DAN LAZISNU
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Nilai pada Mata
Kuliah Hukum Zakat
Oleh:
FAKULTAS SYARIAH
2021
KATA PENGANTAR
ٍ واﻟﺼﱠﻼَةُ وَاﻟﺴﱠــــﻼَمُ ﻋَﻠَـﻰ اَﺷْـــــﺮَفِ اﻻَْﻧْﺒِﯿَـــــﺎءِ واﻟْﻤُﺮْﺳَﻠِــﯿْﻦَ ﺳَﯿﱢﺪِﻧﺎَ ﻣُﺤَﻤﱠﺪ.َاَﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠّـــﮫِ رَبّْ اﻟْﻌـَـــﺎ ﻟَﻤِــــﯿْﻦ
ُ اَﻣّـــــﺎﺑَﻌْــــــﺪ,َوَﻋَﻠَﻰ آﻟِــﮫ وَاَﺻْﺤــــَﺎﺑِﮫِ اَﺟْﻤَﻌِـــــــﯿْﻦ
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena rahmat dan
nikmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan sebuah tugas. Pembuatan makalah ini
bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari Dosen yang bersangkutan agar
memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap Mahasiswa dapat
terlatih dalam pembuatan makalah ini
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari
beberapa buku yang membahas tentang materi yang berkaitan dan juga melalui
media internet. Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima kasih
kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk
mengucapkannya. Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan,
begitu pun dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan
makalah ini mungkin masih banyak sekali kekurangan-kekurang yang ditemukan,
oleh karena itu kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami
mengharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................... 4
1.4 Metode Penulisan...........................................................................................5
BAB II...................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN...................................................................................................... 6
2.1 Pengelolaan Zakat Menurut Undang- Undang No. 23 Tahun 2011............... 6
2.2 Lembaga Pengelolaan Zakat.........................................................................6
PENDAHULUAN
Zakat ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan bentuk kata dasar (masdar)
dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Karenanya zaka berarti
tumbuh dan berkembang, bila dikaitkan dengan sesuatu juga bisa berarti orang itu baik.
Dari segi istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT
untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Mazhab Maliki mendefinisikan
zakat dengan mengeluarkan sebagian dari harta yang khusus dan telah mencapai nisab
(batas kuantitas minimal yang mewajibkan zakat) kepada orang- orang yang berhak
menerimanya. Berbeda dengan mazhab Maliki, mazhab Hanafi mendefinisikan zakat
dengan menjadikan sebagian harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik
orang yang khusus, yang ditentukan oleh syari’at karena Allah SWT. Sedangkan
menurut mazhab Syafi’i zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya harta atau tubuh
sesuai dengan cara khusus. Sedangkan menurut mazhab Hanbali, zakat ialah hak yang
wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula, yaitu
kelompok yang diisyaratkan dalam al-quran.
Zakat menjadi salah satu cara dalam mengatasi permasalahan yang ada disuatu
Negara yaitu kemiskinan, termasuk di Indonesia. Terlebih lagi Indonesia yang
mayoritas penduduknya beragama Islam, ini menjadikan potensi yang besar untuk
mengumpulkan dana zakat tersebut. Dalam hal ini yang tidak boleh dilupakan dan
merupakan hal yang paling penting adalah peran para amil zakat yang diberi amanah
mengelola dana-dana yang terkumpul, baik dari zakat, infaq, shadaqah, ataupun wakaf.
Baik atau tidaknya mustahiq yang lain tergantung pada amilnya. Dengan kata lain, hal
terpenting dari zakat adalah bagaimana cara mengelolanya (manajemennya) dengan
efektif agar fungsi zakat sebagai pengentas kemiskinan dapat dicapai.
Di Indonesia sendiri pengelolaan zakat diatur oleh UU No. 38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat yang kemudian diikuti oleh keputusan Menteri Agama (KMA) No.
4
581 tahun 1999 tentang pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 dan keputusan Direktorat
Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan urusan Haji No. D/291 tahun 2000 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Selanjutnya UU No. 23 tahun 2011 tentang
pelaksanaan zakat diundangkan untuk mengganti Undang- Undang Nomor 38 Tahun
1999 tentang pengelolaan zakat yang bertujuan untuk menyesuaikan perkembangan
kebutuhan hukum dalam masyarakat. Dalam UU tersebut ditegaskan bahwa lembaga
pengelola zakat yang ada di Indonesia adalah Badan Amil Zakat (BAZ) yang dikelola
oleh Negara dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dikelola oleh organisasi
kemasyarakatan (swasta). Kedua lembaga yang diakui oleh pemerintah yaitu BAZ dan
LAZ sama–sama memiliki tugas untuk mengelola zakat yang berasal dari para muzakki
sehingga dapat tersalurkan dengan baik kepada mustahiq.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dirumuskan oleh penulis adalah sebagai berikut:
6
BAB II
7
bertindak efisien dan efektif, LPZ mampu memanfaatkan dana zakat yang ada
dengan maksimal.
b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan. Pengelolaan zakat dimaksudkan agar dana zakat
yang disalurkan benar-benar sampai pada orang yang tepat dan menyalurkan
dana zakat tersebut dalam bentuk yang produktif sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan zakat untuk hal yang
produktif dapat dilakukan dengan mendirikan Rumah Asuh, melakukan
pelatihan home industry, mendirikan sekolah gratis, dan sebagainya.
Supaya fungsi tersebut dapat tercapai dengan baik, maka dibutuhkan sebuah strategi
yang baik pula dari pengelola atau amil zakat.
1) Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
8
Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) UU No. 23 Tahun 2011 hanya
diberikan apabila memenuhi persyaratan paling sedikit:
Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakan Islam yang mengelola bidang
pendidikan, dakwah dan sosial.
Berbentuk lembaga berbadan hukum.
Mendapat rekomendasi dari BAZNAS.
Memiliki pengawas syariat.
Memiliki kemampuan teknis,administrative dan keuangan untuk melaksanakan
tugasnya.
Bersifat nirlaba.
Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat dan
bersedia di audit syariat dan keuangan secara berkala.
Kedua lembaga yang diakui oleh pemerintah yaitu BAZ dan LAZ sama–sama
memiliki tugas untuk mengelola zakat yang berasal dari para muzakki sehingga
dapat tersalurkan dengan baik kepada mustahiq. Selain itu dalam pengelolaan zakat
diperlukan beberapa prinsip, antara lain:
a) Pengelolaan harus berlandaskan Al- Qur’an dan As-Sunnah.
b) Keterbukaan, untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
amil zakat, pihak pengelola harus menerapkan manajemen yang terbuka.
c) Menggunakan manajemen dan administrasi modern.
d) Badan amil zakat dan lembaga amil zakat harus mengelola zakat dengan sebaik-
baiknya.
Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) dilahirkan oleh sebuah lembaga sosial yang
sebelumnya telah dikenal cukup luas dan memiliki reputasi yang baik selama lebih
dari 16 tahun dalam memelopori era baru gerakan filantropi Islam di Indonesia yaitu
9
Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU). Dengan berbagai konsideran dan kajian
mendalam, IZI dipisahkan (spin-off) dari organisasi induknya yang semula hanya
berbentuk unit pengelolaan zakat setingkat departemen menjadi sebuah entitas baru
yang mandiri berbentuk yayasan tepat pada Hari Pahlawan, 10 november 2014. Pos
Keadilan Peduli Umat (PKPU) adalah lembaga yang berkhidmat untuk
kemanusiaan, bekerja memberdayakan bangsa, bertekad untuk membangun
kemandirian rakyat Indonesia serta mengangkat harkat derajat kemanusiaan kaum
dhuafa dengan dana ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf), serta dana
lainnya yang halal dan legal, dari perorangan, kelompok, perusahaan atau lembaga.
Alasan dan tujuan penting dilahirkannya IZI adalah adanya tekad yang kuat
untuk membangun lembaga pengelola zakat yang otentik. Dengan fokus dalam
pengelolaan zakat serta donasi keagamaan lainnya diharapkan IZI dapat lebih
sungguh-sungguh mendorong potensi besar zakat menjadi kekuatan real dan
pilar kokoh penopang kemuliaan dan kesejahteraan ummat melalui positioning
lembaga yang jelas, pelayanan yang prima, efektifitas program yang tinggi,
proses bisnis yang efisien dan modern, serta 100% shariah compliance sesuai
sasaran ashnaf dan maqashid (tujuan) syariah. IZI bertekad untuk mengedukasi
masyarakat sehingga meyakini bahwa mengeluarkan zakat itu mudah,
10
membangun infrastruktur pelayanan agar zakat dapat ditunaikan juga dengan
mudah, merancang program-program yang efektif yang dapat menghantarkan
kehidupan para mustahik agar menjadi jauh lebih mudah. Inilah parameter
utama dalam mengukur kinerja pengabdian IZI bagi masyarakat.
Pihak IZI melakukan pengawasan preventif, yaitu dengan diadakannya
pembinaan mustahik. Dengan bertujuan agar para mustahik memiliki kesadaran
dalam mendayagunakan dana zakat itu dengan seberdayanya. Walaupun
memang tanpa ada pengawasan secara langsung dari pihak IZI dan juga tanpa
ada harus pengembalian kembali dana modal yang telah diberdayakan. Karena
dana zakat adalah dana hibah, pihak IZI memiliki tujuan menjadikan mustahik
itu menjadi muzakki. Tapi semua itu kembali lagi pada pihak mustahik yang
telah diberikan dana zakat produktif.
Berbagai kebijakan strategi telah dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat Inisiatif
Zakat Indonesia, banyak inovasi dalam setiap program yang dilaksanakan
lembaga ini dalam layanan pengumpulan zakat. Diantaranya adalah:
Inisiatif Zakat Indonesia: “Profil IZI” https://izi.or.id/ diakses tanggal: 23 November 2021
11
melalui website Zakatpedia.com. Selain memudahkan dalam bertransaksi,
Zakatpedia.com hadir dengan accountable dan transparan.
13
pengobatan. IZI juga menyediakan layanan ambulace antar pasien ke RS
rujukan dan kosultasi perawatan selama di rumah singgah
b. Layanan Kesehatan Keliling.
Program layanan kesehatan keliling yang dilaksanakan secara terpadu
(berbagai program kesehatan disatukan dalam paket bersama) dan
dikemas secara populis, yang dilaksanakan secara cuma-cuma bagi
masyarakat fakir miskin yang tempat tinggalnya
jauh dari akses pelayanan kesehatan/klinik peduli. Layanan Kesehatan
IZI ini dikemas dalam beberapa paket, yaitu Prosmiling kesehatan ibu,
anak, gigi mata, medical check up, dan goes to school.
c. Layanan Pendampingan Pasien.
IZI menyediakan layanan khusus bagi orang sakit dalam bentuk santunan
langsung dan pendampingan pasien dalam mengurus layanan kesehatan.
Pada program Layanan Pendampingan Pasien, disediakan pula Layanan
ambulance gratis.
d. IZI To Iman
IZI to iman merupakan program pemberdayaan dana zakat di bidang dakwah
yang meliputi program:
a. Dai Penjuru Negeri.
Program Dai Penjuru Negeri adalah program Dakwah IZI kepada
masyarakat muslim di daerah rawan bencana alam dan dhuafa di
Indonesai dengan mengirimkan Dai untuk melakukan aktivitas
pendampingan masyarakat berupa pembinaan Iman dan Islam melalui
program pembinaan dan kajian rutin bagi masyarakat desa setempat
b. Bina Muallaf
IZI melakukan program bina muallaf dalam bentuk pemberian
pembinaan yang rutin kepada muallaf dalam rangka penguatan
keyakinan dan keimanan mereka serta memberikan santunan kepedulian
kepada para muallaf. Sasaran wilayah muallaf difokuskan pada daerah
dhuafa yang rawan kristenisasi
e. IZI To Help
IZI to help merupakan program pemberdayaan di bidang layanan sosial yang
meliputi program:
a. Laa Tahzan (Layanan Antar Jenazah).
Laa Tahzan adalah layanan yang dibutuhkan berkaitan jenazah, seperti :
Layanan Pra Kejadian adalah pelayanan yang diberikan untuk
mempersiapkan umat Islam dalam pengurusan jenazah berupa
pemberian materi dan pelatihan/training.
14
Layanan Saat Kejadian adalah pelayanan yang diberikan saat
kejadian setelah berupa pemandian, pengkafanan, pengantaran, dan
pemakaman jenazah.
Layanan Pasca Kejadian adalah pelayanan yang diberikan pasca
proses pengeloaan terhadap terhadap jenazah berupa konsultasi dan
penghitungan warisan.
b. Peduli Bencana.
IZI Peduli Bencana merupakan perpaduan dari beberapa aktivitas
Manajemen Resiko Bencana yang meliputi program mitigasi, rescue dan
rehabilitasi.
2.4 LazisNU
2.4.1 Sejarah berdirinya laziz nu
15
Pengembangan Ekonomi: Ekonomi Mandiri NU CARE (EMN), adalah program
NU CARE-LAZISNU yang memberikan bantuan pengembangan, pemasaran,
peningkatan mutu dan pemberikan modal kerja dalam bentuk dana bergulir
kepada petani, nelayan, peternak, dan pengusaha mikro.
Kebencanaan: NU CARE Siaga Bencana (NSB), adalah program NU CARE-
LAZISNU yang fokus pada rescue, recovery, dan development ketika ada
dan/atau setelah terjadinya bencana.
Kinerja Manajemen
Dalam kinerja manajemen ada 3 komponen yaitu Standar Operasional
Prosedur (SOP), rencana startegis, dan Penilaian prestasi kerja amil. LAZISNU
memiliki ketersediaan SOP OPZ mencakup penghimpunan, pengelolaan,
pendayagunaan, dan operasional keuangan.
Kinerja Keuangan
Laporan keuangan yang dimiliki LAZISNU selalu di update setiap satu
bulan sekali yang dicantumkan di majalah bulanan, dan setiap satu kali dalam
sebulan dilakukan pengauditan, serta transparasi juga dilakukan kepada
stakeholder , masyarakat umum yang meminta dan para donator LAZISNU.
Kinerja Program Pendayagunaan
Dalam kinerja program pendayagunaan, LAZISNU melakukan
pendampingan kepada mustahik setiap enam bulan sekali, yang dilakukan
berupa pendampingan kepada pemberi modal dalam bentuk gerobak namun
tidak adanya sebuah pelatihan khusus kepada penerima modal gerobak tersebut.
Sehingga rencana kedepan bantuan modal berupa gerobak akan ditiadakan.
16
Kinerja Legitimasi Sosial
Kinerja legitimasi sosial dilihat dari tiga komponen diantaranya adalah biaya
promosi, biaya sosialisasi dan edukasi, dan yang terakhir adalah biaya advokasi.
Acuan dari ketiga komponen tersebut ialah laporan perubahan dana
menggunakan penyaluran amil.
Efektifitas dan efisiensi zakat hanya dapat diraih ketika zakat dikembangkan
dalam satu sistem yang dikenal dengan indirect zakat sistem, maksudnya adalah
bahwa fungsi dari amil itu pada dasarnya adalah menjadi lembaga yang
mengintermediasi antara dua unit dalam ekonomi, yaitu surplus unit dalam hal ini
adalah para muzakki, dan defisit unit dalam hal ini adalah mustahik. Antara muzakki
dan mustahik kemudian dipertemukan oleh institusi yang bernama lembaga amil
zakat. Jadi fungsi amil adalah menjembatani hal tersebut.
Pada sisi muzakki tugas amil adalah bagaimana lembaga amil tersebut dapat
memudahkan para muzakki untuk menunaikan kewajiban zakatnya, membantu
menghitungkan berapa harta yang wajib untuk dikeluarkan zakatnya. Sementara
pada sisi mustahik, tugas lembaga amil zakat adalah bagaimana menyalurkan zakat
yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidup mustahik sekaligus mengangkat harkat
martabat hidup mereka, mentransformasikan kondisi kehidupan mereka agar mereka
tidak selamanya berada pada garis kemiskinan. Karena itu disinilah pentingnya
lembaga amil zakat, dan akan lebih efektif dalam prakteknya dibandingkan dengan
jika zakat tersebut disalurkan langsung dari muzakki kepada mustahik. Karena
apabila muzakki menyalurkan langsung zakat tersebut kepada mustahik tidak ada
jaminan bahwa apa yang disalurkan itu kemudian bisa secara otomatis
mengentaskan mustahik dari garis kemiskinan. Karena itu disinilah pentingnya
institusi amil zakat.
Dalam pengembangan tugas intermediasi ini maka institusi amil zakat harus
memiliki perencanaan yang matang, memiliki pola pengorganisasian dana zakat
yang terencana, sistematis, dan tepat sasaran. Disinilah pentingnya peningkatan
kualitas dari amil itu sendiri. Sebaliknya jika yang kita kembangkan adalah direct
zakat sistem, dimana zakat itu disalurkan secara langsung dari muzakki kepada
mustahik, maka tujuan untuk pengentasan kemiskinan akan sulit dicapai, bahkan ada
potensi bahwa si penerima akan terus menerus memiliki ketergantungan kepada
muzakki. Hal inilah yang perlu diubah dalam menyalurkan zakat agar lebih efektif,
efisien dan optimal dalam mengentaskan kemiskinan mustahik. Peran amil menjadi
sangat penting dan signifikan karena itu dalam konteks pengelolaan zakat yang
17
terbaik dan yang paling mendekati sunnah adalah melakukan dan mendorong
pengembangan zakat melalui penguatan institusi amil.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Setelah membaca makalah tentang inisiatif zakat Indonesia dan lazisNU ini,
ada beberapa poin penting yang dapat kita ambil. Setidaknya adalah sebagai
berikut:
1) Berbagai kebijakan strategi telah dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat Inisiatif
Zakat Indonesia, banyak inovasi dalam setiap program yang dilaksanakan
lembaga ini. Salah satunya program Zakatpedia yang diluncurkan agar para
Muzakki dapat berzakat dengan mudah kapanpun, dimanapun. Selanjutnya
dalam pendistribusian dan pendayagunaan IZI memiliki banyak program
pemberdayaan yang sangat inovatif diantaranya: IZI To Success, IZI To Smart,
IZI To Fit, IZI To Iman dan IZI To Help.
2) LAZISNU memiliki rata-rata keseluruhan 5,20 dari semua komponen kinerja.
Dapat disimpulkan bahwa tingkat kinerja LAZISNU berada di peringkat BBB+.
Perlu dilakukan evaluasi kinerja program pendayagunaan. Kinerja program
pendayagunaan yang menyebabkan nilai kinerja menjadi kecil ada dua faktor,
faktor pertama yaitu tidak adanya sebuah pelatihan kepada mustahik yang mana
bertujuan agar mustahik menjadi semakin sejahtera dalam bidang ekonomi, dan
faktor yang kedua adalah dalam penyaluran dana, data yang diperoleh bahwa
setiap mustahik menerima penyaluran dana dari LAZISNU sebesar Rp 282.855,-
Sebaiknya dalam kinerja program pendayagunaan ini lebih mengutamakan
mustahik untuk menjadi sejahtera dengan target menjadi muzakki
3) Dampak pelaksanaan UU tersebut belum maksimal dan efektif dalam
meningkatkan perekonomian umat, dibuktikan dengan jumlah penerimaan zakat
sangat minim padahal potensi zakat begitu banyak. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh beberapa hal sebagai berikut:
Kesadaran masyarakat yang kurang terhadap peran zakat bagi perekonomian.
Ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga pemerintah yang lemah dan
tidak transparan
Kurangnya dukungan negara untuk proaktif dalam berjalannya UU tentang
zakat. Tugas pemerintah tidak hanya menyediakan pelayanan dan
menciptakan kondisi yang kondusif, harus ada ketegasan yang ditunjukkan
kepada para muzakki agar terwujudnya pembangunan ekonomi bersama
melalui zakat.
Tidak adanya standar baku tentang zakat ditengah heterogen masyarakat
yang awam terhadap zakat.
Distribusi zakat hanya untuk kepentingan konsumtif masyarakat. Zakat yang
disalurkan untuk konsumsi masyarakat tidaklah salah, karena tujuan zakat
untuk memenuhi kebutuhan dasar mustahik. Namun alangkah baiknya jika
penyaluran zakat didistribusikan untuk kepentingan produktif sehingga kaum
dhuafa mampu mandiri dan manfaatnya dirasakan untuk jangka panjang
19
DAFTAR PUSTAKA
https://izi.or.id/
https://nucare.id/sekilas_nu
http://repository.radenintan.ac.id/13477/
http://repository.iainbengkulu.ac.id/2715/1/SKRIPSI%20%20NESI%20NIASARI.pdf
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51841/1/SYAVIERA%20DEN
A%20ANANDA-FDK.pdf
20