Anda di halaman 1dari 15

TINDAK PIDANA PERAMPOKAN (AL-HIRABAH)

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Nilai pada Mata
Kuliah Fikih Jinayah

Oleh:

Raguwan Aljufri 193070041

Muhammad Rafiq 193070006

Fitria Nurhaliza 193070010

Dosen pengampu:
Dr.GANI JUMAT,M.AG.
Dr.H.ALI IMRON, S.SY.,M.H.

HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) DATOKARAMA PALU

2022
KATA PENGANTAR

‫اﻟﺮﺣــــــﯿﻢ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﷲ ﺑﺴـــــــــﻢ‬

‫َاﻟﺤ ْﻤ ُﺪ‬ ْ
‫ـــﺎاﻟﻌـ‬ ‫ َﻟ ِﻤــــﯿﻦ‬. ‫ـــــﺮف ـﻰﻋﻠ ــــﻼ َُم اﻟﺲﱠ و ﻻَةُ واﻟﺺﱠ‬
َِ ْ ‫ِدﻧﺎ ﱢﯽﺳ وا ْﻟﻤﺮ َﺳﻠِــﯿﻦ ا‬
‫ﻻَ ْﻧﺒِﯿَـــــﺎ ِء ا َْﺷ‬
‫ّﻠـــ ِﮭ‬ ّْ‫َرب‬
ُ‫ٍد ﱠﻢﻣﺤ‬
ْ
‫ـــــــﯿﻦَ َواَﺻﺤْ ــــَﺎ ِﺑ ِﮭ ــﮭآﻟ ﻰﻠوﻋ‬ ِ ْ‫اَﺟ‬, ‫اَ ّﻣـــــﺎﺑﻌْــــــ ُﺪ‬
‫َﻤﻌ‬

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena rahmat dan
nikmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan sebuah tugas. Pembuatan makalah ini
bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari Dosen yang bersangkutan agar
memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap Mahasiswa dapat
terlatih dalam pembuatan makalah ini

Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari


beberapa buku yang membahas tentang materi yang berkaitan dan juga melalui
media internet. Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima kasih
kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk
mengucapkannya. Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan,
begitu pun dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan
makalah ini mungkin masih banyak sekali kekurangan-kekurang yang ditemukan,
oleh karena itu kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami
mengharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
DAFTAR ISI

PENGANTAR..............................................................................................
DAFTARISI..........................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................
4
PENDAHULUAN...................................................................................................
4
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................
4
1.4 Metode Penulisan............................................................................................5
BAB II
........................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................6
2.1 Pengertian Hirabah.......................................................................................7
2.2 unsur –unsur tindak pidana perampokan.........................................................11

2.3 Perbedaan Pendapat..............Ulama Tentang Pelaku


Jarimah Hiraba............................12

2.4 Tindak Pidana Perampokan Dalam Hukum Pidana……………………13

BAB III
......................................................................................................................
16
PENUTUP.............................................................................................................16
3.1 Simpulan....................................................................................................16
Daftar Pustaka.......................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Hirabah adalah keluarnya sekelompok bersenjata di daerah Islam


dan melakukan kekacauan, penumpahan darah, perampasan harta, merusak
kehormatan, merusak tanaman, peternakan, citra agama, akhlaq, dan
ketertiban umum, baik dari kalangan muslim, maupun kafir. Dan hirabah
juga dapat disebut penodong yaitu merampas dan mengambil harta milik
orang lain dengan cara memaksa korbannya. Pada umumnya kata penodong
lebih lazim dipakai terhadap tindak pidana yang dilakukan diluar rumah..
Dalam hukum Islam, penodong atau perampok diistilahkan dalam kitab-
kitab fikih klasik muharrib. Secara harfiyah hirabah pada umumnya
cenderung mendekati pengertian pencuri. Perbedaannya adalah mencuri
berarti mengambil barang orang lain secara diam-diam, sedangkan hirabah
adalah mengambil barang orang lain dengan cara anarkis. Misalnya
merampok, mengancam atau menakut-nakuti orang.
Sementara pada zaman sekarang hirabah sering terjadi secara
terangterangan dan lebih sering terjadi ditempat-tempat keramaian. Untuk
penjelasan yang lebih jelas, apakah hirabah itu, apakah hukumnya, dan
bagaimana pendapat para ulama tentang hal itu, serta batasan-batasan
dalam pidana Islam mengenai hirabah akan dijelaskan pada bab-bab
selanjutnya.
Rumusan Masalah
1. Apa Itu Hirabah?
2. Unsur-unsur tindak pidana perampokan?
3. Bagaimana Perbedaan Pendapat Ulama Tentang Pelaku Jarimah Hirabah?
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan di penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui masa berlakunya aturan- aturan hukum pidana islam
b. Untuk mengetahui batasan lingkungan berlakunya aturan- aturan
hukum pidana islam

4
BABII
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hirabah/Perampokan
Hirabah disebut juga dengan perampokan atau dapat juga disebut
dengan Qatha’ut Thariq. Perampokan adalah kejahatan merampas harta
dijalan umum dengan ancaman kekerasan.1Perampokan dapat juga diartikan
pengambilan secara terang-terangan dengan kekerasan
Biasanya jarimah hirabah dilakukan oleh sekelompok orang yang
bersenjata tajam atau bersenjata api, yang melakukan pencegatan lalu lintas
baik pada siang ataupun malam hari, yang kadang-kadang hanya merampas
harta benda, kadang-kadang diikuti dengan pembunuhan terhadap
pemiliknya atau mungkin hanya bersifat menakut-nakuti lalu lintas saja.
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ulama mengenai
Perampokan
/hirabah, yaitu:
a.) Hanafiyah
Hirabah adalah ke luar untuk mengambil harta dengan jalan
kekerasan yang realisasinya menakut-nakuti orang yang lewat dijalan atau
mengambil harta atau membunuh orang.
b.) Syafi’iyah
Hirabah adalah ke luar untuk mengambil harta atau membunuh atau
menakut-nakuti dengan cara kekerasan dengan berpegang kepada kekuatan,
dan jauh dari pertolongan (buntuan).
c.) Imam Malik
Mengambil harta tipuan (taktik), baik menggunakan kekuatan atau
tidak. d.)Golongan Zhahiriyah
Perampok adalah orang yang melakukan tindak
kekerasan dan mengintimidasi orang yang lewat, serta melakukan
perusakan di muka bumi.
1
KH Ahmad Azhar Basyir,MA, Ikhtisar Fiqih Jinayat(hukum Pidana Islam)
Yogyakarta,UN Press Yogyakarta,hal.39
5
2.2 unsur-unsur tindak pidana perampokan.

Unsur-Unsur Tindak Pidana Perampokan


1. Keluar untuk mengambil harta.
2. Dilakukan dengan terang-terangan dan disetai kekerasan.
3. Adanya realisasi, apakah itu dalam bentuk intimidasi (menakut-nakuti)
saja, atau mengambil harta saja, atau membunuh saja, atau mengambil
harta, intimidasi dan membunuh.
4. Adanya niat (kesengajaan) dari pelaku.
Syarat-syarat seseorang dapat diberi hukuman pidana prampokan
1. Syarat pada Subjek:
a. Harus baligh dan berakal
b. Dilakukan atas kemauan sendiri
c. Pelaku mengetahui bahwa sanya perbuatan itu dilarang
d. Harus laki-laki semuanya (menurut Abu Hanifah. Sedang menurut
yang lainnya tidak mensyaratkannya.
2. Syarat pada Objek:
a. 100% milik orang lain
b. Yang diambil hanya harta mutaqawwim (bernilai dalam pandangan
syar’i)
c. Harta yang bersifat bergerak
d. Harta harus mencapai nisab, nisabnya sama dengan nisab pada
pencurian
3. Syarat pada korban, yaitu harus orang Islam

2.3. Perbedaan Pendapat Ulama Tentang Pelaku Jarimah Hirabah

6
Syarat umum bagi pelaku perampokan untuk mendapatkan
hukuman had adalah harus Mukallaf, sesuai hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dan Abu Daud : Dari aisyah ra ia berkata:”Telah
bersabda Rasulullah saw: Dihapuskan ketentuan dari tiga hal: dari orang
yang tidur sampai ia bangun, dari orang yang gila sampai ia sembuh dan
dari anak kecil sampai ia dewasa.”(Hadits riwayat Ahmad, abu Daud,
Nasa’I, Ibn Majah dan Hakim).
Mengenai pelaku jarimah hirabah, para ulama berbeda pendapat.
Menurut pendapat Hanafiyah, pelaku hirabah adalah setiap orang yang
melakukan secara langsung atau tidak langsung perbuatan
tersebut.dengan demikian menurut Hanafiyah adalah orang yang ikut
terjun secara langsung dalam mengambil harta, membunuh atau
mengintimidasi termasuk pelaku perampokan. Demikian pula orang yang
ikut memberikan bantuan, baik dengan cara permufakatan, suruhan
maupun pertolongan, juga termasuk pelaku perampokan. Pendapat
tersebut disepakati oleh imam Malik, Imam Ahmad, dan Zhahiriyah.
Akan tetapi Imam Syafi’i berpendapat bahwa yang dianggap sebagai
pelaku perampokan adalah orang yang secara langsung melakukan
perampokan, walaupun ia hadir ditempat k j dian, tid k dianggap seb gai
pelaku perampokan, mel inkan hanya sebagai pembantu yang diancam
dengan hukuman Ta’zir.
Imam Abu Hanifah juga mensyaratkan pelaku hirabah harus laki-
laki dan tidak boleh perempuan. Dengan demikian, apabila diantara
peserta pelaku hirabah terdapat seorang perempuan maka ia tidak
dikenakan hukuman had. Akan tetapi Imam Ath-Thahawi menyatakan
bahwa perempuan dan laki-laki dalam tindak pidana ini sama statusnya.
Dengan demikian, perempuan yang ikut serta dalam melakukan
perampokan tetap harus dikenakan hukuman had. Menurut Imam Malik,
Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Zhahiriyah dan Syi’ah Zaidiyah, perempuan
yang turut serta melakukan perampokan tetap harus dikenakan hukuman.
Dengan demikian, mereka tidak membedakan antara pelaku laki-laki dan
perempuan seperti halnya dalam jarimah hudud yang lain.
Untuk para pelaku hirabah adalah dapat dilakukan kelompok
ataupun perorangan yang memiliki kemampuan untuk melakukannya.
Untuk menunjukan kemampuan ini, Imam Abu Hanifah dan Imam
Ahmad mensyaratkan bahwa pelaku tersebut harus memiliki dan
menggunakan senjata atau alat lain yang disamakan dengan senjata,
melainkan cukup berpegang kepada kekuatan dan kemampuan fisik.
Bahkan Imam Malik mencukupkan dengan digunakannya tipu daya,
taktik atau strategi tanpa penggunaan kekuatan atau dalam keadaan
tertentu dengan menggunakan anggota badan seperti tangan dan kaki.
7
Sedangkan persyaratan harta yang diambil dalam jarimah hirabah adalah:
1. Barang atau harta yang diambil harus tersimpan
2. Milik orang lain
3. Tidak ada syubhat
4. Memenuhi Nisab

Hanya saja syarat nishab ini masih diperselisihkan oleh para


fuqaha. Imam Malik berpendapat, dalam jarimah hirabah tidak
disyaratkan nishab untuk barang yang diambil. Pendapat ini diikuti oleh
sebagian fuqaha Syafi’iyah. Imam
Ahmad dan Syiah Zaydiyah berpendapat bahwa dalam jarimah hirabah
juga b rl ku nish b dalam harta y ng di mbil oleh semua pelaku secara
keseluruhan dan tidak memperhitungkan perolehan perorangan. Dengan
demikian, meskipun pemabagian harta untuk masing-masing peserta
(pelaku) tidak mencapai nishab, semua pelaku tetap harus dikenakan
hukuman Had. Imam Abu Hanifah dan sebagian Syafi’iyah berpendapat
bahwa perhitungan nishab bukan secara keseluruhan pelaku, melainkan
secara perseorangan. Dengan demikian, apabila harta yang diterima oleh
masing-masing peserta itu tidak tidak mencapai nishab maka pelaku
tersebut tidak dikenakan hukuman had sebagai pengambil harta. Hanya
saja dalam hal ini perlu diingat adanya perbedaan pendapat antara
Hanafiyah da Syafi’iyah mengenai pelaku jarimah hirabah sebagaimana
telah dikemukakan dalam uraian yang lalu.
Persyaratan lain untuk dapat dikenakannya hukuman had dalam
jarimah hirabah ini adalah menyangkut tempat dilakukannya jarimah
hirabah. Syaratsyarat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jarimah perampokan harus terjadi di negeri islam.
Dikemukakan oleh Hanafiyah. Dengan demikian, apabila jarimah
hirabahterjadi di luar negeri Islam (dar al-harb) maka pelaku tersebut
tidak dikenakan hukuman had. Akan tetapi jumhur ulama yang terdiri atas
Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad dan Zhahiriyah tidak
mensyaratkan hal ini. Dengan demikian menurut jumhur, pelaku tersebut
tetap dikenakan hukuman had, baik jarimah hirabah terjadi di negeri
Islam maupun di luar negeri Islam.
2. Perampokan harus terjadi di luar kota, jauh dari keamanan.
Pendapat ini dikemukakan oleh Hanafiyah. Akan tetapi Malikiyah,
Syafi’iyah, Hanafiyah dan Imam Abu Yusuf murid dari Imam Abu
Hanifah tidak mensyaratkan hal ini. Dengan demikian, menurut mereka
8
(jumhur), perampokan yang terjadi di dalam kota dan di luar kota
hukumnya sama, yaitu bahwasannya pelaku tetap harus dikenakan
hukuman had.
3. Malikiyah dan Syafi’iyah mensyaratkan adanya kesulitan
atau keadilan kendala untuk meminta pertolongan. Sulitnya pertolongan
tersebut mungkin karena peristiwanya terjadi di luar kota, lemahnya
petugas keamanan atau karena

