MANAJEMEN ZISWA
Disusun oleh:
Nurul lia huzaida (2206060006)
Kasyifa rizkia(2206060021)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas
mata kuliah Manajemen ZISWA.
Kami telah Menyusun makalah ini dengan sebaik – baiknya dan semaksimal
mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan.
Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lgi dari
sebelumnya.
Tak lupa ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Dosen, yang mendorong
atas ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insyaAllah sesuai yang kami harapkan.
Dan kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah
ini.
Pada dasarnya makalah yang kami sajikan ini khususnya mengupas tentang
Manajemen ZISWA. Untuk lebih jelas simak pembahasannya dalam makalah ini. Mudah –
mudahnya makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus pengetahuan bagi
kita semua. Aamiin.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen Zakat, Infak, Shadaqah dan Wakaf atau sering disingkat dengan ZISWA
merupakan bahasan yang di dalam nya membahas mengenai bagaimana mengelola zakat, infak,
shadaqah dan wakaf mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga pengawasan.
Zakat dari segi istilah fiqh berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada
orang-orang yang berhak menerimnya seperti yang tercantum dalam 8 golongan orang yang berhak
menerima zakat. Infaq menurut pengertian umum adalah shorful mal ilal hajah (mengeluarkan harta
untuk memenuhi keperluan). Infaq dalam arti membelanjakan harta bukan untuk keperluan diri
sendiri, akan tetapi untuk keperluan bersama. Shadaqah dalam konsep islam mempunyai arti yang
luas, tidak hanya terbatas pada pemberian seseorang, shadaqah mencakup semua perbuatan kebaikan,
baik bersifat materi maupun nonmateri. Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan
atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah atau kesejahteraan umum sesuai
syariah. (Kamarudin Batubara,2020: 132-133)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan zakat?
2. Apa itu infaq dan shodaqoh?
3. Apa itu waqaf?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui apa itu ZISWA
2. Menambah pengetahuan tentang manajemen ZISWA
BAB II
PEMBAHASAN
A.Manajemen ZISWA
Manajemen Zakat, Infak, Shadaqah dan Wakaf atau sering disingkat dengan ZISWAF
merupakan bahasan yang di dalam nya membahas mengenai bagaimana mengelola
zakat, infak, shadaqah dan wakaf mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan hingga pengawasan.
1. Zakat
Menurut bahasa, kata “zakat” berarti tumbuh, berkembang, subur atau bertambah.
Dalam Al-Quran dan hadits disebutkan, “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan
sedekah” (QS. Al-Baqarah[2]:276); “Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka” (QS. At-Taubah [9]: 103); “Sedekah tidak
akan mengurangi harta” (HR. Tirmizi).
Menurut istilah, dalam kitab al-Hawi, al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama
pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan untuk
diberikan kepada golongan tertentu.
Adapun kata infak dan sedekah, sebagian ahli fikih berpendapat bahwa infak adalah
segala macam bentuk pengeluaran (pembelanjaan), baik untuk kepentingan pribadi, keluarga,
maupun yang lainnya. Sementara kata sedekah adalah segala bentuk pembelanjaan (infak) di
jalan Allah. Berbeda dengan zakat, sedekah tidak dibatasi atau tidak terikat dan tidak
memiliki batasan-batasan tertentu. Sedekah, selain bisa dalam bentuk harta, dapat juga berupa
sumbangan tenaga atau pemikiran, dan bahkan sekedar senyuman.
Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur pokok tiang
penegakan syariat Islam. Oleh sebab itu, hukum menunaikan zakat adalah wajib bagi setiap
muslim dam muslimah yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Allah SWT berfirman,
“Padahal tidak disuruh kecuali supaya menyembah mereka Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang lurus” (QS. Al-
Bayyinah[98]:5).
Rasulullah Saw bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada
tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalahutusan-Nya; mendirikan shalat; melaksanakan
puasa (di bulan Ramadhan); menunaikan zakat; dan berhaji ke Baitullah (bagi yang mampu)”
(HR. Muslim).
Yang Wajib Mengeluarkan Zakat
Zakat adalah fardu‘ain bagi setiap muslim. Bagi laki-laki dan perempuan. Bahkan anak-anak
dan orang gila sekalipun memiliki kewajiban yang sama bila hartanya sudah memenuhi
syarat yang telah ditetapkan.
Macam-macam Zakat
1. Zakat nafs (jiwa), disebut juga zakat fitrah. Harta yang wajib dikeluarkan pada bulan
Dan sebelum pelaksanaan sholat Idul fitri.
2. Zakat maal (harta). Harta yang sudah memenuhi syarat tertentu dan waktu tertentu
pula, wajib mengeluarkan zakat maal.
1. Memenuhi Nishab adalah jumlah/ ukuran minimal harta yang menyebabkan harta
tersebut wajib mengeluarkan zakat.
2. Telah mencapai haul, yaitu jika harta tersebut telah berlalu satu tahun hijriyyah,
kecuali untuk harta berupa hasil pertanian dimana waktu wajib zakatnya adalah saat
Haul jadi syarat bagi harta yang sudah mencapai nishab untuk dikeluarkan zakatnya.
Infak berarti mengeluarkan sebagian harta untuk kepentingan yang diperintahkan ajaran
Islam. Jika zakat ada nisabnya, Infak tak mengenal nishab.Infak dikeluarkan oleh setiap
orang yang beriman baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit (Qs. Ali
Imran: 143). Infak boleh diberikan kepada siapapun, misalnya untuk kedua orang tua, anak
yatim dan sebagainya.(QS 2:215)
Sedangkan sedekah jika ditinjau dari segi terminology syari’at, pengertian sedekah sama
dengan infak termasuk juga ketentuan dan hukumnya. Hanya saja, sedekah memiliki arti luas,
tak hanya menyangkut hal uang namun juga yang bersifat non materil.
Hadits Imam Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika tak mampu
bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, takbir, tahmid, tahlil dan melakukan amar
ma’ruf nahi munkar adalah sedekah.
Sebagaimana kita yakini bahwa semua rizki dan harta yang diberikan Allah SWT kepada kita
adalah amanah yang harus dijaga sekaligus merupakan ujian (Q.S. 8:28). Rizki dan harta bisa
menjadikan kita lupa kepada Sang Pencipta dan bisa membuat kita rugi dunia dan akhirat
(Q.S. 63:9). Tetapi rizki dan harta juga bisa menghantarkan kita ke surga jika kita
mensyukuri dan membelanjakannya di jalan Allah (Q.S. 14:7). Salah satu jalan mensyukuri
rizki adalah dengan mengeluarkan infak.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-
tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S Ali-Baqarah: 261).
Infak adalah suatu kewajiban yang harus tetap dilakukan dalam keadaan apapun. Dalam
keadaan senang maupun susah, dalam keadaan lapang maupun sempit. Allah
berfirman: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai
orang-orang berbuat kebajikan.”(Q.S Ali-Imran 134)
Hikmah Infak/ Sedekah
3. Wakaf
Pengertian wakaf menurut bahasa dan istilah seperti yang dilansir melalui buku Fiqih Wakaf
karya Nurwan Darmawan, waqaf secara bahasa adalah al habs (menahan) dan at-tasbil
(menyalurkan).
Sedangkan secara istilah wakaf berarti menahan suatu barang dan menyalurkan manfaatnya
untuk tujuan mendekatkan diri kepada Allah.
Waqaf yang paling umum kita kenal adalah mewakafkan tanah untuk pembangunan
bangunan yang digunakan bagi kepentingan umum seperti masjid, pondok pesantren, sekolah
dan lainnya.
Namun saat ini penerapan wakaf sudah lebih luas, seperti wakaf pangan (pakan hewan
ternak, sarana air, lahan pertanian), wakaf ekonomi (retail, saham), wakaf pendidikan, wakaf
kesehatan dan lain sebagainya.
Pengertian wakaf menurut bahasa dan istilah seperti yang dilansir melalui buku Fiqih Wakaf
karya Nurwan Darmawan, waqaf secara bahasa adalah al habs (menahan) dan at-tasbil
(menyalurkan).
Sedangkan secara istilah wakaf berarti menahan suatu barang dan menyalurkan manfaatnya
untuk tujuan mendekatkan diri kepada Allah.
Waqaf yang paling umum kita kenal adalah mewakafkan tanah untuk pembangunan
bangunan yang digunakan bagi kepentingan umum seperti masjid, pondok pesantren, sekolah
dan lainnya.
Namun saat ini penerapan wakaf sudah lebih luas, seperti wakaf pangan (pakan hewan
ternak, sarana air, lahan pertanian), wakaf ekonomi (retail, saham), wakaf pendidikan, wakaf
kesehatan dan lain sebagainya.
Hukum Wakaf
Hukum wakaf adalah amalan sunnah yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala.
Hukum wakaf tercantum dalam firman Allah SWT Al Qur’an surat Yasin ayat 12, berbunyi:
Arab: ِاَّنا َنْح ُن ُنْح ِي اْلَم ْو ٰت ى َو َنْكُتُب َم ا َقَّد ُم ْو ا َو ٰا َثاَر ُهْۗم َو ُك َّل َش ْي ٍء َاْح َص ْيٰن ُه ِفْٓي ِاَم اٍم ُّم ِبْيٍن
Artinya: Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang
mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan
segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).
Syaikh Prof Dr Khalid bin Ali Al-Musyaiqih menyampaikan bahwa dari ayat tersebut, “Di
antara bekas yang ditinggalkan oleh orang yang telah wafat adalah wakaf.”
Sehingga dapat dikatakan bahwa wakaf merupakan bentuk tolong-menolong dalam kebaikan
dan ketakwaan.