Anda di halaman 1dari 25

IBADAH MĀLIYAH

Dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah


Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIKA II)
Dosen Pengampu : Irwan, M.Ag

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. Astri Kumalasari NIM (1962201437)


2. Hamdiyah NIM (1962201442)
3. Nabilla Fatimah NIM (1962201475)

PKUB UMT SERANG


PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
SERANG
2020
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sholawat teriring salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita yakni Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa rahmat bagi seluruh alam.
Alhamdulillaah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Adapun makalah dengan judul “IBADAH
MĀLIYAH” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan (AIKA II).
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini,
baik dari segi isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu
saya sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2

C. Tujuan.................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 3

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah Māliyah.................................................................... 5

B. Macam-Macam Ibadah Māliyah............................................................ 5

C. Urgensi Ibadah Māliyah......................................................................... 15

D. Hikmah Menjalankan Ibadah Māliyah................................................... 16

E. Makna Spiritual Ibadah Māliyah bagi Kehidupan Sosial...................... 17

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................ 20

B. Saran-Saran............................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu bentuk ibadah yang dilihat dari segi pelaksanaannya adalah
ibadah Māliyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan harta. Islam adalah
sebuah sistem yang sempurna dan menyeluruh. Dengan Islam, Allāh
memuliakan manusia, agar dapat hidup dengn nyaman dan sejahtera di muka
bumi ini. Allāh mengajarkan kepada manusia bahwa ia adalah seorang hamba
yang diciptakan dengan sifat-sifat kesempurnaan. Selanjutnya Allāh
memberikan sarana-sarana untuk menuju kehidupan yang mulia dan
memungkinkan dirinya melakukan ibadah. Namun demikian, sarana-sarana
tersebut tidak akan dapat diperoleh kecuali dengan jalan saling tolong
menolong antar sesama atas dasar saling menghormati, menjaga hak dan
kewajiban sesama. Ibadah Māliyah merupakan salah satu dari sarana menuju
kebahagiaan hidup manusia, diantaranya melalui zakat, shodaqoh, infaq dan
lain-lain. Zakat disyari’atkan dalam rangka meluruskan perjalanan manusia
agar selaras dengan syarat-syarat menuju kesejahteraan manusia secara
pribadi dan kesejahteraan manusia dalam hubungannya dengan orang lain.
Zakat berfungsi menjaga kepemilikan pribadi agar tidak keluar dari
timbangan keadilan dan menjaga jarak kesenjangan sosial yang menjadi biang
utama terjadinya gejolak yang berakibat runtuhnya ukhuwah, tertikamnya
kehormatan dan robeknya integritas bangsa.
Ibadah Māliyah merupakan investasi amal yang tidak akan berhenti
pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia, yang
dikenal dengan Amal Jariyah. Ibadah Māliyah yang bisa dilakukan kapan saja
dan di mana saja dengan jumlah berapa saja adalah shodaqoh dan infaq. Allāh
menjanjikan pelipat gandakan bagi mereka yang bershodaqoh dan berinfaq di
jalan Allāh untuk menolong sesama, menyantuni fakir-miskin dan yatim
piatu, mendanai dakwah atau syiar Islam dan sebagainya. Sebagaimana dalam
firman Allāh “Perumpamaan orang-orang yang menginfaqkan hartanya di

1
2

jalan Allāh adalah serupa dengan sebutir bibit yang menumbuhkan tujuh
butir, pada tiap-tiap butir: seratus biji. Allāh melipat gandakan bagi siapa saja
yang Dia kehendaki. Dan Allāh Mahaluas karunia-Nya dan Maha
Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261).
“Perumpamaan orang-orang yang menginfaqkan hartanya karena
mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah
kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka
kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak
menyiramnya, maka hujan gerimis (pun memadai). Allah Maha Melihat apa
yang kamu perbuat.” (QS. Al-Baqarah: 265).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ibadah Māliyah?


2. Apa saja macam-macam dari ibadah Māliyah?
3. Apa urgensi dari ibadah Māliyah?
4. Apa saja hikmah dalam menjalankan ibadah Māliyah?
5. Apa makna spiritual ibadah Māliyah bagi kehidupan sosial?

C. Tujuan

1. Dapat memahami pengertian dari ibadah Māliyah.


2. Dapat mengetahui macam-macam ibadah Māliyah.
3. Dapat memahami urgensi dari ibadah Māliyah.
4. Dapat mengetahui hikmah dalam menjalankan ibadah Māliyah.
5. Dapat memahami makna spiritual ibadah Māliyah bagi kehidupan sosial
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Manusia tidak akan pernah lepas dari harta karena harta merupakan
kebutuhan bagi manusia. Manusia bekerja keras untuk mendapatkan harta, dengan
harta manusia bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain yang sifatnya primer,
sekunder atau tersier. Selain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup,
dengan harta manusia bisa beribadah kepada Allah. Harta menjadi alat bagi
seseorang untuk mengabdikan dirinya kepada Allah. Ibadah dengan harta
ini disebut dengan ‘ibādah Māliyah.
Dalam ibadah Māliyah (harta) ada tiga istilah yang biasa digunakan.
Ketiga istilah tersebut antarlain zakat, infāq dan shadaqah. Karena perbedaan
istilah, maka ada perbedaan dalam definisi, hukum dan tata caranya
pelaksanaanya.
Zakat merupakan istilah untuk ibadah harta yang hukumnya wajib dan
ketentuannya sudah tercantum dalam al-Quran dan Hadits. Menurut imam Hanafi
dan Imamiyah bahwa berakal dan baligh merupakan syarat diwajibkannya
mengeluarkan zakat sedangkan menurut imam Maliki, Hambali dan Syafi’I bahwa
berakal dan baligh tidak menjadi syarat diwajibkannya mengeluarkan zakat,
menurut pendapat ini berarti bahwa harta orang gila dan harta anak-anak wajib
dizakati, walinya wajib mengeluarkan. Syarat diwajibkannya zakat adalah “milik
penuh”. Setiap mazhab membahas secara panjang lebar tentang definisi milik
“penuh” itu. Kesimpulan dari semua definisi yang diungkapkan ulama mazhab
adalah : Orang yang mempunyai harta itu sepenuhnya terhadap harta bendanya
dan dapat mengeluarkannya sekehendaknya. Maka harta yang hilang tidak wajib
dizakati, juga harta yang dirampas dari pemiliknya, sekalipun tetap menjadi
miliknya.1
Infāq merupakan istilah ibadah harta yang hukumnya wajib tetapi
ketentuannya tidak dibuat oleh Allāh dan Rasulullāh. Shadaqah adalah sebutan
untuk ibadah harta yang hukumnya sunnah.

1
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta : PT. Lentera Basritama,
2003), hlm. 177.

3
4

Hanya ada dua hukum dalam ibadah maliyah ini, yaitu wajib dan


sunnah. Menurut para ulama, wajib adalah:
‫َمايُثَابُ َعلَى فِ ْعلِ ِه َويُ َعاقَبُ َعلَى تَرْ ِك ِه‬
“Sesuatu yang diganjar jika mengamalkannya dan disanksi jika
meninggalkannya”

Sedangkan sunnah adalah:


‫َمايُثَابُ َعلَى فِ ْعلِ ِه َو الَ يُ َعاقَبُ َعلَى تَرْ ِك ِه‬
“Sesuatu yang diganjar jika mengamalkannya dan tidak disanksi jika
meninggalkannya”
Letak perbedaan kedua hukum tersebut adalah adanya reward (pahala)
dan punishment  (adzab). Mengamalkan yang wajib, mendapat reward dan
meninggalkannya mendapat punishment. Mengamalkan yang sunnah
memperoleh reward tetapi meninggalkannya tidak diberi punishment.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah Māliyah


Menurut bahasa Ibadah berasal dari bahasa Arab‫( الطاعة‬patuh),
ّ
‫وع‬ff‫( الخض‬tunduk) dan ‫ك‬ff‫التنس‬ (pengabdian), jadi ibadah merupakan bentuk
kepatuhan, ketundukan dan pengabdian kepada Allāh.2 Sedangkan Māliyah
berasal dari kata ‫ مال‬yang berarti harta. Jadi, Ibadah Māliyah adalah segala
bentuk kepatuhan, ketundukan dan pengabdian kepada Allāh yang secara
pelaksanaannya dilakukan dengan harta. Ibadah maliyah adalah amalan-
amalan ibadah  yang lebih banyak dilakukan dengan sarana harta benda atau
ibadah yang diwujudkan dalam bentuk pemberian harta atau terkait dengan
harta : Yaitu menggunakan harta yang Allāh karuniakan untuk apa-apa yang
Allāh cintai dan ridhai.  Seperti zakat, infāq dan shodaqoh dan lain-lain.

B. Macam-Macam Ibadah Māliyah


1. Zakat
Zakat berasal dari kata bahasa Arab ‫ الزكاة‬bentuk masdar dari fi’il
mādli ‫ ز ّكى‬yang berarti bertambah, tumbuh, berkembang, mensucikan.
Sedangkan menurut syara’ fiqih, zakat adalah sesuatu yang hukumnya
wajib dikeluarkan dari sekumpulan harta yang memenuhi syarat tertentu
dan diberikan kepada golongan tertentu yang berhak menerimanya
(mustahik).3 Dalil yang menunjukkan hukum zakat itu wajib adalah Q.S.
At-Taubah [9]:103
‫ك َس َك ٌن لَّهُ ْم ۗ َوٱهَّلل ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬
َ َ‫صلَ ٰوت‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن أَ ْم ٰ َولِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِهم بِهَا َو‬
َ ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ْم ۖ ِإ َّن‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dari zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka
sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka dan

2
Ahmad Alfan, dkk., Fikih Kelas X Kurikulum 2013 Madrasah Aliyah, (Jakarta :
Kementerian Aagama Republik Indonesia, 2014), hlm. 12.
3
Ibid, 37.

5
6

Allāh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. At-Taubah


[9]:103).
Terdapat pula dalam Q.S. Al-Baqoroh [2]:43
…َ‫… َو َءاتُوا ال ّز َكاة‬
“Dan tunaikanlah zakat”
Yang termasuk golongan mustahik adalah sebagaimana dalam firman
Allāh
ِ f‫ب َو ْٱل َغ‬
‫ار ِمينَ َوفِى‬f ُ َ‫ص َد ٰق‬
ِ ‫ا‬fَ‫وبُهُ ْم َوفِى ٱل ِّرق‬fُ‫ ِة قُل‬fَ‫ا َو ْٱل ُمؤَ لَّف‬ffَ‫ات لِ ْلفُقَ َرٓا ِء َو ْٱل َم َسا ِكي ِن َو ْٱل َعا ِملِينَ َعلَ ْيه‬ َّ ‫إِنَّ َما ٱل‬
‫ضةً ِّمنَ ٱهَّلل ِ ۗ َوٱهَّلل ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬
َ ‫يل ۖ فَ ِري‬ ِ ِ‫َسبِي ِل ٱهَّلل ِ َوٱ ْب ِن ٱل َّسب‬
“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allāh dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allāh dan Allāh Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. At-Taubah [9]:60).
Adapun macam-macam zakat adalah sebagai berikut :
 Zakat Fitrah
Menurut istilah adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap
muslim setahun sekali berupa makanan pokok sesuai kadar yang telah
ditentukan oleh syara’. Waktu yang dibolehkan mengeluarkan zakat
fitrah yaitu dari awal ramadhan sampai hari penghabisan ramadhan,
waktu diwajibkannya mengeluarkan zakat fitrah yaitu mulai terbenam
matahari penghabisan ramadhan, waktu sunnah mengeluarkan zakat
fitrah yaitu sesudah sholat shubuh sebelum dimulainya sholat idul
fitri, waktu makruh megeluarkan zakat fitrah yaitu sesudah sholat idul
fitri tetapi sebelum terbenam matahari pada hari raya, sedangkan
waktu haram mengeluarkan zakat fitrah yaitu apabila sengaja dibayar
sesudah terbenam matahari pada hari raya. Fungsi zakat fitrah adalah
untuk membersihkan/menyucikan jiwa dan untuk memenuhi
kebutuhan orang-orang miskin pada hari raya idul fitri.4

4
Ibid, 38-39.
7

 Zakat Māl
Yaitu kewajiban umat Islam yang memiliki harta benda tertentu
untuk diberikan kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan nishab
dan dalam jangka waktu tertentu. Fungsi zakat māl adalah untuk
membersihkan/menyucikan harta benda mereka dari hak-hak kaum
miskin diantara umat Islam.
Allāh berfirman dalam Q.S. Adz-Dzariyat [51]:19
ِ ‫ق لِّلسَّٓائِ ِل َو ْٱل َمحْ ر‬
‫ُوم‬ ٌّ ‫َوفِ ٓى أَ ْم َوالِ ِه ْم َح‬
“Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak meminta”.

Syarat harta yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah harus didapat


dengan cara yang baik dan halal, berkembang dan berpotensi untuk
dikembangkan, milik penuh (harta tersebut di bawah control
kekuasaan pemiliknya) tidak tersangkut dengan hak orang lain,
mencapai nishab, mencapai satu tahun kepemilikan, dan sudah
terpenuhi kebutuhan pokok (yang dikeluarkan zakat adalah
kelebihannya).5

Harta benda yang wajib dizakati ialah :

a. Emas dan Perak

No. Jenis Harta Nishab Waktu Kadar Zakat


1 Emas 85 gram 1 tahun 2,5%
2 Perak 595 gram 1 tahun 2,5% 6

5
Ibid, 40.
6
Ibid.
8

b. Hewan Ternak
No. Jenis Harta Nishab Waktu Kadar Zakat
5-9 ekor 1 tahun 1 ekor kambing betina umur 1 tahun lebih
10-14 ekor 1 tahun 2 ekor kambing betina umur 1 tahun lebih
15-19 ekor 1 tahun 3 ekor kambing betina umur 1 tahun lebih
20-24 ekor 1 tahun 4 ekor kambing betina umur 1 tahun lebih
25-35 ekor 1 tahun 1 ekor unta betina, umur 1 tahun lebih
1 Unta
36-45 ekor 1 tahun 1 ekor unta betina, umur 2 tahun lebih
46-60 ekor 1 tahun 1 ekor unta betina, umur 3 tahun lebih
61-75 ekor 1 tahun 1 ekor unta betina, umur 4 tahun lebih
76-90 ekor 1 tahun 2 ekor unta betina, umur 2 tahun lebih
91-120 ekor 1 tahun 2 ekor unta betina, umur 3 tahun lebih
30-39 ekor 1 tahun 1 ekor sapi, umur 1 tahun lebih
40-59 ekor 1 tahun 1 ekor sapi, umur 2 tahun lebih
60-69 ekor 1 tahun 2 ekor sapi, umur 1 tahun lebih
1 ekor sapi umur 2 tahun dan 1 ekor sapi
70-79 ekor 1 tahun
umur 1 tahun
80-89 ekor 1 tahun 2 ekor sapi betina, umur 2 tahun lebih
2 Sapi 90-99 ekor 1 tahun 3 ekor sapi, umur 1 tahun lebih
1 ekor sapi betina umur 2 tahun lebih dan 2
100-109 ekor 1 tahun
ekor sapi umur 1 tahun
2 ekor sapi betina umur 2 tahun dan 2 ekor
110-119 ekor 1 tahun
sapi umur 1 tahun
3 ekor sapi betina umur 2 tahun atau 4 ekor
102- ekor 1 tahun
sapi umur 1 tahun
40-120 ekor 1 tahun 1 ekor kambing betina
3 Kambing 121-200 ekor 1 tahun 2 ekor kambing betina
201-300 ekor 1 tahun 3 ekor kambing betina

7
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2002), hlm. 224-226.
9

c. Pertanian/Perkebunan
No. Jenis Harta Nishab Waktu Kadar Zakat
1 Padi 652 kg Setiap panen 10%/5%
2 Biji-bijian 652 kg Setiap panen 10%/5%
3 Kacang-kacangan 652 kg Setiap panen 10%/5%
4 Umbi-umbian 652 kg Setiap panen 10%/5%
5 Buah-buahan 652 kg Setiap panen 10%/5%
6 sayur-sayuran 652 kg Setiap panen 10%/5% 8

2. Infāq
Infāq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu
(harta) untuk kepentingan sesuatu. Menurut terminologi syariat, Infāq
berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan
untuk suatu kepentingan yang diperintahkan Islam. Jika zakat ada
nishabnya, infāq tidak mengenal nishab. Infaq dikeluarkan setiap orang
yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia
di saat lapang maupun sempit (QS. 3:134). Jika zakat harus diberikan pada
mustahik tertentu (8 asnaf), maka Infāq boleh diberikan kepada siapapun.
Misalnya, untuk kedua orang tua, anak-yatim, dan sebagainya (QS. 2:215).
Infāq adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang, setiap kali ia
memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendaki. Allāh memberi kebebasan
kepada pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa jumlah yang
yang sebaiknya diserahkan. Terkait dengan infāq ini Rasulullāh SAW
bersabda : ada malaikat yang senantiasa berdo'a setiap pagi dan
sore : "Ya Allāh SWT berilah orang yang berinfak, gantinya. Dan berkata
yang lain : "Ya Allāh jadikanlah orang yang menahan infāq,
kehancuran".  (HR. Bukhori).9
Infāq terbagi menjadi dua, yaitu infāq wajib dan infāq sunnah.
Infāq wajib yaitu nafkah yang diberikan oleh seorang suami/kepala rumah
tangga kepada istri dan keluarganya.

8
Ahmad Alfan, dkk., Op.Cit., 41.
9
Yayasan Gerakan Infaq, “Perbedaan dan Pengertian Zakat, Infaq, Shodaqoh”, Blogspot, diakses
dari https://gerakaninfaq.blogspot.com/2010/06/perbedan-dan-pengertian-zakat-infaq.html pada
tanggal 10 Maret 2020 pukul 20.45 WIB.
10

۟ ُ‫ضهُ ْم َعلَ ٰى بَعْض َوبمٓا أَنفَق‬


ۚ ‫وا ِم ْن أَ ْم ٰ َولِ ِه ْم‬ َّ َ‫ٱلرِّ َجا ُل قَ ٰ َّو ُمونَ َعلَى ٱلنِّ َسٓا ِء بِ َما ف‬
َ ‫ض َل ٱهَّلل ُ بَ ْع‬
َِ ٍ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allāh
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka”. (Q.S. An-Nisā [4]:34).
َ‫َوأَ ْنفِقُوا فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َواَل تُ ْلقُوا بِأ َ ْي ِدي ُك ْم إِلَى التَّ ْهلُ َك ِة ۛ َوأَحْ ِسنُوا ۛ ِإ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allāh, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allāh menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
(Q.S. Al-Baqoroh [2]:195).
Sedangkan infāq termasuk sunnah adalah sebagaimana firman
Allāh sebagai berikut :
ِ ِ‫ك َما َذا يُ ْنفِقُونَ ۖ قُلْ َما أَ ْنفَ ْقتُ ْم ِم ْن خَ ي ٍْر فَلِ ْل َوالِ َد ْي ِن َواأْل َ ْق َربِينَ َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِكي ِن َوا ْب ِن ال َّسب‬
ۗ ‫يل‬ َ َ‫يَسْأَلُون‬
‫َو َما تَ ْف َعلُوا ِم ْن خَ ي ٍْر فَإ ِ َّن هَّللا َ بِ ِه َعلِي ٌم‬
“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa
saja harta yang kamu nafkahkan (dari yang baik-baik) hendaklah diberikan
kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan
yang kamu buat, maka sesungguhnya Allāh Maha Mengetahuinya”. (Q.S.
Al-Baqoroh [2]:215).
3. Shodaqoh
Shadaqah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang
yang suka bershodaqoh adalah orang yang benar pengakuan imannya.
Adapun secara terminologi syariat shadaqah makna asalnya
adalah tahqiqu syai'in bisyai'i, atau menetapkan/menerapkan sesuatu pada
sesuatu. Sikapnya sukarela dan tidak terikat pada syarat-syarat tertentu
dalam pengeluarannya baik mengenai jumlah, waktu dan kadarnya. Atau
pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain,
terutama kepada orang-orang miskin setiap kesempatan terbuka yang tidak
ditentukan jenis, jumlah maupun waktunya, sedekah tidak terbatas pada
pemberian yang bersifat material saja tetapi juga dapat berupa jasa yang
bermanfaat bagi orang lain. Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas
untuk menyenangkan orang lain termasuk kategori shadaqah. Shadaqoh
11

mempunyai cakupan yang sangat luas dan digunakan Al-Qur'an untuk


mencakup segala jenis sumbangan. Shadaqah ialah segala bentuk nilai
kebajikan yang tidak terikat oleh jumlah, waktu dan juga yang tidak
terbatas pada materi tetapi juga dapat dalam bentuk non materi, misalnya
menyingkirkan rintangan di jalan, menuntun orang yang buta, memberikan
senyuman dan wajah yang manis kepada saudaranya.
Seluruh kebaikan itu shadaqah Rasulullāh bersabda :
ٌ‫ص َدقَة‬ ٍ ْ‫ُكلُّ َم ْعرُو‬
َ ‫ف‬
“Setiap kebaikan itu bernilai shadaqah” (H.R. Bukhari)
Shadaqah yang wajib dan ditentukan standar pelaksanaannya
disebut zakat. Shadaqah yang wajib tapi tidak ditentukan standar
pelaksanaannya disebut infāq. Adapun shadaqah yang sunnah disebut
dengan kata shadaqah itu sendiri.
Menurut istilah shadaqah adalah:
ِ ُّ‫َما تُ ْعطَى َعلَى َوجْ ِه التَّقَر‬
‫ب إِلَى هللاِ تَ َعالَى‬
“Sesuatu yang diberikan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala”.

4. Fidyah
Fidyah adalah menempatkan sesuatu pada tempat lain sebagai
tebusan (pengganti) nya, baik berupa makanan atau lainnya. Fidyah juga
berarti kewajiban manusia mengeluarkan sejumlah harta untuk menutupi
ibadah yang ditinggalkannya. Fidyah shaum wajib dilakukan oleh
seseorang yang tak sanggup karena kepayahan dalam melakukan shaum
fardhu khususnya di bulan Ramadhan, sebagai salah satu bentuk rukhsah
(dispensasi) yang diberikan Allāh kepada mereka. Karena Allāh tidak
membebani hamba-hamba-Nya melainkan sesuai dengan kemampuannya.
Selain itu juga Allāh tidak pernah menjadikan syari’at yang
diturunkan-Nya menyulitkan hamba-hamba-Nya. Landasan normatif yang
dititahkan Allāh mengenai hal ini adalah firman-Nya dalam Al Qur’an:
dan wajib bagi orang-orang yang berat melakukan shaum (jika mereka
tidak shaum) memberi fidyah, yaitu dengan memberi makan satu orang
miskin. Hal ini berdasarkan firman Allāh sebagai berikut :
12

ٌ‫ة‬f َ‫ونَ ۥهُ فِ ْدي‬ffُ‫ َر ۚ َو َعلَى ٱلَّ ِذينَ ي ُِطيق‬f‫ َّدةٌ ِّم ْن أَي ٍَّام أُ َخ‬f‫فَ ٍر فَ ِع‬f‫ت ۚ فَ َمن َكانَ ِمن ُكم َّم ِريضًا أَوْ َعلَ ٰى َس‬ ٍ ‫أيَّا ًما َّم ْعدُو ٰ َد‬
۟ ‫طَ َعا ُم ِم ْس ِكي ٍن ۖ فَمن تَطَ َّو َع خَ ْيرًا فَهُ َو َخ ْي ٌر لَّهۥُ ۚ َوأَن تَصُو ُم‬
َ‫وا خَ ْي ٌر لَّ ُك ْم ۖ إِن ُكنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬ َ
“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara
kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada
hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) :
memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati
mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan
berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”.
Dalam persoalan fidyah, ulama fiqih empat mazhab berbeda
pendapat :
a. Imam Hanafi, fidyah tidak diwajibkan secara mutlak
b. Imam Maliki, hanya diwajibkan bagi wanita yang menyusui, bukan
yang hamil.
c. Imam Hambali dan Imam Syafi’i, setiap wanita yang hamil dan
menyusui wajib membayar fidyah, bila hanya khawatir bagi anaknya
saja, tetapi bila khawatir terhadap dirinya dan anaknya secara
bersamaan, maka dia harus meng-qadha’ (menggantinya), tanpa
membayar fidyah.10
5. Kifarat
Kifarat sumpah (bersumpah palsu), salah satu caranya adalah
dengan memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang
biasa diberikan kepada keluarga sendiri atau memberi pakaian kepada
mereka atau memerdekakan sorang hamba sahaya atau puasa tiga hari
(Q.S. Al-Mā’idah [5]:89). Dalam hadits riwayat Muslim juga diterangkan
bahwa kifarat nadzar yang tidak dapat dilakukan sama dengan kifarat
sumpah.
Kifarat shaum (sebagai akibat melakukan pelanggaran shaum,
melakukan jima atau persetubuhan pada siang hari bulan Ramadhan bagi
mereka yang wajib melakukan shaum Ramadhan), selain bisa dengan

10
Muhammad Jawad Mughniyah, Op.Cit., 158.
13

memerdekakan hamba sahaya bisa juga dengan melakukan shaum selama


dua bulan berturut-turut, tertapi juga bisa dengan memberi makan kepada
enam puluh orang fakir miskin (Q.S. Al-Mujādilah [58]:34).
Kifarat zhihar (mengharamkan istri dengan mempersamakannya
dengan ibu sendiri), adalah dengan memberikan makan enam puluh orang
miskin, selain itu bisa juga dengan memerdekakan hamba sahaya atau
melakukan shaum selama dua bulan  berturut-turut (Q.S. Al-Mujādilah
[58]:34). Pelaksanaan atau pemenuhan kifarat zhihar diwajibkan kepada
suami sebelum kembali (melakukan senggama) lagi kepada istrinya.
Kifarat membunuh (tak sengaja) adalah dengan memerdekakan
hamba sahaya atau diganti dengan puasa enam puluh hari bertutur-turut
atau dengan memberi makan enam puluh fakir miskin ditambah dengan
kewajiban membayar diyat, semacam uang duka kepada keluarga yang
terbunuh. Pemberian diyat (pembayaran sejumlah harta kepada keluarga
korban) ditetapkan sesuai dengan kesepakatan, karena sesuatu tindakan
menghilangkan nyawa ssesorang dengan tidak sengaja, juga sebagai
tebusan bila ada maaf dari pihak keluarga terbunuh (Q.S. An-Nisā’
[4]:92).11

6. Qurban/Udhiyyah
َ ‫ قَ َر‬yang berarti dekat,
Qurban menurut bahasa berasal dari kata ‫ب‬
sedangkan menurut syari’at qurban berarti hewan yang disembelih dengan
niat beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allāh dengan syarat-syarat
dan waktu tertentu, qurban disebut juga udhiyyah. Qurban dilaksanakan
pada hari raya Idul Adha atau Hari Tasyriq (11,12 dan 13 Dzulhijjah).
Qurban sebenarnya sudah menjadi syari’at para Nabi dan Rasul Allāh.
Setiap Nabi melakukan ibadah qurban. Putra Nabi Adam as (Qabil dan
Habil) pernah melakukan ibadah qurban. Yang diabadikan secara khusus
adalah qurban yang menjadi syari’at Allāh yang dibawa Nabi Ibarahim as.
Kemudian syari’at itu dilestarikan menjadi syari’at Nabi Muhammad

11
Djedjen Zainuddin dan Mundzier Suparta, Fikih Kelas XI Kurikulum 2008 Madrasah
Aliyah, (Semarang : PT. Karya Toha Putra, 2011), hlm. 15-16.
14

atas legitimasi dan perintah Allāh yang diabadikan-Nya dalam Q.S. Al


Kautsar [108]:2. Hukum berqurban adalah sunnah muakkad.
7. Aqiqah
Aqiqah dari segi bahasa adalah rambut yang tumbuh di kepala
bayi. Sedangkan dari segi istilah adalah hewan yang disembelih pada saat
hari ketujuh atau kelipatan tujuh dari kelahiran bayi disertai mencukur
rambut dan memberi nama pada anak yang baru dilahirkan. Hukum aqiqah
adalah sunnah bagi orang tua atau orang yang mempunyai kewajiban
menanggung nafkah hidup si anak.
Sabda Rasulullāh
“Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya yang disembelih baginya pada
hari ketujuh, dicukur rambutnya dan diberi nama”. (HR. Ahmad dan Imam
yang empat).12

8. Hadyu
Al-Hadyu adalah melakukan penyembelihan binatang ternak
(domba) sebagai pengganti pekerjaan wajib haji yang ditinggalkan, atau
sebagai denda karena melanggar hal-hal yang terlarang mengerjakannya
dalam prosesi ibadah umrah atau haji atau bagi mereka yang memiliki
kemampuan melakukannya, atau bagi mereka yang melakukan
pelanggaran-pelanggaran terhadap larangan-larangan tertentu dalam
ibadah haji. Al-Hadyu juga bisa mencakup segala bentuk penyembelihan
binatang yang dilakukan di Tanah Haram, baik sebagai pemenuhan dam,
maupun karena hal-hal lainnya seperti nadzar atau qurban. Bagi mereka
yang melakukan Haji Tamattu (mendahulukan umrah sebelum haji) atau
haji Qiran (melaksanakan haji dan umrah secara bersama-sama) wajib
melakukan alhadyu. Kalau tidak melakukan alhadyu, maka wajib berpuasa
10 hari, yang pelaksanaan puasanya 3 hari di tanah Suci dan 7 hari di luar
tanah suci (Q.S. Al-Baqoroh [2];196).

12
Ahmad Alfan, dkk., Op.Cit., 79-84.
15

9. Dam
Dam dari segi bahasa berarti darah, sedangkan menurut istilah
adalah mengalirkan darah (menyembelih ternak : kambing, unta atau sapi)
di tanah haram untuk memenuhi ketentuan manasik haji. Dam
dilaksanakan sebagai sangsi terhadap pelanggaran atau karena
meninggalkan sesuatu yang diperintahkan dalam rangka pelaksanaan
ibadah haji dan umrah atau karena mendahulukan umrah daripada haji
(haji tamattu) atau karena melakukan haji dan umrah secara bersamaan
(haji qiran). Dam juga diidentikkan dengan alhadyu, sekalipun tidak selalu
sama. Dalam suatu hal alhadyu bisa lebih umum daripada dam dan dalam
hal lain dam bisa lebih umum daripada alhadyu. Dam dilakukan bukan
untuk membuat sesuatu yang rusak (batal) menjadi sah atau yang kurang
menjadi lengkap. Dam dilakukan sebagai salah satu bentuk ketaatan
kepada Allāh sekaligus juga sebagai salah satu bentuk penghapusan atau
kifarat atas pelanggaran dalam pelaksanaan ibadah dan atau umrah.13

C. Urgensi Ibadah Māliyah


Ibadah maliah sangat penting dilihat dari berbagai segi, antara lain:
pertama, membersihkan harta dari kotoran kebakhilan, keserakahan,
kekejaman dan kezaliman terhadap kaum fakir miskin. Kedua, adalah
berfungsi ekonomi, membantu makanan bagi yang miskin atau memerlukan.
Ketiga, memiliki fungsi sosial, dengan memberikan zakat kepada fakir
miskin bisa menjaga keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari
ketidak adilan sosial. Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya
(aghniya) kepada yang tidak memiliki harta sehingga terjalin keterpaduan
antara orang miskin dan orang kaya, karena kalau telah terjadi keterpaduan
diantara keduanya, mudah-mudahan bisa mengantisipasi dan akan mengikis
segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat
kesenjangan dan ketidakadilan sosial.

13
Ibid, 61.
16

Dalam Al-Qur'anul karim, zakat dan shalat banyak sekali dijadikan


dalam satu ayat. Jadi artinya digandengkan. Ini menunjukkan bahwa urgensi
zakat sama dengan urgensi shalat. Abu Bakar Shiddiq yang biasanya
kebijakan-kebijakannya selalu lunak, pada saat ada kasus sejumlah umat
Islam yang rajin shalat tetapi tidak mau membayar zakat, kontan beliau
melakukan sebuah sikap yang sangat keras dengan sumpah, "Demi Allāh.
Saksikan oleh kalian, demi Allāh, saya akan berperang dengan orang-orang
yang sudah rajin shalat, tetapi tidak mau membayar zakat." Mungkin karena
kebijakan ini dan sikap Abu Bakar yang begitu tegas, mereka segera
membayar zakat. Perintah itu ditujukan kepada para penguasa Muslim untuk
turut campur, supaya memerintahkan kepada umat Islam yang wajib zakat
mengeluarkan zakat. Allāh berfirman dalam sebuah hadits qudsi. "Anfiq,
unfiq." (Infakkan hartamu ! Keluarkan zakatmu ! Allāh yang akan
menggantinya.) Barangsiapa yang membuka keran rezeki untuk kepentingan
agama dan kemanusiaan. Allāh akan membuka keran rezeki yang lebih besar,
kontan di dunia sekarang.
Rasulullāh menyatakan, tidak akan berkurang harta karena
shodaqoh dan zakat, dijamin tidak akan ada orang menjadi sengsara gara-gara
infāq dan zakat, tidak akan ada orang menjadi menderita gara-gara infāq dan
zakat. Barangsiapa yang memberikan infāq atau zakat atau shodaqoh kepada
orang yang memerlukannya, berarti dia lelah menghutangkan sesuatu kepada
Allāh. Allāh yang bertanggung jawab untuk membayarnya.

