Anda di halaman 1dari 12

HUKUM ISLAM I

ZAKAT

Dosen:
Dr. H. Mardani, M. Ag

Disusun Oleh:
1. Rizky Poltak Manuntun Argha A. (1633 001 251)
2. Fikri Lazuardi (1633 001 236)
3. Rudi Sulistyo (1633 001 250)
4. Samuel Isman Pasaribu (1633 001 254)
5. Syahru Ramadhan (1433 001 009)
6. Anton Samuel (1633 001 255)
7. Ariga Hendiyan Ghali (1633 001 277)
8. Enjela Anggraini (1633 001 107)

Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana


Tahun 2017
DAFTAR ISI

BAB I ..........................................................................................................................................
PENDAHULUAN .......................................................................................................................
A. Latar Belakang ................................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................................
BAB II .........................................................................................................................................
PEMBAHASAN .........................................................................................................................
A. Pengertian zakat menurut hukum positif di Indonesia ....................................................
B. Syarat Zakat .....................................................................................................................
C. Jenis Zakat .......................................................................................................................
D. Benda Yang Wajib di Zakati ...........................................................................................
E. Fungsi Zakat ....................................................................................................................
F. Orang-Orang Yang Berhak Menerima Zakat ..................................................................
G. Dampak Zakat .................................................................................................................
BAB III ........................................................................................................................................
PENUTUP ...................................................................................................................................
A. Kesimpulan ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
nikmat iman dan islam, serta kekuatan sehingga kami bisa menyusun makalah hukum islam
ini dengan lancar. Shalawat serta salam semoga tercurahkan limpahkan kepada nabi kita
semua Nabi Muhammad SAW.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Mardani, M. Ag selaku dosen mata
kuliah Hukum Islam I yang telah memberikan masukan dan motivasi kepada kami untuk bisa
menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami baik secara materi ataupun moril.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
sangat menghargai tegur sapa yang membagun demi semakin berkualitasnya makalah ini.
Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih.

Jakarta, Nopember 2017

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga, zakat merupakan suatu
ibadah yang paling penting kerap kali dalam Al-Qur’an, Allah menerangkan zakat
beriringan dengan menerangkan shalat. Pada delapan puluh dua tempat Allah
menyebut zakat beriringan dengan urusan shalat ini menunjukan bahwa zakat dan
shalat mempunyai hubungan yang rapat sekali, dalam hal keutamaannya shalat
dipandang seutama-utama ibadah badaniyah, zakat dipandang seutama-utama ibadah
maliyah. Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur
pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu)
atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam
kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan
paten berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan umat manusia.
Seluruh ulama Salaf dan Khalaf menetapkan bahwa mengingkari hukum zakat
yakni mengingkari wajibnya menyebabkan di hukum kufur. Karena itu kita harus
mengetahui definisi dari zakat, harta-harta yang harus dizakatkan, nishab- nishab
zakat, tata cara pelaksanan zakat dan berbagai macam zakat.
Salah satu sisi ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah
penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan
pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah dalam arti seluas-luasnya. Sebagaimana
telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta penerusnya di zaman keemasan Islam.
Padahal ummat Islam (Indonesia) sebenarnya memiliki potensi dana yang sangat
besar. Terdorong dari pemikiran inilah, penulis mencoba untuk menyusun makalah
zakat yang ringkas dan praktis agar dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca.
Meskipun penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Namun
demikian penulis berharap risalah ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah zakat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zakat menurut hukum positif Indonesia?
2. Apa syarat zakat?
3. Apa jenis-jenis zakat?
4. Apa benda yang wajib dizakati?
5. Siapa saja yang berhak menerima zakat?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk dapat mengetahui pengertian zakat.
2. Untuk dapat mengetahui syarat zakat.
3. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis zakat.
4. Untuk dapat mengetahui benda yang wajib dizakati.
5. Untuk dapat mengetahui siapa yang berhak menerima zakat.

BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian zakat menurut hukum positif di Indonesia


Secara bahasa zakat berarti tumbuh, bersih, berkembang dan berkah. Seorang yang
membayar zakat karena keimanannya niscaya akan memperoleh kebaikan yang banyak.
Allah berfirman disurat At-Taubah ayat 103, artinya: “Pungutlah zakat dari sebagian
kekayaan mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka”. Surat Al-
Baqaraah 276, artinya: “Allah memusnahkan riba dan mengembangkan sedekah”. Disebutkan
dalam hadist Rasulullah saw yang diriwatkan Bukhari dan Muslim, ada malaikat yang
senantiasa berdo’a setiap pagi dan sore : Artinya: “Ya Allah berilah orang berinfak gantinya”.
Dan berkata yang lain: “Ya Allah jadikanlah orang yang menahan infak kehancuran”.
Sedangkan menurut terminologi Syari’ah zakat berarti kewajiban atas harta atau kewajiban
atas sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu dan dalam waktu tertentu. Keterangan
definisi : Kewajiban atas sejumlah harta tertentu, berarti zakat adalah kewajiban atas harta
yang bersifat mengikat dan bukan anjuran. Kewajiban tersebut terkena kepada setiap muslim
(baligh atau belum, berakal atau gila) ketika mereka memiliki sejumlah harta yang sudah
memenuhi batas nisabnya. Kelompok tertentu adalah mustakihin yang terangkum dalam 8
asnhaf. Waktu untuk mengeluarkan zakat adalah ketika sudah berlalu setahun (haul) untuk
zakat emas, perak, perdagangan dll, ketika panen untuk hasil tanaman, ketika memperolehnya
untuk rikaz dan ketika bulan Ramadhan sampai sebelum shalat ‘Iid untuk zakat fitrah.
Zakat adalah rukun Islam ketiga yang diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua
Hijriyah setelah diwajibkannya puasa Ramadhan dan zakat Fitrah. Ayat-ayat zakat, shodaqah
dan infaq yang turun di Makkah baru berupa anjuran dan penyampaiannya menggunakan
metodologi pujian bagi yang melaksanakannya dan cacian atau teguran bagi yang
meninggalkannya. Zakat tidak diwajibkan kepada semua nabi dan rasul, karena zakat
berfungsi sebagai alat pembersih kotoran dan dosa, sedangkan para nabi dan rasul terbebas
dari dosa dan kemaksiatan karena mereka mendapat jaminan penjagaan dari Allah swt.
Disamping itu kekayaan yang ada ditangan para nabi adalah titipan dan amanah Allah swt
yang tidak dapat diwariskan.
Hukum positif tentang Zakat yang berlaku di Indonesia adalah yang dulunya Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang terdiri dari 10 Bab dan dua
puluh lima pasal. Pengertian Zakat menurut Pasal 2 adalah harta yang wajib disisihkan oleh
seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
Dan Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tersebut telah direvisi dengan Undang-Undang N0.
23 Tahun 2011, yang mana terdiri dari 11 Bab dan 47 Pasal. Dan menurut Bab 11 pasal 44,
bahwasanya semua peraturan perundang-undangan tentang pengolahan zakat dan peraturan
pelaksanaan Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang pengolahan Zakat dinyatakan masih
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketetentuan dalam Undang-undang ini.

Adapun perbedaan antara UU Zakat Lama dengan yang Baru, sebagai berikut :
 UU zakat lama ( no 38 th 1999)
1. Namanya adalah UU Tentang Pengelolaan Zakat
2. Posisi pemerintah dan masyarakat sejajar dalam pengelolaan zakat
3. Masyarakat dibebaskan untuk mengelola zakat
4. Pengaturan Lembaga Amil Zakat (LAZ) hanya dalam dua pasal
5. LAZ dibentuk oleh masyarakat
 UU zakat baru ( no 23 th 2011)
1. Namanya adalah UU Zakat, Infak dan Sedekah
2. Posisi pemerintah dan atau badan zakat pemerintah (BAZNAS) lebih tinggi.
3. Hanya yang diberi izin saja yang boleh mengelola zakat.
4. LAZ diatur dalam 13 pasal.
5. LAZ dibentuk oleh organisasi kemasyarakatan Islam.
6. Adanya otoritas tunggal pengelolaan zakat, yaitu pemerintah (BAZNAS).
7. Adanya dualisme pengelolaan zakat (pemerintah dan masyarakat) BAZNAS dan
LAS.
Selain terdapat perbedaan mendasar antara UU zakat yang baru dan yang lama, UU zakat
yang baru juga mendapat kritik keras dari banyak LAZ dan sebagian masyarakat. Kritik
tersebut ditujukan kepada tiga masalah krusial yang ada di dalamnya, yaitu :
1.Syarat izin pendirian LAZ adalah harus didirikan oleh organisasi kemasyarakatan Islam.
Padahal pada kenyataannya saat ini banyak LAZ yang telah berdiri dan beroperasi namun
tidak didirikan oleh ormas Islam.
2.Tidak diatur dan dijelaskannya kedudukan dan posisi LAZ daerah, baik LAZ propinsi
maupun LAZ kabupaten/kota.
3.Tidak diperkenankannya kelompok masyarakat atau organisasi untuk mengelola zakat,
apabila kelompok masyarakat atau organisasi tersebut tidak memiliki izin sebagai LAZ.

B. Syarat Zakat
Adapun syarat sahnya, juga menurut kesepakatan adalah niat yang menyertai
pelaksanaan zakat:
1. Syarat wajib zakat
Syarat wajib zakat yakni kefardhuannya, ialah sebagai berikut:
a) Merdeka.
b) Islam.
c) Baligh dan Berakal.
d) Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati.
e) Harta yang dizakati telah mencapai nishab atau senilai dengannya.
f) Harta yang dizakati adalah milik penuh.
g) Kepemilkan harta yang telah mencapai setahun, menurut hitungan tahun
qamariyah.
h) Harta tersebut bukan merupakan harta hasil utang.
i) Harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok.
2. Syarat-syarat sah pelaksanaan zakat
a) Niat.
b) Tamlik (memindahkan kepemilikan harta kepada menerimanya

C. Jenis Zakat
1. Zakat Fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan
Ramadan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok yang
ada di daerah bersangkutan.
Yang wajib dizakati
- Untuk dirinya sendiri; tua, muda, baik laki- laki maupun perempuan
- Orang-orang yang hidup dibawah tanggungannya
”Dari ibnu Umar ra,berkata ia: telah bersabda Rasulullah saw: Bayarlah zakat fithrah
orang –orang yang menjadi tanggunganmu.” (HR.Daruquthni dan Baihaqi)

Syarat-syarat wajib zakat fithrah :


 Islam
 Mempunyai kelebihan makanan untuk sehari semalam bagi seluruh keluarga pada
waktu terbenam matahari dari penghabisan bulan ramadhan
 Orang-orang yang bersangkutan hidup dikala matahari terbenam pada akhir bulan
Ramadhan
Untuk zakat fithrah dari seorang yang makanan pokoknya beras tidak boleh
dikeluarkan zakat dari jagung ,walaupun jagung termasuk makanan pokok tetapi,
jagung nilainya lebih rendah dari pada beras. Dilihat dari aspek dasar penentuan
kewajiban antara zakat fitrah dan zakat yang lain ada perbedaan yang sangat
mendasar. Zakat fitrah merupakan kewajiban yang bersumber pada keberadaan
pribadi-pribadi (badan), sementara zakat-zakat selain zakat fitrah adalah kewajiban
yang diperuntukkan karena keberadaan harta.
2. Zakat maal (harta)
Zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam jangka satu tahun sekali yang
sudah memenuhi nishab. Mencakup hasil ternak, emas & perak, pertanian (makanan
pokok), harta perniagaan, pertambangan, hasil kerja (profesi), harta temuan,. Masing-
masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.

D. Benda yang wajib di zakati


1. Binatang Ternak
Jenis binatang yang wajib dikeluarkan zakatnya hanya unta, sapi, kerbau, dan
kambing. Syarat bagi pemilik binatang yang wajib zakat tersebut adalah:
a) Islam
b) Merdeka. Seorang hamba tidak wajib berzakat.
c) Milik yang sempurna. Sesuatu yang belum sempurna dimiliki tidak wajib
dikeluarkan zakatnya.
d) Cukup satu nisab
e) Sampai 1 tahun lamanya dipunyai
f) Digembalakan di rumput yang mubah. Binatang yang diumpan (diambilkan
makananya) tidak wajib dizakati.

2. Emas dan Perak


Nishab emas adalah mitsqal atau sama dengan 93,4 gram, zakatnya 2,5%. Adapun
perak nishabnya adalah 200 dirham atau setara dengan 624 gram, zakatnya 2,5%. Jika
emas atau perak telah mencapai atau melebihi dari ukuran nishab dan haul (satu
tahun), berkewajibanlah bagi pemiliknya untuk mengeluarkan zakat. Demikian juga
jika kepemilikan benda itu berlebih, pemiliknya harus memperhitungkan berapa yang
harus dibayarkan. Misalnya, jumlah emas sebanyak 100 gram, maka perhitungannya
adalah 2,5% dikalikan dengan 100 gram= 2,5 gram. Jadi, zakatnya bukanlah potongan
atau bagian dari emas tersebut, melainkan nilai uang yang setara dengan jumlah emas
yang harus dikeluarkan.
Syarat- syarat wajib zakat emas dan perak sebagai berikut:
a. Milik orang Islam
b. Yang memiliki adalah orang yang merdeka
c. Milik penuh( dimiliki dan menjadi hak penuh )
d. Sampai nishabnya
e. Sampai satu tahun disimpan

3. Makanan Hasil Bumi


Hasil bumi yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu yang dapat dijadikan makanan
pokok seperti: padi, jagung, gandum, dan sebagainya. Sedangkan buah- buahan yang
wajib dikeluarkan zakatnya ialah: anggur, dan kurma.
Syarat-syarat wajib mengeluarkan zakat hasi bumi sebagai berikut:
a. Pemiliknya orang Islam
b. Pemiliknya orang Islam yang merdeka
c. Milik sendiri
d. Sampai nisabnya
e. Makanan itu ditanam oleh manusia
f. Makanan itu mengenyangkan dan tahan lama disimpan lama

4. Hasil Tambang
Hasil tambang berupa emas dan perak apabila telah sampai memenuhi nishab
sebagaimana nishab emas dan perak, maka harus dikeluarkan zakatnya seketika itu
juga, tidak perlu menuggu satu tahun. Zakat yang wajib dikeluarkan ialah 2,5%.
Barang rikaz itu umumnya berupa emas dan perak atau benda logam lainnya yang
berharga.
Tidak perlu persyaratan harus dimilki selama 1 tahun. Nishab zakat barang
tambang dan barang temuan, dengan nishab emas dan perak yakni 20 mitsqa l=96
gram untuk emas dan 200 dirham (672 gram ) untuk perak. Zakatnya masing-masin
2,5%.
5. Profesi
Zakat yang dikeluarkan dari oleh seorang karyawan atau buruh yang
penghasilan profesi atau karir bila telah mencapai nisab (minimal lebih dari 1 tahun)

E. Fungsi Zakat
1. Fungsi Zakat
a. Redistribusi pendapatan dan kekayaan
Dengan asumsi bahwa para muzakki adalah golongan yang bekerja sebagai
produsen, maka manfaat zakat oleh produsen akan dirasakan melalui tingkat
konsumsi yang terus terjaga, akibat zakat yang mereka bayarkan, dibelanjakan
oleh para mustahik untuk mengkonsumsi barang dan jasa dari produsen. Jadi
semakin tinggi tingkat zakat, semakin tinggi pula konsumsi yang dapat
mendorong perekonomian. Dan yang akhirnya akan mendorong para produsen
untuk terus berproduksi demi memenuhi kebutuhan para konsumennya.
b. Stabilisator Perekonomian
Zakat juga dapat berperan sebagai penstabil otomatis (automatic stabilizers).
Ketika perekonomian dalam masa ekspansi atau boom, kebutuhan untuk
mencairkan dana zakat akan berkurang atau dengan kata lain pencairan dana zakat
lebih sedikit karena pada masa itu lapangan kerja meningkat dan pendapatan
masyarakat juga meningkat, sehingga jumlah mustahik berkurang. Pada masa
ekspansi ini zakat berperan sebagai instrumen anti inflasi otomatis, karena
ekspansi ekonomi cenderung mendorong peningkatan pendapatan dan pada
gilirannya mendorong permintaan agregat dan inflasi.

Nishab adalah ukuran atau batas terendah yang telah ditetapkan oleh syar’i (agama)
untuk menjadi pedoman menentukan kewajiban mengeluarkan zakat bagi yang memilikinya,
jika telah sampai ukuran tersebut. Orang yang memiliki harta dan telah mencapai nishab atau
lebih, diwajibkan mengeluarkan zakat.
Syarat-syarat nishab adalah sebagai berikut:
1. Harta tersebut di luar kebutuhan yang harus dipenuhi seseorang, seperti makanan,
pakaian, tempat tinggal, kendaraan, dan alat yang dipergunakan untuk mata
pencaharian.
2. Harta yang akan dizakati telah berjalan selama satu tahun (haul) terhitung dari hari
kepemilikan nishab dengan dalil hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Tidak ada zakat atas harta, kecuali yang telah melampaui satu haul (satu tahun).”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh al AlBani) Dikecualikan dari hal
ini, yaitu zakat pertanian dan buah-buahan. Karena zakat pertanian dan buah-buahan
diambil ketika panen. Demikian juga zakat harta karun (rikaz) yang diambil ketika
menemukannya.
Misalnya, jika seorang muslim memiliki 35 ekor kambing, maka ia tidak diwajibkan
zakat karena nishab bagi kambing itu 40 ekor. Kemudian jika kambing-kambing tersebut
berkembang biak sehingga mencapai 40 ekor, maka kita mulai menghitung satu tahun setelah
sempurna nishab tersebut.
Dalam menghitung nishab terjadi perbedaan pendapat. Yaitu pada masalah, apakah
yang dilihat nishab selama setahun ataukah hanya dilihat pada awal dan akhir tahun saja?
Imam Nawawi berkata, “Menurut mazhab kami (Syafi’i), mazhab Malik, Ahmad, dan
jumhur, adalah disyaratkan pada harta yang wajib dikeluarkan zakatnya – dan (dalam
mengeluarkan zakatnya) berpedoman pada hitungan haul, seperti: emas, perak, dan binatang
ternak- keberadaan nishab pada semua haul (selama setahun). Sehingga, kalau nishab tersebut
berkurang pada satu ketika dari haul, maka terputuslah hitungan haul. Dan kalau sempurna
lagi setelah itu, maka dimulai perhitungannya lagi, ketika sempurna nishab tersebut.”
(Dinukil dari Sayyid Sabiq dari ucapannya dalam Fiqh as-Sunnah 1/468). Inilah pendapat
yang rajih (paling kuat -ed) insya Allah. Misalnya nishab tercapai pada bulan Muharram 1423
H, lalu bulan Rajab pada tahun itu ternyata hartanya berkurang dari nishabnya. Maka
terhapuslah perhitungan nishabnya. Kemudian pada bulan Ramadhan (pada tahun itu juga)
hartanya bertambah hingga mencapai nishab, maka dimulai lagi perhitungan pertama dari
bulan Ramadhan tersebut. Demikian seterusnya sampai mencapai satu tahun sempurna, lalu
dikeluarkannya zakatnya.

F. Orang-orang yang Berhak Menerima Zakat


1. Fakir yaitu orang yaang tidak mempunyai harta atau usaha yang dapat menjamin 50%
kebutuhan hidupnya untuk sehari-hari
2. Miskin yaitu orang yang mempunyai harta dan usaha yang dapat menghasilkanlebih
dari 50% untuk kebutuhan hidupnya tetapi tidak mencukupi
3. ’Amil yaitu panitia zakat yang dapat dipercayakan untukmengumpulkan dan
membagi-bagikannya kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan hukum Islam
4. Muallaf yaitu orang yang baru masuk Islam dan belum kuat imannya dan jiwanya
perlu dibina agar bertambah kuat imannya supaya dapat meneruskan imannya
5. Hamba sahaya yaitu yang mempunyai perjanjian akan dimerdekakan oleh tuan nya
dengan jalan menebus dirinya
6. Gharimin yaitu orang yang berhutang untuk sesuatu kepentingan yanng bukan
maksiat dan ia tidak sanggup untuk melunasinya
7. Sabilillah yaitu orang yang berjuang dengan suka rela untuk menegakkan agama
Allah
8. Musafir yaitu orang yang kekurangan perbekalan dalam perjalanan dengan maksud
baik, seperti menuntut ilmu, menyiarkan agama dan sebagainya.
G. Dampak Zakat
1. Dampak bagi Pemerintah
a. Pemerintah diberi kewenangan penuh, jadi pemerintah lebih leluasa dalam
penghimpunan maupun pendistribusian dana zakat
b. Kas anggaran pemerintah menjadi bertambah akibat dari himpunan dana zakat
c. Bargaining power yang dimiliki pemerintah membuat pendistribusian dana
zakat bisa lebih baik dan tertata
d. Meminimalisir penyimpangan yang terjadi akibat LAZ yang tak berbadan
hukum resmi
e. Bisa lebih preventif lagi dalam pemungutan pajaknya.
2. Dampak bagi Masyarakat
a. Pemerataan distribusi masyarakat bisa merata, antara daerah yang minus zakat
dan daerah yang surplus dana zakat
b. Zakat konsumtif yang biasanya dikelola oleh LAZ yang tradisional bisa
berkurang
c. Pemberdayaan masyarakat melalui zakat yang produktif dan terpusat
d. Masyarakat yang biasa mengumpulkan dana zakat secara tradisional menjadi
terkerdilkan dan dapat diancam dengan 1 tahun penjara dan denda sebesar 50
juta bila tanpa izin pejabat yang berwenang.
e. Dimungkinkan kurang terhimpunnya dengan baik dana zakat, karena terbatas
LAZ yang memiliki status non ormas islam
f. Penyelesaian Sengketa Zakat di Pengadilan Agama
3. Dampak bagi Perbankan Syariah
a. Dengan adanya persyaratan lembaga organisasi islam (berstatus hukum resmi)
tentu hal ini LAZ dan BAZNAS harus memiliki sistem keuangan islam juga,
tentunya menjadi pendapatan fee base income bagi bank syariah
b. Bertambahnya DPK bank syariah.
c. Bisa menambah angka market share dan asset bank syariah
d. Bank syariah bisa membuat gerai pembayaran zakat dengan sistem setor
maupun ATM (UPZ) Dana zakat yang begitu besar, bisa dikelola oleh bank
syariah untuk hal yang lebih produktif.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara bahasa zakat berarti tumbuh, bersih, berkembang dan berkah. Seorang
yang membayar zakat karena keimanannya niscaya akan memperoleh kebaikan yang
banyak. Allah berfirman disurat At-Taubah ayat 103, artinya: “Pungutlah zakat dari
sebagian kekayaan mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka”. Surat Al-Baqaraah 276, artinya: “Allah memusnahkan riba dan
mengembangkan sedekah”. Disebutkan dalam hadist Rasulullah saw yang diriwatkan
Bukhari dan Muslim, ada malaikat yang senantiasa berdo’a setiap pagi dan sore :
Artinya: “Ya Allah berilah orang berinfak gantinya”. Dan berkata yang lain: “Ya
Allah jadikanlah orang yang menahan infak kehancuran”. Sedangkan menurut
terminologi Syari’ah zakat berarti kewajiban atas harta atau kewajiban atas sejumlah
harta tertentu untuk kelompok tertentu dan dalam waktu tertentu. Keterangan definisi
: Kewajiban atas sejumlah harta tertentu, berarti zakat adalah kewajiban atas harta
yang bersifat mengikat dan bukan anjuran. Kewajiban tersebut terkena kepada setiap
muslim (baligh atau belum, berakal atau gila) ketika mereka memiliki sejumlah harta
yang sudah memenuhi batas nisabnya. Kelompok tertentu adalah mustakihin yang
terangkum dalam 8 asnhaf. Waktu untuk mengeluarkan zakat adalah ketika sudah
berlalu setahun (haul) untuk zakat emas, perak, perdagangan dll, ketika panen untuk
hasil tanaman, ketika memperolehnya untuk rikaz dan ketika bulan Ramadhan sampai
sebelum shalat ‘Iid untuk zakat fitrah.
Syarat wajib zakat yakni kefardhuannya, ialah sebagai berikut:
j) Merdeka.
k) Islam.
l) Baligh dan Berakal.
m) Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati.
n) Harta yang dizakati telah mencapai nishab atau senilai dengannya.
o) Harta yang dizakati adalah milik penuh.
p) Kepemilkan harta yang telah mencapai setahun, menurut hitungan tahun
qamariyah.
q) Harta tersebut bukan merupakan harta hasil utang.
r) Harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok.

Jenis Zakat:
1. Zakat Fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan
Ramadan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok yang
ada di daerah bersangkutan.
2. Zakat Maal
Zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam jangka satu tahun sekali yang
sudah memenuhi nishab. Mencakup hasil ternak, emas & perak, pertanian (makanan
pokok), harta perniagaan, pertambangan, hasil kerja (profesi), harta temuan,. Masing-
masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
Benda yang wajib dizakati
 Binatang Ternak
 Emas dan Perak
 Makanan dan Hasil Bumi
 Hasil tambang
 Profesi
Orang-orang yang berhak menerima zakat
1. Fakir yaitu orang yaang tidak mempunyai harta atau usaha yang dapat menjamin 50%
kebutuhan hidupnya untuk sehari-hari
2. Miskin yaitu orang yang mempunyai harta dan usaha yang dapat menghasilkanlebih
dari 50% untuk kebutuhan hidupnya tetapi tidak mencukupi
3. ’Amil yaitu panitia zakat yang dapat dipercayakan untukmengumpulkan dan
membagi-bagikannya kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan hukum Islam
4. Muallaf yaitu orang yang baru masuk Islam dan belum kuat imannya dan jiwanya
perlu dibina agar bertambah kuat imannya supaya dapat meneruskan imannya
5. Hamba sahaya yaitu yang mempunyai perjanjian akan dimerdekakan oleh tuan nya
dengan jalan menebus dirinya
6. Gharimin yaitu orang yang berhutang untuk sesuatu kepentingan yanng bukan
maksiat dan ia tidak sanggup untuk melunasinya
7. Sabilillah yaitu orang yang berjuang dengan suka rela untuk menegakkan agama
Allah
8. Musafir yaitu orang yang kekurangan perbekalan dalam perjalanan dengan maksud
baik, seperti menuntut ilmu, menyiarkan agama dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Rasyid, Sulaiman, FIQH, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2010.


http://www.islamnyamuslim.com/2013/03/harta-yang-wajib-dizakati.html
http://www.portalinfaq.org/g02x01_article_view.php?article_key=panduanzakat03
http://www.islamnyamuslim.com/2013/03/harta-yang-wajib-dizakati.html
http://www.portalinfaq.org/g02x01_article_view.php?article_key=panduanzakat03

http://shareeducation.wordpress.com/2012/10/25/perbedaan-uu-zakat-yang-lama-dengan-
yang-baru/

Anda mungkin juga menyukai