Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TAFSIR AHKAM
“INFAQ DALAM KONSEPSI AL-QUR’AN BESERTA DENGAN AYAT YANG
BERKAITAN DENGANNYA”

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Syahrullah, MA.

DISUSUN OLEH:
1. Maulana Jauhar Maknun (11190340000191)
2. Savira Eltsany putri (11210340000185)
3. Miftahul Rahmah (11210340000003)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN AJARAN 2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang “Infaq Dalam Konsepsi
Al-Qur’an”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Ciputat Tangerang Selatan, 10 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 5
1.4. Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
“INFAQ DALAM KONSEPSI AL-QUR’AN BESERTA AYAT-AYAT YANG
BERKAITAN DENGANNYA” .............................................................................................. 6
A. Pengertian Infaq .......................................................................................................... 6
B. Dasar Hukum Infaq ..................................................................................................... 7
C. Macam-Macam Infaq .................................................................................................. 9
D. Rukun dan Syarat Infaq ............................................................................................. 10
E. Manfaat dan Hikmah Infaq ....................................................................................... 11
F. Persamaan antara Zakat, Infaq dan Shadaqah ........................................................... 12
G. Perbedaan antara Zakat, Infaq dan Shadaqah............................................................ 12
H. Prosedur Pengelolaan Dana Infaq ............................................................................. 13
I. Ayat-ayat tentang infaq ............................................................................................. 15
1. QS. Al-Baqarah ayat 43, 267, 274 ............................................................................ 15
2. QS. At-Taubah ayat 60 dan 103 ................................................................................ 18
a . QS. At-Taubah ayat 60 ................................................................................................ 18
BAB III.................................................................................................................................... 22
PENUTUP............................................................................................................................... 22
KESIMPULAN ...................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Islam adalah
berserah diri kepada Allah SWT dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya dengan taat dan
berlepas diri dari perbuatan syirik dan pelakunya. Barangsiapa yang berserah diri kepada
Allah SWT saja, maka dia adalah seorang muslim dan barangsiapa yang berserah diri
kepada Allah SWT dan yang lainnya, maka dia adalah seorang musyrik dan barang siapa
yang tidak berserah diri kepada Allah SWT, maka dia sombong kafir yang sombong.
Infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat
untuk kemaslahatan umat sedangkan sedekah adalah harta atau non harta yang dikeluarkan
oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum. (Undang-
Undang RI No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan Zakat, hal. 1)
Semua harta yang dimiliki di dalamnya terdapat hak orang lain, Islam menganjurkan
agar manusia bersedekah, berkurban, berwakaf, berinfak, serta mengeluarkan zakat
hartanya untuk merealisasikan kemaslahatan umum. Mengeluarkan zakat merupakan salah
satu ibadah kepada Allah SWT sebagaimana telah diperintahkan Allah SWT bagi umat
Islam mengeluarkan zakat merupakan suatu kewajiban yang harus ilakukan jika mampu.
Agama Islam berpandangan bahwa zakat merupakan salah satu faktor yang amat penting
bagi kehidupan manusia disamping ibadah-ibadah lainnya. (Muliati, 2019: 129)
Pengaturan tentang wakaf terdapat dalam Undang-Undang republik Indonesia Nomor
41 Tahun 2004 pasal 1 ayat 1 tentang wakaf menjelaskan bahwa wakaf adalah perbuatan
hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya
untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Wakaf bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya. (Undang-
Undang RI No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf, hal.1)
Diantara infak atau sedekah terdapat perbedaan makna yang terletak pada bendanya.
Kalau infak berkaitan dengan amal yang material, sedangkan sedekah berkitan dengan
amal baik yang wujudnya material maupun non-material, seperti dalam bentuk pemberian
benda, uang, tenaga atau jasa, menahan diri tidak berbuat kejahatan, mengucap takbir,

4
tahmid bahkan yang paling sederhana adalah tersenyum kepada orang lain dengan ikhlas.
(Makhalul, 2002: 69)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian, maka penulis merumuskan pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Apa yang di maksud dengan infaq
2. Apa saja dasar hukum infaq
3. Apa saja macam-macam infaq
4. Apa saja rukun dan syarat infaq
5. Apa saja manfaat dari melakukan infaq
6. Apa saja persamaan dan perbedaan antara zakat, infaq dan sedekah
7. Bagaimana cara pengelolaan dana infaq
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian yang peneliti buat berdasarkan fokus masalah penelitian
adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu definisi dari infaq
1. Untuk mengetahui dasar-dasar hukum dari infaq
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam infaq
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat infaq
4. Untuk manfaat dari melakukan infaq
5. Untuk mengetahui apa saja persamaan dan perbedaan antara zakat, infaq dan sedekah
6. Untuk mengetahui bagaimana cara mengelola dana infaq

1.4. Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua aspek yaitu :
a. Secara Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian-
penelitian yang akan datang dalam konteks permasalahan mengenai infaq
b. Secara Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
pembaca mengenai pemahaman masyarakat infaq

5
BAB II
PEMBAHASAN
“INFAQ DALAM KONSEPSI AL-QUR’AN BESERTA AYAT-AYAT
YANG BERKAITAN DENGANNYA”

A. Pengertian Infaq
Kata Infaq berasal dari kata anfaqo-yunfiqu, artinya membelanjakan atau membiayai, arti
infaq menjadi khusus ketika dikaitkan dengan upaya realisasi perintah-perintah Allah.
Dengan demikian Infaq hanya berkaitan dengaat atau hanya dalam bentuk materi saja,
adapun hukumnya ada yang wajib (termasuk zakat, nadzar),ada infaq sunnah, mubah
bahkan ada yang haram. 1 Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, infak
adalah pemberian (sumbangan) harta dan sebagainya (selain zakat wajib) untuk kebaikan,
sedekah, serta nafkah. 2
Secara epistemologi, infak berarti mengeluarkan sebagian harta untuk kepentingan yang
diperintahkan oleh Allah SWT, seperti menginfakkan harta untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dan hal kebaikan lainnya. Secara terminologi, infak berarti mengeluarkan sebagian
harta untuk kepentingan yang diperintahkan oleh Islam yang dapat dilaksanakan oleh setiap
mukmin sesuai kadar kemampuan. 3
Menurut Abdul Azis Dahlan dalam Ensiklopedi Hukum Islam, Infak adalah sesuatu yang
diberikan oleh seseorang untuk menutupi kebutuhan orang lain, baik itu makan, minum, dan
lainnya berdasarkan rasa ikhlas karena Allah SWT. Sedangkan definisi infak berdasarkan
Undang-undang nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, pengertian infak adalah
harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan
umum.4
Oleh karena itu Infaq berbeda dengan zakat, infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta
yang ditentukan secara hukum. Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu,
melainkan kepada siapapun misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau

1
Ridho & Wasik, Zakat Produktif Kontruksi, 51.
2
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), 431.
3
Ridho & Wasik, Zakat Produktif Kontruksi, 52.
4
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011, Pengelolaan Zakat, pasal 1, ayat (3).

6
orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dengan demikian pengertian infaq adalah
pengeluaran suka rela yang dilakukan seseorang. Allah memberi kebebasan kepada
pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa jumlah yang sebaiknya diserahkan. Setiap
kali ia memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya. 5
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa infaq bisa diberikan kepada siapa saja
artinya mengeluarkan harta untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut islilah syari’at,
infaq adalah mengeluarkan sebagian harta yang diperintahkan dalam islam untuk
kepentingan umum dan juga bisa diberikan kepada sahabat terdekat, kedua orang tua, dan
kerabat-kerabat terdekat lainnya.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa infaq adalah mengeluarkan harta yang mencakup
harta benda yang dimiliki dan bukan zakat. Infaq ada yang wajib dan ada pula yang sunnah.
Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dan lain-lain. Infaq sunnah diantara nya,
infaq kepada fakir miskin sesama muslim, infaq bencana alam, infaq kemanusiaan, dan lain
lain.
Terkait dengan infaq ini Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan
Bukhari dan Muslim

ِ ‫َان يَ ْن ِزالَ ِن فَيَقُو ُل أ َ َحدُهُ َما اللَّ ُه َّم أَع‬


‫ َويَقُو ُل اآلخ َُر‬، ‫ْط ُم ْن ِفقًا َخلَفًا‬ ِ ‫ص ِب ُح ْال ِعبَادُ فِي ِه ِإالَّ َملَك‬
ْ ُ‫َما ِم ْن يَ ْو ٍم ي‬
ِ ‫اللَّ ُه َّم أَع‬
‫ْط ُم ْم ِس ًكا تَلَفًا‬
“Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua Malaikat yang turun dan berdoa, “Ya Allah
berikanlah ganti pada yang gemar berinfak (rajin memberi nafkah pada keluarga).” Malaikat
yang lain berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah
(memberi nafkah).” (HR Bukhari dan Muslim). 6
B. Dasar Hukum Infaq
Syariah telah memberikan panduan kepada kita dalam berinfaq atau membelanjakan
harta. Allah dalam banyak ayat dan Rasul SAW. Dalam banyak hadis telah memerintahkan
kita agar menginfaqkan (membelanjakan) harta yang kita miliki.
Seperti dalam QS. Al-Baqarah ayat 267

‫يث‬ ۟ ‫ض ۖ َو َال ت َ َي َّم ُم‬


َ ‫وا ْٱل َخ ِب‬ ِ ‫س ْبت ُ ْم َو ِم َّما َٰٓ أ َ ْخ َرجْ نَا لَكُم ِمنَ ْٱْل َ ْر‬
َ ‫ت َما َك‬ َ ‫وا ِمن‬
ِ ‫ط ِي َب‬ ۟ ُ‫َيَٰٓأَيُّ َها َّٱلذِينَ َءا َمنُ َٰٓو ۟ا أَن ِفق‬
ٌ‫ح ِميد‬
َ ‫ى‬ ٌّ ‫غ ِن‬ َ َّ ‫ُوا ِفي ِه ۚ َوٱ ْعلَ ُم َٰٓو ۟ا أ َ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬ ۟ ‫ال أَن ت ُ ْغ ِمض‬َٰٓ َّ ‫اخذِي ِه ِإ‬
ِ َٔ‫ِم ْنهُ تُن ِفقُونَ َولَ ْستُم ِبـ‬

5
Ziswaf, Vol. 3, No. 1, Juni 2016
6
Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqhul Islam wa Adillatuhu Juz II (Damaskus: Darul Fikr, 1996), hal. 961.

7
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.
Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” 7
Ibn Abbas, Mujahid, Qatadah, Ibn al-Juraij dan kebanyakan mufassir menafsirkan israf
(foya-foya) sebagi tindakan membelanjakan harta di dalam kemaksiatan meski hanya
sedikit. Israf itu disamakan dengan tabdzir (boros). Menurut Ibn Abbas, Ibn Mas‘ud dan
jumhur mafassirin, tabdzir adalah menginfaqkan harta tidak pada tempatnya. Ibn al-Jauzi
dalam Zâd al-Masir mengatakan, Mujahid berkata, “Andai seseorang menginfaqkan seluruh
hartanya di dalam kebenaran, ia tidak berlaku tabdzir. Sebaliknya, andai ia menginfaqkan
satu mud saja diluar kebenaran, maka ia telah berlaku tabdzir.” Adapun iqtar maknanya
adalah menahan diri dari infaq yang diwajibkan atau menahan diri dari infaq yang
seharusnya.8
Asy-Syaukani mengutip ungkapan an-Nihas, “Siapa saja yang membelanjakan harta di
luar ketaatan kepada Allah maka itu adalah israf; siapa yang menahan dari infaq di dalam
ketaatan kepada Allah maka itu adalah iqtar (kikir); dan siapa saja yang membelanjakan
harta di dalam ketaatan kepada Allah maka itulah infaq yang al-qawam.” Jadi, yang dilarang
adalah israf dan tabdzir, yaitu infaq dalam kemaksiatan atau infaq yang haram. Infaq yang
diperintahkan adalah infaq yang qawam, yaitu infaq pada tempatnya; infaq yang sesuai
dengan ketentuan syariah dalam rangka ketaatan kepada Allah; atau infaq yang halal. Infaq
yang demikian terdiri dari infaq wajib, infaq sunnah dan infaq mubah.
Infaq wajib dapat dibagi kepada beberapa hal, salah satunya adalah yang pertama, infaq
atas diri sendiri, keluarga dan orang-orang yang nafkahnya menjadi tanggungan.
Kedua,zakat. Ketiga, infaq di dalam jihad. Infaq sunnah merupakan infaq dalam rangka
hubungan kekerabatan, membantu teman, memberi makan orang yang lapar, dan semua
bentuk sedekah lainnya. Sedekah adalah semua bentuk infaq dalam rangka atau dengan niat
bertaqarrub kepada Allah, yakni semata-mata mengharap pahala dari Allah Swt. Adapun
infaq mubah adalah semua infaq halal yang didalamnya tidak terdapat maksud mendekatkan
diri kepada Allah SWT. 9

7
Zallum , Abdul Qadim, Al-Amwal fi Dawlatil Khilafah (Beirut: Darul Ilmi lil Malayin, 1983), hal. 55.
8
Wahbah Az-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islamy Wa Adillatuhu, Jilid I (Beirut Dar Al-Fikr, 1984), hal. 72.
9
Wahbah Az-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islamy Wa Adillatuhu, hal. 72-73.

8
Dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 274 Allah berfirman : 10

َ ‫ع ََلنِيَةً فَلَ ُه ۡم ا َ ۡج ُره ُۡم ِع ۡندَ َربِ ِه ۡ ۚم َو َال خ َۡوف‬


‫علَ ۡي ِه ۡم َو َال‬ ِ ‫اَلَّذ ِۡينَ ي ُۡن ِفقُ ۡونَ اَمۡ َوالَ ُه ۡم بِالَّ ۡي ِل َوالنَّ َه‬
َ ‫ار ِس ًّرا َّو‬
َ‫ه ُۡم يَ ۡحزَ نُ ۡون‬
Artinya : Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara
tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Qs. Al-Baqarah
ayat 274)
Tujuan yang hendak dicapai dari infaq adalah mengatasi kebutuhan dasar kelompok
lemah atau yang membutuhkan, untuk mencapai tatanan kehidupan berdasarkan pada
keadilan dan kemanusiaan. 11
Selain itu, infaq di sisi lain berarti nilai ibadah untuk sarana mendekatkan diri kepada
Allah swt, karena sesungguhnya perintah berinfaq sendiri terdapat di dalam ayat Al Qur’an
dan diperintahkan langsung oleh Allah swt.
C. Macam-Macam Infaq
Secara hukum infaq dapat dibagi menjadi empat macam antara lain sebagai berikut: 12
a. Infaq Wajib
Infaq wajib adalah mengeluarkan infak untuk sesuatu yang hukumnya wajib dilakukan,
yaitu:
a. Zakat.
Membayar zakat adalah wajib hukumnya bagi orang muslim ketika telah
mencapai jumlah (nishab) dan waktu yang ditentukan yaitu telah mencapai satu
tahun (haul). Serta wajib diberikan kepada golongan mustahik yang telah ditentukan.
b. Mahar
Membayar mahar adalah wajib hukumnya, karena menjadi salah satu syarat sah
dalam sebuah ikatan pernikahan. Maka dari itu mahar wajib diberikan oleh mempelai
laki-laki kepada mempelai perempuan.
c. Nafkah istri

10
Syeikh Hasan Ayubb, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Pustaka Alkautsar, 2004), h. 508.
11
Atik Abidah, Zakat Filantropi dalam Islam, (Ponorogo: Tim Stain Ponorogo Press, 2011), h. 18
12
Intan Putri Nazila, “Strategi Program Gerakan Kotak Infaq Nahdlatul Ulama (KOIN NU) di LAZISNY
Porong Kabupaten Sidoarjo”, (Tesis Universitas Negeri Sunan Ampel, Surabaya 2019), 33.

9
Menafkahi istri adalah wajib hukumnya bagi seorang suami. 13Karena ketika dalam
ikatan pernikahan, istri menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh suami. Sehingga
wajib membelanjakan istri juga anak-anaknya.
d. Nafkah istri dalam masa idah
Hukumnya wajib apabila seseorang telah menceraikan istrinya, hendaklah dia
memberinya tempat tinggal di dalam rumah hingga idahnya habis. Serta memberikan
nafkah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
b. Infaq Sunnah
Infaq sunnah adalah mengeluarkan harta dengan niat sedekah pada harta yang
dianjurkan untuk diinfaqkan, namun tidak sampai menjadi kewajiban. Sebagai contoh
yaitu memberi bantuan kepada yang membutuhkan seperti memberi bantuan pada fakir
miskin, ikut menolong orang yang terkena musibah, dan memberi bantuan untuk
pembangunan masjid.
c. Infaq Mubah
Infaq mubah adalah mengeluarkan harta untuk perkara yang mubah seperti bercocok
tanam dan berdagang.
d. Infaq Haram
Infaq haram adalah mengeluarkan harta untuk sesuatu yang diharamkan oleh Allah
SWT. Contohnya yaitu mengeluarkan infaq untuk menghalangi syiar Islam.
D. Rukun dan Syarat Infaq
Suatu perbuatan hukum dapat dikatakan sah, apabila terdapat unsur-unsur yang harus
dipenuhi. Begitu pula dengan infaq, terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi agar infaq
tersebut dapat dikatakan sah. Unsur-unsur tersebut yaitu disebut rukun, karena infaq dapat
dikatakan sah apabila terpenuhi rukun-rukunnya. Selain itu, masing-masing rukun tersebut
juga memerlukan syarat yang harus terpenuhi. Adapun rukun dan syarat infaq ada 4 (empat),
yaitu:
a. Pemberi infaq yaitu orang yang berinfaq. Pemberi infak tersebut harus memenuhi
beberapa syarat, yaitu memiliki penuh atas sesuatu yang akan diinfaqkan, tidak dibatasi
haknya karena suatu alasan, dan pemberi infaq tidak dalam keadaan terpaksa. Sebab infaq
adalah akad yang mensyaratkan keridhaan.
b. Orang yang diberiinfaq, yakni orang yang diberikan infaq oleh pemberi infaq. Orang
yang diberi infaq harus memenuhi beberapa syarat yaitu orang yang sedang

13
Muhammad bin Ahmad, Menejemen Islam Harta dan Kekayaan, (Solo, Intermedia, 2002).

10
membutuhkan pertolongan yang telah dalam kategori dewasa atau baligh. Apabila yang
menerima infaq adalah anak kecil yang belum baligh, maka infaq tersebut diserahkan
kepada walinya.
c. Sesuatu yang diinfaqkan, yaitu harta yang diberikan oleh pemberi infaq kepada penerima
infaq. Sesuatu yang diinfaqkan harus memenuhi beberapa syarat yaitu: 1) Barang yang
akan diinfakkan benar-benar terjamin keberadaannya; 2) Barang adalah sesuatu yang
umum dimiliki dan diterima peredarannya; 3) Merupakan barang yang mempunyai nilai
serta dapat dimiliki zatnya; 4) Hak kepemilikannya dapat berpindah tangan.
d. Ijab dan qabul, yaitu akad yang terjadi antara pemberi infaq dan penerima infaq. Karena
setiap aktivitas ataupun transaksi yang terjadi harus melalui ijab dan qabul yaitu adanya
akad yang jelas agar terjadi keabsahan, saling rela dan ikhlas agar infaq itu sah.14

E. Manfaat dan Hikmah Infaq


Infak merupakan ibadah filantropi yang memiliki banyak manfaat dan hikmah, baik
untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Pengertian hikmah adalah sesuatu yang bukan
hanya sekedar diteliti dengan mata kepala saja, tetapi hikmah adalah meneliti dan
15
memandang dengan mata kepala dan hati. Bagi pemberi infak tentunya akan
mendatangkan pahala dan membuat harta menjadi lebih berkah. Sementara itu, bagi
masyarakat yang menerima infak, infaq akan mampu membantu masyarakat yang sedang
mengalami kesulitan.
Adapun manfaat dan hikmah infak dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup.
2. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Melaksanakan infaq merupakan
ungkapan rasa syukur atas nikmat yang selama ini selalu dilimpahkan.
3. Menyucikan harta.
4. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin.
5. Membina tali silaturahim sesama umat Isam dan manusia pada umumnya.

14
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, Fikih Empat Madzhab, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2003), Juz. II,
140.
15
Teungku Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2013), 4.

11
6. Menghilangkan sifat kikir dan mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri
seseorang. Membersihkan jiwa dari kotoran dosa secara umum, terutama kotoran hati
dari sifat kikir.16

F. Persamaan antara Zakat, Infaq dan Shadaqah


Zakat dalam pengertian dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat adalah sebagian harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam. 17
Infaq adalah segala macam bentuk pengeluaran (pebelanjaan) baik untuk kebutuhan
18
pribadi, keluarga ataupun yang lain. Sedangkan shadaqah diartikan dengan pemberian
sesuatu dari seseorang kepada orang lain karena ingin mendapatkan pahala dari Allah swt.19
Menurut dari beberapa pengertian zakat, infaq dan shadaqah dapat disimpulkan oleh
penulis bahwa dalam pemahamannya adalah bukti keimanan kita kepada Allah. Tidak
mengharapkan imbalan hanya mengharapkan ridho dari allah semata. Dan dapat membantu
sesama manusia yang membutuhkan.
G. Perbedaan antara Zakat, Infaq dan Shadaqah
Perbedaan zakat Infaq dan shadaqah sebagai berikut:
Tabel
Perbedaan Zakat, Infaq dan Shadaqah. 20
Kriteria Zakat Infaq Sedekah
Hukum Wajib bagi yang Sunnah, wajib Secara umum: sunnah
memenuhi syarat Secara wajib: zakat
Nishab Ada Tidak ada Tidak ada

16
Ikit dkk, Zakat, Infaq, Shodaqoh, Wakaf, dan Hibah (ZISWAH) (Solusi Dalam Mengatasi Kemiskinan
di Indonesia), (Yogyakarta: Deepublish, 2016), 82-83.
17
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Dokumen di akses pada tanggal 1
Maret 2018. Dari http://kementerianagama.or.id.html.
18
Gus Arifin, Zakat, Infaq, Sedekah, dilengkapi dengan Tinjauan 4 Mazhab, (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2011), h. 181.
19
Dinda Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq, dan Sedekah, (Jakarta: PT. Gema Insani
Press, 1998), h. 14-15.
20
Gus Arifin, Zakat, Infaq, Sedekah, dilengkapi dengan Tinjauan 4 Mzhab, (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2011), h. 182.

12
Haul 8 asnaf: fakir, miskin, Lebih utama: Lebih utama: keluarga,
amil, muallaf, gharib, keluarga, kerabat, kerabat, orang/lembaga
fisabilillah, ibnu sabil, orang/lembaga yang yang sangat
dan rikab. sangat membutuhkan. membutuhkan
Nishab Ada Tidak ada Tidak ada
Bentuk Harta/materi Harta/materi Harta/materi dan non
materi

H. Prosedur Pengelolaan Dana Infaq


Pengelolaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses yang
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan
dan pencapaian tujuan. Sedangkan prosedur berarti tahap kegiatan untuk menyelesaikan
suatu aktivitas.21
Berdasarkan definisi di atas dapat diartikan prosedur pengelolaan adalah tahapan-tahapan
dalam suatu proses memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijakan dan pencapaian suatu tujuan. Pengelolaan juga dapat berfungsi
dengan baik dengan cara mengikuti alur yang ada mulai dari perencanaan, pengoganisasian,
pergerakan dan pengawasan, di mana keempat hal tersebut dapat membentuk suatu
manajemen.
Seperti halnya infaq mempunyai pengertian yaitu harta yang dikeluarkan oleh seseorang
atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum. Oleh karena itu perlu adanya
suatu prosedur pengelolaan yang jelas, terlebih bagi suatu lembaga amil. Hal tersebut
penting guna meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap suatu lembaga amil
serta menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Menurut Mustaq Ahmad dalam bukunya yang berjudul Etika Bisnis dalam Islam, ia
menjelaskan bahwa dasar prosedur pengelolaan dana infaq adalah memberi rizki yang telah
dikaruniakan oleh Allah SWT atau menafkahkan hartanya kepada orang lain dengan ikhlas.
Adapun infaq menyerahkan harta atau nilainya dari perorangan atau badan hukum untuk
diberikan kepada seseorang karena kebutuhan, memelihara ketentraman, mengurangi
penderitaan masyarakat, dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.22

21
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), 1008.
22
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, terjemah Sanson Rahman (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2001), 69.

13
Dasar prosedur pengelolaan dana infaq terdapat dalam al-Qur’an serta Undang-undang
Pengelolaan Zakat yaitu Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,
serta Peraturan Pemeintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam al-Qur’an dijelaskan tentang
prosedur pengelolaan dana yaitu pada setiap transaksi terdapat adanya pencatatan yang
terjadi dalam bermuamalah. Terdapat dalam Surat al-Baqarah ayat 282, sebagaimana
berikut:
َٰٓ
َ ‫ٰۤيـاَيُّ َها الَّذ ِۡينَ ا َمنُ ٰۡۤوا اِذَا تَدَايَ ۡنت ُ ۡم بِدَ ۡي ٍن اِلى ا َ َج ٍل ُّم‬
َ ‫س ًّمى فَ ۡاكتُب ُۡوهُ ؕ َو ۡليَ ۡكتُب ب َّۡينَكُ ۡم كَاتِ ٌۢب بِ ۡالعَ ۡد ِل ۚ َو َال يَ ۡا‬
‫ب‬
ُ‫َس ِم ۡنه‬ۡ ‫ّللا َربَّهٗ َو َال َي ۡبخ‬ َٰ ‫ق‬ ِ َّ ‫ـق َو ۡل َيت‬
ُّ ‫ع َل ۡي ِه ۡال َح‬
َ ‫ِى‬ۡ ‫ّللاُ فَ ۡل َي ۡكت ُ ۡب ۚ َو ۡليُمۡ ِل ِل َّالذ‬
ٰ ُ‫ع َّل َمه‬
َ ‫ب َك َما‬ َ ُ ‫كَا ِتب ا َ ۡن ي َّۡكت‬
ِؕ ‫ض ِع ۡيفًا ا َ ۡو َال َي ۡست َِط ۡي ُع ا َ ۡن ي ُِّم َّل ه َُو فَ ۡليُمۡ ِل ۡل َو ِليُّهٗ ِب ۡال َع ۡد‬
‫ل‬ َ ‫س ِف ۡي ًها ا َ ۡو‬ ُّ ‫علَ ۡي ِه ۡال َح‬
َ ‫ـق‬ ۡ ‫ش َۡيـــًٔا ؕ فَا ِۡن َكانَ الَّذ‬
َ ‫ِى‬
ِ‫ش َهدَ َٰٓاء‬
ُّ ‫ض ۡونَ ِمنَ ال‬ َ ‫ش ِه ۡيدَ ۡي ِن ِم ۡن ِر َجا ِلكُ ۡ ۚم فَا ِۡن لَّ ۡم َيكُ ۡونَا َر ُجلَ ۡي ِن فَ َر ُجل َّوامۡ َراَت ِن ِم َّم ۡن ت َۡر‬
َ ‫است َۡش ِهد ُۡوا‬ۡ ‫َو‬
ُ‫ش َهدَآَٰ ُء اِذَا َما دُع ُۡوا ؕ َو َال ت َۡســـَٔ ُم ٰۡۤوا ا َ ۡن ت َۡكتُب ُۡوه‬ ُّ ‫ب ال‬ َ ‫ى َو َال يَ ۡا‬
ؕ ‫َض َّل ا ِۡحدٮ ُه َما فَتُذَ ِك َر ا ِۡحدٮ ُه َما ۡاالُ ۡخر‬ ِ ‫ا َ ۡن ت‬
َ‫ش َهادَةِ َوا َ ۡد ٰۤنى ا َ َّال ت َۡرت َاب ۡ َُٰٓوا ا َّ ِٰۤال ا َ ۡن تَكُ ۡون‬
َّ ‫ّللا َوا َ ۡق َو ُم ِلل‬
ِ ٰ َ‫سطُ ِع ۡند‬ َٰٓ
َ ‫ص ِغ ۡي ًرا ا َ ۡو َك ِب ۡي ًرا اِلى ا َ َج ِلهؕ ذ ِلكُ ۡم ا َ ۡق‬
َ
َ ُ‫علَ ۡيكُ ۡم ُجنَاح ا َ َّال ت َۡكتُب ُۡوهَا ؕ َوا َ ۡش ِهد ُٰۡۤوا اِذَا تَبَايَعۡ ت ُ ۡم ۖ َو َال ي‬
‫ضا َٰٓ َّر‬ َ ‫اض َرة ً تُد ِۡي ُر ۡونَ َها بَ ۡينَكُ ۡم فَلَ ۡي‬
َ ‫س‬ ِ ‫ارة ً َح‬
َ ‫تِ َج‬
َ ٍ‫ّللاُ بِكُ ِل ش َۡىء‬
‫ع ِل ۡيم‬ ٰ ‫ّللاُؕ َو‬ َ ٰ ‫ش ِه ۡيد ٌؕ َوا ِۡن ت َۡفعَلُ ۡوا فَ ِانَّهٗ فُسُ ۡوق ٌۢ بِكُ ۡمؕ َو اتَّقُوا‬
ٰ ‫ّللاؕ َويُعَ ِل ُمكُ ُم‬ َ ‫كَاتِب َّو َال‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia
menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia
bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya.
Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak
mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua
orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-
orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa, maka yang
seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apa-bila dipanggil.
Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil
maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan
kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu
merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa

14
bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli,
dan janganlah penulis dipersulit dan begitu juga saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian),
maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah
memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Berdasarkan ayat di atas dijelaskan bahwa dalam transaksi muamalah seperti zakat, infaq,
dan sedekah dalam prosedur pengelolaannya terdapat proses penerimaan, pendistribusian,
dan penyalurannya perlu dicatatkan serta dilaporkan pada lembaga yang telah ditentukan.
Seperti halnya dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan Zakat,
terdapat dalam pasal 28 menjelaskan bahwa pengelolaan infaq sedekah, dan dana sosial
keagamaan lainnya harus dicatatkan dalam pembukuan tersendiri. Hal tersebut berguna agar
tidak timbul adanya kecurigaan dari masyarakat dalam hal pengelolaan dana, mengingat
dana tersebut untuk kemaslahan umat.
I. Ayat-ayat tentang infaq
1. QS. Al-Baqarah ayat 43, 267, 274
a. Q.S. Al-Baqarah Ayat 43

َّ ‫ار َكعُ ْوا َم َع‬


(43) َ‫الرا ِك ِعيْن‬ َّ ‫صلوة َ َواتُوا‬
ْ ‫الزكوة َ َو‬ َّ ‫َواَقِ ْي ُموا ال‬
Artinya : “Laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku'lah bersama
orang-orang yang ruku'.”
Dalam memandang ayat tersebut Prof. Quraish Shihab menafsirkan bahwa terdapat
dua kewajiban pokok yaitu perintah sholat dan perintah zakat. Keduanya merupakan
pertanda hubungan harmonis seorang muslim, shalat terkait hubungan baik antara
manusia dengan Allah SWT. dan zakat pertanda hubungan baik antar sesama manusia.
23
Selain memandang adanya perintah sholat dan zakat pada ayat tersebut beliau
mengatakan bahwa ayat ini merupakan bentuk sindiran bagi kaum munafik untuk
membuktikan kebenaran ucapan mereka akan keimanan yang mereka miliki dengan
dituntut agar melaksanakan sholat dan zakat, karena rangkaian sholat adalah kegiatan
yang bertujuan mengagungkan Allah SWT. semata dan bentuk pengingkaran terhadap
berhala-berhala. Begitupun dengan zakat, menyisihkan harta benda yang dimiliki
tidak akan di lakukan kecuali oleh orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. dan
Rasul-Nya. Perintah sholat dan zakat memiliki posisi istimewa, sebab keduanya
adalah bentuk rasa syukur kepada Alah SWT. Sholat nenyucikan jiwa sedangkan

23
Shihab M. Quraish Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Volume 1 (Jakarta:
Lentera Hati, 2022), hlm. 176.

15
zakat menyucikan harta. Selain itu, Ayat inipun memberi pesan bahwa zakat adalah
bentuk dari prinsip solidaritas kaum muslim. Orang kaya membutuhkan orang muslim
dan sebaliknya.24
Perintah sholat dan zakat memiliki posisi istimewa, sebab keduanya adalah bentuk
rasa syukur kepada Alah SWT. Sholat nenyucikan jiwa sedangkan zakat menyucikan
harta. Selain itu, Ayat inipun memberi pesan bahwa zakat adalah bentuk dari prinsip
solidaritas kaum muslim. Orang kaya membutuhkan orang muslim dan sebaliknya. 25
b. Q.S. Al-Baqarah Ayat 267
ِۗ ِ ‫س ْبت ُ ْم َو ِم َّما َٰٓ ا َ ْخ َرجْ نَا لَكُ ْم ِمنَ ْاالَ ْر‬
‫ض َو َال تَيَ َّم ُموا‬ َ ‫ت َما َك‬ َ ‫ياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ا َمنُ َْٰٓوا ا َ ْن ِفقُ ْوا ِم ْن‬
ِ ‫طيِب‬
ٌ‫ح ِميْد‬
َ ‫ي‬
ٌّ ِ‫غن‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫ْال َخبِي‬
َ ٰ ‫ْث ِم ْنهُ ت ُ ْن ِفقُ ْونَ َولَ ْست ُ ْم بِا ِخ ِذ ْي ِه ا َِّال ا َ ْن ت ُ ْغ ِمض ُْوا فِ ْي ِۗ ِه َوا ْعلَ ُم ْوا ا َ َّن‬
(267)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan
dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya
lagi maha terpuji.”
Jika pada Surat Al-baqarah ayat 43 berisikan perintah sholat dan zakat,maka ayat
ini berbicara tentang bentuk nafkah yang di berikan serta sifat nafkah tersebut. Dalam
Tafsir Al-Misbah, Prof. Quraish Shihab menggarisbawahi pada ayat tersebut bahwa
apa yang dinafkahkan hendaknya yang baik-baik tetapi tidak harus semua
dinafkahkan, cukup Sebagian saja dan dijelaskan pula bahwa yang dinafkahkan itu
adalah hasil dari Allah SWT. ( hasil bumi yg dikelola manusia) dan hasil dari usaha
manusia (jasa).26 Menurut beliau ayat ini dapat dipahami sebagai perintah wajib zakat,
semua usaha apapun bentuknya wajib dizakati, termasuk gaji yang diperoleh para
pegawai jika sudah memenuhi syarat yang telah di atur dalam hukum zakat. Demikian
juga hasil pertanian baik hasil bumi yang sudah ada pada saat ayat ini turun ataupun
hasil bumi yang tidak tumbuh pada tempat ayat ini turun, seperti cengkeh, sayur-
sayuran, buah-buahan dan lain-lain, semua dicakup oleh makna dari ayat ini. Lalu dari

24
Shihab M. Quraish Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan keserasian Al-Qur’an Volume 1 (Jakarta:
Lentera Hati, 2022), hlm. 177.
25
Az-Zuhaili, Wahbah TAFSIR Al-MISBAH JILID 1 (Jakarta: Gema Insani, 2013), hlm. 115.
26
Shihab M. Quraish Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Volume 1 (Jakarta:
Lentera Hati, 2022), hlm. 576.

16
kedua sumber penghasilan tersebut baik hasil pertanian maupun hasil usaha manusia
berupa jasa daln lain-lain harus dipilih yang bai-baik untuk di nafkahkan.27 Kemudian
beliaupun menjelaskan bahwa ayat ini merupaka pengingat bagi para pemberi nafkah
untuk memposisikan dirinya sebagai orang yang menerima, dalam arti lain tidak boleh
memberikan nafkah dalam bentuk yang buruk karena kita juga tidak menginginkan
hal demikian terjadi pada kita.
Disamping pendapat Prof. Quraish Shihab ada beberapa ulama seperti Al-Barra’
bin ‘Azib, Hasan Al-Bashri, dan Qatadah mereka yang memilikipendapat bahwa infaq
yang dimaksud dalam ayat ini adalah sedekah sunnah dan ayat ini menganjurkan bagi
siapapun yang ingin bersedekah, maka hendaknya yang disedekahkan adalah harta
yang baik akan tetapi tidak mengahruskan standar harta yang paling baik atau
istimewa namun jika mampu hal demikian lebih utama. 28
c. Surat Al-Baqarah Ayat 274

‫ع ََلنِيَةً فَلَ ُه ْم اَجْ ُرهُ ْم ِع ْندَ َربِ ِه ۚ ْم َو َال خ َْوف‬ ِ ‫اَلَّ ِذيْنَ يُ ْن ِفقُ ْونَ ا َ ْم َوالَ ُه ْم بِالَّ ْي ِل َوالنَّ َه‬
َ ‫ار ِس ًّرا َّو‬
َ‫علَ ْي ِه ْم َو َال هُ ْم َيحْ زَ نُ ْون‬
َ
Artinya : “Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari
(secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di
sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
Dalam ayat ini Allah SWT. memberikan kabar gembira bagi mereka yang selalu
memberi nafkah dengan tulus dalam berbagai kondisi, baik siang dan malam,maupun
secara sembunyi dan terang-terangan , bahwa mereka akan mendapatkan pahala di
sisi Allah SWT. dan mereka tidak akan merasa khawatir juga tidak akan bersedih.
Makna dari tidak akan merasa khawatir adalah tehindar dari keresahan tentang masa
depan karena seringkali seseorang yang hendak bersedekah mendapat bisikan dari
dirinya sendiri maupun orang lain agar tidak terlalu banyak memberi, dengan alasan
supaya aman dalam hal materi di masa depan bagi dirinya dan keluarganya. Adapun
makna tidak akan bersedih adalah terhindar dari keresahan hati atas apa yang sudah
terjadi di masa lalu, karena banyak orang yang telah bersedekah namun hatinya
bersedih atas apa yang telah ia berikan terhadap orang lain yang mungkin terbesit
dalam benaknya bahwa itu terlalu banyak atau bukan pada tempatnya. Maka hanya

27
Shihab M. Quraish Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Volume 1 (Jakarta:
Lentera Hati, 2022), hlm. 577.
28
Az-Zuhaili, Wahbah TAFSIR AL-MUNIR JILID 2 (Jakarta: Gema Insani, 2013), hlm. 88.

17
dengan hati yang tulus lah kedua kemungkinan buruk tersebut (khawatir dan bersedih)
dapat terhindar.29
Ayat ini berkaitan dengan Surat Al-Baqarah ayat 262 bahwasanya ayat tersebut
menjelaskan syarat di terimanya nafkah di sisi Allah SWT. yaitu hendaknya setiap
pemberian harus terhindar dari perbuatan kita dengan menyebut-nyebut apa yang kita
berikan terhadap orang lain sehingga membuat malu orang yang diberi, serta
senantiasa setiap pemberian harus didasari dari hati yang tulus.30 Dalam ayat inipun
terdapat isyarat bahwa memberi lebih utama secara tersembunyi daripada terang-
terangan, terbuki dari susunan kata al-Lail (waktu malam) di dahulukan dari kata an-
Nahar (waktu siang) dan kata as-Sirr (secara sembunyi) atas kata al-Alaaniyah (secara
terang-terangan). 31
2. QS. At-Taubah ayat 60 dan 103

a . QS. At-Taubah ayat 60

ِ ‫علَ ْي َها َو ْال ُم َؤلَّفَ ِة قُلُ ْوبُ ُه ْم َوفِى‬


ِ ‫الرقَا‬
‫ب‬ ِ َ‫صدَقتُ ِل ْلفُقَ َر ٰۤاءِ َو ْال َمس ِكي ِْن َو ْالع‬
َ َ‫ام ِليْن‬ َّ ‫اِنَّ َما ال‬
‫ع ِليْم َح ِكيْم‬
َ ُ‫ّللا‬
ٰ ‫ّللا َِۗو‬ِ ٰ َ‫ضةً ِمن‬ َ ‫سبِ ْي ِۗ ِل فَ ِر ْي‬
َّ ‫ّللا َواب ِْن ال‬
ِ ٰ ‫سبِ ْي ِل‬ ِ ‫َو ْالغ‬
َ ‫َار ِميْنَ َوفِ ْي‬
Artinya :“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang
miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan)
hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan
untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah
Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”
Surah at-taubah pada ayat keenam puluh ini menjelaskan mengenai delapan
golongan yang berhak menerima zakat, Imam ibnu Katsir dalam kitabnya
menafsirkan bahwasanya para ulama berselisih pendapat, Berkenaan dengan
pembagian delapan golongan tersebut. 32
Pertama, harus meliputi semuanya, ini pendapat Imam Syafi’i dan sekelompok
ulama, sedang pendapat kedua, pembagian zakat tidak harus meliputi semuanya, harta
zakat boleh diberikan kepada hanya satu kelompok saja, meskipun terdapat

29
Shihab M. Quraish Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Volume 1 (Jakarta:
Lentera Hati, 2022), hlm. 569
30
Shihab M. Quraish Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Volume 1 (Jakarta:
Lentera Hati, 2022), hlm. 568.
31
Az-Zuhaili, Wahbah TAFSIR AL-MUNIR JILID 2 (Jakarta: Gema Insani, 2013), hlm. 108.
32
Al-Imam Abu Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir Juz 6, (Bogor: Pustaka
Asy’syafi’i, 2004), hlm. 151.

18
kelompok lainya. Ini pendapat Malik dan sekelompok ulama salaf dan khalaf, sedang
Ibnu Jarir berkata: “ini adalah pendapat sebagian besar ulama”. Tidak harus
dibagikan kepada semua kelompok yang tertera dalam ayat 60 surah At-taubah
karena ayat ini hanya menjelaskan mereka yang berhak, bukan karena harus
memenuhi semuanya.
Menurut Abu Hanifah orang miskin adalah orang yang kondisinya lebih buruk
ketimbang orang fakir. Sedang Ibnu Jarir dan beberapa ulama berpendapat bahwa
orang fakir adalah orang yang membutuhkan, akan tetapi tidak mau berbuat
meminta-minta, sedangkan orang miskin adalah orang yang membutukan, akan
tetapi ia maumeminta-minta. Selain Ibnu Jarir, Qatadah berkata: orang fakir adalah
orang yang membutuhkan akan tetapi badanya sehat.
Sedang menurut syaikh Muhammad bin Sholih untuk melihat perbedaan fakir dan
miskin hari iniyaitu dengan melihat penghasilanya, jika ia bisa mendapatkan
penghasilan5juta dalam 1 tahun, sedangkan kebutuhanya adalah 10 juta dalam 1 ta
hun, dalam kondisi ini orang dianggap sebagai miskin, karena hanya dapatmemenuhi
kebutuhanya separoh saja. Sedang dianggap fakir adalah apabila iamendapatkan
penghasilan 5 juta dalam 1 tahun, sedang kebutuhanya adalah15 juta, begitu pula
orang yang tidak memiliki pekerjaan maka dianggapfakir. Oleh karena itu fakir
dalam ayat ke-60 surah At-taubah didahulukan penyebutannya daripada yang
lainnya, karena mereka adalah orang- orang yang paling membutuhkan daripada
yang lainnya.33
Orang miskin Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwasanya
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Bukanlah orang yang miskin
yang selalu keliling meminta-minta kepada manusia, lalu dia kembali pulang setelah
diberi sesuap dan dua suap makanan, atau sebutir kurma dan dua butir kurma." Para
shahabat pun bertanya, "Lalu siapakah orang yang miskin itu wahai Rasulullah?" Be
liau menjawab, "Yaitu orang yang tidak mendapatkan sesuatu pun yang mencukupi
kebutuhannya, dia tidak diketahui keadaannya sehingga dia tidak diberikan sedekah,
dan dia juga tidak meminta-minta kepada orang-orang sedikitpun." Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim Ra himahumallah.

33
Muhammad bin Shalih, As Syarhul Mumti ala Zaadil Mustaqn Juz V, (Mesir: Dar IbnuJauzy, 2004),
hlm. 220.

19
Amil zakat adalah orang yang mengelola pengumpulan dan pembagian zakat.
Mereka ber- hak mendapatkan bagian dari zakat itu sesuai dengan pekerjaannya. dan
mereka bukanlah termasuk dari kalangan karib kerabat Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam yang haram diberikan sedekah.
Mualaf di berikan zakat karena beberapa alasan, salah satu alasanya adalah
supaya orang yang masih musyrik agar masuk Islam, selain agar masuk Islam,
mualaf diberi zakat juga untuk memperbaiki kualitas keimananya serta
meemperkokoh hati mualaf tersebut. 34
hamba sahaya, Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri, Muqatil, Umar bin Abdul
Aziz, dan selain mereka Rahima-humullah, mereka berkata, "Yang dimaksud
dengan para budak (ham ba sahaya) adalah budak-budak mukatab (yang membuat
akad dengan tuannya untuk membebaskan dirinya sendiri, d). Itu pendapat Asy
Syafi'i Rahimahullah. Ibnu Abbas dan Al-Hasan Radhiyallahu Anhum berkata,
"Tidak apa-apa memerdekakan budak dengan harta zakat Itu madzhab Imam
Ahmad, Malik, dan Ishaq Rahimahumullah. Yalty bahwa pengertian riqab (hamba
sahaya) itu lebih umum dari sekedar memberikan zakat kepada budak mukatab, atau
membeli seorang budak untuk dimerdekakan.
ghraib, ada beberapa macam; diantaranya adalah orang yang memiliki
tanggungan denda atau hutang yang harus di penuhi, sedang untuk memenuhi hutang
tersebut harus menguras habis hartanya, atau ia harusberhutang kepada orang lain.
Mengenai ukuran hutang ini Wahbah AzZuhaily berpendapat bahwa orang yang
berhutang untuk dirinya sendiri tidak harus menerima zakat terkecuali orang tersebut
sudah dalam keadaan fakir,orang yang berhutang tersebut juga tidak berprilaku
boros atau merusak hartanya, juga dengan catatan bahwa hutang yang dimiliki bukan
untuk digunakan maksiat. Sedang menurut Yusuf al-Qardhawy, batasan gharim yang
tidak berhak menerima zakat adalah apabila harta yang dimilikinya masih cukup
untuk membayar hutangnya.
Fi sabilillah mengacu pada praktik pada zaman Nabi bahwa sabilillah adalah
orang-orang yang dalam peperangan melawan orang kafir, sedangkan mereka tidak
digaji oleh pemerinta/lembaga terkait.

34
Al-Imam Abu Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir Juz 6, (Bogor: Pustaka
Asy’syafi’i, 2004), hlm. 152.

20
Ibnu Sabil, adalah seorang yang melakukan perjalanan dari suatu negri ke negri
yang lain, sedangkan orang tersebut kehabisan bekal untuk kembali ke negrinya,
maka ia di berikan zakat yang mencukupi untuk pulang ke negrinya tersebut, dengan
syarat perjalanan tersebut bukanlah bertujuan untuk bermaksiat. 35
b. At-Taubah ayat 103

‫سكَن لَّ ُه ِۗ ْم‬ َ ‫علَ ْي ِه ِۗ ْم ا َِّن‬


َ َ‫صلوتَك‬ َ ُ ‫صدَقَةً ت‬
َ ‫ط ِه ُرهُ ْم َوتُزَ ِك ْي ِه ْم بِ َها َو‬
َ ‫ص ِل‬ َ ‫ُخذْ ِم ْن ا َ ْم َوا ِل ِه ْم‬
‫ع ِليْم‬
َ ‫س ِميْع‬
َ ُ‫ّللا‬
ٰ ‫َو‬

Artinya :Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan


menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu
(menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui.
Menurut Quraish Shihab, Surat at-Taubah ayat 103 berbicara tentang sekelompok
orang yang imannya masih lemah dan mencampurkan perbuatan baik dan buruk
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka diharapkan mendapat hidayah dan
ampunan dari Allah swt - salah satunya - dengan membayar sedekah dan zakat untuk
membantu umat Muslim lainnya. 36
Al-Sa'adi mengatakan dalam Taisir al-Karim al-Rahman Fi Tafsir Kalam al-
Mannan, Surat at-Taubah ayat 103 berisi tentang urutan dan tujuan zakat. Setidaknya
ada tiga tujuan zakat yang tercantum dalam ayat tersebut, yaitu: bersihkan mereka
dari dosa dan kejahatan; dan menumbuhkan atau menambah moral yang terpuji pada
dirinya; dan menambah kekayaannya

35
Al-Imam Abu Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir Juz 6, (Bogor: Pustaka
Asy’syafi’i, 2004), hlm. 154.
36 Shihab, M. Quraish Tafsir Al-Misbah : pesan,kesan, dan keserasian Al-Qur'an Volume 6 (Jakarta:

Lentera Hati,2022), hlm. 706.

21
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, infak adalah pemberian (sumbangan) harta
dan sebagainya (selain zakat wajib) untuk kebaikan, sedekah, serta nafkah. Sedangkan Secara
epistemologi, infak berarti mengeluarkan sebagian harta untuk kepentingan yang diperintahkan
oleh Allah SWT, seperti menginfakkan harta untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan hal
kebaikan lainnya. Adapun secara terminologi, infak berarti mengeluarkan sebagian harta untuk
kepentingan yang diperintahkan oleh Islam yang dapat dilaksanakan oleh setiap mukmin sesuai
kadar kemampuan. Selain itu, definisi infak berdasarkan Undang-undang nomor 23 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat, pengertian infak adalah harta yang dikeluarkan oleh
seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.Oleh karena itu Infaq
berbeda dengan zakat, infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang ditentukan secara
hukum. Dengan demikian pengertian infaq adalah pengeluaran suka rela yang dilakukan
seseorang. Sedangkan menurut islilah syari'at, infaq adalah mengeluarkan sebagian harta yang
diperintahkan dalam islam untuk kepentingan umum dan juga bisa diberikan kepada sahabat
terdekat, kedua orang tua, dan kerabat-kerabat terdekat lainnya.Seperti yang telah kita ketahui
bahwa infaq adalah mengeluarkan harta yang mencakup harta benda yang dimiliki dan bukan
zakat.
Infaq memiliki beberapa macam yaitu ; infaq wajib seperti zakat, mahar, nafkah istri,
dan nafkah istri masa iddah ; sunnah seperti memberi bantuan pada fakir miskin, ; bercocok
tanam dan berdagang ; mubah seperti . Contohnya yaitu mengeluarkan infaq untuk
menghalangi syiar Islam ; haram seperti mengeluarkan infaq untuk menghalangi syiar Islam.
Adapun rukun dan syarat infaq di antaranya pemberi, yang diberi, barang yang diberikan dan
ijab qabul. Zakat dalam pengertian dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat adalah sebagian harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau
badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam.
Infaq adalah segala macam bentuk pengeluaran (pebelanjaan) baik untuk kebutuhan pribadi,
keluarga ataupun yang lain. Sedangkan shadaqah diartikan dengan pemberian sesuatu dari
seseorang kepada orang lain karena ingin mendapatkan pahala dari Allah swt. Menurut dari
beberapa pengertian zakat, infaq dan shadaqah dapat disimpulkan oleh penulis bahwa dalam
pemahamannya adalah bukti keimanan kita kepada Allah. Tidak mengharapkan imbalan hanya
mengharapkan ridho dari allah semata. Dan dapat membantu sesama manusia yang
membutuhkan.
22
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Al-Juzairi, Syaikh, Fikih Empat Madzhab, Jakarta: Pustaka Al Kautsar,


2003), Juz. II.
Abidah, Atik, Zakat Filantropi dalam Islam, Ponorogo: Tim Stain Ponorogo Press,
2011.
Abu Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Al-Imam, Tafsir Ibnu Katsir Juz 6, Bogor:
Pustaka Asy’syafi’i, 2004.
Ahmad, Mustaq, Etika Bisnis dalam Islam, terjemah Sanson Rahman, Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2001.
Arifin, Gus, Zakat, Infaq, Sedekah, dilengkapi dengan Tinjauan 4 Mazhab, Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo, 2011.
Az-Zuhaili, Wahbah TAFSIR Al-MUNIR JILID 1, Jakarta: Gema Insani, 2013.
Az-Zuhaili, Wahbah TAFSIR AL-MUNIR JILID 2, Jakarta: Gema Insani, 2013.
Az-Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqhul Islam wa Adillatuhu Juz II, Damaskus: Darul Fikr,
1996.
Az-Zuhaily, Wahbah, Al-Fiqh Al-Islamy Wa Adillatuhu, Jilid I, Beirut Dar Al-Fikr,
1984.
bin Ahmad, Muhammad, Menejemen Islam Harta dan Kekayaan, Solo, Intermedia,
2002.
Hafidhuddin, Dinda, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq, dan Sedekah, Jakarta: PT.
Gema Insani Press, 1998.
Hasan Ayubb, Syeikh, Fiqih Ibadah, Jakarta: Pustaka Alkautsar, 2004.
Hasbi Ash- Shiddieqy, Teungku Muhammad, Falsafah Hukum Islam, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2013.
Ikit dkk, Zakat, Infaq, Shodaqoh, Wakaf, dan Hibah (ZISWAH) (Solusi Dalam
Mengatasi Kemiskinan di Indonesia), Yogyakarta: Deepublish, 2016.
Muhammad bin Shalih, As Syarhul Mumti ala Zaadil Mustaqn Juz V, Mesir: Dar
IbnuJauzy, 2004.

23
Putri Nazila, Intan, “Strategi Program Gerakan Kotak Infaq Nahdlatul Ulama (KOIN
NU) di LAZISNY Porong Kabupaten Sidoarjo”, Tesis Universitas Negeri Sunan
Ampel, Surabaya 2019.
Redaksi, Tim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2005.
Ridho & Wasik, Zakat Produktif Kontruksi.
Ridho & Wasik, Zakat Produktif Kontruksi.
Shihab M. Quraish Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Volume
1, Jakarta: Lentera Hati, 2022.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011, Pengelolaan Zakat, pasal 1, ayat (3).
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Dokumen di akses
pada tanggal 1 Maret 2018. Dari http://kementerianagama.or.id.html.
Zallum , Abdul Qadim, Al-Amwal fi Dawlatil Khilafah, Beirut: Darul Ilmi lil Malayin,
1983.
Ziswaf, Vol. 3, No. 1, Juni 2016.

24

Anda mungkin juga menyukai