DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
C. Tujuan.................................................................................................... 2
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 20
B. Saran-Saran............................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu bentuk ibadah yang dilihat dari segi pelaksanaannya adalah
ibadah Māliyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan harta. Islam adalah
sebuah sistem yang sempurna dan menyeluruh. Dengan Islam, Allāh
memuliakan manusia, agar dapat hidup dengn nyaman dan sejahtera di muka
bumi ini. Allāh mengajarkan kepada manusia bahwa ia adalah seorang hamba
yang diciptakan dengan sifat-sifat kesempurnaan. Selanjutnya Allāh
memberikan sarana-sarana untuk menuju kehidupan yang mulia dan
memungkinkan dirinya melakukan ibadah. Namun demikian, sarana-sarana
tersebut tidak akan dapat diperoleh kecuali dengan jalan saling tolong
menolong antar sesama atas dasar saling menghormati, menjaga hak dan
kewajiban sesama. Ibadah Māliyah merupakan salah satu dari sarana menuju
kebahagiaan hidup manusia, diantaranya melalui zakat, shodaqoh, infaq dan
lain-lain. Zakat disyari’atkan dalam rangka meluruskan perjalanan manusia
agar selaras dengan syarat-syarat menuju kesejahteraan manusia secara
pribadi dan kesejahteraan manusia dalam hubungannya dengan orang lain.
Zakat berfungsi menjaga kepemilikan pribadi agar tidak keluar dari
timbangan keadilan dan menjaga jarak kesenjangan sosial yang menjadi biang
utama terjadinya gejolak yang berakibat runtuhnya ukhuwah, tertikamnya
kehormatan dan robeknya integritas bangsa.
Ibadah Māliyah merupakan investasi amal yang tidak akan berhenti
pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia, yang
dikenal dengan Amal Jariyah. Ibadah Māliyah yang bisa dilakukan kapan saja
dan di mana saja dengan jumlah berapa saja adalah shodaqoh dan infaq. Allāh
menjanjikan pelipat gandakan bagi mereka yang bershodaqoh dan berinfaq di
jalan Allāh untuk menolong sesama, menyantuni fakir-miskin dan yatim
piatu, mendanai dakwah atau syiar Islam dan sebagainya. Sebagaimana dalam
firman Allāh “Perumpamaan orang-orang yang menginfaqkan hartanya di
1
2
jalan Allāh adalah serupa dengan sebutir bibit yang menumbuhkan tujuh
butir, pada tiap-tiap butir: seratus biji. Allāh melipat gandakan bagi siapa saja
yang Dia kehendaki. Dan Allāh Mahaluas karunia-Nya dan Maha
Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261).
“Perumpamaan orang-orang yang menginfaqkan hartanya karena
mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah
kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka
kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak
menyiramnya, maka hujan gerimis (pun memadai). Allah Maha Melihat apa
yang kamu perbuat.” (QS. Al-Baqarah: 265).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Manusia tidak akan pernah lepas dari harta karena harta merupakan
kebutuhan bagi manusia. Manusia bekerja keras untuk mendapatkan harta, dengan
harta manusia bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain yang sifatnya primer,
sekunder atau tersier. Selain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup,
dengan harta manusia bisa beribadah kepada Allah. Harta menjadi alat bagi
seseorang untuk mengabdikan dirinya kepada Allah. Ibadah dengan harta
ini disebut dengan ‘ibādah Māliyah.
Dalam ibadah Māliyah (harta) ada tiga istilah yang biasa digunakan.
Ketiga istilah tersebut antarlain zakat, infāq dan shadaqah. Karena perbedaan
istilah, maka ada perbedaan dalam definisi, hukum dan tata caranya
pelaksanaanya.
Zakat merupakan istilah untuk ibadah harta yang hukumnya wajib dan
ketentuannya sudah tercantum dalam al-Quran dan Hadits. Menurut imam Hanafi
dan Imamiyah bahwa berakal dan baligh merupakan syarat diwajibkannya
mengeluarkan zakat sedangkan menurut imam Maliki, Hambali dan Syafi’I bahwa
berakal dan baligh tidak menjadi syarat diwajibkannya mengeluarkan zakat,
menurut pendapat ini berarti bahwa harta orang gila dan harta anak-anak wajib
dizakati, walinya wajib mengeluarkan. Syarat diwajibkannya zakat adalah “milik
penuh”. Setiap mazhab membahas secara panjang lebar tentang definisi milik
“penuh” itu. Kesimpulan dari semua definisi yang diungkapkan ulama mazhab
adalah : Orang yang mempunyai harta itu sepenuhnya terhadap harta bendanya
dan dapat mengeluarkannya sekehendaknya. Maka harta yang hilang tidak wajib
dizakati, juga harta yang dirampas dari pemiliknya, sekalipun tetap menjadi
miliknya.1
Infāq merupakan istilah ibadah harta yang hukumnya wajib tetapi
ketentuannya tidak dibuat oleh Allāh dan Rasulullāh. Shadaqah adalah sebutan
untuk ibadah harta yang hukumnya sunnah.
