Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat
Islam pada bulan Ramadan satu satu kurma atau gandum
untuk setiap orang, beik merdeka atau Hamba, laki-laki
atau perempuan. (HR. Muslim).
 Bayan An-Naskh, terdapat satu contoh hadist, terkait ahli
waris berikut artinya, “Tidak ada wasiat bagi ahli waris”.
Hadis ini menasakh QS al-Baqarah [2] ayat 180
 Kedudukan Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam, Qs. An
Nisa’ ayat 80 & Qs. Al-Hasyr ayat 7.
 Bab 11 : Hadist Shahih Sebagai Dasar Hukum

Pada bab ini siswa akan mempelajari mengenai keberadaan hadis sahih
dapat dijadikan sebaagai dasar hukum; siswa diharapkan nantinya dapat
menganalisis pembagian hadist baik dari segi kuantitas dan kualitas. Serta
dapat mengimplementasikan pemahaman mengenai pembagian hadis baik dari
segi kualitas dan kuantitas.
Hal-hal yang Menyangkut ibadah-ibadah mahda didasarkan pada hadis
sahih. Demikian juga hal-hal Yang menyangkut masalah keimanan atau
ideologi. Kita tidak menerima hadis daif Sebagai dasar keimanan kita.
Selain bertopang pada al-Quran, hukum yang ditetapkan dalam agama
Islam Haruslah berlandaskan hadis sahih, bukan hadis daif. Allah swt. Telah
mengistimewakan Agama ini dengan adanya sanad (jalur periwayatan) hadis.
Sanad merupakan penopang Agama. Oleh karena itu, hadis sahih wajib
diamalkan. Hadis hasan hanya digunakan Untuk motivasi amal ibadah.
Sedangkan hadis yang sampai pada Tingkatan maudhu’ sama sekali tidak
boleh digunakan. Adapun bila tidak sampai maudhu’. Maka masih boleh
digunakan, tetapi bukan untuk menentukan hukum.
Adapun berdasarkan jumlah kuantitas atau berdasarkan jumlah
perawinya, hadis. Terbagi menjadi dua bagian. Pertama, hadis mutawatir,
yaitu hadis yang diriwayatkan Oleh sejumlah orang yang banyak, tidak
mungkin lagi ada kebohongan.
Kedua hadis ahad, yang diriwayatkan oleh orang Yang banyak, tapi
tidak sampai sejumlah hadis mutawatir.Hadis ahad itu bukanlah hadis palsu
atau hadis bohong, namun hadis yang sahih. Pun bisa termasuk hadis ahad
juga, yang tidak sampai derajat mutawatir. Hadis ahad Tidak ditempatkan
secara berlawanan dengan hadis sahih, melainkan ditempatkan Berlawanan
dengan hadis mutawatir.
Berdasarkan kualitasnya, hadis dapat dibagi menjadi tiga, yakni hadis
sahih, hadis Hasan dan hadis daif. Hadis sahih adalah hadis yang bersambung
sanadnya (jalur periwayatan) melalui penyampaian para perawi yang adil,
dabit, dari perawi yang semisalnya sampai akhir Jalur periwayatan, tanpa ada
syuzuz, dan juga tanpa ‘illat.Hadis hasan adalah hadis yang sanadnya
tersambung, dengan perantara perawi yang Adil, yang sedikit lemah
hafalannya, tidak ada syadz (berbeda dengan hadis yang (Lebih sahih) dan
’illat (penyakit).
Sebagai seorang Muslim yang berpegang teguh kepada hadis sahih,
kita Hendaknya tidak menggampangkan persoalan-persoalan yang sudah
termaktub di dalam Hadis-hadis sahih baik berupa perintah maupun larangan.
Perintah-perintah yang termaktub di dalam hadis sahih antara lain adalah
perintah Untuk mengimani rukun iman. Kita tidak boleh sekehendaknya
menambah atau Mengurangi rukun iman yang sesuai ajaran hadis.
Dalil-dalil ayat Al-Qur’an dan Hadist yang terdapat di bab 11 :
 Hadits terkait Rukun Iman :
Artinya:
“Dari Barra bin Azib ra. Berkata: Rasululllah saw.
Memerintahkan kami melakukan Tujuh perkara dan
melarang kami dari tujuh perkara juga. Rasulullah
Memerintahkan kami untuk menjenguk orang yang sakit,
mengiringi jenazah, Mendoakan orang yang bersin,
menunaikan sumpah, menolong orang yang Terzalimi,
memenuhi undangan dan menebarkan salam. Rasulullah
saw. Melarang Kami dari memakai cincin yang terbuat
dari emas, minum dengan bejana perak, Memakai misarah
(alas duduk yang terbuat dari sutra), qassiyyi (salah satu
jenis Pakaian sutra dari daerah Qass), memakai sutra,
melarang kami dari istabraq (pakaian sutra yang tebal),
dan dîbâj (pakaian terbuat dari sutra terbaik) [HR. Al-
Bukhâri dan Muslim].

 Bab 12 : Biografi Singkat Tokoh – Tokoh Ilmu Hadist & Karyanya

Pada bab ini siswa akan mempelajari dan menganalisis beberapa Tokoh-tokoh
ilmu hadits beserta kitab karangannya sebagai khazanah keilmuan Islam,selain itu
siswa diharapkan dapat Menghargai dan meneladani semangat dan karya tokoh-tokoh
hadis beserta kitab karya-Karyanya.

