“ IBADAH MALIYAH ”
Disusun Oleh :
Zulfa Mirza Al Auza’i
(202210370311172)
PENDAHULUAN
Harta bukan tujuan, melainkan sarana beribadah kepada Allah SWT. Harta yang
membawa kebaikan dan keberkahan, selain dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup, juga wajib dizakati dan diinfakkan di jalan Allah SWT. Manusia tidak akan pernah
lepas dari harta karena harta merupakan kebutuhan bagi manusia. Manusia melakukan P4
yakni pergi pagi pulang petang, tiada lain adalah untuk mendapatkan harta. Dengan harta,
manusia bisa memenuhi kebutuhan - kebutuhan yang sifatnya primer, sekunder atau tersier.
Harta menjadi alat bagi seseorang untuk mengabdikan dirinya kepada Allah SWT. Ibadah
dengan harta ini lazim disebut Ibadah Maliyah.
Ibadah harta yang bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja dengan jumlah
berapa saja adalah infak-sedekah. Allah SWT menjanjikan pelipatgandaan bagi mereka yang
berinfak sedekah di jalan Allah SWT untuk menolong sesama, menyantuni fakir-miskin dan
yatim piatu, mendanai dakwah atau syiar Islam dan sebagainya.
PEMBAHASAN
Ibadah harta (Ibadah Maliyah) merupakan investasi amal yang tidak akan berhenti
pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia, yang dikenal dengan Amal
Jariyah. Harta yang dititipkan kepada manusia harus dijadikan sebagai bekal kepada Allah
SWT. Banyak harta, harus mendorong seseorang untuk lebih banyak beribadah kepada-Nya.
Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang bermanfaat dan
akan membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang bersangkutan. Dan kewajiban
syukur atas nikmat harta harus dibuktikan dengan cara menggunakan harta tersebut
sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT. Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allah SWT tidak
hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah fisik saja, tetapi juga harus diwujudkan dalam
bentuk ibadah harta. Investasi amal yang tidak akan berhenti pahalanya, walaupun yang
bersangkutan sudah meninggal dunia adalah harta yang disumbangkan untuk amal jariyah.
Ibadah Maliah atau ibadah dengan harta termasuk bagian penting dalam syari’at Islam.
Dalam rukun Islam pun nampak bahwa rukun yang lima itu terdiri dari ruknul qalbi, ruknul
badani dan ruknul mali.
1. Zakat
Zakat merupakan istilah untuk ibadah harta yang hukumnya wajib dan ketentuannya
sudah termaktub dalam al-Quran dan Hadist. Infaq merupakan istilah ibadah harta yang
hukumnya wajib tetapi ketentuannya tidak dibuat oleh Allah dan Rasulullah.
Dan, shadaqah adalah sebutan untuk ibadah harta yang hukumnya sunat.
Khusus tentang infaq, infaq wajib adalah infaq dari penghasilan yang tidak dikenai
kewajiban zakat. Misalnya, para staf, karyawan, PNS, atau pegawai lainnya yang memiliki
penghasilan. Semuanya kena wajib infaq.
Hanya ada dua hukum dalam ibadah maliyah ini, yaitu wajib dan sunah. Menurut para
ulama, wajib adalah:
“Sesuatu yang diganjar jika mengamalkannya dan tidak disanksi jika meninggalkannya”
Kata zakat merupakan isim mashdar dari kata zakā yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan
baik. Sedangkan menurut istilah para ulama, zakat adalah:
“Memberikan sebagian yang khusus, dari harta yang khusus, dengan ketentuan yang
khusus, dan sebagiannya disalurkan pada waktu yang khusus, untuk yang berhak
menerimanya”.
3. Ada ketentuan yang khusus dalam standar ukuran misalnya zakat perdagangan
adalah 2,5 % dari modal
4. Sebagian didistribusikan pada waktu tertentu seperti halnya zakat fitrah dan zakat
emas sebagai simpanan
5. Zakat hanya untuk mustahik yang sudah ditentukan (Q.S. at-Taubah [9]: 60).
Ada delapan golongan orang yang menerima zakat yaitu sebagai berikut :
1. Fakir, mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidup.
2. Miskin, mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar kehidupan.
3. Amil, mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
4. Mualaf, mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menguatkan dalam tauhid dan syariah.
5. Riqab, budak atau hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya.
6. Gharimin, mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam mempertahankan
jiwa dan izzahnya.
7. Fisabilillah, mereka yang berjuang di jalan Allah SWT dalam bentuk kegiatan
dakwah, jihad dan sebagainya.
8. Ibnu Sabil, mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada Allah
SWT.
Jenis Zakat :
Secara umum zakat terbagi menjadi dua jenis, yaitu zakat fitrah dan zakat mal.
Zakat Fitrah (zakat al-fitr) adalah zakat yang diwajibkan atas setiap jiwa baik lelaki dan
Zakat Mal adalah zakat yang dikenakan atas segala jenis harta, yang secara zat maupun
Tahun 2014 yang telah diubah dua kali dengan perubahan kedua adalah Peraturan Menteri
Agama No 31/2019, dan pendapat Syaikh Dr. Yusuf Al-Qardhawi serta para ulama lainnya.
Zakat emas, perak, dan logam mulia lainnya adalah zakat yang dikenakan atas emas,
perak, dan logam lainnya yang telah mencapai nisab dan haul.
Zakat atas uang dan surat berharga lainnya adalah zakat yang dikenakan atas uang,
harta yang disetarakan dengan uang, dan surat berharga lainnya yang telah
mencapai nisab dan haul.
Zakat perniagaan adalah zakat yang dikenakan atas usaha perniagaan yang telah
mencapai nisab dan haul.
Zakat pertanian, perkebunan, dan kehutanan adalah zakat yang dikenakan atas hasil
pertanian, perkebunan dan hasil hutan pada saat panen.
Zakat peternakan dan perikanan adalah zakat yang dikenakan atas binatang ternak
dan hasil perikanan yang telah mencapai nisab dan haul.
Zakat pertambangan adalah zakat yang dikenakan atas hasil usaha pertambangan
yang telah mencapai nisab dan haul.
Zakat perindustrian adalah zakat atas usaha yang bergerak dalam bidang produksi
barang dan jasa.
Zakat pendapatan dan jasa adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan
yang diperoleh dari hasil profesi pada saat menerima pembayaran, zakat ini dikenal
juga sebagai zakat profesi atau zakat penghasilan.
Zakat rikaz adalah zakat yang dikenakan atas harta temuan, dimana kadar zakatnya
adalah 20%.
1. Harta yang dikenai zakat harus memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
Milik penuh
Halal
Cukup nisab
Haul
3. Hanya saja, syarat haul tidak berlaku untuk zakat pertanian, perkebunan dan kehutanan,
perikanan, pendapatan dan jasa, serta zakat rikaz.
Beragama islam
Hidup pada saat bulan Ramadhan
Memiliki kelebihan kebutuhan pokok untuk malam dan hari raya idul fitri.
2. INFAQ
Infaq berasal dari kata nafaqa yang berarti telah lewat, berlalu, habis, mengeluarkan
isi, menghabiskan miliknya, atau belanja.
ُ خرَا
ج ْ ِل إ ِ ِّ ي الط َّ ِي
ِ ب ْالمَا ْ ِمبَاحَاتِ الطَّا َعاتِ ف ْ و
ُ َال
“Mengeluarkan harta yang thayib (baik) dalam ketaatan atau hal-hal yang dibolehkan”
Perbedaan antara infaq dengan zakat terletak pada standar ukuran, waktu dan mustahik.
Jika zakat sudah tertentu sebagaimana lima unsur utama zakat, maka infaq tidak ditentukan
standar ukuran, waktu penunaian, dan mustahiknya tidak terpaku sebagaimana dalam Q.S.
at-Taubah (9) ayat 60.
3. SHADAQAH
Ibadah harta pada umumnya disebut shadaqah. Shadaqah yang wajib dan
ditentukan standar pelaksanaannya disebut zakat. Shadaqah yang wajib tapi tidak
ditentukan standar pelaksanaannya disebut infaq. Adapun shadaqah yang sunah disebut
dengan kata shadaqah itu sendiri.
Shadaqah bersal dari kata ash-shidqu yang berarti benar, jujur. Falsafahnya,
shadaqah merupakan bukti bahwa seseorang memiliki keyakinan (aqidah) yang benar, jalan
hidup (syariah) yang benar dan prilaku (akhlak) yang benar. Selain itu, shadaqah
merupakan manifestasi kejujuran seseorang dalam kepemilikan harta.
Jika zakat dan infaq sudah ditentukan jenisnya seperti uang, emas, perak,
perdagangan, hewan ternak, dll. Maka shadaqah tidak demikian, shadaqah boleh dengan
barang-barang sebagaimana disebut bisa juga denga apapun yang dimiliki. Bahkan wajah
sumringah dan senyuman pun bisa bernilai shadaqah.
4. FIDYAH
Fidyah adalah menempatkan sesuatu pada tempat lain sebagai tebusan (pengganti)
nya, baik berupa makanan atau lainnya. Fidyah juga berarti kewajiban manusia
mengeluarkan sejumlah harta untuk menutupi ibadah yang ditinggalkannya. Fidyah shaum
wajib dilakukan oleh seseorang yang tak sanggup karena kepayahan dalam melakukan
shaum fardhu khususnya di bulan Ramadhan, sebagai salah satu bentuk rukhsah
(dispensasi) yang diberikan Allah kepada mereka.
5. KIFARAT
Kifarat secara bahasa ialah tertutup / terselubung, Kifarat menurut istilah berarti suatu
tebusan atau denda yang wajib dibayar oleh seseorang karena telah melakukan perbuatan
yang dilarang oleh Allah SWT.
Hikmah Kafarat :
6. QURBAN
Udhiyyah (qurban) adalah menyembelih binatang tertentu pada Hari Raya Qurban
(Idul Adha) atau Hari Tasyriq (11,12 dan 13 Dzulhijjah) dengan niat taqarub atau qurban
(mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Udhiyyah (qurban) sebenarnya sudah menjadi
syari’at para Nabi dan Rasul Allah SWT. Setiap Nabi melakukan ibadah qurban. Putra Nabi
Adam AS (Qabil dan Habil) pernah melakukan ibadah qurban.
Yang diabadikan secara khusus adalah qurban yang menjadi syari’at Allah SWT yang
dibawa Nabi Ibarahim AS. Kemudian syari’at itu dilestarikan menjadi syari’at Nabi
Muhammad SAW atas legitimasi dan perintah Allah SWT yang diabadikan-Nya dalam al
Qur’an surat Al Kautsar, 108:2.
Syarat-syarat berqurban/udhiyyah :
7. AQIQAH
Aqiqah adalah binatang (kambing atau domba) yang disembelih dalam rangka
menyambut anak yang baru dilahirkan. Aqiqah dilaksanakan pada saat bayi berumur 7 hari,
sekaligus dicukur habis rambutnya (digunduli kepalanya) dan disyi’arkan namanya. Apabila
pada hari ke 7 tidak bisa dilaksanakan aqiqah, boleh diundurkan sampai hari ke 14 atau hari
ke 21. Pelaksanaan aqiqah setelah waktu tersebut menjadi ihtilaf para ulama. Ada yang
berpendapat, bahwa aqiqah tetap dianjurkan akan tetapi ada pendapat lain yang
menyatakan tidak usah dilaksanakan lebih baik berkurban saja pada tanggal 10 Dzulhijjah
atau pada hari-hari tasyriq (11, 12 dan 13 dzulhijjah).
Dalam sebuah hadist dikatakan, “Penyembelihan hewan aqiqah bisa hari yang ke-7,
hari ke-14, atau hari ke-21.” Hadist ini dianggap sebagai hadist yang shahih oleh sebagian
ulama. Tata cara hukum aqiqah dihari ketujuh kelahiran memang bukan harga mati. Hari
ketujuh setelah kelahiran dianggap sebagai saat yang paling afdol.“Jika tidak memungkinkan
dilakukan pada hari tersebut karena masih lelah dan tidak sempat mengurusnya, aqiqah
bisa dilakukan di hari ke-14 atau ke-21. Jika masih tidak bisa juga, maka aqiqah dapat
dilaksanakan kapan saja.” tambah Ustadz Aris Munandar. Aqiqah dapat dilakukan sampai
ada kemampuan, bahkan jika sudah dewasa sekalipun. Nabi SAW pun mengaqiqahi dirinya
sendiri ketika beliau telah diutus menjadi seorang Nabi. Riwayat ini juga menjadi dasar
dibolehkannya seseorang untuk mengaqiqahi dirinya sendiri apabila orang tuanya belum
mengaqiqahi ketika kecil atau tidak memiliki kemampuan untuk itu.
8. AL – HADYU
Hadyu adalah menyembelih hewan ternak yang dibawa ke Tanah Haram untuk
disembelih sebagai amalan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seperti yang
dijelaskan dalam buku Fiqhus Sunnah, boleh menyembelih binatang apa saja yang kau
kehendaki, akan tetapi batas minimal yang mencukupinya adalah seekor kambing untuk
satu orang. Inilah hukum menyembelih hadyu :
a. Sunnah, yang disembelih oleh orang yang berhaji Ifrad atau umrah Ifrad, serta apa
yang disedekahkan oleh selain keduanya, sedang selebihnya adalah kewajiban.
b. Wajib yang dibebankan terhadap :
Orang yang melakukan haji Qiran atau Tamattu’
Orang yang meninggalkan salah satu kewajiban haji
Orang yang mencabut atau mencukur rambutnya maupun memotong
kukunya, seperti yang telah dipaparkan, dan ini disebut dengan hadyulfidyah.
Wanita sedang berumrah yang membunuh binatang buruan darat, danini
dinamakan hadyul jaza
Siapa saja yang terhalang oleh sesuatu aral yang menghalanginya sedangkan
dia belum mengucapkan syarat ketika berniat haji, sebagaimana yang sudah
dijelaskan. Ini disebut dengan hadyul ihshar
Pria yang menyetubuhi istrinya padahal dia sedang berihram di tengah –
tengah haji, ini merupakan hadyu watha’
Wanita yang bernadzar untuk menyembelih hadyu, sehingga menjadi wajib
baginya memenuhi nadzar tersebut. Ini disebut hadyu nadzar
9. DAM
Dalam suatu hal al-hadyu bisa lebih umum dari pada dam dan dalam hal lain dam
bisa lebih umum dari pada al-hadyu. Dam dilakukan bukan untuk membuat sesuatu yang
rusak (batal) menjadi sah atau yang kurang menjadi lengkap. Dam dilakukan sebagai salah
satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT sekaligus juga sebagai salah satu bentuk
penghapusan atau kifarat atas pelanggaran dalam pelaksanaan ibadah dan atau umrah.
1. Bagi orang kaya, sesuai dengan fungsinya, sebagai pembersih harta, selain itu juga
pembersih hati tuthohhiruhum watuzaqqiihim bihaa. Jadi dengan berzakat,
harta itu menjadi bersih dari hak-hak orang lain yang dititipkan oleh Allah kepada
orang kaya.
2. Bisa membersihkan hati dari penyakit tamak, rakus, kikir, dan serta penyakit -
penyakit hati lainnya. Jadi zakat memiliki satu kekuatan transformatif dalam
menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati muzakki.
3. Memberikan zakat atau infaq dan lainnya kepada fakir miskin bisa menjaga
keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidak adilan sosial.
4. Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada orang
miskin sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang kaya.
5. Mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat
kesenjangan, kecemburuan dan ketidakadilan sosial.
Harta yang dititipkan Allah kepada manusia harus dijadikan sebagai bekal beribadah
kepada Allah SWT. Banyak harta, harus mendorong seseorang untuk lebih banyak beribadah
kepada-Nya.
Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang
bermanfaat dan akan membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang
bersangkutan. Kewajiban syukur atas nikmat harta harus dibuktikan dengan cara
menggunakan harta tersebut sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT.
Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allah SWT tidak hanya diwujudkan dalam bentuk
ibadah fisik saja, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk ibadah harta. Investasi amal
yang tidak akan berhenti pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia
adalah harta yang disumbangkan untuk amal jariah. Ibadah maliah atau ibadah dengan
harta termasuk bagian penting dalam syari’at Islam.
Ibadah maliyah, seperti zakat, dll termasuk ibadah ijtima’i, yaitu ibadah yang
dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan sosial kemasyarakatan. Ibadah maliyah
memiliki fungsi sosial, dengan memberikan zakat atau infaq dan lainnya kepada fakir
miskin bisa menjaga keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidak adilan
sosial.
Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada yang tidak
memiliki harta sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang kaya, karena
kalau telah terjadi keterpaduan diantara keduanya, mudah-mudahan bisa mengantisipasi
dan akan mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat
kesenjangan dan ketidakadilan sosial.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ibadah maliyah adalah amalan - amalan ibadah yang lebih banyak dilakukan dengan
sarana harta benda atau ibadah yang diwujudkan dalam bentuk pemberian harta atau
terkait dengan harta yaitu menggunakan harta yang Allah karuniakan untuk apa-apa yang
Allah cintai dan ridhai seperti zakat, infaq, shadaqah dll.
a. Zakat
b. Infaq
c. Shadaqah
d. Fidyah
e. Kifarat
f. Kurban/Udhiyyah
g. Aqiqah
h. Al-Hadyu
i. Dam
Ibadah maliyah merupakan ibadah yang tidak akan berhenti pahalanya, walaupun
yangbersangkutan sudah meninggal dunia (Amal Jariyah).
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/habibullahaf/pengertian-ibadah-maliyah-dan-9-contohnya
https://baere.wordpress.com/2018/03/22/v-ibadah-maliyah/
https://www.bacaanmadani.com/2017/07/pengertian-kaffarat-macam-macam.html
https://ichvitave.blogspot.com/2016/09/agama-makna-ibadah-maliyah-bagi.html
https://mizanamanah.or.id/programs/infaq-sedekah/kifarat/
https://baznas.go.id/zakat
https://brainly.co.id/tugas/10211057