Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Ibadah Maliyah
Ibadah harta (ibadah maliyah) merupakan investasi amal yang tidak akan berhenti
pahalanya,walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia, yang dikenal dengan
Amal Jariyah. Hartayang dititipkan kepada manusia harus dijadikan sebagai bekal
kepada Allah SWT. Banyak harta,harus mendorong seseorang untuk lebih banyak
beribadah kepada-Nya.Harta yang dijadikansebagai bekal dan sarana ibadah, berarti
harta yang bermanfaat dan akan membuahkan berkahkepada harta dan kehidupan yang
bersangkutan. Dan kewajiban syukur atas nikmat harta harusdibuktikan dengan cara
menggunakan harta tersebut sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT.
Ibadah Maliyah juga dapat diartikan sebagai amalan-amalan ibadah yang lebih
banyak dilakukan menggunakan sarana harta benda atau ibadah yang diwujudkan dalam
bentuk pemberian harta atau terkait dengan harta.

B. Dalil Al Quran Tentang Ibadah Maliyah


1. QS. Al-Baqarah Ayat 195

Artinya:
Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke
dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuatbaiklah. Sungguh, Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik.
2. QS. Al-Baqarah Ayat 215

Artinya:
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan.
Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua
orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan.” Dan
kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.
3. QS. Al Baqarah Ayat 245
Artinya:
Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan
ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-
Nyalah kamu dikembalikan.
4. QS. Al Baqarah Ayat 261

Artinya:
Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang
menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan
bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.
5. QS. Al Baqarah Ayat 262

Artinya:
Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang
dia infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima),
mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan
mereka tidak bersedih hati.
6. QS. Al Baqarah Ayat 263

Artinya:
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi
tindakan yang menyakiti. Allah Mahakaya, Maha Penyantun.
C. Macam-macam Ibadah Maliyah
1. Zakat
Secara bahasa zakat berarti berkah, tumbuh dan berkembang, kesuburan atau
bertambah dan dapat juga berarti membersihkan atau mensucikan. Dinamakan zakat
karena dapat mengembangkan dan menjauhkan harta yang telah diambil zakatnya
dari bahaya. Menurut hukum Islam (istilah syara’) zakat berarti kewajiban atas harta
atau kewajiban atas sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu dan dalam
waktu tertentu. Menurut Wibowo (2015) zakat merupakan salah satu intrumen
penting dalam tegak dan tumbuhnya kehidupan yang damai. Itulah mengapa dalam
syariat islam zakat merupakan salah satu dari lima rukun islam.
Ahli fiqh membagi zakat kepada dua macam, pertama adalah zakat fitrah dan
kedua adalah zakat harta. Dalam fiqih zakat, ditentukan harta-harta yang wajib
dikeluarkan zakatnya (al-amwal az-zakawiyah). Para ahli fikih secara eksplisit
menyebutkan enam jenis kekayaan yang wajib dizakati yaitu : 1. Emas dan perak, 2.
Hasil tanaman dan buah-buahan, 3. Barang dagangan, 4. Binatang ternak, 5. Hasil
tambang, 6. Barang temuan (Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, 1986).
Zakat merupakan ibadah maliyah dan ijtimaiyah, yakni ibadah sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan umat manusia. Dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perkembangan kegiatan ekonomi dengan segala
macam jenisnya, maka perkembangan pola kegiatan ekonomi saat ini sangat berbeda
dengan corak kehidupan ekonomi di zaman Rasulullah. Tetapi substansinya tetap
sama,yakni adanya usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup-nya.
Secara garis besar zakat dibagi dua, yaitu:
a. Zakat Fitrah (badan)
Zakat fitrah dinamakan al-fitri yang mengacu kepada kata fitri yang
artinya
adalah makan. Dinamakan zakat fitri karena terkait dengan bentuk harta yang
diberikan kepada mustahiknya, yaitu berupa makanan. Selain itu zakat ini
dinamakan fitri juga karena terkait dengan hari lebaran yang bernama fitri.
Kita di Indonesia sering menyebutnya dengan hari Raya Fitri. dan di hari Idul
Fitri itu kita diharamkan berpuasa, sebaliknya wajib berbuka atau memakan
makanan. Oleh karena itulah hari raya itu disebut dengan hari Idul Fitri dan
arti secara bahasanya adalah hari raya makan-makan.
Zakat fitrah dapat diartikan dengan suci sebagaimana hadits Rasul “kullu
mauludin yuladu ala al fitrah” (setiap anak Adam terlahir dalam keadaan suci)
dan bisa juga diartikan juga dengan ciptaan atau asal kejadian manusia. Zakat
fitrah ini dimaksudkan untuk membersihkan dosa-dosa yang pernah dilakukan
selama puasa Ramadhan, agar orang-orang itu benarbenar kembali kepada
keadaan fitrah, dan juga untuk menggembirakan hati fakir miskin pada hari
raya idul fitri. Dari pengertian di atas dapat ditarik dua pengertian tentang
zakat fitrah.
Pertama, zakat fitrah adalah zakat untuk kesucian. Artinya, zakat ini
dikeluarkan untuk mensucikan orang yang berpuasa dari ucapan atau perilaku
yang tidak ada manfaatnya. Kedua, zakat fitrah adalah zakat karena sebab
ciptaan. Artinya bahwa zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada
setiap orang yang dilahirkan ke dunia ini. Oleh karenanya zakat ini bisa juga
disebut dengan zakat badan atau pribadi.
b. Zakat Mal
Zakat maal (harta) adalah zakat yang dikeluarkan untuk menyucikan
harta, apabila harta itu telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat.[1][20]
Menurut Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah bahwa zakat harta itu terbagi dalam
empat kualifikasi. Kualifikasi pertama terdiri dari tanam-tanaman dan buah-
buahan. Kualifikasi kedua terdiri dari hewan ternak. Kualifikasi ketiga terdiri
emas dan perak. Kualifikasi keempat terdiri dari harta perdagangan.
Sedangkan rikaz (harta temuan) sifatnya insidental atau sewaktu-waktu.
Berdasarkan sumber-sumber zakat yang didapat, maka ada beberapa jenis
sumber harta yang dapat dijadikan jenis-jenis zakat. Beberapa sumber
tersebut antara lain berupa: Zakat profesi, Zakat perusahaan, Zakat surat-surat
berharga, Zakat perdagangan mata uang, Zakat hewan ternak yang
diperdagangkan, Zakat madu dan produk hewani, Zakat investasi properti,
Zakat asuransi syariah, Zakat usaha tanaman anggrek, sarang burung walet,
ikan hias dan sektor lainnya, Zakat sek-
2. Infaq
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Infaq adalah mengeluarkan harta yang
mencakup zakat dan non zakat Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq berarti
mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Oleh karena itu Infaq berbeda dengan
zakat, infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang ditentukan secara hukum.
Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan kepada siapapun
misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orang-orang yang sedang
dalam perjalanan. Dengan demikian pengertian infaq adalah pengeluaran suka rela
yang di lakukan seseorang. Allah memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk
menentukan jenis harta, berapa jumlah yang sebaiknya diserahkan. setiap kali ia
memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya.
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk
kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq berarti
mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam(Hafidhuddin dalam Taher, Sarib dan
Bukido, 2016).
3. Sedekah
Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang
diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa
dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan
oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala
semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fiqih) disebut
sadaqah at-tatawwwu’ (sedekah secara sepontan dan sukarela). Di dalam Al Quran
banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum muslimin untuk senantiasa memberikan
sedekah.
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah, menjelaskan ihwal Rasulullah SAW dalam
bersedekah, Rasulullah SAW adalah orang yang paling banyak bersedekah dengan
segala yang dimilikinya, beliau tidak merasa kekurangan atau menganggap terlalu
kecil terhadap apa yang diberikan oleh Allah kepadanya. Beliau memberi tanpa
beban, seperti orang yang tidak takut jatuh miskin karenanya, memberi adalah
kesukaannya. Kebahagiaan beliau adalah ketika dapat memberi lebih besar dari pada
kebahagiaan orang yang menerima pemberian dari orang lain (Muhammad Ash-
Shughair, 2006).
4. Fidyah
Fidyah adalah menempatkan sesuatu pada tempat lain sebagai tebusan
(penggantinya), baik berupa makanan atau lainnya. Fidyah juga berarti kewajiban
manusia mengeluarkan sejumlah harta untuk menutupi ibadah yang ditinggalkannya.
Fidyah shaum wajib dilakukan oleh seseorang yang tak sanggup karena kepayahan
dalam melakukan shaum fardhu khususnya di bulan Ramadhan, sebagai salah satu
bentuk rukhsah (dispensasi) yang diberikan Allah kepada mereka. Karena Allah
SWT tidak membebani hamba-hamba-Nya melainkan sesuai dengan kemampuannya.
5. Kifarat
Kifarat sumpah (bersumpah palsu), salah satu caranya adalah dengan memberi
makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa diberikan kepada
keluarga sendiri atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan sorang
hamba sahaya. Dalam hadits riwayat Muslim juga diterangkan bahwa kifarat nadzar
yang tidak dapat dilakukan sama dengan kifarat sumpah.
Kifarat shaum (sebagai akibat melakukan pelanggaran shaum, melakukan jima
atau persetubuhan pada siang hari bulan Ramadhan bagi mereka yang wajib
melakukan shaum Ramadhan), selain bisa dengan memerdekakan hamba sahaya bisa
juga dengan melakukan shaum selama dua bulan berturut-turut, tertapi juga bisa
dengan memberi makan kepada enam puluh orang fakir miskin.
Kifarat zhihar (mengharamkan istri dengan mempersamakannya dengan ibu
sendiri), adalah dengan memberikan makan enam puluh orang miskin, selaian itu
bisa juga dengan memerdekakan hamba sahaya atau melakukan shaum selama dua
bulan berturut-turut. Pelaksanaan atau pemenuhan kifarat zhihar diwajibkan kepada
suami sebelum kembali (melakukan senggama) lagi kepada istrinya.
Kifarat membunuh (tak sengaja) adalah dengan memerdekakan hamba sahaya
atau diganti dengan puasa enam puluh hari bertutur-turut atau dengan memberi
makan enam puluh fakir miskin ditambah dengan kewajiban membayar diyat,
semacam uang duka kepada keluarga yang terbunuh. Pemberian diyat (pembayaran
sejumlah harta kepada keluarga korban) ditetapkan sesuai dengan kesepakatan,
karena sesuatu tindakan menghilangkan nyawa ssesorang dengan tidak sengaja, juga
sebagai tebusan bila ada maaf dari pihak keluarga terbunuh. Untuk pembayaran
diyat.
6. Qurban
Qurban adalah menyembelih binatang tertentu pada Hari Raya Qurban (Idul
Adha) atau Hari Tasyriq (11, 12 dan 13 Dzulhijjah) dengan niat taqarub atau qurban
(mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Udhiyyah (qurban) sebenarnya sudah
menjadi syariat para Nabi dan Rasul Allah.
Selain Nabi yang melakukan ibadah qurban, putra Nabi Adam as (Qabil dan
Habil) pernah melakukan ibadah qurban. Yang diabadikan secara khusus adalah
qurban yang menjadi syariat Allah SWT yang dibawa Nabi Ibarahim as. Kemudian
syariat itu dilestarikan menjadi syariat Nabi Muhammad saw atas legitimasi dan
perintah Allah SWT yang diabadikan-Nya dalam al Quran surat Al Kautsar, 108:2.
7. Aqiqah
Aqiqah adalah binatang (kambing atau domba) yang disembelih dalam rangka
menyambut anak yang baru dilahirkan. Aqiqah dilaksanakan pada saat bayi berumur
7 hari, sekaligus dicukur habis rambutnya (digunduli kepalanya) dan disyiarkan
namanya. Apabila pada hari ke 7 tidak bisa dilaksanakan aqiqah, boleh diundurkan
sampai hari ke 14 atau hari ke 21. Pelaksanaan aqiqah setelah waktu tersebut menjadi
ihtilaf para ulama. Ada yang berpendapat, bahwa aqiqah tetap dianjurkan akan tetapi
ada pendapat lain yang menyatakan tidak usah dilaksanakan lebih baik berkurban
saja pada tanggal 10 Dzulhijjah atau pada hari-hari tasyriq (11, 12 dan 13 dzulhijjah).
8. Al-hadyu
Al-Hadyu adalah melakukan penyembelihan binatang ternak (domba) sebagai
pengganti pekerjaan wajib haji yang ditinggalkan, atau sebagai denda karena
melanggar hal-hal yang terlarang mengerjakannya dalam prosesi ibadah umrah atau
haji atau bagi mereka yang memiliki kemampuan melakukannya, atau bagi mereka
yang melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap larangan-larangan tertentu dalam
ibadah haji.
9. Dam
Dam adalah menyembelih binatang tertentu sebagai sangsi terhadap pelanggaran
atau karena meninggalkan sesuatu yang diperintahkan dalam rangka pelaksanaan
ibadah haji dan umrah atau karena mendahulukan umrah daripada haji (haji tamattu)
atau karena melakukan haji dan umrah secara bersamaan (haji qiran). Dam juga
diidentikkan dengan alhadyu sekalipun tidak selalu sama.

D. Urgensi Ibadah Maliyah


Dalam Al-Qur’anil karim, zakat dan shalat banyak sekali dijadikan dalam satu
ayat. Jadi artinya digandengkan. Ini menunjukkan bahwa urgensi zakat sama dengan
urgensi shalat. Abu Bakar Shiddiq yang biasanya kebijakan-kebijakannya selalu lunak,
pada saat ada kasus sejumlah umat Islam yang rajin shalat tetapi tidak mau membayar
zakat, kontan beliau melakukan sebuah sikap yang sangat keras dengan sumpah,

Artinya: “Demi Allah. Saksikan oleh kalian, demi Allah, saya akan berperang
dengan orang-orang yang sudah rajin shalat, tetapi tidak mau membayar zakat.” Allah
SWT berfirman dalam sebuah hadits qudsi “Anfiq, unfiq.” yang artinya “Infakkan
hartamu ! Keluarkan zakatmu!” Allah yang akan menggantinya.
Ibadah Maliyah memiliki manfaat atau fungsi yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Dilihat dari berbagai segi, antara lain:
1. Membersihkan harta dari kotoran
‫خ ْذ ِم ن َأم و ا هِلِم ص َد قَ ةً تُ طَ ِّه ر ه م و تُ َز ِّك ِ هِب‬
‫ك‬ َ ‫ ِإ َّن‬Gۖ ‫ص ِّل َع لَ ْي ِه ْم‬
َ َ‫ص اَل ت‬ َ ‫يه ْم َ ا َو‬ َ ُُْ َ ْ َْ ْ ُ
ٌ‫يع َع لِيم‬ ٌ ِ‫ َو اللَّ هُ مَس‬Gۗ ‫َس َك ٌن هَلُ ْم‬
Artinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.(Q.S At Taubah 103)

Sebagian harta kita merupakan hak orang fakir, dengan demikian kita harus
membersihkan hart akita dari kotoran tersebut.
2. Merupakan sarana untuk penghapus dosa
3. Berfungsi ekonomi, membantu makanan bagi yang miskin atau memerlukan.
4. Memiliki fungsi sosial, dengan memberikan zakat kepada fakir miskin bisa menjaga
keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidak adilan sosial.
5. Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada yang tidak
memiliki harta sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang kaya.
6. Mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat
kesenjangan dan ketidakadilan social
DAFTAR PUSTAKA
Fanani, S., Fadhil, M., Huda, S., & Maftuhah, R. (2020). Modul Kuliah AIK 2 Ibadah, Akhlaq
dan Muamalah. (R. D. Saputro, Ed.) Surabaya: PPAIK (Pusat Pengkajian Al-Islam
KeMuhammadiyahan) Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Taher, M. A., Sarib , S., & Bukido , R. (2016). SISTEM PENGELOLAAN DANA KOTAK
INFAK DAN SEDEKAH KELILING MASJID DI PASAR 45 MANADO. Jurnal
Ilmiah Al-Syir'ah, 14(2), 52-68.
Wibowo, A. (2015). DISTRIBUSI ZAKAT DALAM BENTUK PENYERTAAN MODAL
BERGULIR SEBAGAI ACCELERATOR KESETARAAN KESEJAHTERAAN.
Jurnal Ilmu Manajemen, 12(2), 28-43.
Zulhendra, J. (2017). TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ZAKAT FITRAH DALAM
BENTUK UANG. Jurnal Normative, 5(2), 94-105.

Anda mungkin juga menyukai