1
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta : PT. Lentera Basritama,
2003), hlm. 177.
3
4
2
Ahmad Alfan, dkk., Fikih Kelas X Kurikulum 2013 Madrasah Aliyah, (Jakarta :
Kementerian Aagama Republik Indonesia, 2014), hlm. 12.
3
Ibid, 37.
5
6
4
Ibid, 38-39.
7
Zakat Māl
Yaitu kewajiban umat Islam yang memiliki harta benda tertentu
untuk diberikan kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan nishab
dan dalam jangka waktu tertentu. Fungsi zakat māl adalah untuk
membersihkan/menyucikan harta benda mereka dari hak-hak kaum
miskin diantara umat Islam.
Allāh berfirman dalam Q.S. Adz-Dzariyat [51]:19
ِ ق لِّلسَّٓائِ ِل َو ْٱل َمحْ ر
ُوم ٌّ َوفِ ٓى أَ ْم َوالِ ِه ْم َح
“Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak meminta”.
5
Ibid, 40.
6
Ibid.
8
b. Hewan Ternak
No. Jenis Harta Nishab Waktu Kadar Zakat
5-9 ekor 1 tahun 1 ekor kambing betina umur 1 tahun lebih
10-14 ekor 1 tahun 2 ekor kambing betina umur 1 tahun lebih
15-19 ekor 1 tahun 3 ekor kambing betina umur 1 tahun lebih
20-24 ekor 1 tahun 4 ekor kambing betina umur 1 tahun lebih
25-35 ekor 1 tahun 1 ekor unta betina, umur 1 tahun lebih
1 Unta
36-45 ekor 1 tahun 1 ekor unta betina, umur 2 tahun lebih
46-60 ekor 1 tahun 1 ekor unta betina, umur 3 tahun lebih
61-75 ekor 1 tahun 1 ekor unta betina, umur 4 tahun lebih
76-90 ekor 1 tahun 2 ekor unta betina, umur 2 tahun lebih
91-120 ekor 1 tahun 2 ekor unta betina, umur 3 tahun lebih
30-39 ekor 1 tahun 1 ekor sapi, umur 1 tahun lebih
40-59 ekor 1 tahun 1 ekor sapi, umur 2 tahun lebih
60-69 ekor 1 tahun 2 ekor sapi, umur 1 tahun lebih
1 ekor sapi umur 2 tahun dan 1 ekor sapi
70-79 ekor 1 tahun
umur 1 tahun
80-89 ekor 1 tahun 2 ekor sapi betina, umur 2 tahun lebih
2 Sapi 90-99 ekor 1 tahun 3 ekor sapi, umur 1 tahun lebih
1 ekor sapi betina umur 2 tahun lebih dan 2
100-109 ekor 1 tahun
ekor sapi umur 1 tahun
2 ekor sapi betina umur 2 tahun dan 2 ekor
110-119 ekor 1 tahun
sapi umur 1 tahun
3 ekor sapi betina umur 2 tahun atau 4 ekor
102- ekor 1 tahun
sapi umur 1 tahun
40-120 ekor 1 tahun 1 ekor kambing betina
3 Kambing 121-200 ekor 1 tahun 2 ekor kambing betina
201-300 ekor 1 tahun 3 ekor kambing betina
7
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2002), hlm. 224-226.
9
c. Pertanian/Perkebunan
No. Jenis Harta Nishab Waktu Kadar Zakat
1 Padi 652 kg Setiap panen 10%/5%
2 Biji-bijian 652 kg Setiap panen 10%/5%
3 Kacang-kacangan 652 kg Setiap panen 10%/5%
4 Umbi-umbian 652 kg Setiap panen 10%/5%
5 Buah-buahan 652 kg Setiap panen 10%/5%
6 sayur-sayuran 652 kg Setiap panen 10%/5% 8
2. Infāq
Infāq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu
(harta) untuk kepentingan sesuatu. Menurut terminologi syariat, Infāq
berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan
untuk suatu kepentingan yang diperintahkan Islam. Jika zakat ada
nishabnya, infāq tidak mengenal nishab. Infaq dikeluarkan setiap orang
yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia
di saat lapang maupun sempit (QS. 3:134). Jika zakat harus diberikan pada
mustahik tertentu (8 asnaf), maka Infāq boleh diberikan kepada siapapun.
Misalnya, untuk kedua orang tua, anak-yatim, dan sebagainya (QS. 2:215).
Infāq adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang, setiap kali ia
memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendaki. Allāh memberi kebebasan
kepada pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa jumlah yang
yang sebaiknya diserahkan. Terkait dengan infāq ini Rasulullāh SAW
bersabda : ada malaikat yang senantiasa berdo'a setiap pagi dan
sore : "Ya Allāh SWT berilah orang yang berinfak, gantinya. Dan berkata
yang lain : "Ya Allāh jadikanlah orang yang menahan infāq,
kehancuran". (HR. Bukhori).9
Infāq terbagi menjadi dua, yaitu infāq wajib dan infāq sunnah.
Infāq wajib yaitu nafkah yang diberikan oleh seorang suami/kepala rumah
tangga kepada istri dan keluarganya.
8
Ahmad Alfan, dkk., Op.Cit., 41.
9
Yayasan Gerakan Infaq, “Perbedaan dan Pengertian Zakat, Infaq, Shodaqoh”, Blogspot, diakses
dari https://gerakaninfaq.blogspot.com/2010/06/perbedan-dan-pengertian-zakat-infaq.html pada
tanggal 10 Maret 2020 pukul 20.45 WIB.
10
4. Fidyah
Fidyah adalah menempatkan sesuatu pada tempat lain sebagai
tebusan (pengganti) nya, baik berupa makanan atau lainnya. Fidyah juga
berarti kewajiban manusia mengeluarkan sejumlah harta untuk menutupi
ibadah yang ditinggalkannya. Fidyah shaum wajib dilakukan oleh
seseorang yang tak sanggup karena kepayahan dalam melakukan shaum
fardhu khususnya di bulan Ramadhan, sebagai salah satu bentuk rukhsah
(dispensasi) yang diberikan Allāh kepada mereka. Karena Allāh tidak
membebani hamba-hamba-Nya melainkan sesuai dengan kemampuannya.
Selain itu juga Allāh tidak pernah menjadikan syari’at yang
diturunkan-Nya menyulitkan hamba-hamba-Nya. Landasan normatif yang
dititahkan Allāh mengenai hal ini adalah firman-Nya dalam Al Qur’an:
dan wajib bagi orang-orang yang berat melakukan shaum (jika mereka
tidak shaum) memberi fidyah, yaitu dengan memberi makan satu orang
miskin. Hal ini berdasarkan firman Allāh sebagai berikut :
12
ٌةf َونَ ۥهُ فِ ْديffُ َر ۚ َو َعلَى ٱلَّ ِذينَ ي ُِطيقf َّدةٌ ِّم ْن أَي ٍَّام أُ َخfفَ ٍر فَ ِعfت ۚ فَ َمن َكانَ ِمن ُكم َّم ِريضًا أَوْ َعلَ ٰى َس ٍ أيَّا ًما َّم ْعدُو ٰ َد
۟ طَ َعا ُم ِم ْس ِكي ٍن ۖ فَمن تَطَ َّو َع خَ ْيرًا فَهُ َو َخ ْي ٌر لَّهۥُ ۚ َوأَن تَصُو ُم
َوا خَ ْي ٌر لَّ ُك ْم ۖ إِن ُكنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون َ
“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara
kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada
hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) :
memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati
mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan
berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”.
Dalam persoalan fidyah, ulama fiqih empat mazhab berbeda
pendapat :
a. Imam Hanafi, fidyah tidak diwajibkan secara mutlak
b. Imam Maliki, hanya diwajibkan bagi wanita yang menyusui, bukan
yang hamil.
c. Imam Hambali dan Imam Syafi’i, setiap wanita yang hamil dan
menyusui wajib membayar fidyah, bila hanya khawatir bagi anaknya
saja, tetapi bila khawatir terhadap dirinya dan anaknya secara
bersamaan, maka dia harus meng-qadha’ (menggantinya), tanpa
membayar fidyah.10
5. Kifarat
Kifarat sumpah (bersumpah palsu), salah satu caranya adalah
dengan memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang
biasa diberikan kepada keluarga sendiri atau memberi pakaian kepada
mereka atau memerdekakan sorang hamba sahaya atau puasa tiga hari
(Q.S. Al-Mā’idah [5]:89). Dalam hadits riwayat Muslim juga diterangkan
bahwa kifarat nadzar yang tidak dapat dilakukan sama dengan kifarat
sumpah.
Kifarat shaum (sebagai akibat melakukan pelanggaran shaum,
melakukan jima atau persetubuhan pada siang hari bulan Ramadhan bagi
mereka yang wajib melakukan shaum Ramadhan), selain bisa dengan
10
Muhammad Jawad Mughniyah, Op.Cit., 158.
13
6. Qurban/Udhiyyah
َ قَ َرyang berarti dekat,
Qurban menurut bahasa berasal dari kata ب
sedangkan menurut syari’at qurban berarti hewan yang disembelih dengan
niat beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allāh dengan syarat-syarat
dan waktu tertentu, qurban disebut juga udhiyyah. Qurban dilaksanakan
pada hari raya Idul Adha atau Hari Tasyriq (11,12 dan 13 Dzulhijjah).
Qurban sebenarnya sudah menjadi syari’at para Nabi dan Rasul Allāh.
Setiap Nabi melakukan ibadah qurban. Putra Nabi Adam as (Qabil dan
Habil) pernah melakukan ibadah qurban. Yang diabadikan secara khusus
adalah qurban yang menjadi syari’at Allāh yang dibawa Nabi Ibarahim as.
Kemudian syari’at itu dilestarikan menjadi syari’at Nabi Muhammad
11
Djedjen Zainuddin dan Mundzier Suparta, Fikih Kelas XI Kurikulum 2008 Madrasah
Aliyah, (Semarang : PT. Karya Toha Putra, 2011), hlm. 15-16.
14
8. Hadyu
Al-Hadyu adalah melakukan penyembelihan binatang ternak
(domba) sebagai pengganti pekerjaan wajib haji yang ditinggalkan, atau
sebagai denda karena melanggar hal-hal yang terlarang mengerjakannya
dalam prosesi ibadah umrah atau haji atau bagi mereka yang memiliki
kemampuan melakukannya, atau bagi mereka yang melakukan
pelanggaran-pelanggaran terhadap larangan-larangan tertentu dalam
ibadah haji. Al-Hadyu juga bisa mencakup segala bentuk penyembelihan
binatang yang dilakukan di Tanah Haram, baik sebagai pemenuhan dam,
maupun karena hal-hal lainnya seperti nadzar atau qurban. Bagi mereka
yang melakukan Haji Tamattu (mendahulukan umrah sebelum haji) atau
haji Qiran (melaksanakan haji dan umrah secara bersama-sama) wajib
melakukan alhadyu. Kalau tidak melakukan alhadyu, maka wajib berpuasa
10 hari, yang pelaksanaan puasanya 3 hari di tanah Suci dan 7 hari di luar
tanah suci (Q.S. Al-Baqoroh [2];196).
12
Ahmad Alfan, dkk., Op.Cit., 79-84.
15
9. Dam
Dam dari segi bahasa berarti darah, sedangkan menurut istilah
adalah mengalirkan darah (menyembelih ternak : kambing, unta atau sapi)
di tanah haram untuk memenuhi ketentuan manasik haji. Dam
dilaksanakan sebagai sangsi terhadap pelanggaran atau karena
meninggalkan sesuatu yang diperintahkan dalam rangka pelaksanaan
ibadah haji dan umrah atau karena mendahulukan umrah daripada haji
(haji tamattu) atau karena melakukan haji dan umrah secara bersamaan
(haji qiran). Dam juga diidentikkan dengan alhadyu, sekalipun tidak selalu
sama. Dalam suatu hal alhadyu bisa lebih umum daripada dam dan dalam
hal lain dam bisa lebih umum daripada alhadyu. Dam dilakukan bukan
untuk membuat sesuatu yang rusak (batal) menjadi sah atau yang kurang
menjadi lengkap. Dam dilakukan sebagai salah satu bentuk ketaatan
kepada Allāh sekaligus juga sebagai salah satu bentuk penghapusan atau
kifarat atas pelanggaran dalam pelaksanaan ibadah dan atau umrah.13
13
Ibid, 61.
16
mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat
kesenjangan dan ketidak adilan sosial.
Zakat merupakan salah satu sendi di antara sendi-sendi Islam
lainnya. Ia (zakat) merupakan ibadah fardiyah yang berimplikasi luas dalam
kehidupan sosial (jama’iyah), ekonomi (iqtishadiyah), politik (siyasiyat),
budaya (tsaqafah), pendidikan (tarbiyah) dan aspek kehidupan lainnya. Zakat
merefleksikan nilai spiritual dan nilai charity (kedermawanan) atau filantropi
dalam Islam. Sejumlah ayat bertebaran dalam berbagai surat dalam al Qur’an
dan hadits Nabi ditemukan anjuran tentang pentingnya filantropi terhadap
sesama manusia, di antara QS. [30]:39, QS. 9[]:103, QS. [18]:18. dalam al
QS At Taubah [9]: 103, misalnya secara tegas dikatakan bahwa:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ayat tersebut mengandung spirit filantropi dalam Islam. Dua nilai penting
yang terkandung dalam spirit ayat filantropi di atas adalah bahwa zakat dan
selalu mengandung dimensi ganda. Dimensi kesalehan individual tercermin
dalam tazkiyat an nufus dalam zakat (penyucian dan pembersihan diri dan
harta) pada satu sisi dan refleksi kesalehan sosial pada sisi lain seperti empati
dan solidaritas pada sisi yang lain. Zakat sebagai media tazkiyat an
nufus dalam konteks di atas diungkapkan dalam dua istilah yaitu
membersihkan dan menyucikan. Membersihkan dalam konteks ayat tersebut
mengandung makna bahwa zakat itu membersihkan muzakki (orang yang
mengeluarkan zakat) dari sifat kikir dan cinta yang berlebih-lebihan kepada
harta benda. Sungguhpun cinta terhadap harta merupakan tabiat manusia yang
bersifat inborn sebagaimana digambarkan dalam QS. Ali Imran [3]:14.
Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan pada apa-apa
yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allāh lah tempat kembali yang baik
(surga).
19
A. Kesimpulan
20
21
B. Saran-Saran
https://industri15ummgl.blogspot.com/2016/12/makalah-ibadah-maliah.html,
diakses pada tanggal 09 Maret 2020 pukul 10.00 WIB.
https://www.bloggerkalteng.id/p/b.html, diakses pada tanggal 09 Maret 2020
pukul 10.15 WIB.
https://www.scribd.com/doc/116935049/IBADAH-MALIYAH, diakses pada
tanggal 09 Maret 2020 pukul 10.30 WIB.
http://eprints.walisongo.ac.id/3763/2/102311008_Bab1.pdf, diakses pada tanggal
09 Maret 2020 pukul 11.00 WIB.
https://tafsirweb.com/1566-quran-surat-an-nisa-ayat-34.html, diakses pada tanggal
10 Maret 2020 pukul 20.15 WIB.
https://gerakaninfaq.blogspot.com/2010/06/perbedan-dan-pengertian-zakat-
infaq.html, diakses pada tanggal 10 Maret 2020 pukul 20.45 WIB.
https://tafsirweb.com/1033-quran-surat-al-baqarah-ayat-267.html, diakses pada
tanggal 10 Maret 2020 pukul 21.20 WIB.
https://tafsirweb.com/689-quran-surat-al-baqarah-ayat-184.html, diakses pada
tanggal 11 Maret 2020 pukul 19.10 WIB.
https://lppkk-umpalangkaraya.blogspot.com/2014/09/materi-5-ibadah-
maliyah.html, diakses pada tanggal 11 Maret 2020 pukul 21.05 WIB.
Zainuddin, Djedjen dan Mundzier Suparta. 2011. Pendidikan Agama Islam Fikih
Kelas XI Kurikulum 2008 Madrasah Aliyah. Semarang : PT. Karya Toha
Putra.
Alfan, Ahmad dkk. 2014. Fikih Kelas X Kurikulum 2013 Madrasah Aliyah.
Jakarta : Kementerian Agama Republik Indonesia.
Zallum, Abdul Qadim. 2020. Sistem Keuangan Negara Khilafah. Terjemahan
oleh Ahmad S. dkk. Jakarta : Pustaka Fikrul Islam.
Mughniyah, Muhammad Jawad. 2003. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta : PT. Lentera
Basritama.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. 2002. Ensiklopedi Islam. Jakarta : PT. Ichtiar
Baru Van Houve.