Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

Dosen: Ahmad Nasir, S.Pd.I.., M..Pd.I

Di susun oleh :

ANDINI PUTRI ANGGRAENI RUMORO (105121101120)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum. Wr. wb…

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya sehinggah saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH”

ini tepat pada waktunya.

Sebelumnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ahmad Nasir, S.Pd.I.,
M..Pd.I selaku dosen mata kuliah “AIK III” yang telah memberikan tugas makalah ini, sehingga
dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca maupun bagi saya penulis.

Semoga makalah sederhana ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca maupun bagi saya sebagai
pembuat makalah ini. Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan dimasa yang akan datang.

 Makassar 28 Oktober 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umat Islam adalah umat yang mulia, umat yang dipilih Allah untuk mengemban risalah,
agar mereka menjadi saksi atas segala umat. Tugas ummat Islam adalah mewujudkan
kehidupan yang adil, makmur, tentram dan sejahtera dimanapun mereka berada. Karena itu
umat Islam seharusnya menjadi rahmat bagi sekalian alam.
Bahwa kenyataan bahwa umat Islam kini jauh dari kondisi ideal. adalah akibat belum
mampu mengubah apa yang dianugerahkan Allah pada umat Islam belum dikembangkan
secara optimal. Padahal ummat Islam memiliki banyak intelektual dan ulama, disamping
potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah. Jika seluruh potensi itu
dikembangkan secara seksama. tentu diperoroleh hasil yang optimal. Pada saat yang sama ,
jika kemandirian, kesadaran beragama dan ukhuwah Islamiyah kaum muslimin juga makin
meningkat maka pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan makin dapat
dipersempit.
Salah satu sisi ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah penanggulangan
kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dana pendayagunaan infaq dan
shadaqah dalam arti yang seluas-luasnya. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah
SAW serta penerusnya dizaman-zaman Islam. Berkenaan dengan latar belakang diatas, maka
pada kesempatan ini kami akan menyampaikan beberapa permasalahan berkenaan dengan
infaq dan shadaqah yang akan kami bahas pada bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu infaq shadaqah dan zakat?
2. Apa Rukun infaq shadaqah dan zakat?
3. Apa perbedaan infaq shadaqah dan zakat?
4. Apa hikmah infaq shadaqah dan zakat?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud infaq shadaqah dan zakat?

2. Untuk mengetahui rukun infaq shadaqah dan zakat?

3. Untuk mengetahui perbedaan infaq shadaqah dan zakat?

4. Untuk mengetahui hikmah infaq shadaqah dan zakat?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Infaq Shadaqah dan Zakat

1. Pengertian Infaq
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu untuk kepentingan
sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta
atau pendapatan / penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.

Infaq adalah mengeluarkan harta dengan suka rela yang di lakukan seseorang. Allah
memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa jumlah yang
sebaiknya diserahkan, setiap kali ia memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya.

Ada pula pendapat yang mengatakan, secara bahasa Infaq bermakna: keterputusan dan
kelenyapan, dari sisi leksikal infaq bermakna: mengorbankan harta dan semacamnya dalam hal
kebaikan. Dengan demikian, kalau kedua makna ini di gabungkan maka dapat dipahami bahwa
harta yang dikorbankan atau didermakan pada kebaikan itulah yang mengalami keterputusan
atau lenyap dari kepemilikan orang yang mengorbankannya.

Menurut istilahnya, infaq berarti :

“Mengeluarkan harta yang thayib (baik) dalam ketaatan atau hal-hal yang dibolehkan”.

Infaq juga di artikan pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang, setiap kali ia
memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya. Selanjutnya yang dimaksud dengan
mengeluarkan atau membelanjakan harta. Tentunya, hal ini berbeda dari pemahaman-
pemahaman masyarakat terhadap pengertian infaq. Hal ini dikarenakan pengertian infaq secara
etimologi yang berasal dari kata Arab masih sangatlah umum, apakah yang dimaksud
mengeluarkan atau membelanjakan harta dalam hal kepeluan diri sendiri atau untuk kepentingan
umum.

a. Membelanjakan Harta

Al-Anfal ayat 63 :

Artinya : “Walaupun kamu membelanjakan semua yang berada di bumi, niscaya kamu
tidak dapat mempersatukan hati mereka”.

Oleh karena itu, infaq dalam arti membelanjakan harta bukan untuk keperluan diri
sendiri, akan tetapi untuk keperluan bersama.

b. Memberi Nafkah
Kata infaq ini juga berlaku ketika seorang suami membiayai belanja keluarga
atau rumah tangganya. Dan istilah baku dalam bahasa Indonesia sering disebut
dengan nafkah. Kata nafkah tidak lain adalah bentukan dari kata infaq. Dan hal ini
juga disebutkan di dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 34 :
Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain, dan karena
mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
Berdasarkan pengertian di atas, maka setiap pengorbanan (pembelanjaan) harta
dan semacamnya pada kebaikan disebut al-infaq. Dalam infaq tidak di tetapkan
bentuk dan waktunya, demikian pula dengan besar atau kecil jumlahnya. Tetapi infaq
biasanya identik dengan harta atau sesuatu yang memiliki nilai barang yang
dikorbankan. Infaq adalah jenis kebaikan yang bersifat umum, berbeda dengan zakat.
Jika seseorang ber-infaq, maka kebaikan akan kembali pada dirinya, tetapi jika ia
tidak melakukan hal itu, maka tidak akan jatuh kepada dosa, sebagaimana orang yang
telah memenuhi syarat untuk berzakat, tetapi ia tidak melaksanakannya
.

2. Pengertian Shadaqah

Secara etimologi, kata shodaqoh berasal dari bahasa Arab ash- shadaqah. Pada awal
pertumbuhan Islam, shodaqoh diartikan dengan pemberian yang disunahkan (sedekah sunah).
Sedangkan secara terminologi shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena
mengharapkan pahala dari Allah Swt.

Shodaqoh lebih utama apabila diberikan pada hari-hari mulia, seperti pada hari raya idul
adha atau idul fitri. Juga yang paling utama apabila diberikan pada-pada tempat-tempat yang
mulia, seperti di Mekkah dan Madinah.

Shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan,
ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa disertai imbalan. Shadaqah atau
yang dalam bahasa Indonesia sering dituliskan dengan sedekah memiliki makna yang lebih luas
lagi dari zakat dan infaq.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Mas’ud Al-Badri berkata, Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya seorang muslim itu apabila memberikan nafkah kepada keluarganya
dan dia mengharapkan pahala darinya, maka nafkahnya itu sebagai sedekah”.

Sedekah dalam bahasa Arab disebut shadaqoh berarti suatu pemberian yang diberikan
oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu
dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai
kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di
atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu'(sedekah secara spontan dan
sukarela).

Shadaqah juga di artikan:

“Sesuatu yang diberikan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala”.

Shadaqah dapat dimaknai dengan satu tindakan yang dilakukan karena membenarkan
adanya pahala / balasan dari Allah SWT. Sehingga shadaqah dapat kita maknai dengan segala
bentuk / macam kebaikan yang dilakukan oleh seseorang karena membenarkan adanya pahala /
balasan dari Allah SWT. Shadaqah dapat berbentuk harta seperti zakat atau infaq, tetapi dapat
pula sesuatu hal yang tidak berbentuk harta. Misalnya seperti senyum, membantu kesulitan orang
lain, menyingkirkan rintangan di jalan, dan berbagai macam kebaikan lainnya.

Seperti halnya infaq, dalam shadaqah tidak di tetapkan bentuknya, bisa berupa barang,
harta maupun satu sikap yang baik. Jika ia berupa harta atau barang, maka shadaqah tidak di
tetapkan waktunya, dan jumlahnya.

Shadaqah adalah jenis kebaikan yang sifatnya lebih luas dari zakat dan infaq, maka
seringkali kita menemukan kata shadaqah ini di artikan dengan zakat atau dengan infaq. Dan
shadaqah seringkali juga di gunakan untuk ungkapan kejujuran seseorang pada agama /
keimanan seseorang. Ketika seseorang ber- shadaqah maka ia akan mendapatkan balasan dari
apa yang ia lakukan, tetapi jika ia tidak melakukan hal ini, maka ia tidak berdosa seperti ia tidak
membayar zakat hanya saja ia kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pahala.

Shadaqah ialah segala bentuk nilai kebajikan yang tidak terikat oleh jumlah, waktu dan
juga yang tidak terbatas pada materi tetapi juga dapat dalam bentuk non materi, misalnya
menyingkirkan rintangan di jalan, menuntun orang yang buta, memberikan senyuman dan wajah
yang manis kepada saudaranya dsb. Dan shadaqah adalah ungkapan kejujuran (shiddiq) iman
seseorang.

3. Pengertian Zakat

Zakat berasal dari bahasa Arab yang artinya menyucikan. Zakat adalah bentuk sedekah
kepada umat islam. Zakat diperlakukan dalam islam sebagai kewajiban atau seperti pajak. Di
dalam rukun Islam, berzakat ada di urutan ketiga, setelah sholat. Meskipun zakat diwajibkan bagi
umat islam, tidak semua orang bisa berzakat. Ada beberapa syarat untuk berzakat, misalnya
memiliki harta yang cukup atau tidak kekurangan.

Zakat adalah sebuah praktik ibadah di mana orang Islam memberikan 2,5% dari hartanya
untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan. Saat ini, di sebagian besar negara yang
bermayoritas umat Islam, memberikan zakat bersifat sukarela, namun ada juga beberapa negara
yang zakat nya diurus juga oleh pemerintah. Di negara seperti Inggris misalnya, orang-orang
Islam di sana membayarkan zakat dengan memberikannya langsung ke badan amal.

Dalam pandangan Islam, memberikan hartanya kepada orang lain yang membutuhkan
bisa mensucikan jiwa mereka dan juga sebagai pengingat bahwa harta itu bukanlah milik
mereka, namun milik Allah SWT yang dititipkan kepada mereka. Umat Islam percaya bahwa
semakin banyak memberi maka Allah SWT akan memberikan nya berkali-kali lipat di akhirat.

B. Rukun dan Syarat Infaq Shadaqah dan Zakat

1.Rukun dan Syarat Infaq


Rukun infaq ada empat, yaitu :
a. Pemberi infaq ( muwafiq)
b. Penerima infaq ( muwafiq Lahu )
c. Barang yang diinfaqkan .
d. Penyerahan ( Ijab Qabul )
Infaq dapat dianggap syah apabila pemberian itu sudah mengalami proses serah terima.
Jika Infaq itu baru diucapkan dan belum terjadi serah terima maka yang demikian itu
belum termasuk Infaq. Jika barang yang dihibahkan itu telah diterima maka yang
menghibahkan tidak boleh meminta kembali kecuali orang yang memberi itu orang
tuanya sendiri (ayah/ibu) kepada anaknya.

Syarat menurut ulama Hanabilah ada 11 :

 Infaq dari harta yang boleh di tasharrufkan


 Terpilih dan sungguh-sungguh
 Harta yang diperjualbelikan
 Tanpa adanya pengganti
 Orang yang sah memilikinya
 Sah menerimanya
 Walinya sebelum pemberi dipandang cukup waktu
 Menyempurnakan pemberian
 Tidak disertai syarat waktu
 Pemberi sudah dipandang mampu tasharruf (merdeka, dan mukallaf)
 Mauhub harus berupa harta yang khusus untuk dikeluarkan.

Syarat-syarat barang yang di infaqkan adalah :

 Barang yang di infaq itu jelas terlihat wujudnya,


 Barang yang di hibahkan adalah barang yang memiliki nilai atau
harga.
 Barang yang di hibahkan itu adalah betul-betul milik orang yang
memberikan hibah dan berpindah status pemiliknya dari tangan
pemberi hibah ke tangan penerima hibah

2.Rukun dan Syarat Shadaqah

Rukun shadaqah dan syaratnya masing-masing adalah sebagai berikut :

1. Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan berhak untuk
mentasharrufkan ( memperedarkannya )
2. Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan demikian tidak syah memberi
kepada.anak yang masih dalam kandungan ibunya atau memberi kepada binatang, karena
keduanya tidak berhak memiliki sesuatu.

3. Ijab dan qabul, ijab ialah pernyataan pemberian dari orang yang memberi sedangkan
qabul ialah pernyataan penerimaan dari orang yang menerima pemberian.

4. Barang yang diberikan, syaratnya barang yang dapat dijual.

Bershadaqah haruslah dengan niat yang ikhlas, jangan ada niat ingin dipuji (riya)
atau dianggap dermawan, dan jangan menyebut-nyebut shadaqah yang sudah
dikeluarkan, apalagi menyakiti hati si penerima. Sebab yang demikian itu dapat
menghapuskan pahala shadaqah. Allah berfirman dalam surat AI Baqarah ayat 264:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan


(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),
seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia
bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. AI
Baqarah : 264)

Orang yang memberikan shadaqah atau hadiah itu sehat akalnya dan tidak
dibawah perwalian orang lain. Hadiah orang gila, anak-anak dan orang yang kurang sehat
jiwanya (seperti pemboros) tidak sah shadaqah dan hadiahnya. Penerima haruslah orang
yang benar-benar memerlukan karena keadaannya yang terlantar. Penerima shadaqah
atau hadiah haruslah orang yang berhak memiliki, jadi shadaqah atau hadiah kepada anak
yang masih dalam kandungan tidak sah. Barang yang dishadaqahkan atau dihadiahkan
harus bermanfaat bagi penerimanya

3.Rukun dan Syarat Zakat


Rukun zakat adalah, Syarat dan rukun zakat berkaitan dengan pihak yang akan mengeluarkan
zakat (muzakki), pihak yang diberi zakat (mustahiq), serta objek zakat (uang atau barang yang
akan dijadikan zakat).

Muslim dan Merdeka

Perintah berzakat hanya diserukan kepada kaum muslim yang merdeka (bukan budak atau hamba
sahaya).

Mencapai Nisab

Nisab artinya batas minimal harta yang dimiliki seseorang untuk berzakat. Artinya, seorang
muslim tidak diwajibkan berzakat jika seluruh harta miliknya belum memenuhi syarat satu nisab.
Ukuran nisab berbeda tergantung jenis harta yang dimiliknya. Misalnya nisab kambing adalah 40
ekor, nisab emas adalah 85 gram emas murni, nisab pertanian sebesar 5 wasq (setara 750 kg),
dan sebagainya.

Memenuhi Haul

Selain nisab, zakat juga hanya berlaku jika harta yang dimiliki sudah memenuhi haul (masa
kepemilikan satu tahun). Jadi, meski kalau kamu punya emas sebanyak apa pun jika belum
memenuhi haul, maka tidak ada kewajiban untuk berzakat.Syarat haul gugur jika objek zakatnya
adalah hasil pertanian. Jika hasil panen sudah memenuhi nisab, maka kewajiban berzakat sudah
ada.

Milik Penuh

Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah harta yang dimiliki secara penuh, berada dalam
kontrol si pemilik, serta tidak ada hak orang lain di dalamnya. Jenis harta yang statusnya masih
utang (atau tersangkut utang) juga tidak perlu dizakati.
Harta pribadi bisa berupa hasil perdagangan, warisan, hadiah, atau pemberian negara. Zakat tidak
sah jika hartanya diperoleh dengan cara yang tidak baik, seperti korupsi, mencuri, atau
merampok.
Melebihi Kebutuhan Pokok

Seorang muslim tidak diharuskan mengeluarkan zakat jika dirinya masih kesulitan memenuhi
kebutuhan pokok. Zakat baru wajib hukumnya jika jumlah harta yang kamu miliki sudah cukup
(atau lebih) dari kebutuhan sehari-hari.

Penyerahan Kepemilikan

Rukun zakat selanjutnya yang wajib dipenuhi adalah penyerahan kepemilikan, dalam hal ini
penyerahan zakat dari muzakki kepada mustahiq. Syarat ini berlaku untuk semua jenis zakat.
Penyerahan zakat bisa diwakilkan melalui amil (orang atau lembaga yang bertugas memungut
zakat).

Niat Bayar Zakat

Sebagaimana ibadah lain, Niat adalah rukun utama sahnya zakat. Bacaan niat berzakat berbeda
tergantung jenis zakat yang akan ditunaikan. Namun, intinya tetap sama, yakni mengharap
keridhaan dari Allah SWT.

C.Perbedaan Infaq Shadaqah dan Zakat

Perbedaan zakat infaq dan sedeqah yang mendasar terletak pada sifat hukumnya,yaitu
zakat hukumnya wajib atau fardhu ‘ain, infak hukumnya fardhu khifayah, dan sedekah
hukumnya sunnah, Seperti zakat ditentukan nasibnya sedangkan infak dan sedekah tidak
memiliki nisab.

D.Hikmah infaq shadaqah dan zakat

1. Hikmah Berinfaq

Adapun hikmah Infaq bagi seorang muslim antara lain:

Infaq merupakan bagian dari keimanan dari seorang muslim. Orang yang enggan berinfaq
adalah orang yang menjatuhkan diri dalam kebinasaan. Di dalam ibadah terkandung hikmah dan
manfaat besar.
Hikmah dan manfaat infaq adalah sebagai realisasi iman kepada Allah, merupakan
sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang dibutuhkan umat Islam,
menolong dan membantu kaum du’afa. Kaum Du’afa Adalah sebuah kelompok manusia yang
dianggap lemah atau mereka yang tertindas.

Sabda Nabi Muhammad SAW. :

“Saling hadiah-menghadiahkankamu,karena dapat menghilangkan tipu daya dan


kedengkian” (HR. Abu Ya’la).

“Hendaklah kamu saling memberi hadiah, karena ia akan mewariskan kecintaan dan
menghilangkan kedengkian-kedengkian” (HR. Dailami).

Adapun dalil yang menguatkan adalah QS. Ali-Imran: 38

Artinya: “Zakaria berkata, ‘Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang
baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa."

2. Hikmah Shadaqah

 Menumbuhkan ukhuwah Islamiyah


 Dapat menghindarkan dari berbagai bencana
 Akan dicintai Allah SWT

3.Hikmah Zakat

 Menyucikan jiwa manusia dari sifat keji, kikir, pelit, rakus, dan tamak.

 Memberikan pertolongan bagi orang-orang fakir miskin yang sangat memerlukan


bantuan. Seperti firman Allah Swt dalam surah Al-Maidah ayat 2 :
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”19

Ada sebuah do’a yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang isinya: Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot wa
hubbal masaakiin … (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan
kebaikan dan meninggalkan kemungkaran serta aku memohon pada-Mu sifat mencintai
orang miskin). Dari do’a ini saja menunjukkan keutamaan seorang muslim mencintai
orang miskin.

 Mendorong orang untuk bekerja keras agar mampu memberikan zakat pada orang yang
membutuhkan, serta kepedulian orang kaya terhadap orang miskin.20 Dalam firman Allah
SWT surah al-Hasyr ayat 7:“Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya
saja di antara kamu. “21

 Merupakan perwujudan syukur atas harta yang dititipkan kepada seseorang.Allah SWT.
memberikan nikmat kepada kita adalah untuk menguji apakah kita bersyukur atau tidak,
jika kita bersyukur maka Allah akan melipatgandakannya, sebaliknya, jika kita
mengkufurinya maka sesungguhnya siksaan pedih yang akan kita dapatkan.Allah SWT.
berfirman: "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim:
7).Diantara nikmat Allah yang terbesar adalah nikmat kesehatan dan kekayaan sebagai
modal beribadah kepada Allah SWT.

 Menghilanghkan sifat kebakhilan atau kekikiran dengan perwujudan zakat. Sebagaimana


hadits Rasulullah Saw :Dari Anas bin Malik ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan,
kemalasan, sifat pengecut, pikun, bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur
dan fitnah hidup dan mati.” (HR. Muslim).
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan.

 Manusia adalah makhluk soisal,hal ini
disadari benar oleh Islam karenanya Islamsanga mencela individualistis dan sebailiknya sangat 
menekankan pembinaan dansemangat ukhuwah (kolektivisme), bahkan semanat ukuhuwah meru
apkan salah satu risalah islam yan sangat menonjol.Kita bisa
melihat betapa seriusnya Islam memperhatikan masalah pembinaan
ukhuwah ini didalam ajarannya, diantaranya
adalah zakat, infaq shadaqah.ZIS mengajarkan kepada kita satu hal yang sangat esensial, yaitu ba
hwa Islam mengakui hak pribadi setiap anggota masyarakat, tetapi juga menetapkan bahwa
didalam kepemilikan pribadi itu terdapat tanggung jawab social atau dalam kata lain bahwa Isla
m dengan ajarannya sangat menjaga keseimbangannya antara maslahat pribadi dan maslahat soci
al.Zakat, sifatnya wajib dan adanya ketentuannya/batasan jumlah harta yang harus zakatdan siap
a yang boleh menerima.Infaq, sumbangan sukarela atau seikhlasnya (materi).Shadaqah, lebih lua
s dari infaq, karena yang dsedekahkan tidak terbatas pada materi saja

2. Saran.

Dalam makalah kami ini, masih banyak hal yang harus diperbaiki dan dikoreksi,materi-materi ya
ng disajikan masih belum lengkap.Untuk itu kami sangat mengharapkan kontribusi positif untuk
kemajuan kita bersama,karna kami tidak menuggu sempurna untuk melakukan sesuatu,tapi kami
melakukan sesuatu untuk menuju kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

Hafidhuddin, Didin. 1998. Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq Dan Shadaqah. Jakarta:
Gema Insani. Haroen Nasrun. 2000. Fiqh Muamalah. cet ke-1. Jakarta: Radar Jaya Pratama.
Muhammad Noor, dkk., 1996. al-Qur’an al-Karim dan Terjemahnya. Semarang: CV. Toha
Putra. Mujieb, M. Abdul, dkk., 1994. Kamus Istilah Fiqih. Jakarta: PT. Pustaka Firdaus.
Sayyid Sabiq. 2012. Fiqih Sunnah. jilid 2, Bandung: Madina Adipustaka. Syafe’i, Rachmat.
2006. Fiqh Muamalah, cet.3. Bandung : Pustaka Setia. Yunus, Mahmud. 1936. Al Fiqhul
Wadhih Juz II. Padang: Maktabah As Sa’diyah Putra. Yunus, Mahmud, Al Fiqhul Wadhih
Juz II, Maktabah As Sa’diyah Putra, Padang, 1936. M. Abdul Mujieb, dkk., Kamus Istilah
Fiqih, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994). Haroen Nasrun, Fiqih Muamalah, (Jakarta,
PT:Gaya Media pratama, 2000). Syafei Rachmat, Fiqih Muamalah, (Bandung, CV: Pustaka
Setia), 2006. Yunus, Mahmud, Ibid., Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, jilid 2, Bandung: Madina
Adipustaka, 2012. Rachmat Syafe’i, 2006, Fiqh Muamalah, Bandung : Pustaka Setia, cet. 3,
hal. 242-246 Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq Dan Shadaqah,
(Jakarta: Gema Insani, 1998). Muhammad Noor, dkk.,al-Qur’an al-Karim dan Terjemahnya
(Semarang: CV. Toha Putra, 1996).

Anda mungkin juga menyukai