9
Upaya penghadangan oleh para perampok atau karena korban tidak mau
meminta pertolongan kepada pihak keamanan, karena berbagai
pertimbangan. Dengan demikian apabila upaya dan kemungkinan
pertolongan mudah dilakukan maka para pelaku tidak dikenakan hukuman.
Ada pula persyaratan yang berkaitan dengan korban. Para ulama
sepakat, bahwa orang yang menjadi korban perampokan adalah orang yang
ma’shum addam, yaitu orang yang dijamin keselamatan jiwa dan hartanya
oleh Islam.orang tersebut adalah orang muslim atau dzimmi. Orang Islam
dijamin karena keislamannya, sedangkan kafir dzimmi dijamin berdasarkan
perjanjian keamanan. Orang kafir musta’mam (Mu’ahad) sebenarnya juga
termasuk orang yang mendapatkan jaminan, tetapi karena jaminannya itu
tidak mutlak maka hukuman had terhadap pelaku perampokan atas
musta’mam ini masih diperselisihkan oleh para fuqaha. Menurut Hanafiyah
perampokan terhadap musta’mam tidak dikenakan hukuman had.
2.4 Tindak Pidana Perampokan Dalam KUHP
Tindak pidana perampokan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana tidak dikenal, akan tetapi dikenal dengan istilah pencurian dengan
kekerasan. Pencurian dengan kekerasan (perampokan) diatur di dalam Pasal
365 KUHP pada Bab XXII tentang pencurian. Pasal 365 KUHP ini disebut
pencurian dengan penggunaan kekerasan, yakni pencurian dalam bentuk
pokok (pencurian biasa) ditambah dengan unsur kekerasan. Dengan
demikian penerapan Pasal 365 KUHP ini harus memenuhi unsur-unsur Pasal
362 KUHP tentang pencurian biasa dan kemudian dilengkapi dengan
keadaan yang memberatkan yang ditentukan di Pasal 365 KUHP tersebut.
Adapun pengertian pencurian dengan kekerasan menurut M. Sudradjat
Bassar adalah pencurian khusus atau pencurian dengan perkosaan (geweld)
unsur khusus atau istimewa yang ditambahkan pada pencurian biasa adalah
mempergunakan kekerasan atau ancaman kekerasan dengan dua macam
maksud, ialah: (1) Maksud untuk mempersiapkan pencurian, yaitu perbuatan
kekerasan atau ancaman kekerasan yang mendahului pengambilan barang.
Misalnya mengikat penjaga rumah, memukul dan lain-lain; (2) Maksud
untuk mempermudah pencurian, yaitu pengambilan barang dipermudah
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Misalnya menodong agar diam,
tidak bergerak, sedangkan si pencuri lain mengambil barang- barang dalam
rumah.
Kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut justru harus dilakukan pada
orang dan bukan pada barang, dan dapat dikerjakan sebelumnya bersama-
sama atau setelah pencurian itu dilakukan, maksudnya untuk mempersiapkan
melakukan pencurian tersebut, atau untuk mempermudah pengambilan
barang yang dicuri itu, sehingga hukumannya diperberat. Kekerasan atau
10
tindakan kekerasan pada dasarnya melakukan suatu tindakan badaniah yang
cukup berat sehingga menjadikan orang yang dikerasi itu kesakitan, atau
tidak berdaya.

11
BABIII
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perampokan atau hirabah adalah salah satu bentuk tindak pidana
yang sangat merugikan orang lain karena sama saja tidak mensyukuri
nikmat yang telah Allah berikan, merampas hak-hak orang lain yang
berstatus sebagai korban perampokan, hukuman bagi pelaku hirabah ini
sesuai dengan tingkatan kejahatannya, apabila pelaku perampokan hanya
mengambil harta dengan cara merampas, maka ia dihukum potong tangan
dan kaki dengan bersilang. Apabila pelaku perampokan membunuh dan
mengambil harta maka ia dihukum mati dan disalib. Jika pelaku
perampokan hanya menakut-nakuti maka ia dihukum dengan diasingkan
atau penjara.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/39767186/MAKALAH_HIRABAH
http://pustakamediasyariah.blogspot.com/2017/04/makalah-fiqh-jinayah-
jarimah-
hirabah.html
https://rumahsantry.blogspot.com/2017/03/m kal h-fiqih-jin ya-
tentang- hirabah.html

13
14

Anda mungkin juga menyukai