Orang yang mempelajari sejarah Islam sejak zaman dahulu hingga hari ini,
tentu Akan menemukan bahwa ahli hadis adalah pengikut Nabi yang paling kokoh
dan teguh Mengikuti Nabi Muhammad dalam hal akidah, manhaj, ibadah, dakwah,
muamalah, dan Berhujah. Mereka, ahlul hadis, benar-benar berada pada titik tertinggi
dalam keyakinan dan Ketenangan sehingga dapat menghafal, menjaga hafalan dan
mengajarkan atau Menularkan hafalannya kepada generasi sesudahnya. Tanpa peran
perjuangan dan pengabdian keilmuan dan ketakwaan para ahli hadis Ini, mustahil kita
dapat meyakini kesahihan dan keotentikan hadis-hadis Rasulullah SAW dimana
merupakan sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur’an.

Berikut beberapa kitab karangan para ahli Hadis :

 Kitab al-Muwattha’ disusun selama hampir empat puluh tahun oleh Imam
Malik. Keberatan kalau al-Muwattha’ dijadikan kitab pegangan resmi bagi
pemerintah. Karena berarti kitab yang memuat pendapat lain harus dibuang.
Menurut Imam Malik hadis yang dapat diterima tidak boleh bertentangan
dengan Al-Qur’an dan harus masyhur atau diamalkan oleh masyarakat
Madinah.
 Kitab karya Imam Bukhari paling terkenal adalah al-Jamii’ al-Shaih. Kitab ini
mulai Ditulis ketika ia berada di Makkah dan berakhir ketika ia berada di
Madinah. Imam Ahmad ibn Hanbal adalah guru Imam Bukhari dan juga guru
Imam Muslim. Imam Bukhari adalah juga guru Imam Muslim. Murid-murid
Imam Muslim yang Terkenal antara lain adalah Imam al-Tirmidzi, Ibn
Khuzaimah, Abdurrahman ibn Abi Hatim. Menurut Imam Abu Daud, hadis
yang kurang sahih masih lebih berbobot dibanding Pendapat ulama.
 Ada lebih dari dua puluh buku telah ditulis oleh Imam Muslim. Yang terkenal
adalah Sahih Muslim itu sendiri, nama singkat dari judul aslinya Dengan
sebutan Sahih Muslim, penulisnya bermaksud menjamin bahwa semua hadis
yang terkandung di dalamnya adalah sahih.
 Imam Abu Daud menyusun kitab sunannya dengan sistematika fikih. Kitab ini
berisi 4.800 hadis sebagai inti dari 500.000 hadis yang dikuasainya dengan
baik. Kitab ini sangat memudahkan pembaca dalam mencari hadis-hadis
hukum Seperti halnya kitab hadis induk lain, kitab Sunan Abu Daud disyarahi
oleh beberapa ulama. ‘Aun al-Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, tulisan
Syamsul Haq Azimabadi dikenal sebagai kitab syarahnya yang baik. Di
samping itu ada lagi Bazl al-Majhud fi Halli Abi Daud ditulis oleh Khalil
Ahmad Ansari.
 Karyanya Imam al-Tirmidzi yang terkenal adalah kitab al-Jami’ al-Mukhtasar
min Sunan Rasulillah. Kitab lain yang ditulisnya antara lain al-Asar Al-
Muqufah, al-Asma’ wa al-Kuna, Asma’ al-Sahabah, al-Syamail al
Nabawiyyah, al-‘Ilal, al-Tarikh kh, al-Zuhd. Imam al-Tirmidzi memberi
catatan bahwa hadisnya sesuai dengan Predikatnya, seperti sahih atau hasan.
Bila ada hadis daif karena mengandung ‘illat, ia menujukkan ‘illatnya. Begitu
juga bila hadis itu munkar, ia Menunjukkan di mana munkarnya.
 Imam Nasai menyusun kitab al-Sunan al-Mujtaba’ seperti yang kita dapatkan
Sekarang. Meski demikian, masih terdapat juga hadis hasan dan daif dalam
Kitab al-Mujtaba’.

Kini kita mengerti bahwa tidak semua hadis adalah sahih. Kini kita mengerti
Bahwa para Imam ahli hadis telah berjuang keras untuk meneliti kesahihan derajat
Hadis dan tingkatan-tingkatan lainnya. Semua dilakukan dengan kerja keras dan
Penuh dedikasi yang tinggi serta semangat mengabdi untuk menyelamatkan hadis-
Hadis Rasulullah.

Tanpa perjuangan keras mereka dalam menelusuri dan membukukan derajat


Hadis, mungkin kini kita tidak bisa lagi mendapati hadis yang sahih karena Susahnya
menusia menjaga ketakwaan dan kehati-hatiannya. Sehingga andai tidak Ditulis dan
telah dibukukan dengan rapi, mungkin hadis sahih bisa menjadi daif atau Setidaknya
turun derajatnya bila sanadnya melalui para ulama di zaman sekarang Tanpa
terbukukan terlebih dahulu.

Sudah seharusnya kita sebagai pembelajar ilmu hadis sangat Menghargai dan
mengapresiasi perjuangan para ulama hadis dengan berpegang Teguh kepada al-
Qur’an dan hadis sebagai sumber hukum Islam. Kita juga Semestinya melakukan
ibadah dan bermuamalah dengan berpegang pada kedua Sumber pokok hukum Islam
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai