Anda di halaman 1dari 17

.

 Makna Zakat
Menurut Bahasa(lughat), zakat berarti : tumbuh; berkembang; kesuburan atau bertambah
(HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan (QS. At-
Taubah : 10)

Menurut Hukum Islam (istilah syara'), zakat adalah nama bagi suatu pengambilan
tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk diberikan
kepada golongan tertentu (Al Mawardi dalam kitab Al Hawiy)

. Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi
tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap
muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori
ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten
berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan
dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia.

4.  Macam-macam Zakat


a. Zakat Nafs (jiwa), juga disebut zakat fitrah.
b. Zakat Maal (harta).

5. Syarat-syarat Wajib Zakat


a. Muslim
b. Aqil
c. Baligh
d. Memiliki harta yang mencapai nishab

Rukun Zakat
Zakat adalah rukun ketiga dari rukun Islam yang lima yang merupakan pilar agama yang
tidak dapat berdiri tanpa pilar ini, orang yang enggan membayarnya boleh diperangi,
orang yang menolak kewajibannya dianggap kafir. Zakat ini diwajibkan pada tahun
kedua hijrah.
Legitimasinya diperoleh lewat beberapa ayat dalam Alquran, antara lain firman Allah
subhanahu wata'ala. yang berarti, "Dirikanlah salat, bayarlah zakat dan rukuklah bersama
orang yang rukuk." (Q.S. Al-Baqarah, 43) Juga dalam firman Allah subhanahu wata'ala.
yang berarti, "dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia hak tertentu buat orang yang
memB. Macam-macam Haji

Zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama
Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan
sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syarak.[1] Zakat merupakan
rukun ketiga dari Rukun Islam.

Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Etimologi
 2 Sejarah zakat
 3 Hukum zakat
 4 Jenis zakat
 5 Yang berhak menerima
 6 Yang tidak berhak menerima zakat[6]
 7 Beberapa Faedah Zakat[7]
o 7.1 Faedah Diniyah (segi agama)
o 7.2 Faedah Khuluqiyah (Segi Akhlak)
o 7.3 Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan)
 8 Hikmah Zakat
 9 Zakat dalam Al Qur'an
o 9.1 Lainnya

 10 Catatan dan referensi

[sunting] Etimologi
Secara harfiah zakat berarti "tumbuh", "berkembang", "menyucikan", atau
"membersihkan". Sedangkan secara terminologi syari'ah, zakat merujuk pada aktivitas
memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk orang-
orang tertentu sebagaimana ditentukan.

[sunting] Sejarah zakat


Setiap muslim diwajibkan memberikan sedekah dari rezeki yang dikaruniakan Allah.
Kewajiban ini tertulis di dalam Al-Qur’an. Pada awalnya, Al-Qur’an hanya
memerintahkan untuk memberikan sedekah (pemberian yang sifatnya bebas, tidak wajib).
Namun, pada kemudian hari, umat Islam diperintahkan untuk membayar zakat. Zakat
menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M. Nabi Muhammad melembagakan perintah
zakat ini dengan menetapkan pajak bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan
beban kehidupan mereka yang miskin.[2]. Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam negara-
negara Islam. Hal ini menunjukan bahwa pada kemudian hari ada pengaturan pemberian
zakat, khususnya mengenai jumlah zakat tersebut.[3].

Pada zaman khalifah, zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan didistribusikan kepada
kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu adalah orang miskin, janda, budak
yang ingin membeli kebebasan mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu
membayar.[4]. Syari'ah mengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan bagaimana zakat
itu harus dibayarkan. Kejatuhan para khalifah dan negara-negara Islam menyebabkan
zakat tidak dapat diselenggarakan dengan berdasarkan hukum lagi. [5]
[sunting] Hukum zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi
tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap
muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori
ibadah seperti salat, haji, dan puasa yang telah diatur secara rinci berdasarkan Al-Qur'an
dan As Sunnah. Zakat juga merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan
yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia.

[sunting] Jenis zakat


Zakat terbagi atas dua jenis yakni:

 Zakat fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadan.
Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok yang ada di
daerah bersangkutan.
 Zakat maal (harta)
Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak,
harta temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya
sendiri-sendiri.

[sunting] Yang berhak menerima


Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, yakni:

1. Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidup.
2. Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup.
3. Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan barunya
5. Hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya
6. Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak
sanggup untuk memenuhinya
7. Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang dsb)
8. Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.

[sunting] Yang tidak berhak menerima zakat[6]


 Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi
orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari).
 Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.
 Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami
(ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).
 Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.
 Orang kafir.

[sunting] Beberapa Faedah Zakat[7]


[sunting] Faedah Diniyah (segi agama)
1. Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang
mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan
akhirat.
2. Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-
nya, akan menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa
macam ketaatan.
3. Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda,
sebagaimana firman Allah, yang artinya: "Allah memusnahkan riba dan
menyuburkan sedekah" (QS: Al Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits yang
muttafaq "alaih Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam" juga menjelaskan bahwa
sedekah dari harta yang baik akan ditumbuhkan kembangkan oleh Allah berlipat
ganda.
4. Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan
Rasulullah Muhammad SAW.

[sunting] Faedah Khuluqiyah (Segi Akhlak)


1. Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi
pembayar zakat.
2. Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut
kepada saudaranya yang tidak punya.
3. Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa
harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan
jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai
tingkat pengorbanannya.
4. Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.

[sunting] Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan)


1. Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir
miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia.
2. Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi
mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah
mujahidin fi sabilillah.
3. Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada
dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka
yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang
tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta
yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu
akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.
4. Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya
akan melimpah.
5. Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena
ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak
pihak yang mengambil manfaat.

[sunting] Hikmah Zakat


Hikmah dari zakat antara lain:

1. Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang
miskin.
2. Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i yang
berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.
3. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
4. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
5. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
6. Untuk pengembangan potensi ummat
7. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
8. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.

[sunting] Zakat dalam Al Qur'an


 QS (2:43) ("Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'".)
 QS (9:35) (Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan)
kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,
maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.")
 QS (6: 141) (Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan
yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama
(rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah,
dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada
fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan).

[sunting] Lainn

ZAKAT PROFESI
PENDAHULUAN
PANDANGAN FIKIH TENTANG PENGHASILAN DAN PROFESI
Pendapat Mutakhir
Gaji dan Upah adalah Harta Pendapatan
Mencari Pendapat yang Lebih Kuat tentang Zakat Profesi
Kelemahan Hadis-hadis tentang Ketentuan Setahun
Hadis dari Ali
Hadis dari Ibnu Umar
Hadis dari Anas
Hadis dari Aisyah
Hadis-hadis Tentang "Harta Penghasilan"
Ketidak-sepakatan para Sahabat dan Tabi'in dan Sesudahnya
tentang Harta Benda Hasil Usaha
Harta Penghasilan Menurut para Sahabat dan Tabi'in
1. Ibnu Abbas
2. Ibnu Mas'ud
3. Mu'awiyah
4. Umar bin Abdul Aziz
Para Ulama Fikih Lain dan Kalangan Tabi'in dan Lainnya
Perbedaan Mazhab Empat dalam Masalah Harta Penghasilan
Memilih Pendapat yang Lebih Kuat tentang Pengeluaran Zakat
Pendapat Masa Kini
NISAB MATA PENGHASILAN DAN PROFESI
Tinggal Satu Persoalan lagi
Bagaimana Cara Pengeluaran Zakat Harta Penghasilan?
Pengeluaran Zakat Pendapatan dan Gaji Bersih
Perhatian
BESAR ZAKAT PENGHASILAN DAN SEJENISNYA

1. Haji Tamattu"
Apakah yang dimaksud dengan haji tamattu' ?
Haji Tamattu' ialah melakukan umrah terlebih dahulu pada musim haji, kemudian
melaksanakan ibadaha haji. Bila menggunakan cara ini, maka yang bersangkutan
diwajibkan membayar dam nusuk (berupa menyembelih seekor kambing, kalau tidak
mampu berpuasa 10 hari yaitu 3 hari di Makkah atau di Mina dan 7 hari di tanah air),
apabila puasa 3 hari di Makkah tidak dapat dilaksanakan karena suatu hal maka harus
diqadha sesampainya di kampung halaman dengan ketentuan puasa yang tiga hari dengan
ketentuan puasa yang tiga hari dengan tujuh hari dipisahkan 4 hari.

2. Haji Ifrad
Apakah yang dimaksud dengan haji ifrad ?
Haji ifrad ialah melakukan haji saja. Bagi yang akan umrah wajib atau sunnah maka
setelah menyelesaikan hajinya, dapat melaksanakan umrah dengan miqat dari Tan'im,
Ji'ranah, Hudaibiyah atau dareah tanah halal lainnya. Cara ini tidak dikenakan dam.

3. Haji Qiran
Apakah yang dimaksud dengan haji qiran ?
Haji qiran ialah mengerjakan haji dan umrah di dalam satu niat dan satu pekerjaan
sekaligus. Cara ini juga wajib membayar dam nusuk. Pelaksanaan dam sama dengan pada
haji Tamattu'.

C. Syarat Haji dan Umrah

Apakah syarat wajib haji/umrah ?


Syarat wajib haji/umrah ada 5 :
1. Islam
2. Baligh (dewasa)
3. Berakal sehat
4. Merdeka (bukan budak)
5. Istita'ah (mampu)

Setiap orang yang belum memenuhi syarat tersebut belum wajib berhaji/umrah.
Apakah yang dimaksud dengan istita'ah (mampu) dalam ibadah haji ?
Istita'ah (mampu) dalam ibadah haji adalah :
a. Sehat jasmani dan rohani
b. Memiliki cukup biaya untuk dirinya dan untuk keluga yang ditinggalkannya.
c. Situasi dan kondisi memungkinkan : Aman bagi dirinya dan keluarga yang
ditinggalkannya tidak terhalang/mendapat izin untuk perjalanan haji.

D. Rukun Haji

Ada berapakah rukun haji ?


Rukun haji ada 6 :
1. Ihram (niat)
2. Wukuf di Arafah
3. Tawaf ifadah
4. Sa'i
5. Bercukur
6. Tertib sesuai dengan tuntunan manasik haji.

Apabila tidak melaksanakan salah satu rukun haji tersebut maka hajinya tidak sah.

E. Wajib Haji

Ada berapakah wajib haji ?


Wajib haji ada 6 :
1. Ihram haji dari miqat
2. Mabit di Muzdalifah
3. Mabit di Mina
4. Melontar jamrah
5. Menghindari perbuatan yang terlarang dalam keadaan berihram.
6. Tawaf wada' bagi yang akan meninggalkan Makkah.
Apabila meninggalkan salah satu wajib haji, maka hajinya sah akan tetapi wajib
membayar dam.

F. Tertib Haji

Apakah yang dimaksud dengan tertib dalam pelaksanaan ibadah haji ?


Yang dimaksud dengan ertib dalam pelaksanaan ibadah haji adalah melaksanakan
ketentuan hukum manasik sesuai dengan aturan yang ada. inta-minta dan orang yang
tidak bernasib baik." (Q.S. Al Ma'arij, 24-25)

.DASAR HUKUM HAJI DAN UMRAH

Para ulama fiqih sepakat bahwa ibadah haji dan umrah adalah wajib hukumnya bagi
setiap muslim yang mempunyai kemampuan biaya, fisik dan waktu, sesuai dengan nash
Al-Qur’an:

ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬


َ‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع اِلَ ْي ِه َسبِ ْيال‬ ِ َّ‫* َوهّلِل ِ َعلَى الن‬

Artinya : “Dan Allah mewajibkan atas manusia haji ke Baitullah bagi orang yang mampu
mengerjakannya” . (QS.3:97).

Firman Allah :

ِ‫واال َح َّج َو ْال ُع ْم َرةَ ِهلل‬


ْ ‫* َواَتِ ُّم‬

Artinya : “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah”. (QS. 2:196).

Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyeru ibadah haji tersebut ke seluruh penjuru dunia,
sehinga berdatanganlah orang-orang dari seluruh penjuru dunia yang jauh dengan
berjalan kaki atau berkendaraan, sesuai dengan firman Allah:

ٍ ‫ضا ِم ٍر يَأْ تِ ْينَ ِم ْن ُكلِّ فَجٍّ َع ِم ْي‬


‫ق‬ َ ْ‫اال َح ِّج يَأْتُو‬
َ ‫ك ِرجاَالً َوعَلى ُك ِّل‬ ْ ِ‫اس ب‬
ِ َّ‫* َواَ ِّذ ْن فِىالن‬

Artinya : “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka
datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus, yang datang
dari segenap penjuru yang jauh”. (QS. 22: 27).

Kewajiban haji hanya sekali seumur hidup, sedangkan haji berikutnya hukumnya sunah.
Sabda Rasulullah saw.

ٌ ‫* أَ ْل َحجُّ م َّرةٌ فَ َم ْن زَ ا َد فَه َُو تَطَ َّو‬


‫ع‬

Artinya :“Haji itu wajibnya hanya satu kali, dan selebihnya adalah sunnah” (HR. Ahmad,
Nasai dan Ibnu Majah).
Apabila sudah memiliki bekal yang cukup untuk berangkat haji, segera berangkat
menunaikannya karena kamu tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Sabda nabi.

ِ ‫ضةَ فَا ِ َّن اَ َح َد ُك ْم الَتَ ْد ِرى َمايَع‬


ُ‫ْرضُ لَه‬ ْ ِ‫ىال َحجِّ يَ ْعن‬
َ ‫ىالفَ ِر ْي‬ ْ َ‫* تَ َع َّجلُوْ ا اِل‬

Artinya : “Bersegeralah kamu menunaikan ibadah haji, yakni menunaikan kewajiban,


maka sesungguhnya kamu tidak mengetahui sesuatu yang akan datang (yang akan
terjadi)”. (HR. Ahmad).

Lebih dari itu, bagi orang yang sudah mampu tapi enggan berangkat menunaikan ibadah
haji, maka baginya mati Yahudi atau Nasrani, sabda nabi.

‫ك زَا ًد َو َرا ِحلَةً َولَ ْم يَ ُح َّج بَيْتَ هللاِ فَالَ يَضُرُّ هُ َماتَ يَهُوْ ِديًّااَوْ نَصْ َرانِيًّا‬
َ َ‫* َم ْن َمل‬

Artinya : “Barang siapa yang telah memiliki bekal dan kendaraan (sudah mampu), dan ia
belum haji ke Baitullah maka tidak ada yang menghalangi baginya mati Yahudi atau
Nasrani”. (HR. Tirmidzi).

Haji (Bahasa Arab: ‫حج‬, Hajj) adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah
syahadat, salat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan
yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan)
dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab
Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini
berbeda dengan ibadah umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.

Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah ketika umat Islam bermalam
di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, dan berakhir
setelah melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Masyarakat Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul Adha sebagai Hari Raya Haji
karena bersamaan dengan perayaan ibadah haji ini.

Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Definisi
 2 Latar belakang ibadah haji
 3 Jenis ibadah haji
 4 Kegiatan ibadah haji
 5 Lokasi utama dalam ibadah haji
o 5.1 Makkah Al Mukaromah
o 5.2 Arafah
o 5.3 Muzdalifah
o 5.4 Mina
o 5.5 Madinah
 6 Haji Arbain
 7 Tempat bersejarah
o 7.1 Jabal Nur dan Gua Hira
o 7.2 Jabal Tsur
o 7.3 Jabal Rahmah
o 7.4 Jabal Uhud
o 7.5 Makam Baqi'
o 7.6 Masjid Qiblatain
 8 Rekaman tragedi ibadah haji
 9 Trivia
 10 Referensi
 11 Lihat pula

 12 Pranala luar

[sunting] Definisi
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. [1] Menurut
etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan
menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat
tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan
temat-tempat tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a(tempat sa'i), juga
Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan
haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Adapun
amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa'i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumrah,
mabit di Mina, dan lain-lain. [2]

[sunting] Latar belakang ibadah haji


Orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji ini yang mereka warisi
dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan disana-sini. Akan tetapi,
bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf, sa'i, wukuf, dan melontar
jumrah. Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat yang
sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap
menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara' (syariat), sebagaimana
yang diatur dalam al-Qur'an dan sunnah rasul. [2] Latar belakang ibadah haji ini juga
didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam,
terutama nabi Ibrahim (nabinya agama Tauhid). Ritual thawaf didasarkan pada ibadah
serupa yang dilaksanakan oleh umat-umat sebelum nabi Ibarahim. Ritual sa'i, yakni
berlari antara bukit Shafa dan Marwah (daerah agak tinggi di sekitar Ka'bah yang sudah
menjadi satu kesatuan Masjid Al Haram, Makkah), juga didasarkan untuk mengenang
ritual istri kedua nabi Ibrahim ketika mencari susu untuk anaknya nabi Ismail. Sementara
wukuf di Arafah adalah ritual untuk mengenang tempat bertemunya nabi Adam dan Siti
Hawa di muka bumi, yaitu asal mula dari kelahiran seluruh umat manusia.

[sunting] Jenis ibadah haji


Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakannya.
Rasulullah SAW memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana terlihat dalam hadis
berikut.

Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW dalam


tahun hajjatul wada. Diantara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah
dan ada pula yang berihram untuk haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-
tahallul ketika telah berada di Baitullah. Sedang orang yang berihram untuk haji
jika ia mengumpulkan haji dan umrah. Maka ia tidak melakukan tahallul sampai
dengan selesai dari nahar.[3][1]

Berikut adalah jenis dan pengertian haji yang dimaksud.[1]

 Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila sesorang
bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan
umrah. Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika
mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang tersebut berniat melaksanakan
ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai, maka orang tersebut
mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.
 Haji tamattu', mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan
melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain bertahallul. Kemudian
mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, ditahun yang
sama. Tamattu' dapat juga berarti melaksanakan ibadah di dalam bulan-bulan
serta di dalam tahun yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.
 Haji qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau menyekaliguskan.
Yang dimaksud disini adalah menyatukan atau menyekaliguskan berihram untuk
melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji qiran dilakukan dengan tetap
berpakaian ihram sejak miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib
haji sampai selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu
Hanifah, melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua thawaf dan dua sa'i.

[sunting] Kegiatan ibadah haji

Secara etimologi, wakaf berasal dari perkataan Arab “Waqf” yang berarti “al-Habs”. Ia
merupakan kata yang berbentuk masdar (infinitive noun) yang pada dasarnya berarti
menahan, berhenti, atau diam. Apabila kata tersebut dihubungkan dengan harta seperti
tanah, binatang dan yang lain, ia berarti pembekuan hak milik untuk faedah tertentu (Ibnu
Manzhur: 9/359).

Sebagai satu istilah dalam syariah Islam, wakaf diartikan sebagai penahanan hak milik
atas materi benda (al-‘ain) untuk tujuan menyedekahkan manfaat atau faedahnya (al-
manfa‘ah) (al-Jurjani: 328). Sedangkan dalam buku-buku fiqh, para ulama berbeda
pendapat dalam memberi pengertian wakaf. Perbedaan tersebut membawa akibat yang
berbeda pada hukum yang ditimbulkan. Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah sebagai
berikut.

Pertama, Hanafiyah mengartikan wakaf sebagai menahan materi benda (al-‘ain) milik
Wakif dan menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada siapapun yang
diinginkan untuk tujuan kebajikan (Ibnu al-Humam: 6/203). Definisi wakaf tersebut
menjelaskan bahawa kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau terhenti di tangan
Wakif itu sendiri. Dengan artian, Wakif masih menjadi pemilik harta yang
diwakafkannya, manakala perwakafan hanya terjadi ke atas manfaat harta tersebut, bukan
termasuk asset hartanya.

Kedua, Malikiyah berpendapat, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu harta yang
dimiliki (walaupun pemilikannya dengan cara sewa) untuk diberikan kepada orang yang
berhak dengan satu akad (shighat) dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan
Wakif (al-Dasuqi: 2/187). Definisi wakaf tersebut hanya menentukan pemberian wakaf
kepada orang atau tempat yang berhak saja.

Ketiga, Syafi‘iyah mengartikan wakaf dengan menahan harta yang bisa memberi
manfaat serta kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan cara memutuskan hak pengelolaan
yang dimiliki oleh Wakif untuk diserahkan kepada Nazhir yang dibolehkan oleh syariah
(al-Syarbini: 2/376). Golongan ini mensyaratkan harta yang diwakafkan harus harta yang
kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan artian harta yang tidak mudah rusak atau musnah
serta dapat diambil manfaatnya secara berterusan (al-Syairazi: 1/575).

Keempat, Hanabilah mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana, yaitu


menahan asal harta (tanah) dan menyedekahkan manfaat yang dihasilkan (Ibnu
Qudamah: 6/185). Itu menurut para ulama ahli fiqih. Bagaimana menurut undang-undang
di Indonesia? Dalam Undang-undang nomor 41 tahun 2004, wakaf diartikan dengan
perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda
miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Dari beberapa definisi wakaf tersebut, dapat disimpulkan bahwa wakaf bertujuan untuk
memberikan manfaat atau faedah harta yang diwakafkan kepada orang yang berhak dan
dipergunakan sesuai dengan ajaran syariah Islam. Hal ini sesuai dengan fungsi wakaf
yang disebutkan pasal 5 UU no. 41 tahun 2004 yang menyatakan wakaf berfungsi untuk
mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah
dan untuk memajukan kesejahteraan umum.

Rukun Wakaf

Rukun Wakaf Ada empat rukun yang mesti dipenuhi dalam berwakaf. Pertama, orang
yang berwakaf (al-waqif). Kedua, benda yang diwakafkan (al-mauquf). Ketiga, orang
yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi). Keempat, lafadz atau ikrar wakaf
(sighah).

Syarat-Syarat Wakaf
1. Syarat-syarat orang yang berwakaf (al-waqif)Syarat-syarat al-waqif ada empat,
pertama orang yang berwakaf ini mestilah memiliki secara penuh harta itu, artinya
dia merdeka untuk mewakafkan harta itu kepada sesiapa yang ia kehendaki.
Kedua dia mestilah orang yang berakal, tak sah wakaf orang bodoh, orang gila,
atau orang yang sedang mabuk. Ketiga dia mestilah baligh. Dan keempat dia
mestilah orang yang mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya orang
bodoh, orang yang sedang muflis dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan
hartanya.
2. Syarat-syarat harta yang diwakafkan (al-mauquf)Harta yang diwakafkan itu tidak
sah dipindahmilikkan, kecuali apabila ia memenuhi beberapa persyaratan yang
ditentukan oleh ah; pertama barang yang diwakafkan itu mestilah barang yang
berharga Kedua, harta yang diwakafkan itu mestilah diketahui kadarnya. Jadi
apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul), maka pengalihan milik pada
ketika itu tidak sah. Ketiga, harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang
yang berwakaf (wakif). Keempat, harta itu mestilah berdiri sendiri, tidak melekat
kepada harta lain (mufarrazan) atau disebut juga dengan istilah (ghaira shai’).
3. Syarat-syarat orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf alaih) Dari segi
klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam, pertama tertentu
(mu’ayyan) dan tidak tertentu (ghaira mu’ayyan). Yang dimasudkan dengan
tertentu ialah, jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah seorang, dua orang
atau satu kumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh dirubah. Sedangkan
yang tidak tentu maksudnya tempat berwakaf itu tidak ditentukan secara
terperinci, umpamanya seseorang sesorang untuk orang fakir, miskin, tempat
ibadah, dll. Persyaratan bagi orang yang menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf
mu’ayyan) bahwa ia mestilah orang yang boleh untuk memiliki harta (ahlan li al-
tamlik), Maka orang muslim, merdeka dan kafir zimmi yang memenuhi syarat ini
boleh memiliki harta wakaf. Adapun orang bodoh, hamba sahaya, dan orang gila
tidak sah menerima wakaf. Syarat-syarat yang berkaitan dengan ghaira mu’ayyan;
pertama ialah bahwa yang akan menerima wakaf itu mestilah dapat menjadikan
wakaf itu untuk kebaikan yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Dan wakaf ini hanya ditujukan untuk kepentingan Islam saja.
4. Syarat-syarat Shigah Berkaitan dengan isi ucapan (sighah) perlu ada beberapa
syarat. Pertama, ucapan itu mestilah mengandungi kata-kata yang menunjukKan
kekalnya (ta’bid). Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu.
Kedua, ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau
digantungkan kepada syarat tertentu. Ketiga, ucapan itu bersifat pasti. Keempat,
ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan. Apabila semua
persyaratan diatas dapat terpenuhi maka penguasaan atas tanah wakaf bagi
penerima wakaf adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan
harta itu telah berpindah kepada Allah dan penguasaan harta tersebut adalah orang
yang menerima wakaf secara umum ia dianggap pemiliknya tapi bersifat ghaira
tammah.
Seorang haji di masa Hindia Belanda (litografi berdasarkan gambar oleh Auguste van
Pers, 1854)

Berikut adalah kegiatan utama dalam ibadah haji berdasarkan urutan waktu:

 Sebelum 8 Dzulhijjah, umat Islam dari seluruh dunia mulai berbondong untuk
melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.
 8 Dzulhijjah, jamaah haji bermalam di Mina. Pada pagi 8 Dzulhijjah, semua
umat Islam memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan sebagai
pakaian haji), kemudian berniat haji, dan membaca bacaan Talbiyah. Jamaah
kemudian berangkat menuju Mina, sehingga malam harinya semua jamaah haji
harus bermalam di Mina.
 9 Dzulhijjah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke Arafah. Kemudian jamaah
melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang luas ini
hingga Maghrib datang. Ketika malam datang, jamaah segera menuju dan
bermalam Muzdalifah.
 10 Dzulhijjah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina untuk
melaksanakan ibadah Jumrah Aqabah, yaitu melempar batu sebanyak tujuh kali
ke tugu pertama sebagai simbolisasi mengusir setan. Setelah mencukur rambut
atau sebagian rambut, jamaah bisa Tawaf Haji (menyelesaikan Haji), atau
bermalam di Mina dan melaksanakan jumrah sambungan (Ula dan Wustha).
 11 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua,
dan tugu ketiga.
 12 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua,
dan tugu ketiga.
 Sebelum pulang ke negara masing-masing, jamaah melaksanakan Thawaf Wada'
(thawaf perpisahan).

[sunting] Lokasi utama dalam ibadah haji


[sunting] Makkah Al Mukaromah

Di kota inilah berdiri pusat ibadah umat Islam sedunia, Ka'bah, yang berada di pusat
Masjidil Haram. Dalam ritual haji, Makkah menjadi tempat pembuka dan penutup ibadah
ini ketika jamaah diwajibkan melaksanakan niat dan thawaf haji.

[sunting] Arafah

Kota di sebelah timur Makkah ini juga dikenal sebagai tempat pusatnya haji, yiatu tempat
wukuf dilaksanakan, yakni pada tanggal 9 Dzulhijjah tiap tahunnya. Daerah berbentuk
padang luas ini adalah tempat berkumpulnya sekitar dua juta jamaah haji dari seluruh
dunia. Di luar musim haji, daerah ini tidak dipakai.

[sunting] Muzdalifah

Tempat di dekat Mina dan Arafah, dikenal sebagai tempat jamaah haji melakukan Mabit
(Bermalam) dan mengumpulkan bebatuan untuk melaksanakan ibadah jumrah di Mina.

Rute yang dilalui oleh jamaah dalam ibadah haji

[sunting] Mina

Tempat berdirinya tugu jumrah, yaitu tempat pelaksanaan kegiatan melontarkan batu ke
tugu jumrah sebagai simbolisasi tindakan nabi Ibrahim ketika mengusir setan. Dimasing-
maising tempat itu berdiri tugu yang digunakan untuk pelaksanaan: Jumrah Aqabah,
Jumrah Ula, dan Jumrah Wustha. Di tempat ini jamaah juga diwajibkan untuk menginap
satu malam.

[sunting] Madinah

Adalah kota suci kedua umat Islam. Di tempat inilah panutan umat Islam, Nabi
Muhammad SAW dimakamkan di Masjid Nabawi. Tempat ini sebenarnya tidak masuk
ke dalam ritual ibadah haji, namun jamaah haji dari seluruh dunia biasanya
menyempatkan diri berkunjung ke kota yang letaknya kurang lebih 330 km (450 km
melalui transportasi darat) utara Makkah ini untuk berziarah dan melaksanakan salat di
masjidnya Nabi. Lihat foto-foto keadaan dan kegiatan dalam masjid ini.
[sunting] Haji Arbain
Haji Arbain (bahasa Arab: ‫ اربعين‬arba'in, artinya "empat puluh") adalah ibadah haji yang
disertai dengan shalat fardhu sebanyak 40 kali di Masjid An-Nabawi Madinah tanpa
terputus. Ibadah ini seringkali dikerjakan oleh jamaah haji dari Indonesia. Dalam
pelaksanaannya, mereka setidak-tidaknya tinggal di Madinah saat haji selama 8 atau 9
hari, dan dengan perhitungan sehari akan shalat wajib sebanyak 5 kali dan selama 8 atau
9 hari maka akan tercukupi jumlah 40 kali shalat wajib tanpa terputus.

[sunting] Tempat bersejarah


Berikut ini adalah tempat-tempat bersejarah, yang meskipun bukan rukun haji, namum
biasa dikunjungi oleh para jemaah haji atau peziarah lainnya[4]:

[sunting] Jabal Nur dan Gua Hira

Jabal Nur terletak kurang lebih 6 km di sebelah utara Masjidil Haram. Di puncaknya
terdapat sebuah gua yang dikenal dengan nama Gua Hira. Di gua inilah Nabi Muhammad
saw menerima wahyu yang pertama, yaitu surat Al-'Alaq ayat 1-5.

[sunting] Jabal Tsur

Jabal Tsur terletak kurang lebih 6 km di sebelah selatan Masjidil Haram. Untuk mencapai
Gua Tsur ini memerlukan perjalanan mendaki selama 1.5 jam. Di gunung inilah Nabi
Muhammad saw dan Abu Bakar As-Siddiq bersembunyi dari kepungan orang Quraisy
ketika hendak hijrah ke Madinah.

Bagian dari serial dalam keyakinan


Islam:

Aqidah

Rukun Islam (Sunni)

Syahādah - Pernyataan keyakinan


Ṣalāt - Sembahyang
Zakāh - Membayar sedekah wajib
Ṣaum - Berpuasa selama bulan
Ramadan
Haji - Melakukan serangkaian ibadah
di Mekkah
Rukun Iman (Sunni)
Allāh - Tawhīd
Malaikat - Keberadaan dan tugasnya
Kitab Allāh - Shuhuf dan kitab
Nabi dan Rasul - Syariat agama
Hari Akhir - Hari Pembalasan
Qada dan Qadar - Ketentuan dan
takdir
Lainnya
Eskatologi Islam.

Kotak ini: lihat • bicara • sunting

[sunting] Jabal Rahmah

Yaitu tempat bertemunya Nabi Adam as dan Hawa setelah keduanya terpisah saat turun
dari surga. Peristiwa pentingnya adalah tempat turunnya wahyu yang terakhir pada Nabi
Muhammad saw, yaitu surat Al-Maidah ayat 3.

[sunting] Jabal Uhud

Letaknya kurang lebih 5 km dari pusat kota Madinah. Di bukit inilah terjadi perang
dahsyat antara kaum muslimin melawan kaum musyrikin Mekah. Dalam pertempuran
tersebut gugur 70 orang syuhada di antaranya Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi
Muhammad saw. Kecintaan Rasulullah saw pada para syuhada Uhud, membuat beliau
selalu menziarahinya hampir setiap tahun. Untuk itu, Jabal Uhud menjadi salah satu
tempat penting untuk diziarahi.

[sunting] Makam Baqi'

Baqi' adalah tanah kuburan untuk penduduk sejak zaman jahiliyah sampai sekarang.
Jamaah haji yang meninggal di Madinah dimakamkan di Baqi', letaknya di sebelah timur
dari Masjid Nabawi. Di sinilah makam Utsman bin Affan ra, para istri Nabi, putra dan
putrinya, dan para sahabat dimakamkan. Ada banyak perbedaan makam seperti di tanah
suci ini dengan makam yang ada di Indonesia, terutama dalam hal peletakan batu nisan.

Anda mungkin juga menyukai