Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ IBADAH MALIYAH ”

Disusun Oleh :
Zulfa Mirza Al Auza’i
(202210370311172)

FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Harta bukan tujuan, melainkan sarana beribadah kepada Allah SWT. Harta yang
membawa kebaikan dan keberkahan, selain dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup, juga wajib dizakati dan diinfakkan di jalan Allah SWT. Manusia tidak akan pernah
lepas dari harta karena harta merupakan kebutuhan bagi manusia. Manusia melakukan P4
yakni pergi pagi pulang petang, tiada lain adalah untuk mendapatkan harta. Dengan harta,
manusia bisa memenuhi kebutuhan - kebutuhan yang sifatnya primer, sekunder atau tersier.
Harta menjadi alat bagi seseorang untuk mengabdikan dirinya kepada Allah SWT. Ibadah
dengan harta ini lazim disebut Ibadah Maliyah.

Ibadah harta yang bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja dengan jumlah
berapa saja adalah infak-sedekah. Allah SWT menjanjikan pelipatgandaan bagi mereka yang
berinfak sedekah di jalan Allah SWT untuk menolong sesama, menyantuni fakir-miskin dan
yatim piatu, mendanai dakwah atau syiar Islam dan sebagainya.

“Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah


serupa dengan sebutir bibit yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir: seratus
biji. Allah melipat gandakan bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas
karunia-Nya dan Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261).

“Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya karena mencari keridhaan


Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran
tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat.
Jika hujan lebat tidak menyiramnya, maka hujan gerimis (pun memadai). Allah Maha Melihat
apa yang kamu perbuat.” (QS. Al-Baqarah: 265).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian dan Hakikat Ibadah Maliyah


2. Tujuan dan Fungsi Ibadah Maliyah
3. Macam - macam Ibadah Maliyah (Zakat, Infaq, Shadaqqah, dll)
4. Hikmah dan Makna Spiritual Ibadah Maliyah bagi kehidupan
1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian serta hakikat Ibadah Maliyah.


2. Untuk mengetahui apa fungsi Ibadah Maliyah.
3. Untuk mengetahui apa saja macam – macam Ibadah Maliyah.
4. Untuk mengetahui hikmah dan makna spiritual Ibadah Maliyah bagi kehidupan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN IBADAH MALIYAH

Ibadah harta (Ibadah Maliyah) merupakan investasi amal yang tidak akan berhenti
pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia, yang dikenal dengan Amal
Jariyah. Harta yang dititipkan kepada manusia harus dijadikan sebagai bekal kepada Allah
SWT. Banyak harta, harus mendorong seseorang untuk lebih banyak beribadah kepada-Nya.
Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang bermanfaat dan
akan membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang bersangkutan. Dan kewajiban
syukur atas nikmat harta harus dibuktikan dengan cara menggunakan harta tersebut
sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT. Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allah SWT tidak
hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah fisik saja, tetapi juga harus diwujudkan dalam
bentuk ibadah harta. Investasi amal yang tidak akan berhenti pahalanya, walaupun yang
bersangkutan sudah meninggal dunia adalah harta yang disumbangkan untuk amal jariyah.
Ibadah Maliah atau ibadah dengan harta termasuk bagian penting dalam syari’at Islam.
Dalam rukun Islam pun nampak bahwa rukun yang lima itu terdiri dari ruknul qalbi, ruknul
badani dan ruknul mali.

2.2 HAKIKAT IBADAH MALIYAH

Hakikat dari ibadah maliyah adalah pengorbanan, kerelaan untuk mengeluarkan


sesuatu dari milik kita, sebagai pembuktian bahwa harta tersebut hanya titipan sehingga
kita memiliki kewajiban moral untuk membagikannya kepada yang berhak.

2.3 TUJUAN DAN FUNGSI IBADAH MALIYAH

1. Membersihkan harta dari kotoran kebakhilan, keserakahan, kekejaman dan


kezaliman terhadap kaum fakir miskin.
2. Berfungsi ekonomi, membantu makanan bagi yang miskin atau memerlukan.
3. Memiliki fungsi sosial, dengan memberikan zakat kepada fakir miskin bisa menjaga
keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidak adilan sosial.
4. Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada yang tidak
memiliki harta sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang kaya.
5. Mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat
kesenjangan dan ketidakadilan sosial.

2.4 MACAM – MACAM IBADAH MALIYAH

1. Zakat

Zakat merupakan istilah untuk ibadah harta yang hukumnya wajib dan ketentuannya
sudah termaktub dalam al-Quran dan Hadist. Infaq merupakan istilah ibadah harta yang
hukumnya wajib tetapi ketentuannya tidak dibuat oleh Allah dan Rasulullah.
Dan, shadaqah adalah sebutan untuk ibadah harta yang hukumnya sunat.

Khusus tentang infaq, infaq wajib adalah infaq dari penghasilan yang tidak dikenai
kewajiban zakat. Misalnya, para staf, karyawan, PNS, atau pegawai lainnya yang memiliki
penghasilan. Semuanya kena wajib infaq.

Hanya ada dua hukum dalam ibadah maliyah ini, yaitu wajib dan sunah. Menurut para
ulama, wajib adalah:

ُ ‫ه َعلَى مَا ُي َث‬


‫اب‬ ِ ِ‫ب فِ ْعل‬ َ ‫علَى َو ُي َع‬
ُ ‫اق‬ َ ‫ه‬
ِ ِ‫تَ ْرك‬

“Sesuatu yang diganjar jika mengamalkannya dan disanksi jika meninggalkannya”

Sedangkan sunah adalah:

ُ ‫ه َعلَى مَا ُي َث‬


‫اب‬ ِ ِ‫ب ل َ َو فِ ْعل‬ َ ‫ه َعلَى ُي َع‬
ُ ‫اق‬ ِ ِ‫تَ ْرك‬

“Sesuatu yang diganjar jika mengamalkannya dan tidak disanksi jika meninggalkannya”

Letak perbedaan kedua hukum tersebut adalah adanya reward (pahala)


dan punishment (adzab). Mengamalkan yang wajib, mendapat reward dan meninggalkannya
mendapat punishment. Mengamalkan yang sunah memperoleh reward tetapi
meninggalkannya tidak diberi punishment.

Kata zakat merupakan isim mashdar dari kata zakā yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan
baik. Sedangkan menurut istilah para ulama, zakat adalah:

“Memberikan sebagian yang khusus, dari harta yang khusus, dengan ketentuan yang
khusus, dan sebagiannya disalurkan pada waktu yang khusus, untuk yang berhak
menerimanya”.

Sebagaimana definisi tersebut, ada 5 unsur utama dalam zakat, yaitu:

1. Sebagian harta, tidak seluruhnya


2. Harta yang dizakati adalah harta yang khusus (telah ditentukan) misalnya harta
perdagangan (tijarah)

3. Ada ketentuan yang khusus dalam standar ukuran misalnya zakat perdagangan
adalah 2,5 % dari modal

4. Sebagian didistribusikan pada waktu tertentu seperti halnya zakat fitrah dan zakat
emas sebagai simpanan

5. Zakat hanya untuk mustahik yang sudah ditentukan (Q.S. at-Taubah [9]: 60).

Ada delapan golongan orang yang menerima zakat yaitu sebagai berikut :

1. Fakir, mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidup.
2. Miskin, mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar kehidupan.
3. Amil, mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
4. Mualaf, mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menguatkan dalam tauhid dan syariah.
5. Riqab, budak atau hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya.
6. Gharimin, mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam mempertahankan
jiwa dan izzahnya.
7. Fisabilillah, mereka yang berjuang di jalan Allah SWT dalam bentuk kegiatan
dakwah, jihad dan sebagainya.
8. Ibnu Sabil, mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada Allah
SWT.

Jenis Zakat :

Secara umum zakat terbagi menjadi dua jenis, yaitu zakat fitrah dan zakat mal.

Zakat Fitrah (zakat al-fitr) adalah zakat yang diwajibkan atas setiap jiwa baik lelaki dan

perempuan muslim yang dilakukan pada bulan Ramadhan.

Zakat Mal adalah zakat yang dikenakan atas segala jenis harta, yang secara zat maupun

substansi perolehannya, tidak bertentangan dengan ketentuan agama. Sebagai contoh,


zakat mal
terdiri atas uang, emas, surat berharga, penghasilan profesi, dan lain-lain, sebagaimana
yang

terdapat dalam UU No 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat, Peraturan Menteri Agama No 52

Tahun 2014 yang telah diubah dua kali dengan perubahan kedua adalah Peraturan Menteri

Agama No 31/2019, dan pendapat Syaikh Dr. Yusuf Al-Qardhawi serta para ulama lainnya.

Zakat mal meliputi :

 Zakat emas, perak, dan logam mulia lainnya adalah zakat yang dikenakan atas emas,
perak, dan logam lainnya yang telah mencapai nisab dan haul.
 Zakat atas uang dan surat berharga lainnya adalah zakat yang dikenakan atas uang,
harta yang disetarakan dengan uang, dan surat berharga lainnya yang telah
mencapai nisab dan haul.
 Zakat perniagaan adalah zakat yang dikenakan atas usaha perniagaan yang telah
mencapai nisab dan haul.
 Zakat pertanian, perkebunan, dan kehutanan adalah zakat yang dikenakan atas hasil
pertanian, perkebunan dan hasil hutan pada saat panen.
 Zakat peternakan dan perikanan adalah zakat yang dikenakan atas binatang ternak
dan hasil perikanan yang telah mencapai nisab dan haul.
 Zakat pertambangan adalah zakat yang dikenakan atas hasil usaha pertambangan
yang telah mencapai nisab dan haul.
 Zakat perindustrian adalah zakat atas usaha yang bergerak dalam bidang produksi
barang dan jasa.
 Zakat pendapatan dan jasa adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan
yang diperoleh dari hasil profesi pada saat menerima pembayaran, zakat ini dikenal
juga sebagai zakat profesi atau zakat penghasilan.
 Zakat rikaz adalah zakat yang dikenakan atas harta temuan, dimana kadar zakatnya
adalah 20%.

Syarat Zakat Mal dan Zakat Fitrah :

1. Harta yang dikenai zakat harus memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan syariat Islam.

2. Syarat harta yang dikenakan zakat mal sebagai berikut:

 Milik penuh
 Halal
 Cukup nisab
 Haul

3. Hanya saja, syarat haul tidak berlaku untuk zakat pertanian, perkebunan dan kehutanan,
perikanan, pendapatan dan jasa, serta zakat rikaz.

4. Syarat harta yang dikenakan zakat fitrah sebagai berikut:

 Beragama islam
 Hidup pada saat bulan Ramadhan
 Memiliki kelebihan kebutuhan pokok untuk malam dan hari raya idul fitri.

2. INFAQ

Infaq berasal dari kata nafaqa yang berarti telah lewat, berlalu, habis, mengeluarkan
isi, menghabiskan miliknya, atau belanja.

Menurut istilah, infaq adalah:

ُ ‫خرَا‬
‫ج‬ ْ ِ‫ل إ‬ ِ ِّ ‫ي الط َّ ِي‬
ِ ‫ب ْالمَا‬ ْ ِ‫مبَاحَاتِ الطَّا َعاتِ ف‬ ْ ‫و‬
ُ ‫َال‬

“Mengeluarkan harta yang thayib (baik) dalam ketaatan atau hal-hal yang dibolehkan”

Perbedaan antara infaq dengan zakat terletak pada standar ukuran, waktu dan mustahik.
Jika zakat sudah tertentu sebagaimana lima unsur utama zakat, maka infaq tidak ditentukan
standar ukuran, waktu penunaian, dan mustahiknya tidak terpaku sebagaimana dalam Q.S.
at-Taubah (9) ayat 60.

3. SHADAQAH

Ibadah harta pada umumnya disebut shadaqah. Shadaqah yang wajib dan
ditentukan standar pelaksanaannya disebut zakat. Shadaqah yang wajib tapi tidak
ditentukan standar pelaksanaannya disebut infaq. Adapun shadaqah yang sunah disebut
dengan kata shadaqah itu sendiri.

Shadaqah bersal dari kata ash-shidqu yang berarti benar, jujur. Falsafahnya,
shadaqah merupakan bukti bahwa seseorang memiliki keyakinan (aqidah) yang benar, jalan
hidup (syariah) yang benar dan prilaku (akhlak) yang benar. Selain itu, shadaqah
merupakan manifestasi kejujuran seseorang dalam kepemilikan harta.

Menurut istilah shadaqah adalah:

ِ ‫ه ال َّت َق ُّربِ إِلَى‬


‫هللا تَ َعالَى‬ ْ ‫مَا تُ ْعطَى َعلَى و‬
ِ ‫َج‬
“Sesuatu yang diberikan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala”.

Jika zakat dan infaq sudah ditentukan jenisnya seperti uang, emas, perak,
perdagangan, hewan ternak, dll. Maka shadaqah tidak demikian, shadaqah boleh dengan
barang-barang sebagaimana disebut bisa juga denga apapun yang dimiliki. Bahkan wajah
sumringah dan senyuman pun bisa bernilai shadaqah.

4. FIDYAH

Fidyah adalah menempatkan sesuatu pada tempat lain sebagai tebusan (pengganti)
nya, baik berupa makanan atau lainnya. Fidyah juga berarti kewajiban manusia
mengeluarkan sejumlah harta untuk menutupi ibadah yang ditinggalkannya. Fidyah shaum
wajib dilakukan oleh seseorang yang tak sanggup karena kepayahan dalam melakukan
shaum fardhu khususnya di bulan Ramadhan, sebagai salah satu bentuk rukhsah
(dispensasi) yang diberikan Allah kepada mereka.

Hukum fidyah adalah wajib, apabila :

1. Tidak mampu melakukan shaum, seperti karena lanjut usia.


2. Orang sakit permanen yang kesembuhannya sangat sulit.
3. Perempuan hamil atau perempuan yang sedang menyusui (yang bersangkutan
boleh memilih antara qadha shaum atau fidyah).
4. Jumlah fidyah adalah sejumlah makanan yang dikonsumnsi yang bersangkut
pada bulan Ramadhan. Setiap hari tidak puasa diganti dengan fidyah makan
sehari untuk seorang miskin.

5. KIFARAT

Kifarat secara bahasa ialah tertutup / terselubung, Kifarat menurut istilah berarti suatu
tebusan atau denda yang wajib dibayar oleh seseorang karena telah melakukan perbuatan
yang dilarang oleh Allah SWT.
Hikmah Kafarat :

 Dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.


 Dapat menimbulkan kesadaran untuk tidak mengulangi perbuatannya.
 Mendidik manusia untuk bertanggung jawab.
 Terciptanya kehidupan yang aman, damai sejahtera dalam keluarga dan masyarakat.

6. QURBAN

Udhiyyah (qurban) adalah menyembelih binatang tertentu pada Hari Raya Qurban
(Idul Adha) atau Hari Tasyriq (11,12 dan 13 Dzulhijjah) dengan niat taqarub atau qurban
(mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Udhiyyah (qurban) sebenarnya sudah menjadi
syari’at para Nabi dan Rasul Allah SWT. Setiap Nabi melakukan ibadah qurban. Putra Nabi
Adam AS (Qabil dan Habil) pernah melakukan ibadah qurban.

Yang diabadikan secara khusus adalah qurban yang menjadi syari’at Allah SWT yang
dibawa Nabi Ibarahim AS. Kemudian syari’at itu dilestarikan menjadi syari’at Nabi
Muhammad SAW atas legitimasi dan perintah Allah SWT yang diabadikan-Nya dalam al
Qur’an surat Al Kautsar, 108:2.

Syarat-syarat berqurban/udhiyyah :

1. Waktu pelaksanaan qurban/udhiyyah pada Hari raya Adha/Qurban (10 Dzulhijjah)


setelah shalat sunnat Idul Adha dan Hari Tasyriq (11,12 dan 13 Dzulhijjah).
2. Binatang qurban ialah unta, sapi atau kerbau, kambing, biri-biri atau domba.
3. Binatang-binatang tersebut hendaknya tidak cacat (cacat mata, sakit, pincang, kurus
dan tak berdaya, rusak/pecah sebelah tanduknya atau telinganya).
4. Bulu binatang (kambing) lebih disukai yang berwarna putih mulus atau bulu
mulutnya, bulu kakinya dan bulu di sekitar matanya berwarna hitam.
5. Sudah berumur satu tahun. Bila kesulitan mendapatkan binatang berumur satu
tahun boleh kambing jadza’ah (berumur sekitar 9-11 bulan, tetapi gemuk, sehat
tanpa cacat).
6. Dilakukan sendiri setelah usai melaksanakan shalat sunat Idul Adha.
7. Satu ekor kambing berlaku untuk satu orang atau satu keluarga.
8. Satu ekor unta atau sapi atau kerbau berlaku bagi 7 orang.

7. AQIQAH

Aqiqah adalah binatang (kambing atau domba) yang disembelih dalam rangka
menyambut anak yang baru dilahirkan. Aqiqah dilaksanakan pada saat bayi berumur 7 hari,
sekaligus dicukur habis rambutnya (digunduli kepalanya) dan disyi’arkan namanya. Apabila
pada hari ke 7 tidak bisa dilaksanakan aqiqah, boleh diundurkan sampai hari ke 14 atau hari
ke 21. Pelaksanaan aqiqah setelah waktu tersebut menjadi ihtilaf para ulama. Ada yang
berpendapat, bahwa aqiqah tetap dianjurkan akan tetapi ada pendapat lain yang
menyatakan tidak usah dilaksanakan lebih baik berkurban saja pada tanggal 10 Dzulhijjah
atau pada hari-hari tasyriq (11, 12 dan 13 dzulhijjah).

Dalam sebuah hadist dikatakan, “Penyembelihan hewan aqiqah bisa hari yang ke-7,
hari ke-14, atau hari ke-21.” Hadist ini dianggap sebagai hadist yang shahih oleh sebagian
ulama. Tata cara hukum aqiqah dihari ketujuh kelahiran memang bukan harga mati. Hari
ketujuh setelah kelahiran dianggap sebagai saat yang paling afdol.“Jika tidak memungkinkan
dilakukan pada hari tersebut karena masih lelah dan tidak sempat mengurusnya, aqiqah
bisa dilakukan di hari ke-14 atau ke-21. Jika masih tidak bisa juga, maka aqiqah dapat
dilaksanakan kapan saja.” tambah Ustadz Aris Munandar. Aqiqah dapat dilakukan sampai
ada kemampuan, bahkan jika sudah dewasa sekalipun. Nabi SAW pun mengaqiqahi dirinya
sendiri ketika beliau telah diutus menjadi seorang Nabi. Riwayat ini juga menjadi dasar
dibolehkannya seseorang untuk mengaqiqahi dirinya sendiri apabila orang tuanya belum
mengaqiqahi ketika kecil atau tidak memiliki kemampuan untuk itu.

8. AL – HADYU

Hadyu adalah menyembelih hewan ternak yang dibawa ke Tanah Haram untuk
disembelih sebagai amalan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seperti yang
dijelaskan dalam buku Fiqhus Sunnah, boleh menyembelih binatang apa saja yang kau
kehendaki, akan tetapi batas minimal yang mencukupinya adalah seekor kambing untuk
satu orang. Inilah hukum menyembelih hadyu :

a. Sunnah, yang disembelih oleh orang yang berhaji Ifrad atau umrah Ifrad, serta apa
yang disedekahkan oleh selain keduanya, sedang selebihnya adalah kewajiban.
b. Wajib yang dibebankan terhadap :
 Orang yang melakukan haji Qiran atau Tamattu’
 Orang yang meninggalkan salah satu kewajiban haji
 Orang yang mencabut atau mencukur rambutnya maupun memotong
kukunya, seperti yang telah dipaparkan, dan ini disebut dengan hadyulfidyah.
 Wanita sedang berumrah yang membunuh binatang buruan darat, danini
dinamakan hadyul jaza
 Siapa saja yang terhalang oleh sesuatu aral yang menghalanginya sedangkan
dia belum mengucapkan syarat ketika berniat haji, sebagaimana yang sudah
dijelaskan. Ini disebut dengan hadyul ihshar
 Pria yang menyetubuhi istrinya padahal dia sedang berihram di tengah –
tengah haji, ini merupakan hadyu watha’
 Wanita yang bernadzar untuk menyembelih hadyu, sehingga menjadi wajib
baginya memenuhi nadzar tersebut. Ini disebut hadyu nadzar

9. DAM

Dam adalah menyembelih binatang tertentu sebagai sangsi terhadap pelanggaran


atau karena meninggalkan sesuatu yang diperintahkan dalam rangka pelaksanaan ibadah
haji dan umrah atau karena mendahulukan umrah dari pada haji (haji tamattu) atau karena
melakukan haji dan umrah secara bersamaan (haji qiran). Dam juga diidentikkan dengan al-
hadyu, sekalipun tidak selalu sama.

Dalam suatu hal al-hadyu bisa lebih umum dari pada dam dan dalam hal lain dam
bisa lebih umum dari pada al-hadyu. Dam dilakukan bukan untuk membuat sesuatu yang
rusak (batal) menjadi sah atau yang kurang menjadi lengkap. Dam dilakukan sebagai salah
satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT sekaligus juga sebagai salah satu bentuk
penghapusan atau kifarat atas pelanggaran dalam pelaksanaan ibadah dan atau umrah.

2.5 HIKMAH IBADAH MALIYAH

1. Bagi orang kaya, sesuai dengan fungsinya, sebagai pembersih harta, selain itu juga
pembersih hati tuthohhiruhum watuzaqqiihim bihaa. Jadi dengan berzakat,
harta itu menjadi bersih dari hak-hak orang lain yang dititipkan oleh Allah kepada
orang kaya.
2. Bisa membersihkan hati dari penyakit tamak, rakus, kikir, dan serta penyakit -
penyakit hati lainnya. Jadi zakat memiliki satu kekuatan transformatif dalam
menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati muzakki.

3. Memberikan zakat atau infaq dan lainnya kepada fakir miskin bisa menjaga
keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidak adilan sosial.

4. Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada orang
miskin sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang kaya.

5. Mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat
kesenjangan, kecemburuan dan ketidakadilan sosial.

2.6 MAKNA SPIRITUAL IBADAH MALIYAH BAGI KEHIDUPAN

Harta yang dititipkan Allah kepada manusia harus dijadikan sebagai bekal beribadah
kepada Allah SWT. Banyak harta, harus mendorong seseorang untuk lebih banyak beribadah
kepada-Nya.

Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang
bermanfaat dan akan membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang
bersangkutan. Kewajiban syukur atas nikmat harta harus dibuktikan dengan cara
menggunakan harta tersebut sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT.

Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allah SWT tidak hanya diwujudkan dalam bentuk
ibadah fisik saja, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk ibadah harta. Investasi amal
yang tidak akan berhenti pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia
adalah harta yang disumbangkan untuk amal jariah. Ibadah maliah atau ibadah dengan
harta termasuk bagian penting dalam syari’at Islam.

Ibadah maliyah, seperti zakat, dll termasuk ibadah ijtima’i, yaitu ibadah yang
dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan sosial kemasyarakatan. Ibadah maliyah
memiliki fungsi sosial, dengan memberikan zakat atau infaq dan lainnya kepada fakir
miskin bisa menjaga keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidak adilan
sosial.

Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada yang tidak
memiliki harta sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang kaya, karena
kalau telah terjadi keterpaduan diantara keduanya, mudah-mudahan bisa mengantisipasi
dan akan mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat
kesenjangan dan ketidakadilan sosial.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Ibadah maliyah adalah amalan - amalan ibadah yang lebih banyak dilakukan dengan
sarana harta benda atau ibadah yang diwujudkan dalam bentuk pemberian harta atau
terkait dengan harta yaitu menggunakan harta yang Allah karuniakan untuk apa-apa yang
Allah cintai dan ridhai seperti zakat, infaq, shadaqah dll.

Ibadah maliyah terbagi menjadi 9, yaitu :

a. Zakat
b. Infaq
c. Shadaqah
d. Fidyah
e. Kifarat
f. Kurban/Udhiyyah
g. Aqiqah
h. Al-Hadyu
i. Dam

Ibadah maliyah merupakan ibadah yang tidak akan berhenti pahalanya, walaupun
yangbersangkutan sudah meninggal dunia (Amal Jariyah).
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/habibullahaf/pengertian-ibadah-maliyah-dan-9-contohnya

https://baere.wordpress.com/2018/03/22/v-ibadah-maliyah/

https://www.bacaanmadani.com/2017/07/pengertian-kaffarat-macam-macam.html

https://ichvitave.blogspot.com/2016/09/agama-makna-ibadah-maliyah-bagi.html

https://mizanamanah.or.id/programs/infaq-sedekah/kifarat/

https://baznas.go.id/zakat

https://brainly.co.id/tugas/10211057

Anda mungkin juga menyukai