Anda di halaman 1dari 16

KONSEP IBADAH

MALIYAH
KELOMPOK 5

Dhea Putri Ananda (2210921020)


Fajriyah Nurul Hikmah (2210921014)
Pengertian Ibadah Maliyah
Ibadah harta (ibadah maliyah) merupakan investasi amal yang tidak akan
berhenti pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia, yang
dikenal dengan Amal Jariyah. Harta yang dititipkan kepada manusia harus dijadikan
sebagai bekal kepada Allah SWT. Banyak harta, harus mendorong seseorang untuk
lebih banyak beribadah kepada-Nya. Harta yang dijadikan sebagai bekal dan
sarana ibadah, berarti harta yang bermanfaat dan akan membuahkan berkah
kepada harta dan kehidupan yang bersangkutan. Dan kewajiban bersyukuratas
nikmat harta harus dibuktikan dengan cara menggunakan harta tersebut sebagai
saranaibadah kepada Allah SWT. Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allah tidak
hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah fisik saja, tetapi juga harus diwujudkan
dalam bentuk ibadah harta. Ibadah dengan harta termasuk bagian penting dalam
syari’at Islam. Hanya ada dua hukum dalam ibadah maliyah ini, yaitu wajib dan
sunah.
MACAM – MACAM
IBADAH MALIYAH
1. Zakat
Zakat menurut istilah bahasa artinya tumbuh, beerkat atau kebaikan. Menurut
istilah (ahli fiqih) artinya kadar harta tertentu yang harus diberikan kepada kelompok- kelompok
tertentu dengan berbagai syarat. Zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima. Hukumnya
fardhu ‘ain (wajib) atas tiap-tiap orang yang cukup syarat-syaratnya. Zakat mulai diwajibkan
pada tahun kedua Hijriyah. Kata zakat merupakan isim mashdar dari kata zakā yang berarti
berkah, tumbuh, bersih dan baik.

ada 5 unsur utama dalam zakat, yaitu:


a. Sebagian harta, tidak seluruhnya.
b. Harta yang dizakati adalah harta yang khusus (telah ditentukan), misalnya harta perdagangan
(tijarah).
c. Ada ketentuan yang khusus dalam standar ukuran misalnya zakat perdagangan adalah 2,5 %
dari modal.
d. Sebagian didistribusikan pada waktu tertentu seperti halnya zakat fitrah dan zakat emas
sebagai simpanan.
e. Zakat hanya untuk mustahik yang sudah ditentukan (Q.S. at-Taubah [9]: 60).
2. INFAQ

Infaq berasal dari kata nafaqa yang berarti telah lewat, berlalu, habis,
mengeluarkan isi, menghabiskan miliknya, atau belanja.

Menurut istilah, infaq adalah:

‫ت‬ َ َ‫ت َو ْاﻟ ُﻤﺒ‬


ِ ‫ﺎﺣﺎ‬ ِ ‫ﺐ ِﻓ ْﻲ اﻟﻄﱠﺎ َﻋﺎ‬
ِ ‫ﺎل اﻟﻄﱠﯿﱢ‬
ِ ‫ِإ ْﺧ َﺮا ُج ْاﻟ َﻤ‬
“Mengeluarkan harta yang thayib (baik) dalam ketaatan atau hal-hal yang
dibolehkan”

Perbedaan antara infaq dengan zakat terletak pada standar ukuran, waktu dan
mustahik. Jika zakat sudah tertentu sebagaimana lima unsur utama zakat, maka
infaq tidak ditentukan standar ukuran, waktu penunaian, dan mustahiknya tidak
terpaku sebagaimana dalam Q.S. at-Taubah (9) ayat 60.
3. SHADAQOH

Ibadah harta pada umumnya disebut shadaqah. Shadaqah yang wajib dan
ditentukan standar pelaksanaannya disebut zakat. Shadaqah yang wajib tapi
tidak ditentukan standar pelaksanaannya disebut infaq. Adapun shadaqah
yang sunat disebut dengan kata shadaqah itu sendiri. Shadaqah berasal dari
kata ash-shidqu yang berarti benar, jujur. Falsafahnya, shadaqah merupakan
bukti bahwa seseorang memiliki keyakinan (aqidah) yang benar, jalan hidup
(syariah) yang benar dan perilaku (akhlak) yang benar. selain itu, shadaqah
merupakan manifestasi kejujuran seseorang dalam kepemilikan harta.
.
4. FIDYAH

Fidyah adalah menempatkan sesuatu pada tempat lain sebagai tebusan


(pengganti) nya, baik berupa makanan atau lainnya. Fidyah juga berarti
kewajiban manusia mengeluarkan sejumlah harta untuk menutupi ibadah
yang ditinggalkannya.

Hukum fidyah adalah wajib, apabila :


A. Tidak mampu melakukan shaum, seperti karena lanjut usia.
B. Orang sakit permanen yang kesembuhannya sangat sulit.
C. Perempuan hamil atau perempuan yang sedang menyusui (yang
bersangkutan boleh memilih antara qadha shaum atau fidyah).
D. Jumlah fidyah adalah sejumlah makanan yang dikonsumnsi yang
bersangkut pada bulan Ramadhan. Setiap hari tidak puasa diganti dengan
fidyah makan sehari untuk seorang miskin
5. KIFFARAT

Kifarat sumpah (bersumpah palsu), salah satu caranya adalah


Dengan memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari
makanan yang biasa diberikan kepada keluarga sendiri atau
memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang
hamba sahaya. Dalam hadits Riwayat Muslim, juga diterangkan
bahwa kifarat nadzar yang tidak dapat dilakukan sama dengan
kifarat sumpah.
6. UDHIYYAH

Udhiyyah adalah menyembelih binatang tertentu pada Hari Raya


Qurban (Idul Adha) atau Hari Tasyriq (11,12 dan 13 Dzulhijjah)
dengan niat taqarub atau qurban (mendekatkan diri) kepada
Allah SWT. Udhiyyah (qurban) sebenarnya sudah menjadi
syari’at para Nabi dan Rasul Allah.

Syarat-syarat berqurban/udhiyyah :
1. Waktu pelaksanaan qurban/udhiyyah pada Hari raya Adha/Qurban
(10 Dzulhijjah) setelah shalat sunnat Idul Adha dan Hari Tasyriq
(11,12 dan 13 Dzulhijjah).
2. Binatang qurban ialah unta, sapi atau kerbau, kambing, biri-biri atau
domba.
7. AQIQAH

Aqiqah adalah binatang (kambing atau domba) yang disembelih


dalam rangka menyambut anak yang baru dilahirkan. Aqiqah
dilaksanakan pada saat bayi berumur 7 hari, sekaligus dicukur
habis rambutnya (digunduli kepalanya) dan disyi’arkan namanya.
Apabila pada hari ke-7 tidak bisa dilaksanakan aqiqah, boleh
diundurkan sampai harike- 14 atau hari ke-21.Pelaksanaan
aqiqah setelah waktu tersebut menjadi ihtilafpara ulama. Ada
yang berpendapat, bahwa aqiqah tetap dianjurkan, akan tetapi
ada pendapat lain yang menyatakan tidak usah dilaksanakan,
lebih baik berkurban saja pada tanggal 10 Dzulhijjah atau pada
hari-hari tasyriq (11, 12 dan 13 dzulhijjah).
8. AL-HADYU

Al-Hadyu adalah melakukan penyembelihan binatang ternak


(domba) sebagai pengganti pekerjaan wajib haji yang
ditinggalkan atau sebagai denda karena melanggar hal-hal yang
terlarang mengerjakannya dalam prosesi ibadah umrah atau haji
atau bagi mereka yang memiliki kemampuan melakukannya atau
bagi mereka yang melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap
larangan-larangan tertentu dalam ibadah haji Al-Hadyu juga bisa
mencakup segala bentuk penyembelihan binatang yang
dilakukan di Tanah Haram, baik sebagai pemenuhan dam,
maupun karena hal-hal lainnya seperti nadzar atau qurban.
Urgensi Ibadah
Maliyah
Ibadah maliah sangat penting dilihat dari berbagai segi, antara lain:

1. Merupakan Sarana Bagi Hamba Untuk Taqarrub Kepada Allah


2. Merupakan Sarana Penghapus Dosa
3. Harta yang tidak dikeluarkan zakatnya disebut harta yang kotor
4. Tidak mengeluarkan dianggap sebagai merampas hak orang lain
dan mendapatkan dosa besar
5. Dengan ibadah maliyah berarti telah menjalankan salah satu rukun
islam
HIKMAH Ibadah
Maliyah
Hikmah ibadah maliyah diantaranya:
1. Pembersih harta
2. Pembersih hati
3. Membantu kaum dhuafa
4. Menumbuhkan akhlak mulia
5. Berfungsi sebagai sosial ekonomi
6. Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera
7. Dapat menyucikan diri dari dosa
8. Menunjang perwujudan sistem kemasyarakatan islam
Makna Spritual Ibadah Maliyah
Bagi Kehidupan Sosial

Ibadah Maliyah memiliki fungsi sosial, dengan memberikan zakat atau


infaq dan lainnya kepada fakir miskin bisa menjaga keseimbangan
hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidak adilan sosial.
Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya)
kepada yang tidak memiliki harta sehingga terjalin keterpaduan antara
orang miskin dan orang kaya, karena kalau telah terjadi keterpaduan
diantara keduanya, akan mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa
terjadi dalam masyarakat akibat kesenjangan dan ketidakadilan sosial.
kesimpulan
dapat disimpulkan bahwa apa yang merupakan perintah Allah selalu membawakan
berkah dan hikmah. Manusia tidak akan pernah lepas dari harta, karena harta
merupakan kebutuhan bagi manusia. Dengan harta manusia bisa memenuhi
kebutuhan- kebutuhan yang sifatnya primer, sekunder atau tertier. Selain untuk
memenuhi kebutuhan- kebutuhan hidup, dengan harta manusia bisa beribadah
kepada Allah. Harta menjadi alat bagi seseorang untuk mengabdikan dirinya
kepada Allah. Ibadah (harta) maliyah memberikan pengaruh baik bagi pemberi
dan penerimanya. Harta yang lebih dari keperluan yang pokok bila tidak di
belanjakan pada jalan-jalan kebaikan, maka kosonglah ia dari hikmah dan
terlepaslah ia dari maksud dijadikannya sebagai barang yang memberi manfaat.
Maka Allah yang Maha Hakim melimpahkan harta, juga menyuruh ntuk
dikeluarkan sebagiannya untuk kepentingan orang-orang yang
membutuhkannya, yaitu dengan cara mengeluarkan zakat.
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai