Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH FIQIH MUAMALAH

RUANG LINGKUP FIQIH MUAMALAH


Dosen Pengampu
Hendra Eka Saputra SE.M.SEI

Di susun Oleh :
KELOMPOK 1

 WIDIA LESTIAWATI (212310258)


 HERLINA (212310064)
 MHD KHATIBUL UTAMI (212310065)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, kami mengucapkan segala puji & syukur
kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini untuk memenuhi mata kuliah Fiqih
Muamalah . Mungkin dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
baik dari segi penulisan, isi, dan lain sebagainya. Maka, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna memperbaiki
kesempurnaan ini diterima dan bermanfaat bagi para pembaca khususnya dalam
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai “ Ruang Lingkup Fiqih
Muamalah”. Atas perhatian dan kerja samanya saya mengucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 10 September 2022


Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Muamalah merupakan bagian yang begitu penting dalam kehidupan manusia. Islam
memberikan aturan-aturan yang global untuk memberikan kesempatan bagi perkembangan hidup
manusia yang seiring dengan berkembangnya zaman, dan berbedanya tempat serta situasi.
Karena pada dasarnya alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Olehy sebab itu, manusia diharapkan bisa menjalankan semua aturan-aturan yang telah
diatur didalam al-qur’an.

Persoalam muamalah merupakan pesoalan yang selalu aktual di tengah-tengah


masyarkat. Karena ia berkembang sesuai dengan perkembangan dan peradaban pengetahuan dan
kebutuhan manusia itu sendiri. Dengan begitu persoalan muamalah suatu hal yang pokok dan
menjadi tujuan penting agama islam dalam memperbaiki kehidupan manusia. Atas dasar itulah
hukum muamalah diturunkan oleh Allah dalam bentuk global dan umum saja dengan
mengemukakan prinsip dan norma antara sesama manusia kapanpun dan dimanapun harus selalu
mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT.

Ekonomi pada umumnya di definisikan sebagai pengetahuan tentang perilaku manusia


dalam hubungannya dengan memanfaatkan sumber-sumber produktif yang langka untuk
memproduksi barang-barang atau jasa serta mendistribusikannya untuk keperluan konsumsi.
Pada sisi lain, perkembangan sistem ekonomi islam yang dihasilkan dari kajian perilaku ekonomi
masyarakat muslim telah mendikte instrumen hukum teknis (fiqih muamalah). Walaupun antara
keduanya saling terkait, namun sesungguhnya keduanya adalah dua hal yang berbeda.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Muamalah ?


2. Apa saja pembagian-pembagian Muamalah ?
3. Bagaimana ruang lingkup Muamalah ?
4. Bagaimana prinsip dasar ber-Muamalah ?

C. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
Muamalah, apa saja pembagian-pembagian Muamalah, dan bagaimana ruang lingkup muamalah,
serta bagaimana prinsip dasar ber-Muamalah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mua’malah

Kata muamalah dalam etimologi bahasa Arab diambil dari kata (‫( العمل‬yang merupakan
kata umum untuk semua perbuatan yang dikehendaki mukallaf. Kata‚muamalah‛ dengan wazan (
َّ
‫ُ ( ةَعل َفاَم‬dari kata (‫( عامل‬yangَ‫ )عا ُمل‬bergaul bermakna.(‫الت‬

Adapun dalam terminologi ahli fikih dan ulamasyariat, kata ‚muamalah‛ digunakan untuk
sesuatu di luar ibadah, sehingga ‚muamalah‛ membahas hak-hak makhluk dan ‚ibadah‛
membahas hak-hak Allah. Namun, mereka berselisih pendapat dalam apa saja yang masuk dalam
kategori muamalah tersebut dalam dua pendapat :

a. Muamalah adalah pertukaran harta dan yang berhubungan dengannya, seperti al-bai’
(jual-beli), as-salam, al-ijaarah (sewa-menyewa), syarikat (perkongsian), ar-rahn (gadai),
al-kafaalah, al-wakalah (perwakilan), dan sejenisnya. Inilah Mazhab Malikiyah,
Syafi’iyah, dan Hambaliyah.

b. Muamalah mencakup semua hal yang berhubungan dengan maslahat manusia dengan
selainnya, seperti perpindahan hak pemilikan dengan pembayaran atau tidak (gratis) dan
dengan transaksi pembebasan budak,kemanfaatan, dan hubungan pasutri. Dengan
demikian,muamalah mencakup fikih pernikahan, peradilan,amanah, dan warisan. Inilah
mazhab al-Hanafiyah dan pendapat asy-Syathibi dari mazhab al-Malikiyah. Oleh karena
itu sebagian ahli fikih membagi fikih menjadi empat kategori:

a. Fikih Ibadah
b. Fikih Muamalah
c. Fikih Ankihat (nikah)
d. Hukum-hukum kriminal dan peradilan.

B. Pembagian Muamalah

Menurut Ibn Abidin, fiqih muamalah dalam arti luas dibagi menjadi lima bagian :

a. Muawadhah Maliyah (Hukum Perbendaan)


b. Munakahat (Hukum Perkawinan)
c. Muhasanat (Hukum Acara)
d. Amanat dan ‘Aryah (Hukum Pinjaman)
e. Tirkah (Hukum Peninggalan)
Dari pembagian diatas, yang merupakan disiplin ilmu tersendiri adalah munakahat dan tirkah.
Sedangkan menurut Al-Fikri dalam kitab Al-Muamalah Al-Madiyah wa Al-Adabiyah membagi
Fiqh Muamalah menjadi dua bagian :

a. Al-Muamalah Al-Madiyah

Al-Muamalah Al-Madiyah adalah muamalah yang mengakaji segi objeknya, yakni


benda. Sebagian ulama berpendapat bahwa Al-Muamalah Al-Madiyah bersifat
kebendaan, yakni benda yang halal, haram, dan syubhat untuk dimiliki, diperjual belikan,
atau diusahakan, benda yang menimbulkan kemadharatan dan mendatangkan
kemaslahatan bagi manusia, dll. Semua aktivitas yang berkaitan dengan benda, seperti al-
bai’ (jual beli) tidak hanya ditujukan untuk memperoleh keuntungan semata, tetapi jauh
lebih dari itu, yakni untuk memperoloh ridha Allah. Jadi kita harus menuruti tata cara
jual beli yang telah ditentukan oleh syara’.

b. Al-Muamalah Al-Adabiyah

Al-Muamalah Al-Adabiyah adalah muamalah ditinjau dari segi cara tukar-


menukar benda, yang sumbernya dari pancaindra manusia, sedangkan unsur-unsur
penegaknya adalah hak dan kewajiban, seperti jujur, hasut, iri, dendam, dll. Al-
Muamalah Al-Adabiyah adalah aturan-aturan Allah yang ditinjau dari segi subjeknya
(pelakunya) yang berkisar pada keridhaan kedua pihak yang melangsungkan akad, ijab
kabul, dusta, dll.Pada prakteknya, Al-Muamalah Al-Madiyah dan Al-Muamalah Al-
Adabiyah tidak dapat dipisahkan.

C. Ruang Lingkup Muamalah

Berdasarkan pembagian fiqih muamalah di atas, ruang lingkupnya pun terbagi menjadi dua:

a. Ruang lingkup mualamah madiyah

1. Jual beli (Al-bai’ at-Tijarah)


2. Gadai (rahn)
3. Jaminan/ tanggungan (kafalah)
4. Pemindahan utang (hiwalah)
5. Jatuh bangkit (tafjis)
6. Batas bertindak (al-hajru)
7. Perseroan atau perkongsian (asy-syirkah)
8. Perseroan harta dan tenaga (al-mudharabah)
9. Sewa menyewa tanah (al-musaqah al-mukhabarah)
10. Upah (ujral al-amah)
11. Gugatan (asy-syuf’ah)
12. Sayembara (al-ji’alah)
13. Pembagian kekayaan bersama (al-qisamah)
14. Pemberian (al-hibbah)
15. Pembebasan (al-ibra’), damai (ash-shulhu)
16. beberapa masalah mu’ashirah (mukhadisah) : bunga bank, asuransi, kredit, dan masalah
lainnnya.
17. Pembagian hasil pertanian (musaqah)
18. Kerjasama dalam perdagangan (muzara’ah)
19. pembelian barang lewat pemesanan (salam/salaf)
20. Pihak penyandang dana meminjamkan uang kepada nasabah/ Pembari modal (qiradh)
21. Pinjaman barang (‘ariyah)
22. Sewa menyewa (al-ijarah)
23. Penitipan barang (wadi’ah)

b. Ruang lingkup muamalah adabiyah


Hal-hal yang termasuk Al-Muamalah Al-Adabiyah adalah :

1. ijab kabul,
2. saling meridhai,
3. tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak,
4. hak dan kewajiban,
5. kejujuran pedagang,
6. penipuan,
7. pemalsuan,
8. dan segala sesuatu yang bersumber dari indera manusia yang ada kaitannya dengan peredaran
harta.

D. Prinsip Dasar BerMu’amalah

Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam setiap dimensi kehidupan
manusia, tak terkecuali dunia ekonomi Islam. Sistem Islam ini berusaha mendialektikan nilai-
nilai ekonomi dengan nilai akidah atau etika, artinya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
manusia dibangun dengan dialektika nilai materialisme dan spiritualisme. Kegiatan ekonomi
yang dilakukan tidak hanya berbasis nilai materi, akan tetapi terdapat sandaran transendental
didalamya, sehingga akan bernilai ibadah. selain itu, konsep dasar Islam dalam kegiatan
muamalah juga sangat konsen terhadap nilai humanisme, diantara prinsip dasar fiqih muamalah
adalah :

a. Hukum asal dalam muamalah adalah mubah (diperbolehkan)

Ulama fiqih sepakat bahwa hukum asal dalam transaksi muamalah adalah diperbolehkan
(mubah) kecuali terdapat nash yang melarangnya. ‫االصل يف املعا ملة االباحة اال ان يدل دليل علي حترميها‬
Artinya : ‚hukum asal semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan kecuali ada hal yang
Mengharamkannya.

b. Konsep fiqih muamalah untuk mewujudkan kemaslahatan


Fiqih muamalah akan senantiasa berusaha mewujudkan kemaslahatan, mereduksi
permusuhan dan perselisihan diantara manusia. Allah tidak menurunkan syariah, kecuali
dengan tujuan untuk merealisasikan kemaslahatan hidup hambaNya, tidak bermaksud
memberi beban dan menyempitkan ruang gerak kehidupan manusia.

c. Menetapkan harga yang kompetitif

Masyarakat sangat membutuhkan barang produksi, tidak peduli dia seorang kaya
atau miskin, mereka menginginkan konsumsi barang kebutuhan dengan harga yang lebih
rendah. Harga yang lebih rendah (kompetitif) tidak mungkin dapat diperoleh kecuali
dengan menurunkan harga biaya produksi, untuk itu harus dilakukan pemangkasan biaya
produksi yang tidak begitu krusial, serta biaya-biaya overhead lainnya.Islam melaknat
praktik penimbunan (ikhtikar) karena akan berpotensi menimbulkan kenaikan harga
barang yang ditanggung oleh konsumen. Disamping itu, Islam juga tidak suka dengan
praktik makelar dan mengutamakan transaksi jual beli (pertukaran) secara langsung
antara produsen dan konsumen tanpa menggunakan jasa perantara, karena upah makelar
pada akhirnya akan dibebankan kepada konsumen.

d.Meninggalkan intervensi yang dilarang

Islam memberikan tuntutan kepada kaum muslimin untuk mengimami konsepsi


qadla dan qodar Allah, apa yang telah Allah  tetapkan untuk seorang hamba tidak akan
pernah tertukar dengan hamba lain, dan rizki seorang hamba tidak akan pernah berpindah
tangan kepada orang lain. Perlu disadari bahwa nilai-nilai solidaritas sosial ataupun
ikatan persaudaraan dengan orang lain lebih penting daripada sekedar nilai materi, untuk
itu Rasulullah , melarang untuk menumpangi transaksi yang sedang dilakukan orang lain,
kita tidak diperbolehkan untuk intervensi terhadap akad ataupun jual beli yang sedang
dilakukan orang lain.Rasulullah bersabda : ‚seseorang tidak boleh melakukan jual beli
atas jual beli yang sedang dilakukan oleh saudaranya.

e. Menghindari eksploitasi

Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk membantu orang-orang yang


membutuhkan,dimana Rasulullah bersabda :‛sesama muslim adalah saudara,tidak
mendzalimi satu sama lainnya, barangsiapa memenuhi kebutuhan saudaranya, maka
Allah akan mencukupi kebutuhannya,dan barang siapa membantu mengurangi beban
sesame saudaranya, maka Allah akan menghilangkan bebannya di hari kiamat
nanti‛Hadits tersebut memberikan tuntunan untuk tidak mengeksploitasi sesama saudara
muslim yang sedang membutuhkan sesuatu, dengan cara menaikkan harga atau syarat
tambahan yang memberatkan. Kita tidak boleh memanfaatkan keadaan orang lain demi
kepentingan kita sendiri.

f. Memberikan kelenturan dan toleransi


Toleransi merupakan karakteristik dari ajaran islam yang ingin direalisasikan
dalam setiap dimensi kehidupan. Nilai toleransi ini bisa dipraktekkan dalam kehidupan
politik, ekonomi atau hubungan kemasyarakatan lain. Khusus dalam transaksi finansial,
nilai bias diwujudkan dengan mempermudah transaksi bisnis tanpa harus memberatkan
pihak yang terkait. Karena Allah akan memeberikan rahmat bagi yang mempermudah
transaksi jual beli.Selain itu, kelenturan dan toleransi itu bisadiberikan kepada debitur
yang sedang mengalami kesulitan finansial, karena bisnis yang dijalnkan sedang
megalami resesi. Melakukan re-scheduling piutang yang telah jatuh tempo, disesuaikn
dengan kemapanan finansial yang diproyeksikan dismping itu, tetap membuka peluang
bagi para pembeli yag ingin membatalkan transaksi jual beli, karena terdapat indikasi
ketidakbutuhannya terhadap obyek transaksi.

g. Jujur dan amanah

Kejujuran merupakan bekal utama untuk meraih keberkahan. Namun, kata jujur
tidak semudah mengucapkannya, sangat berat memegang prinsip ini dalam
kehidupan.seseorang bisa meraup keuntungan berlimpah dengan lisptik kebohongan
dalam bertransaksi.sementara orang jujur harus menahan dorongan materialisme dari
cara-cara yang tidak semestinya.perlu perjuangan keras untuk membumikan kejujuran
dalam setiap langkah kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai