Disusun Oleh :
FAKULTAS SYARI’AH
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan berkah, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “INFAQ
DAN SHADAQAH”serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. yang telah membimbing kami dari jalan kegelapan menuju jalan yang
terang benderang yakni agama Islam.
Makalah ini memuat pendahuluan, pembahasan, penutup, dan daftar pustaka. Makalah
ini saya susun untuk memenuhi tugas mata kuliah”HUKUM PERDATA ISLAM
INDONESIA” semester V Jurusan Ilmu Falak dan Astronomi Islam Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Mataram.
Dengan menggunakan makalah ini semoga kegiatan belajar dalam memahami materi ini
dapat lebih menambah sumber-sumber pengetahuan. Kami sadar dalam penyusunan makalah
ini belum bisa dikatakan mencapai tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran tentu
Saya butuhkan. Mohon maaf apabila ada kesalahan cetak atau kutipan-kutipan yang kurang
berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Penulis
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan....................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Probelematika Infaq dan Shadaqoh di Indonesia......................................................................5
1. Infaq...........................................................................................................................................5
2. Shadaqah................................................................................................................................10
B. Dasar Hukum Infaq dan Shadaqoh..........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesejahteraan merupakan masalah umum dan juga tantangan bagi pembangunan
yang dihadapi oleh hampir semua negara, terutama di negara-negara berkembang. Bagi
Indonesia, kesejahteraan masysarakat merupakan masalah yang sangat pelik. Salah satu
faktor yang menyebabkan kurang sejahteranya masyarakat terutama di negara-negara
berkembang ialah krisis ekonomi dunia yang menyebabkan banyaknya tenaga kerja di PHK
dan model pembangunan yang mengikuti system ekonomi kapitalis yang nampak pada
penguasaan modal besar dalam perdagangan (Cholisoh, 2011).
Untuk meningkatkan kesejahteraan, dalam Islam sudah dijelaskan secara
jelas. Islam sebagai agama rahmah lil alamin yaitu mencakup ajaran-ajaran yang bersifat
manusiawi dan universal. Oleh karena itu Islam memiliki solusi atas masalah kesejahteraan.
Salah satu ajaran penting dalam Islam adalah adanya tuntuntan agar manusia berupaya
menjalani kehidupan secara seimbang antara dunia dan akhirat. Sebagai prasayarat
kesejahteraan hidup didunia adalah bagaimana sumber-sumber daya ekonomi dapat
dimanfaatkan secara maksimal dan merata dalam kerangka Islam. Islam memberikan
peluang besar bagi umatnya dalam mengantisipasi persoalah yang dihadapi dalam bidang
ekonomi. Ajaran Islam yang menjadi solusi atas permasalahan ini adalah infaq dan sedekah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Probelematika Infaq dan Shadaqoh di Indonesia.?
2. Apakah Dasar Hukum Infaq dan Shadaqoh.?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Probelematika Infaq dan Shadaqoh di Indonesia.
2. Untuk Mengetahui Dasar Hukum Infaq dan Shadaqoh.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Infaq
Infaq adalah pemberian atau sumbangan harta selain zakat untuk kebaikan.Infaq
berasal dari kata anafaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu harta untuk kepentingan
sesuatu. Menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan Islam. Jika zakat ada
nishabnya, infaq tidak mengenal nishab. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang yang
beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia sedang lapang
ataupun sempit. Sedangkan menurut Undang-undang No.23 Tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat dijelaskan bahwa infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang
atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum. Perintah mengenai infaq
tercantum dalam al-Qur’an surah al-Imron ayat 134.1
1
Didin Hafihuddin,Panduan Praktis tentang ZakaT Infaq dan sedekah (Jakarta:Gema Insani, 2002),
hlm. 14.
Infaq menurut pengertian umum adalah shorful mal ilah hajah (mengatur atau
mengeluarkan harta untuk memenuhi keperluan). Infaq dapat bermakna positif dan
negatif. Mengeluarkan harta untuk membiayayai kemaksiatan bahkan untuk memerangi
Islam termasuk infaq. Oleh karena itu ada infaq fi sabilillah dengan demikian infaq dapat
dikleuarkan oleh orang yang beriman baik yang berpenghasilan tinggi atau rendah dalam
keadaan lapang atau sempit.2
Oleh karena itu infaq berbeda dengan zakat, infaq tidak mengenal nisab atau jumlah
harta yang ditentukan secara hukum. Infaq tidak harus diberikan kepada mustahiq tertentu,
melainkan kepada siapapun misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin atau
orang yang sedang dalam perjalanan. Dengan demikian pengertian infaq adalah
pengeluaran suka rela menentukan jenis harta, berupa jumlah yang sebaiknya diserahkan.
Setiap kali ia memperoleh rezeki sebanyak yang ia kehendakinya. Dari definisi diatasdapat
disimpulkan bahwa infaq dapat diberikan kepada siapa saja artinya mengeluarkan harta
untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut istilah syariat infaq adalah mengeluarkan
sebagian harta yang diperintahkan dalam Islam untuk kepentingan umum dan juga bisa
diberikan kepada sahabat terdekat, kedua orang tua, dan kerabat terdekat lainnya. Terkait
dengan infaq ini Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari
Muslim ada malaikat ang senantiasa berdoa setiap pagi dan sore: “Ya Allah SWT berilah
orang yang berinfaq, gantinya. Dan berkata yang lain: Ya Allah jadikanlah orang yang
menahan infaq, kehancuran,”.3
a.Macam-Macam Infaq
Infaq secara hukum terbagi menjadi empat macam antara lain sebagai berikut:4
1. Infaq Mubah
Mengeluarkan harta untuk perkara mubah seperti berdagang, bercocok tanam.
2. Infaq Wajib
Aplikasi dari Infaq Wajib yaitu Mengeluarkan harta untuk perkara wajib seperti
2
Wahyu Ladzuni Kasanggi, Peran zakat infaq dan wakaf dalam pembedayaan ekonomi dhuafa,
(Semarang: UIN Walisongo 2017), hlm.12
3
Qurratul ‘Aini Wara, “Infaq Tidak Dapat Dikaterogikan Sebagai Pungutan Liar”, ZISWAF, Vol. 3
No. 1 Juni 2016. 43-45. Diakses pada 8 Juni 2021
4
Ana Nurwahidah, Manajemen Infaq Secara Sektoral dibaitul Maal Hidayatullah (BMH) Cabang
malang: MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari (2016), hlm. 7-8.
b) Menafkahi istri
3. Infaq Haram Mengeluarkan harta dengan tujuan yang diharamkan oleh Allah yaitu:
5
يل هَّللا ِ ۚ فَ َسيُ ْنفِقُونَهَا ثُ َّم تَ ُكونُ َعلَ ْي ِه ْم َح ْس َرةً ثُ َّم يُ ْغلَبُونَ ۗ َوالَّ ِذينَ َكفَرُوا ِإلَ ٰى َجهَنَّ َم يُحْ َشرُون ُ َِإنَّ الَّ ِذينَ َكفَرُوا يُ ْنفِقُونَ َأ ْم َوالَهُ ْم لِي
ِ صدُّوا ع َْن َس ِب
Yaitu mengeluarkan harta dengan niat sadaqah. Infaq tipe ini yaitu ada 2 (dua)
macam Sebagai berikut:
1. Penginfaq
Maksudnya yaitu orang yang berinfaq, penginfaq tersebut harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
5
QS. Al-Anfal 8:36
6
Abd Al-Rahman Al-Jazairi, Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahib Al-‘Arba’ah, (Bairut: Dar Al-Kutub Al-
Ilmiyah, 2003), Juz. II, 140.
1) Penginfaq memiliki apa yang diinfaqkan.
4) Penginfaq itu tidak dipaksa, sebab infaq itu akad yang mensyaratkan keridhaan
dalam keabsahannya.
2. Orang yang diberi infaq Maksudnya oarang yang diberi infaq oleh penginfaq, harus
memenuhi syarat sebagai berikut: 7
1) Benar-benar ada waktu diberi infaq. Bila benar-benar tidak ada, atau diperkirakan
adanya, misalnya dalam bentuk janin maka infaq tidak ada.
2) Dewasa atau baligh maksudnya apabila orang yang diberi infaq itu ada di waktu
pemberian infaq, akan tetapi ia masih kecil atau gila, maka infaq itu diambil oleh
walinya, pemeliharaannya, atau orang yang mendidiknya, sekalipun dia orang asing.
Maksudnya orang yang diberi infaq oleh penginfaq, harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1) Benar-benar ada.
3) Dapat dimiliki zatnya, yakni bahwa yang diinfaqkan adalah apa yang biasanya
dimiliki, diterima peredarannya, dan pemilikannya dapat berpindah tangan. Maka
tidak sah menginfaqkan air di sungai, ikan di laut, burung di udara.
7
Quratul ‘Aini Wara Astuti, Infaq Tidak Bis di Kategorikan Sebagai Pungutan Liar,(Ziwaf,Vol.3,No1
Juni 2016) hal.51
8
Ibid...hal.53
Infaq itu sah melalui ijab dan qabul, bagaimana pun bentuk ijab qabul yang
ditunjukkan oleh pemberian harta tanpa imbalan. Misalnya penginfaq berkata: Aku
infaqkan kepadamu; aku berikan kepadamu; atau yang serupa itu; sedang yang lain
berkata: Ya aku terima. Imam Malik dan Asy-Syafi’i berpendapat dipegangnya qabul di
dalam infaq. Orang-orang Hanafi berpendapat bahwa ijab saja sudah cukup, dan itulah
yang paling shahih. Sedangkan orang-orang Hambali berpendapat: Infaq itu sah dengan
pemberian yang menunjukkan kepadanya; karena Nabi SAW. Diberi dan memberikan
hadiah. Begitu pula dilakukan para sahabat. Serta tidak dinukil dari mereka bahwa
mereka mensyaratkan ijab qabul, dan yang serupa itu.9
1. Fakir
2. Miskin
3. Amil Infaq
4. Hamba sahaya
5. Orang yang mempunyai hutang
6. Muallaf
7. Fi Sabilillah
8. Ibnu Sabil
9. Sahabat atau Keluarga Terdekat
Sedangkan golongan yang tidak berhak menerima infaq adalah sebagai berikut:11
1. Orang Kaya
2. Orang Yang mampu bekerja
3. Orang kafir yang memerangi
4. Orang Murtad
5. Pembangunan tempat umum yang sudah megah
9
Ibid...hal. 54
10
Al Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat (Solo: Tiga Serangkai, 2008), 19.
11
Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, dan Sedekah ( Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), 15. 2
d. Mamfaat Infaq
Dalam menyalurkan Infaq terdapat beberapa manfaat yang akan peneliti paparkaan
sebagai berukut:12
1. Sarana Pembersih Jiwa Sebagaimana arti bahasa dari zakat adalah suci, maka
seseorang yang berzakat, pada hakekatnya meupakan bukti terhadap dunianya dari
upayanya untuk mensucikan diri;mensucikan diri dari sifat kikir, tamak dan dari
kecintaan yang sangat terhadap dunianya , juga mensucikan hartanya dari hak-hak
orang lain.
2. Realisasi Kepedulian Sosial Salah satu esensial dalam Islam yang ditekankan untuk
ditegakkan adalah hidupnya suasana takaful dan tadhomun (rasa sepenanggungan)
dan hal tersebut akan bisa direalisasian dengan infaq. Jika shalat berfungsi Pembina
ke khusu'an terhadap Allah, maka infaq berfungsi sebagai Pembinakelembutan hati
seseorang terhadap sesama.
3. Sarana Untuk Meraih Pertolongan Sosial Allah SWT hanya akan memberikan
pertolongan kepada hambaNya, manakala hambanya-Nya mematuhi ajarannya dan
diantara ajaran Allah yang harus ditaati adalah menunaikan infaq.
5. Salah Satu Aksiomatika Dalam Islam Infaq adalah salah satu rukun Islam yang
diketahui oleh setiap muslim, sebagaimana mereka mengetahui shalat dan rukun-
rukun Islam lainnya.
2. Shadaqah
Shadaqah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar, dalam konsep ini shodaqoh
merupakan wujud dari keimanan dan ketaqwaan seseorang. Artinya, orang yang suka
bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya.13
Dalam istilah syariat Islam shodaqoh sama dengan pengertian infaq termasuk juga
hukum dan ketentuannya. Sisi perbedaan hanya terletak pada bendanya, artinya infaq
berkaitan dengan materi sedangkan shodaqoh berkaitan dengan materi dan non materi baik
dalam bentuk pemberian benda atau uang, tenaga atau jasa, menahan diri untuk tidak
berbuat kejahatan, mengucapkan takbir, tahmid bahkan yang paling sederhana adalah
tersenyum kepada orang lain dengan ikhlas. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
12
Ana Nurwahidah, Manajemen Infaq Secara Sektoral dibaitul Maal Hidayatullah (BMH) Cabang
malang: MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari (2016), hlm. 7-
13
Amiruddin Inoed, dkk, Anatomi Fiqh Zakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2005), hal.16
shodaqoh adalah keseluruhan amal kebaikan yang dilakukan umat muslim untuk
menciptakan kesejahteraan umat manusia, termasuk untuk kelestarian lingkungan hidup
dan alam semesta ciptaan ilahi guna memperoleh hiayah dan ridho dari Allah SWT.
4. Akad sedekah.
Orang-orang yang bersedekah harus memenuhi syarat, yaitu beragama Islam, telah
dewasa, sehat akalnya serta oleh hukum tidak terhalang untuk melakukan perbuatan
hukum, atas kehendak sendiri tanpa adanya paksaan, dan pemilik benda yang
disedekahkan. Benda sedekah bisa berupa benda bergerak maupun tidak bergerak, benda
materiil maupun immateriil, disyaratkan harus merupakan benda milik yang terbebas dari
segala bentuk pembebasan, ikatan, sitaan dan sengketa, di samping itu benda sedekah
bukan benda haram atau yang diperoleh secara ilegal.16
Orang-orang atau Lembaga Sosial atau sasaran yang berhak untuk memperoleh
benda sedekah disyaratkan: harus ahlul khair wal muruat, dan sangat membutuhkan
bantuan. Orang-orang atau pengurus Lembaga Sosial Islam yang berhak sedekah, harus
mengikrarkan akad sedekahnya kepada mutashaddaq 'alaihi, baik secara lisan maupun
14
Saifuddin Amin, Optimalisasi Dana ZIS pada LAZISNU KecamatanAmpelKabupatenBoyolali.
AzZarqa’, Vol. 11, No. 2, Desember 2019.
15
16
tertulis. Apabila unsur-unsur sedekah tersebut kurang, maka harus dinyatakan batal demi
hukum dan dianggap tidak pernah terjadi sedekah. Sebaliknya jika terdapat cacat hukum
pada syarat-syarat yang melekat pada sedekah tersebut, maka sedekah harus dinyatakan
tidak sah secara hukum.
a. Badan Amil Zakat, Infak/Sedekah (BAZIS) yang diberi amanah oleh umat
(mutashaddiq) untuk menerima, mengelola dan menyalurkan benda-benda zakat,
infak/sedekah, tetapi ternyata menyalahgunakannya untuk kepentingan pribadi dengan
cara korupsi, manipulasi dan lain-lain.
b. Penyaluran ZTS yang tidak merata dan tidak adil, umpamanya 'amilin atau pengurus
ZIS yang dalam penyalurannya hanya kepada orang-orang tertentu yang ada hubungan
keluarga dengan amilin, karena nepotisme, atau hanya tersalur kepada pihak-pihak
tertentu saja karena kolusi.
c. Panitia atau pengurus yayasan yang menyalahgunakan dana sedekah tersebut untuk
kepentingan pribadinya dan lain-lain.
17
A. Dasar Hukum Infaq dan Shadaqoh
Sedangkan dalam ayat yang berbeda, dasar hukum infaq juga disebutkan dalam al
Qur‘an Surat Ali Imran ayat 134, yang menyebutkan :
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
18
19
Bagian keempat tentang Pengelolaan Infak, Sedekah, dan Dana Sosial Keagamaan
Lainnya Pasal 2820
(1) Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak, sedekah,
dan dana sosial keagamaan lainnya.
(2) Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan syariat Islam
dan dilakukan sesuai dengan peruntukkan yang diikrarkan oleh pemberi.
(3) Pengelolaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya harus dicatat dalam
pembukuan tersendiri.
Shadaqah hukumnya sunah dengan dalil ayat Al-Qur‟an dan hadits, yaitu mustahab
(dianjurkan) menyerahkan dengan cara dirahasiakan, boleh diumumkan asal tidak disertai
dengan riya‟ atau yang sejenisnya yang akan merusak nilai shadaqah. Satu-satunya boleh
mengumumkan shadaqah adalah untuk tahadduts binni’mah (motivasi, inspirasi) bagi orang
lain.21
Adapun dalil yang menunjukkan tentang anjuran shadaqah, sebagai berikut: a. Al-
Qur‟an ٍ االع َ ه ُّ َأ ي َ اَي ْ الُ‚‚و َ ق ِ و ْ لَي َ ا
ْ َ ة َ ْج ُّمز ٍ ة َ َضع ِ ب ِ ب َ َن ْ ِجء َ و ُّ ضر اال ُّ َ لَن ْ َأى َ او َ َ َّسن م ُ ز ْ ِزي
إ َ ن ْ لَي َ د ْق ع َّ َ َص ت َ و َ ْل االْ َكي َ ِف لَن ْ َأو َ ف, ع ْ لُو َ َخ لََّماد َ ف ْ َي ِ ق َ ّ ِد َص ت ُ ِزى ْالم ْ َي َ ن هلال َّ ِ آ22
Artinya “Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata: “Hai al Aziz,
Kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan Kami datang membawa barang-
barang yang tak berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk Kami, dan bershadaqahlah
kepada Kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bershadaqah
20
21
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu (Puasa, I’tikaf, Zakat, Haji dan Umrah) (Jakarta: Gema Insani,
2010), III: 389.
22
Q.S. Yusuf (12): 88.
23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2005), 246.
Artinya “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu
sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui”.24
b. As Sunnah
Artinya “Barang siapa yang bershadaqah seharga biji kurma dari usaha yang baik –
Allah juga tidak menerima amal selain yang baik – maka Allah akan menerima shadaqah itu
dengan tangan kananNya, lalu menyerahkannya kepada pelakunya seperti salah seorang
kalian menyerahkan mas kawinnya hingga shadaqah itu seumpama gunung”. 25
ْ تط ِ ف ُ َ ئ ا ْل ِْط ي َ ئ َ َك ة َ م ُ ا
َّ يط ِ ف ُ ئ الْ َ م َ اء
َ الن َ ار } رواه ابو يعلى ْ { ص ا َّ ل َ ُ َة ُ دقArtinya “Shadaqah itu
26
memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api”.
24
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 47
25
Yusuf Qardhawi, Shadaqah Cara Islam Mengentaskan Kemiskinan, terj. Dadang Sobar (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), 177.
26
bid.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dapat disimpikan bahwa infaq dan shadakoh adalah bentuk amalan yang dapat kita
lakukan untuk membantu sesame manusia adalah salah satunya infaq dan
shadakoh.infaq berasal dari kata Bahasa arab ,anfaqa-yunfiqu,yang artinya yaitu
membelanjakan atsu membiayai.sedangkan shadakoh ,yang berarti benar,dalam arti
benar beriman kepada allah, perbedaan keduanya bisa dilihat dari hukumnya yakni
jika dilihat dari segi hukum, infaq dibagi menjadi mubah,wajib,haram,dan sunah.
Sedangkan sedekah adalah Sunnah muakad. Manfaat keduanya ketika kita
melakukan infaq dan sedekah justru allah akan melipat gandakan berupa pahala
untuk kita dan tidak akan mengurangi apa yang telah kita keluarkan.
Macam-macam infaq
Infaq Mubah
Infaq Wajib
Infaq Haram
Infaq Sunnah
Adapun manfaat infaq,Sarana Pembersih Jiwa Sebagaimana arti
bahasa dari zakat adalah suci, maka seseorang yang berzakat, pada
hakekatnya meupakan bukti terhadap dunianya dari upayanya untuk
mensucikan diri;mensucikan diri dari sifat kikir, tamak dan dari
kecintaan yang sangat terhadap dunianya , juga mensucikan hartanya
dari hak-hak orang lain
Adapun dasar hukum infaq telah banyak dijelaskan antara lain dalam
al-Qur‘an Surat al Isra‘ ayat 100 : 27
27
“Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-
perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut
membelanjakannya". Dan adalah manusia itu sangat
Adapun dalil yang menunjukkan tentang anjuran shadaqah, sebagai
berikut: a. Al-Qur‟an
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan ini meskipun penulisan ini jauh
dari sempurna munimal para pembaca dapat mengimplementasikan tulisan ini. Selain itu,
makalah ini masih banyak memiliki kesalahan dari segi pnulisan, sumber materi, dan lainnya,
karena penulis juga merupakan manusia yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al
insanu minal khotto’ wan nisyan”, dan juga kami butuh saran serta kritik agar bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.
28
Q.S. Yusuf (12): 88.
DAFTAR PUSTAKA