Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PERBEDAAN FIQIH IBADAH DAN MUAMALAH


makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
“perbedaan fiqih ibadah dan muamalah”

Dosen pengampu:

“KH. M. Jamil, SQ.,M.Ag..”

Disusun oleh:
Muhammad ilham 050120.00027
Susi Karmila 050120.000

Semester VI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-AMIN
BANTEN 2023
PERBEDAAN FIQIH IBADAH DAN MUAMALAH
Muhammad ilham, Susi Karmila
syauqinasusi@gmail.Com
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Amin Kreo Tangerang
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Amin Kreo Tangerang

ABSTRAK
This paper we discuss entitled “Fiqih Ibadah and Fikih Muamalah”. Where
in the second chapter is very important to be studied as it relates to issues of
human life. “Fiqih Ibadah” useful discussions that all forms of worship that
we do to God can be in accordance with applicable regulations. While in
“Fiqih Muamalah” useful for activities related to the social can run well.
“Ibadah” is the worship of a servant of the Lord who made humbly as low,
with a sincere heart in accordance with various provisions in force in
religion. The scope of worship include: (thaharah, shalat, puasa, zakat,
haji/Umrah). While “Muamalah” is rules of Allah are intended to regulate
human life in worldly affairs. The “Muamalah” include: (Harta, akad, ba’i,
khiyar, ijarah, qarad, rahn, syirkah, qiradh, hibah, and riba). Therefore
further explanation can be seen in the discussion section.
Keywords: School Madzhab; Different perspectives; Islamic Jurisprudence;

ABSTRAK
dialog secara objektif, baik tingkat internal maupun eksternal.

1. PENDAHULUAN
Ibadah merupakan sebuah bentuk pengabdian yang dilakukan
seorang hamba terhadap Tuhannya dengan hati ikhlas sesuai dengan
tata cara yang telah ditentukan oleh agama. Macam dari ibadah
sendiri ada thaharah, shalat, puasa, zakat dll.Sedangkan, Mu’amalah
merupakan segala peraturan yang mengatur hubungan antara sesama
manusia, baik yang seagama maupun berbeda agama, antara manusia
dengan kehidupannya, dan antara manusia dengan alam sekitarnya.
2. HASIL PEMBAHASAN
A. Fiqih Ibadah (Mahdlah)
Menurut bahasa fiqih bermakna pemahaman. Adapun
beberapa ulama memiliki ta`rif berbeda mengenai fiqih. Secara
syara` diantaranya; Abu Hanifah mendefinisikan fiqih sebagai
pengetahuan manusia akan dirinya dan segala yang terkait dengan
kemanusiaan. Abu Abdilah as- Syafii menyatakan pendapatnya
mengenai fiqih yaitu sebagai ilmu pengetahuan, ketentuan Tuhan
yang berkaitan dengan segala tindakan manusia yang memiliki
dampak hukum berdasarkan perintah Tuhan. Imam Showi
menjelaskan bahwa fiqih adalah mengambil agama Allah dan
teguh menjalankan seluruh perintah dan menghindari apa yang
menjadi larangan-Nya.' Secara lebih spesifik kemudian fiqih
diklasifikasikan menjadi dua. Pertama, fiqih ibadah yaitu semua
perbuatan yang berkaitan dengan Thaharoh, Shalat, Puasa, Zakat,
Haji, Qurban, Nadzar, Sumpah dan semua perbuatan manusia
yang berhubungan dengan Tuhannya. Kedua, fiqih muamalat
yaitu semua bentuk kegiatan transaksional seperti; deposito, jual
beli, pidana, perdata antar sesama manusia baik secara individu
maupun lembaga bahkan negara.2
Beberapa contoh kajian fiqih ibadah dalam kitab-kitab ulama
salaf adalah antara lain:
1. Thaharah
Dalam praktik peribadahan atau awal bagian yang harus
diperhatikan adalah thaharah. Seperti penjelasan dalam hadits
berikut; karena thaharah kunci shalat dan merupakan syarat
sahnya shalat.
Thaharah secara bahasa adalah bersih dari segala kotoran atau
najasah. Adapun menurut syara` thaharah memiliki makna
bersih dari segala macam najis baik yang bersifat hakikat, aib dan
perbuatan maksiat atau yang bersifat hukmiyah; hadats besar,
hadats kecil (kencing) dll. Imam Nawawi As-syafi`i
mendefinisikan thaharah adalah menghilangkan atau mensucikan
diri dari hadats besar dan hadats kecil maupun menghilangkan
bentuk dari kedua hadats tersebut seperti dalam firman Allah
dalam surat 2 ayat 125 dan surat 74 ayat 4 penyempurnaan
thoharoh/wudlu.

2. Shalat
Do`a (mengharap kebaikan) merupakan makna dari shalat
secara lughot (QS. 9 : 103), secara syar`i shalat merupakan
gabungan dari perbuatan dan ucapan khusus yang diawali dengan
pengucapan takbir dan diakhiri dengan salam. Adapun salah satu
tujuan dari disyariatkannya shalat adalah untuk mewujudkan rasa
sukur terhadap banyaknya kenikmatan yang Allah berikan,
disamping itu shalat juga memiliki manfaat yang bersifat diniyah
yang paling fundamental adalah keshalihan mental/ kejiwaan
(QS. 70 : 19 - 21) dan juga memiliki manfaat secara ijtimaiyah
(sosial).5
Adapun, rukun menurut bahasa adalah bagian yang harus ada,
menurut istilah; bagian yang harus ada pada setiap pelaksanaan
shalat karena merupakan bagian dari shalat.9 Syarat wajibnya
shalat (Syuruthu Wujuba as-sholati)
1) Islam. Shalat hanya diwajibkan bagi orang yang beragama
Islam laki-laki dan perempuan. Menurut pendapat jumhur
tidak diwajibkankan shalat bagi non-muslim terkait dengan
keabsahan pelaksanaannya.
2) Dewasa (Baligh). Shalat tidak diwajibkan bagi anak-anak
berdasarkan salah satu hadits yang diriwayatkan dari Ali bin
Abi Tholib dan Umar bin Khathab oleh Imam Ahmad, Abu
Dawud dan Alhakim.
3) Tidak kehilangan akal (gila).

Syarat sahnya shalat (Syuruthu Shihata as-sholati)


1) Niat
2) Mengetahui waktu shalat.
3) suci dari hadats
4) suci dari kotoran
5) menutup aurat
6) menghadap kiblat
7) menggunakan bahasa arab
8) tidak b ergerak diluar gerakan shalat
9) tertib

Sholat memiliki wilayah ibadah yang tidak lepas dengan


ruang syarat. yang pertama, menutup aurat, dalam menutup aurat
tidak lepas dengan kebutuhan “duniawi” yaitu kain yang
digunakan sebagai pakaian seorang muslim, kedua, masjid adalah
alat yang digunakan sebagai tempat peribadatan, dan lain
sebagainya, dimana klasifikasinya masuk ke dalam fiqih
muamalah.

4) Haji
َ‫ا ِم ٍر يَْأتِي َن ِم ْن‬QQ‫وَأ ِّذ ْن فِي النَّا ِس بِاْل َح ِّج يَْأتُو َك ِر َجااال َو َع َل ٰى ُك ِّل َض‬
‫ُك ِّل فَ ٍّج َع ِمي ٍق‬
Artinya:
“Dan umumkanlah (wahai Ibrahim) kepada sekalian manusia
tentang kewajiban haji atas mereka, niscaya mereka akan datang
kepadamu dalam keadaan berbeda-beda; berjalan kaki dan
menunggangi unta yang kurus (yaitu unta yang kurus karena
perjalanan dan beban pekerjaan bukan karena berdaging sedikit)
yang tiba dari segenap jalan yang jauh.” — Surat Al-Hajj Ayat
27.

Ayat diatas mengisyaratkan bahwa pelaksanaan Haji


disamping karena kewajiban yang bersifat mahdloh juga adanya
persiapan, sarana yang dibutuhkan untuk menunaikannya (Kitab
al-Haj)Supaya mereka menghadiri hal-hal yang bermanfaat bagi
mereka, berupa: pengampunan bagi dosa-dosa mereka, pahala
mengerjakan manasik haji dan ketaatan mereka, serta perolehan
keuntungan dalam perniagaan mereka dan kepentingan-
kepentingan lain, dan agar mereka menyebut nama Allah ketika
menyembelih hewan (Nusuk),
kurban yang mereka jadikan pendekatan diri kepada Allah,
seperti unta, sapi dan kambing pada hari-hari tertentu, yaitu
tanggal 10 dzulhijjah dan tiga hari setelahnya, sebagai ungkapan
rasa syukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya.

B. Fiqih Muamalah
Pengertian fiqh muamalah menurut terminology dapat dibagi
menjadi 2, Pengertian fiqih muamalah dalam arti luas Fiqih
muamalah adalah aturan-aturan (hukum) Allah SWT, yang
ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan
keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan
social kemasyarakatan.
Fiqih muamalah dalam arti sempit menekankan keharusan
untuk menaati aturan Alloh yang telah ditetapkan untuk mengatur
hubungan antara manusia dengan cara memperoleh, mengatur,
mengelola dan mengembangkan mal (harta benda).
Pembagian fiqh muamalah Ibn Abidin, salah seorang yang
mendefinisikan fiqh muamalah dalam arti luas, membaginya
menjadi lima bagian :
1. Muawadhah Maliyah (Hukum Kebendaan)
2. Munakahat (Hukum Perkawinan)
3. Muhasanat (Hukum Acara)
4. Amanat dan ‘Aryah (Pinjaman)
5. Tirkah (Harta Peninggalan)
· beberapa contoh dari ruang lingkup fiqih muamalah
Ruang Lingkup Muamalah
1) HARTA
Menurut etimologi harta adalah sesuatu yang tidak
dikuasai manusia tidak bisa dinamakan harta menurut bahasa,
seperti burung di udara, ikan didalam air, pohon di hutan, dan
barang tambang yang ada di bumi.
a. Pembagian Harta
1. Harta Muttawaqin dan Ghair Muttaqawwin
2. Harta ‘Aqar dan Manqul
3. Harta Mitsli dan Qimi
4. Harta Istihlaki dan Isti’mali
5. Hrta Mamluk, Mubah, dan Mahjur.
6. Harta ‘Ain dan Dain
7. Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
8. Harta Pokok dan Harta Hasil

2) BA’I
a. Pengertian ba’i
Menurut etimologi, jual beli diartikan sebagai
pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain). Kata lain
dari al-ba’I adalah asy-syira’, al-mubadah, dan at-tijarah.
b. Hukum jual beli
Ditinjau dari hokum dan sifat jual beli, jumhur ulama
membagi jual beli menjadi dua macam, yaitu jual beli yang
dikategorikan sah (shahih) dan jual beli yang dikategorikan
tidak sah. Jual beli shahih adalah jual beli yang memenuhi
ketentuan syariat. Hukumnya, sesuatu yang diperjualbelikan
menjadi milik yang melakukan akad. Sedangkan jual beli
batal atau tidak sah adalah jual beli yang tidak memenuhi
salah satu rukun, atau yang tidak sesuai dengan syariat,
yakni orang yang akad buka ahlinya, seperti jual-beli yang
dilakukan oleh orang gila atau anak kecil.
c. Jual beli yang dilarang dalam islam
1. Terlarang sebab ahiah (ahli akad).
2. Terlarang sebab shighat.
3. Terlarang sebab ma’qud alaih (barang jualan)
4. Terlarang sebab syara’.
d. Macam-macam jual beli
1. Jual beli saham (pesanan)
2. Jual beli muqayadhah (barter)
3. Jual beli mutlaq.
4. Jual beli alat penukar dengan alat penukar.
3) Riba
Menurut etimologi riba berarti tambahan. Menurut ulama
hanabiyah riba adalah“pertambahan sesuatu yang
dikhususkan”. Sedangkan menurut Hanafiyah riba
yaitu”tambahan pada harta pengganti dalam pertukaran harta
dengan harta.
a. Macam-macam riba menurut Jumhur Ulama
1. Riba fadhl adalah jual beli yang mengandung unsur
riba pada barang sejenis dengan adanya tambahan
pada salah satu benda tersebut.
2. Riba Nasi’ah, menurut ulama Hanafiyah riba nasi’ah
adalah “memberikan kelebihan terhadap
pembayaran dari yang ditangguhkan, memberikan
kelebihan pada benda yang ditakar atau ditimbang
yang berbedajenis atau selain dengan yang ditakar
dan ditimbang yang sama jenisnya.”

C. KESIMPULAN
Ibadah merupakan penyembahan seorang hamba terhadap
Tuhannya yang dilakukan dengan merendahkan diri serendah-
rendahnya, dengan hati ikhlas sesuai dengan berbagai ketentuan
yang berlaku di agama.Ruang lingkup ibadah diantaranya:
1.Thaharah yang meliputi: Macam-macam air, Najis, Istinja’,
Wudhu, Mandi, dan Tayamum.2.Shalat,3.Puasa,4.Zakat,
5.Haji/Umrah.
Muamalah yaitu aturan-aturan (hukum) Allah SWT, yang
ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan
keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan
social kemasyarakatan. Ruang lingkup muamalah diantaranya:
Harta, akad, ba’i, khiyar, ijarah, qarad, rahn, syirkah, qiradh,
hibah, dan riba.
DAFTAR PUSTAKA:

Syafe’I, Rachmat. 2001. FIQIH MUAMALAH. Bndung: Pustaka Setia.


Karim, Helmi. 1997. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suhendi, Hendi. 2014. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid. 2007. Intisari Fiqih Islam.
Surabaya: Pustaka Elba.
Abidin, Slamet & Suyono. 1998. Fiqih Ibadah. Bandung: Pustaka Setia.
Ayyub, Hasan. 2004. Fikih Ibadah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Anda mungkin juga menyukai