D. Hikmah Menjalankan Ibadah Māliyah


Ibadah māliyah  membawa berkah baik kepada orang miskin
selaku penerima maupun orang kaya atau para agniya, diantara hikmahnya:
1. Bagi pemberi zakat, sesuai dengan fungsinya,  sebagai pembersih harta,
selain juga pembersih hati tuthohhiruhum watuzaqqiihim bihaa. Jadi
dengan berzakat,  harta itu menjadi bersih dari hak-hak orang lain yang
dititipkan oleh Allāh kepada orang kaya.
17

2. Bisa membersihkan hati dari penyakit tamak, rakus, kikir, dan  serta


penyakit-penyakit hati lainnya. Jadi zakat memiliki satu kekuatan
transformatif dalam menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati muzakki.
3. Memberikan zakat  atau infāq dan lainnya kepada fakir miskin bisa
menjaga keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidak
adilan sosial.
4. Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada
orang miskin  sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang
kaya.
5. Mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat
akibat kesenjangan, kecemburuan dan ketidakadilan sosial.

E. Makna Spiritual Ibadah Māliyah bagi Kehidupan Sosial


Harta yang dititipkan Allāh kepada manusia harus dijadikan
sebagai bekal beribadah kepada Allāh. Banyak harta harus mendorong
seseorang untuk lebih banyak beribadah kepada-Nya. Harta yang dijadikan
sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang bermanfaat dan akan
membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang bersangkutan.
Kewajiban syukur atas nikmat harta harus dibuktikan dengan cara
menggunakan harta tersebut sebagai sarana ibadah kepada Allāh.
Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allāh tidak hanya diwujudkan dalam bentuk
ibadah fisik saja, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk ibadah harta.
Investasi amal yang tidak akan berhenti pahalanya, walaupun yang
bersangkutan sudah meninggal dunia adalah harta yang disumbangkan untuk
amal jariah. Ibadah maliah atau ibadah dengan harta termasuk bagian penting
dalam syari’at Islam.
Ibadah maliyah seperti zakat termasuk ibadah ijtima’i, yaitu ibadah
yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan sosial
kemasyarakatan. Ibadah māliyah memiliki  fungsi sosial yaitu dengan
memberikan zakat  atau infāq dan lainnya kepada fakir miskin bisa menjaga
keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidakadilan social,
18

mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat
kesenjangan dan ketidak adilan sosial.
Zakat merupakan salah satu sendi di antara sendi-sendi Islam
lainnya. Ia (zakat) merupakan ibadah fardiyah yang berimplikasi luas dalam
kehidupan sosial (jama’iyah), ekonomi (iqtishadiyah), politik (siyasiyat),
budaya (tsaqafah), pendidikan (tarbiyah) dan aspek kehidupan lainnya. Zakat
merefleksikan nilai spiritual dan nilai charity (kedermawanan) atau filantropi
dalam Islam. Sejumlah ayat bertebaran dalam berbagai surat  dalam al Qur’an
dan hadits Nabi ditemukan anjuran tentang pentingnya filantropi terhadap
sesama manusia, di antara QS. [30]:39, QS. 9[]:103, QS. [18]:18.  dalam al
QS At Taubah [9]: 103, misalnya secara tegas dikatakan bahwa:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ayat tersebut mengandung spirit filantropi dalam Islam. Dua nilai penting
yang terkandung dalam spirit ayat filantropi di atas adalah bahwa zakat dan
selalu mengandung dimensi ganda. Dimensi kesalehan individual tercermin
dalam tazkiyat an nufus dalam zakat (penyucian dan pembersihan diri dan
harta) pada satu sisi dan refleksi kesalehan sosial pada sisi lain seperti empati
dan solidaritas pada sisi yang lain. Zakat sebagai media tazkiyat an
nufus dalam konteks di atas diungkapkan dalam dua istilah yaitu
membersihkan dan menyucikan. Membersihkan dalam konteks ayat tersebut
mengandung makna bahwa zakat itu membersihkan muzakki (orang yang
mengeluarkan zakat) dari sifat kikir dan cinta yang berlebih-lebihan kepada
harta benda. Sungguhpun cinta terhadap harta merupakan tabiat manusia yang
bersifat inborn sebagaimana digambarkan dalam QS. Ali Imran [3]:14.
Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan pada apa-apa
yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allāh lah tempat kembali yang baik
(surga).
19

Sedangkan istilah menyucikan dalam ayat di atas mengandung makna bahwa


zakat memiliki satu kekuatan transformatif dalam menyuburkan sifat-sifat
kebaikan dalam hati muzakki dan harta  benda yang mereka kembangkan
menjadi suci lantaran terbayar-bayarnya hak-hak orang lain yang melekat di
dalamnya. Nilai filantropi zakat lainnya adalah kepedulian dan keadilan sosial
kepada sesama manusia, terutama kepada mereka (asnaf) yang menjadi
sasaran (target group) filantropi dalam Islam, yaitu orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah
dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan.
Filantropisme zakat dalam dinamika dan perkembangannya secara historis
memainkan peran ganda, sebagai instrumen pelaksanaan kewajiban ritual
yang berorientasi pada kepentingan-kepentingan individual yang bersifat
vertikal (hablun min Allāh) dalam rangka tazkiyat an nufus sebagaimana
dikatakan di atas pada satu sisi, juga sebagai instrumen ekonomi
transformatif, yaitu dalam memberdayakan ekonomi dan pemecahan
permasalahan kemiskinan umat pada satu sisi yang lain.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibadah maliyah adalah amalan-amalan ibadah yang lebih banyak


dilakukan dengan sarana harta benda atau ibadah yang diwujudkan dalam
bentuk pemberian harta atau terkait dengan harta yaitu menggunakan harta
yang Allāh karuniakan untuk apa-apa yang Allāh cintai dan ridhai seperti
zakat, infāq, shadaqah dan lain-lain.
Ibadah maliyah terbagi menjadi 9, yaitu :
1. Zakat
2. Infāq
3. Shodaqoh
4. Fidyah
5. Kifarat
6. Qurban
7. Aqiqah
8. Hadyu
9. Dam

Ibadah māliyah merupakan ibadah yang tidak akan berhenti


pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia (Amal
Jariyah). Hikmah dalam menjalankan ibadah māliyah yaitu sebagai pembersih
harta, selain juga pembersih hati tuthohhiruhum watuzaqqiihim bihaa. Jadi
dengan berzakat,  harta itu menjadi bersih dari hak-hak orang lain yang
dititipkan oleh Allāh kepada orang kaya. Harta kita tidak akan berkurang
karena berzakat ataupun berinfaq, melainkan Allāh akan melipatgandakannya
sebagaimana dalam Q.S. Al-Baqoroh [2]:261
َ ٰ ُ‫َت َس ْب َع َسنَابِ َل فِى ُكلِّ س ُۢنبُلَ ٍة ِّم ۟ائَةُ َحبَّ ٍة ۗ َوٱهَّلل ُ ي‬
ُ‫ض ِعف‬ ْ ‫يل ٱهَّلل ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة أَ ۢنبَت‬
ِ ِ‫َّمثَ ُل ٱلَّ ِذينَ يُنفِقُونَ أَ ْم ٰ َولَهُ ْم فِى َسب‬
‫لِ َمن يَ َشٓا ُء ۗ َوٱهَّلل ُ ٰ َو ِس ٌع َعلِي ٌم‬

20
21

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allāh adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.( Q.S. Al-Baqoroh
[2]:261)

B. Saran-Saran

Semoga dengan membaca dan mempelajari makalah ini dapat


menambah wawasan kita dalam beragama dan menjadi manusia yang yang
Islami seutuhnya. Kita sebagai umat muslim sebaiknya menjaga, memelihara
dan merawat agama kita dengan mengkaji dan memahami agama islam
dengan sebenar-benarnya. Oleh karena itu kita wajib memahami ilmu-ilmu
agama secara detail dan mendalam dalam hal sekecil apapun agar selalu
berada pada jalan yang benar. Karena secuil ilmupun juga akan selalu
bermanfaat ke depannya dan juga sangat berarti untuk menuntun kita kearah
kehidupan yang lebih baik. Penulis tentunya masih menyadari jika makalah
diatas masih terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Penulis juga
mengharapkan kritik & saran dalam penulisan makalah dikemudian hari.

Adapun saran kami kepada pembaca adalah sebagai berikut :


1. Tunaikanlah zakat sesuai dengan ketentuan jika sudah memenuhi syarat-
syarat tertentu.
2. Dalam berinfāq hendaklah menginfaqkan sesuatu yang baik sebagaimana
terdapat dalam Q.S. Al-Baqoroh [2]:215.
3. Jangan menginfaqkan sesuatu yang buruk yang kita sendiri enggan
menggunakannya sebagaimana dalam Q.S. Al-Baqoroh [2]:267.
4. Bantulah orang-orang di sekeliling kita yang membutuhkan dengan
kelebihan harta yang kita miliki.
5. Bershodaqohlah dengan apapun yang kita mampu, karena shodaqoh tidak
harus dengan harta, melainkan bisa dengan tenaga atau senyum, karena
senyum kita kepada saudara kitapun itu termasuk shodaqoh.
DAFTAR PUSTAKA

https://industri15ummgl.blogspot.com/2016/12/makalah-ibadah-maliah.html,
diakses pada tanggal 09 Maret 2020 pukul 10.00 WIB.
https://www.bloggerkalteng.id/p/b.html, diakses pada tanggal 09 Maret 2020
pukul 10.15 WIB.
https://www.scribd.com/doc/116935049/IBADAH-MALIYAH, diakses pada
tanggal 09 Maret 2020 pukul 10.30 WIB.
http://eprints.walisongo.ac.id/3763/2/102311008_Bab1.pdf, diakses pada tanggal
09 Maret 2020 pukul 11.00 WIB.
https://tafsirweb.com/1566-quran-surat-an-nisa-ayat-34.html, diakses pada tanggal
10 Maret 2020 pukul 20.15 WIB.
https://gerakaninfaq.blogspot.com/2010/06/perbedan-dan-pengertian-zakat-
infaq.html, diakses pada tanggal 10 Maret 2020 pukul 20.45 WIB.
https://tafsirweb.com/1033-quran-surat-al-baqarah-ayat-267.html, diakses pada
tanggal 10 Maret 2020 pukul 21.20 WIB.
https://tafsirweb.com/689-quran-surat-al-baqarah-ayat-184.html, diakses pada
tanggal 11 Maret 2020 pukul 19.10 WIB.
https://lppkk-umpalangkaraya.blogspot.com/2014/09/materi-5-ibadah-
maliyah.html, diakses pada tanggal 11 Maret 2020 pukul 21.05 WIB.
Zainuddin, Djedjen dan Mundzier Suparta. 2011. Pendidikan Agama Islam Fikih
Kelas XI Kurikulum 2008 Madrasah Aliyah. Semarang : PT. Karya Toha
Putra.
Alfan, Ahmad dkk. 2014. Fikih Kelas X Kurikulum 2013 Madrasah Aliyah.
Jakarta : Kementerian Agama Republik Indonesia.
Zallum, Abdul Qadim. 2020. Sistem Keuangan Negara Khilafah. Terjemahan
oleh Ahmad S. dkk. Jakarta : Pustaka Fikrul Islam.
Mughniyah, Muhammad Jawad. 2003. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta : PT. Lentera
Basritama.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. 2002. Ensiklopedi Islam. Jakarta : PT. Ichtiar
Baru Van Houve.

Anda mungkin juga menyukai