Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana yang kita ketahui, Islam adalah agama yang paling sempurna,
agama keselamatan, yang dari padanya telah sempurna segala ketentuan yang
menjadi rambu-rambu dalam menjalani kehidupan. Bagi yang ingin selamat dunia
akhirat maka harus masuk Islam secara kaffah, taat pada semua rambu dan tunduk
pada segala ketentuan.
Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari, praktek berislam harus kita
kita laksanakan dalam berbagai aspek, termasuk dalam urusan muamalah,
transaksi dan jual beli. Agama telah memberikan peraturan dengan sebaik
baiknya, dalam hal muamalat demi keselamatan manusia.
Sebagaimana yang kita lihat kondisi zaman semakin lama semakin ruwet
dan tidak teratur, antara yang boleh dan yang dilarang sudah semakin samar, yang
halal dan yang haram semakin tipis. Ditambah lagi dengan sifat manusia yang
tamak, tidak pernah puas dan selalu ingin mendapatkan apa yang dinginkan,
terkadang membuat manusia nekad melakukan segala cara tanpa berfikir lagi
halal tidaknya.
Untuk itu dalam makalah ini kami membahas mengenai fiqih muamalah dan
segala ruang lingkupnya, sehingga kita bisa memahami dan menjadikannya
sebagai pedoman yang benar dalam bermuamalah dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian fiqih muamalat?

2. Bagaimana pembagian fiqih muamalat?

3. Apa saja ruang lingkup fiqih muamalat?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian fiqih muamalat.
2. Untuk mengetahui dan memahami pembagian fiqih muamalat.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup fiqih muamalat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fiqih Muamalat


Pada dasarnya fiqih muamalah terdiri dari dua kata, yaitu fiqih dan
muamalah. Secara etimologi (bahasa), fiqih adalah ( )yang berarti faham.
Kata fiqih juga diartikan paham yang mendalam. Kata ini muncul sebanyak
20 kali dalam Al Quran dengan arti paham itu. Diantaranya dalam surat Thaha
ayat 27- 28, An Nisa ayat 78, Al Hud ayat 91 dan Al Kahfi ayat 93, dll.
Contohnya dalam surat Al Kahfi ayat 93 yaitu:

.
Artinya :
Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung,dia
mendapati dihadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak memahami
pembicaraan.
Arti yafqohuna dalam ayat itu artinya mereka memahami.1
Kata kedua yaitu muamalah, secara etimologi kata muamalah adalah
bentuk masdar dari kata amala ( ) yang artinya saling
bertindak, saling berbuat, dan saling beramal.
Secara terminologi, pengertian fiqih muamalah terbagi menjadi dua, yaitu
dalam arti luas dan dalam arti sempit.
a. Pengertian dalam arti luas
Di antara definisi yang dikemukakan oleh para ulama tentang definisi
muamalah adalah:

1. Menurut Ad Dimyati
Aktivitas untuk menghasilkan duniawi menyebabkan keberhasilan masalah
ukrowi.
2. Menurut Muhammad Yusuf Musa
Peraturan-peraturan Allah yang diikuti dan ditaati dalam hidup
bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.
1
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 1, ( Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu,1997)hlm 35.

2
Dari dua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa fiqih muamalah
adalah aturan-aturan (hukum) Allah SWT, yang ditujukan untuk mengatur
kehidupan manusia dalam urusan kehidupan manusia dalam urusan keduniawian
atau urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan sosial kemasyarakatan.
b. Pengertian dalam arti sempit
Ada beberapa ulama yang mengemukakan pendapatnya mengenai
pengertian fiqih muamalah, antara lain:
1) Menurut Hudhari Beik:

Muamalah adalah semua akad yang membolehkan manusia saling


menukar manfaat.

2) Menurut Idris Ahmad:

Muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan


manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya
dengan cara yang paling baik.

3) Menurut Rasyid Ridha:

Muamalah adalah tukar-menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat


dengan cara-cara yang telah ditentukan.

Dari definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam arti sempit fiqih
muamalah menekankan keharusan untuk menaati aturan-aturan Allah yang telah
ditetapkan untuk mengatur hubungan antara manusia dengan cara memperoleh,
mengatur, mengelola, dan mengembangkan mal (harta benda).

Namun, dari pengertian di atas fiqih muamalah tidak mencakup berbagai hal
yang berkaitan dengan harta, seperti cara mengatur tirkah (harta waris), sebab
masalah ini telah diatur dalam disiplin ilmu itu tersendiri, yaitu dalam Fiqih
Mawaris.2

2.2 Pembagian Fiqih Muamalah


1. Menurut Ibn Abidin
2
Prof. Dr. H. Rachmad Syafei, MA. Fiqih Muamalah, ( Bandung: CV. Pustaka Setia. 2001),hlm 13-
16.

3
Menurut Ibn Abidin, Fiqih Muamalah bisa dibagi menjadi 5 bagian,
diantaranya:
a. Muawadhah maliyah ( Hukum Kebendaan)
b. Munakahat ( Hukum Perkawinan)
c. Muhasanat (Hukum Acara)
d. Amanat dan Aryah ( Pinjaman)
e. Tirkah ( Harta Peninggalan)
2. Menurut Al Fikri
Menurut Al Fikri, fiqih muamalah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a) Al Muamalah Al-Madiyah
Al Muamalah Al-Madiyah adalah muamalah yang mengkaji segi objeknya,
yaitu benda. Sebagian ulama berpendapat bahwa muamalah Al madiyah
bersifat kebendaan, yakni benda yang halal, haram, dan syubhat untuk dimiliki,
diperjualbelikan atu diusahakan, benda yang menimbulkan kemadharatan dan
mendatangkan kemaslahatan bagi manusia,dll.
Dengan kata lain, Al Muamalah Al Madiyah adalah aturan-aturan yang
telah ditetapkan syara dari segi objek benda. Oleh karena itu, berbagai aktivitas
muslim yang berkaitan dengan benda, seperti al-bai (jual beli) tidak hanya
ditujukan untuk memperoleh ridha Allah. konsekuensinya, harus menuruti tat cara
jual beli yang telah ditetapkan syara.

b) Al Muamalah Al Adabiyah

Al Muamalah Al Adabiyah maksudnya, muamalah di tinjau dari segi cara


tukar menukarbenda yang sumbernya dari pancaindra manusia, sedangkan unsur-
unsur penegaknya adalah hak dan kewajiban, seperti jujur, hasud, iri, dendam, dll.

Dalam bahasa yang lebih sederhana, Al Muamalah Al Adabiyah adalah


aturan-aturan Allah yang berkaitan dengan aktivitas manusia dalam hidup
bermasyarakat yang ditinjau dari segi subjeknya, yaitu manusia sebagai
pelakunya. Dengan demikian, maksud Adabiyah antara lain berkisar dalam
keridhoan dari kedua belah pihak yang melangsungkan akad, ijab qobul, dusta,
dll. Dalam praktiknya, kedua Al Muamalah tidak dapat di dipisahkan.

4
2.3 Ruang Lingkup Fiqih Muamalah

Berdasarkan pembagian fiqih muamalah di atas, ruang lingkupnya terbagi


menjadi dua, yaitu:
1) Ruang Lingkup Muamalah Adabiyah
Hal-hal yang termasuk ruang lingkup muamalah adabiyah adalah ijab dan
kabul, saling meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak, dan
kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan segala
sesuatu yang bersumber dari indera manusia yang ada kaitannya dengan peredaran
harta.
2) Ruang Lingkup Muamalah Madiyah
Ruang lingkup muamalah madiyah antara lain:
a. Jual beli ( Al baiat Tijarah)
b. Gadai (rahn)
c. Jaminan dan Tanggungan ( Kafalah dan Dhaman)
d. Pemindahan Utang ( hiwalah)
e. Jatuh bangkit ( tafjis)
f. Batas bertindak ( al hajru).
g. Perseroan atau perkongsian (Asy- Syirkah).
h. Perseroan harta dan tenaga ( al mudharabah ).
i. Sewa- menyewa tanah (al musaqah al mukhabarah).
j. Upah (ujral al amah).
k. Gugatan ( asy syufah).
l. Sayembara ( al jialah ).
m. Pembagian kekayaan bersama ( al qismah).
n. Pemberian ( al hibbah).
o. Pembebasan (al ibra) damai ( ash shulhu).
p. Beberapa masalah muashirah ( muhaditsah ), seperti masalah bunga bank,
asuransi, kredit, dan masalah lainnya.
Dari beberapa ruang lingkup fikih muamalah di atas, maka ruang lingkup
fiqih muamalah secara garis besarnya meliputi pembahasan tentang harta (al-mal),
hak-hak kebendaan (al-huquq) dan hukum perikatan (al-aqad).

5
Berikut ini adalah penjabaran secara global tentang ruang lingkup
pembahasan fiqih muamalah.

1) Bagian Pertama: Hukum Benda

Ruang lingkup ini terdiri dari tiga pokok pembahasan masing-masing dalam
satu bab:

1. Harta

a. Pengertian Harta

Harta dalam bahasa arab disebut, al-mal yang berasal dari kata yang
berarti condong, cenderung dan miring. Oleh karena itu dalam kehidupan
manusia cenderung ingin memiliki dan menguasai harta.

Menurut Ulama Hanafiyah istilah harta (al-mal) ialah: Segala sesuatu


yang dapat diambil, disimpan, dan dapat dimanfaatkan.

Menurut definisi ini, harta memiliki 2 unsur, yaitu:

a. Harta dapat dikuasai dan dipelihara

b. Harta dimanfaatkan menurut kebiasaan

Menurut jumhur ulama fiqih selain Hanafiyah mengemukakan


beberapa pendapatnya mengenai harta diantaranya yaitu:

Harta adalah segala sesuatu yang bernilai dan mesti rusaknya dengan
menguasainya.

Harta juga diartikan sebagai sesuatu yang diinginkan manusia


berdasarkan tabiatnya, baik manusia itu akan memberikan atau akan
menyimpan.

Selain itu harta juga diartikan sebagai : Segala dzat (ain) yang
berharga, bersifat materi yang berputar di antara manusia. 3

b. Unsur-unsur Harta
3
Prof. Dr. H. Rachmad Syafei, MA. ibid, 2001, hlm 22-23.

6
Menurut para fuqoha bahwa harta bersendi pada dua unsur, unsur
ainiyah dan unsur urf. Yang dimaksud dengan unsur ainiah adalah bahwa
harta itu ada wujudnya dalam kenyataan, maka manfaat sebuah rumah yang
di pelihara manusia tidak disebut harta, tetapi termasuk milik atau hak.

Unsure urf adalah segala sesuatu yang dipandang harta oleh seluruh
manusia atau sebagian manusia, tidaklah manusia memelihara sesuatu
kecuali menginginkan manfaatnya, baik manfaat madiyah maupun manfaat
manawiyah.4

c. Jenis-jenis Harta

Harta dalam pengertian sebagaimana disampaikan dimuka, dalam


hukum islam menurut sudut pandang tertentu di bedakan dalam beberapa
kategori. Masing-masing mempunyai cirri-ciri khusus dan atas masing-
masing kategori bisa jadi berlaku hukum-hukum yang berbeda.

1. Mal Mutaqawwim dan Ghoiru Mutaqawwim


Mal muttaqawwim: Segala sesuatu yang dapat dikuasai dengan
pekerjaan dan dibolehkan syara untuk memanfaatkannya, macam-
macam benda yang tidak bergerak,yang bergerak,dll.
Mal Ghoiru Mutaqawwim: Segala sesuatu yang tidak dapat dikuasai
dengan pekerjaan dan dilarang syara untuk memanfaatkannya,
kecuali dalam keadaan madarat, seperti khamar, babi.
2. Mal aqar dan Mal Manqul
Mal aqar: harta tetap, yang tidak mungkin dipindahkan dan diubah
dari satu tempat ke tempat lain menurut asalnya, seperti rumah,dan
hal-hal yang membumi.
Mal Manqul: harta yang dapat dipindahkan dan diubah dari tempat
satu ke tempat yang lain, baik tetap pada bentuk dan keadaan
semula, ataupun berubah bentuk dan keadaannya dengan
perpindahan dan perubahan tersebut.seperti: uang, barang dagangan,
macam-macam hewan, benda yang ditimbang dan diukur.
3. Mal Mitsliy dan Mal Qimiy
Mal Mitsliy: harta yang memiliki persamaan atau kesetaraan di
pasar, tidak ada perbedaan pada bagian-bagiannya atau kesatuannya
4
Drs.H.Hendi Suhendi,M.Si. Fiqh Muamalah. Jakarta 2002. hal: 9-12

7
sebagaimana yang terjadi dalam aktivitas ekonomi. Contoh: telur,
gandum, kapas, besi, pakaian,papan, dll.
Mal Qimiy: harta yang tidak mempunyai persamaan dipasar, tapi ada
perbedaan menurut kebiasaan antara kesatuannya pada nilai, seperti:
binatang dan pohon.
4. Mal Istimali dan Mal Istihlaki
Mal Istimali: harta yang dapat diambil manfaatnya, sedangkan
zatnya tetap (tidak berubah). Contoh: rumah, tempat tidur, buku,dll.
Mal Istihlaki: harta yang dapat diambil manfaatnya dengan merusak
zatnya. Contoh: kayu bakar, uang, kertas, dll.
5. Mal Mamluk, Mal Mahjur dan Mal Mubah
Mal Mamluk: sesuatu yang berada dibawah kepemilikan, baik
perseorangan, maupun badan hukum. Contoh: yayasan dan
pemerintahan.
Mal Mubah: sesuatu yang pada asalnya bukan milik
seseorang,seperti: air pada mata air, binatang buruan darat, laut,
pohon dihutan dan buah-buahannya.
Mal Mahjur: sesuatu yang tidak boleh dimiliki sendiri dan
disyariatkan memberikan kepada orang lain, baik itu benda wakaf
maupun benda untuk masyarakat umum, seperti jalan raya, masjid,
kuburan, dll.
6. Mal Ashl (harta pokok / harta yang menyebabkan adanya harta yang lain)
dan Mal Tsamarah(harta hasil / harta yang terjadi dari harta lain).
7. Mal qabi li al qismah (harta yang bisa dibagi) dan Mal Ghoirul qabi al
Qismah (harta yang tidak dapat dibagi).
8. Malul Khas (harta pribadi yang tidak bersekutu dengan harta lain) dan
Malul-Amm (harta milik umum/ bersama).
9. Mal Ain dan Mal Dain
Mal Ain: harta yang berbentuk benda, seperti: kendaraan, rumah, dll
- Malain Dzati Qimmah:harta yang berbentuk dan bernilai.
- Malain Ghair Dzati Qimmah: benda yang tidak dapat dipandang
harta,karena tidak memiliki nilai,seperti sebiji beras.
Mal Dain: sesuatu yang berada dalam tanggung jawab.5
2. Hak
a. Pengertian Hak

Hak berasal dari bahasa Arab haqq, secara harfiah berarti kepastian atau
ketetapan. Secara terminologis Hak adalah himpunan kaidah dan nash-nash
5
Prof. Dr. H. Rachmad Syafei, MA. ibid, 2001, hlm 32-42.

8
syariat yang harus dipatuhi untuk menertibkan pergaulan manusia baik yang
berkaitan perorangan maupun yang berkaitan dengan harta benda.6

b. Pembagian Hak

Dalam pengertian umum, hak dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu mal
dah ghoir mal.

Hak mal adalah sesuatu yang berpautan dengan harta, seperti pemilikan
benda-benda atau hutang-hutang. Hak ghoir mal terbagi dua bagian yaitu hak
syakhshi dan hak aini. Hak syakhshi adalah suatu tuntutan yang ditetapkan
syara dari seseorang terhadap orang lain.

Hak aini adalah hak orang dewasa dengan bendanya tanpa dibutuhkan
orang kedua. Hak aini ada dua macam: hak aini ashli dan hak aini thabi.7

3. Hak milik
a. Pengertian Hak milik

Milik (arab, al-milk) dan secara bahasa adalah pemilikan atas sesuatu (al-
mal, atau harta benda) dan kewenangan bertidak secara bebas terhadapnya.
Sedangkan menurut terminologi adalah sesuatu ketentuan yang digunakan oleh
syara untuk menetapkan suatu kekuasaan atau suatu beban hukum.

b. Pembagian Macam-macam Hak milik


Milk Aini, Milk Manfaat dan Milk Dain
Milk Tam dan Milk Naqish
Milk Mutamayyas dan milk Masya
Mangakhiri Pemilikan Campuran.8

2) Bagian Kedua: Konsep umum Akad

1. Akad
a. Pengertian Akad

6
Drs. Ghufron A.Masadi,M.Ag. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta 2002. hal: 20-32.

7
Drs.Hendi Suhendi,M.Si. Fiqh Muamalah. Jakarta 2002.hal: 34-35

8
Drs.Ghufron A.Masadi,M.Ag.,ibid. Jakarta 2002. hal: 53-66

9
Akad (al-aqd, jamaknya al-uqud) secara etimologi (bahasa) berarti al-
rabth yaitu ikatan, mengikat. Jadi secara etimologi akad berarti ikatan antara
dua perkara, baik ikatan secara nyata maupun secara maknawi, dari satu segi
maupun dua segi.9 Sedangkan menurut terminologi akad adalah hubungan
antara ijab dan qabul dengan cara yang dibolehkan oleh syariat yang
mempunyai pengaruh secara langsung pada objeknya.10

b. Macam- macam Akad

Pembagian macam-macam dan jenis akad dapat dilakukan dari berbagai


aspek dan sudut pandang yang berbeda-beda:

1. Akad Shahih dan Ghoiru Shahih


2. Akad Musammah dan Akad Ghoiru Musammah
3. Dari segi Maksud dan Tujuan
4. Akad Ainiyah dan Ghoiru Ainiyah11.

3) Bagian Ketiga: Aneka Macam Akad Khusus

Ruang lingkup pembahasan ini meliputi berbagai macam akad (transaksi)


muamalah seperti:

1. Jual-beli (al-bai)
a. Pengertian jual beli

Secara bahasa, jual beli terdiri dari dua kata yaitu jual dan beli. Kata jual
berasal dari bahasa Arab ( ) merupakan masdar dari (
) yang berarti
tukar-menukar/saling tukar, dan kata beli berasal dari kata ( ) .

Sedangkan secara terminologi jual-beli adalah pemilikan suatu barang


yang bersifat harta dengan penggantian berdasarkan ijin syara atau pemilikan
manfaat yang boleh untuk selamanya dengan membayar harganya. 12

9
Prof. Dr. H. Rachmad Syafei, MA. ibid, 2001, hlm

10
Prof . Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqih Muamalat (Sistem Transaksi dalam Fiqih Islam),
Jakarta: Amzah, 2010, Hlm. 17.

11
Drs.Ghufroh A.Masadi,M.Ag, ibid, Jakarta 2002. hal: 75-108.

12
Al Allamah Syeikh Muhammad bin Qasim, Abu Bakar Muhammad, Fiqih Islam Terjemah Fathul
Qarib, Surabaya:Karya Abditama,1995. hlm. 141-142.

10
b. Rukun Jual-Beli dan Syaratnya

Rukun Jual-Beli:

1. Shighat adalah ucapan ijab (penyerahan) dan qabul (penerimaan)


2. Dua orang yang bertransaksi, yaitu penjual dan pembeli
3. Objek akad, yaitu harga dan barang

Syarat Sahnya Jual-Beli:

1. Kerelaan dari penjual dan pembeli atau yang mewakili keduanya


2. Penjual dan pembeli adalah orang yang merdeka, dewasa, dan mengerti
3. Barang yang diperjual belikan termasuk barang yang dibolehkan dan
bermanfaat
4. Barang yang diperjual belikan adalah milik penjual sendiri atau yang di
izinkan untuk diperjual belikan pada waktu akad
5. Barang yang diperjual belikan bisa diketahui lewat sifatnya atau
menyaksikannya
6. Harganya harus sudah jelas
Macam-Macam Jual Beli
a. Jual beli Gharar
b. Jual beli Mulaqih
c.Jual beli Mudhamin
d. Jual beli Hushah
e. Jual beli Muhaqalah
f.Jual beli Munabazah
g. Jual beli Mukhabarah
h. Jual beli Tsunayya
i. Jual beli Asb Al Fahl
j. Jual beli Mulamasah
k. Jual beli Urban
l. Jual beli Talqi Rukban
m. Jual beli antara orang desa dan orang kota
n. Jual beli Musharrah
o. Jual beli Shubrah
p. Jual beli Najasy.
Hak Istimewa Jual Beli
a. Opsi ( khiyar): Khiyar Majlis, Khiyar Syarat, Khiyar Aib
b. Presemption ( Shufah).
2. Sewa-menyewa (Ijarah)
a. Pengertian sewa-menyewa (Ijarah)

Ijarah adalah akad atas manfaat (jasa) yang dibenarkan dengan takaran
yang diketahui dan dalam waktu yang telah ditentukan.

11
b. Pembagian Ijarah

Ijarah dibagi menjadi dua macam, yaitu:

Ijarah pada benda tertentu (Ijarah Ain), seperti perkataan pemberi ijarah,
saya sewakan kepadamu rumah atau mobil ini.
Ijarah pada pekerjaan (Ijarah Al Zimmah), seperti seorang yang
mengupah orang lain untuk membangun tembok atau menjaga kebun dan
yang lainnya.
c. Syarat Ijarah

Syarat ijarah ada empat, yaitu:

1. Hendaknya ia termasuk yang boleh ditransaksikan.


2. Diketahui manfaatnya, seperti rumah untuk tempat tinggal, pekerjaan
manusia, atau mengajarkan ilmu.
3. Diketahui upahnya.
4. Hendaknya manfaat tersebut dibolehkan. Misalnya, rumah untuk tempat
tinggal.tidak boleh untuk manfaat yang haram, misalnya untuk berzina,
nyanyian, menyewakan rumah sebagai gereja atau untuk menjual khamr
dan yang lainnya.
d. Syarat Benda Yang Disewakan
1. Mengetahui bendanya dengan cara melihatnya atau melalui sifatnya.
2. Akadnya adalah untuk mengambil manfaatnya, bukan bendanya.
3. Bisa diserah terimakan.
4. Memiliki manfaat.
5. Hendaknya dimiliki oleh orang yang menyewakan atau diizinkan untuk
disewakan.
e. Rukun Ijarah
1. Aqid (orang yang akad)
2. Shighat akad
3. Ujrah (upah)
4. Manfaat. 13
3. Utang Piutang
a. Pengertian Utang Piutang ( )

Utang piutang dalam bahasa arab adalah Al-Dain (jamaknya Al-Duyun)


dan al-qordh. Dalam pengertian umum, utang piutang mencakup transaksi jual

13
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Garis Garis Besar Fiqih, Jakarta Timur: Prenada Media, 2003, hlm.
201-219.

12
beli dan sewa menyewa yang dilakukan secara tidak tunai (kontan). Transaksi
seperti ini dalam fiqh dinamakan mudayanah atau tadayun.

b. Unsur-Unsur Utang Piutang


a. Orang yang berutang ( )
b. Orang yang memberi utang ( )
c. Objek utang piutang
c. Syarat Utang Piutang
a) Ijab qabul
b) Harta benda
c) Akad utang
d) Saling menguntungkan. 14
4. Gadai
a. Pengertian Gadai

Istilah yang digunakan fiqh untuk gadai adalah al-rahn. Ia adalah sebuah
akad utang piutang yang disertai dengan jaminan (agunan). Sesuatu yang
dijadikan sebagai jaminan disebut marhun, pihak yang menyerahkan jaminan
disebut rahin, sedangkan pihak yang menerima jaminan disebut murtahin.

5. Pinjaman (ariyah)
a. Pengertian Pinjaman (ariyah)

Pinjaman atau ariyah menurut bahasa ialah pinjaman. Sedangkan


menurut istilah, ariyah adalah memberikan manfaat suatu barang dari
seseorang kepada orang lain secara cuma-cuma (gratis), bila digantikan dengan
sesuatu atau ada imbalannya, maka hal itu tidak dapat disebut ariyah.

b. Dasar Hukum Ariyah

Menurut Syyaid Sabiq, ariyah adalah sunnah. Sedangkan menurut al-


Ruyani, sebagaimana dikutip oleh Taqiy al-Din, bahwa ariyah hukumnya
wajib ketika awal Islam. Adapun landasan hukumnya. Dan tolong
menolonglah kamu untuk berbuat kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu
tolong menolong untuk berbuat dosa dan permusuhan (al-Maidah: 2)
Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu agar menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya (al-Nisa: 58) Sampaikanlah amanat

14
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, ibid, Jakarta Timur: Prenada Media, 2003, hlm.222-224.

13
orang yang memberikan amanat padamu dan janganlah kamu khianat
sekalipun dia khianat kepadamu (Dikeluarkan oleh Abu Dawud).

c. Rukun dan Syarat Ariyah

Menurut Hanafiyah, yaitu ijab dan qabul, tidak wajib diucapkan tapi
cukup dengan menyerahkan pemilik kepada peminjam dan boleh hukum ijab
qabul dengan ucapan. Menurut Syafiiyah, rukun ariyah sebagai berikut:

1) Kalimat mengutangkan (lafadz).


2) Orang yang mengutang (muir) dan orang yang menerima
utang(mistair).
3) Benda yang diutangkan.
6. Riba
a. Pengertian Riba

Riba secara bahasa berarti penambahan, pertumbuhan, kenaikan, dan


ketinggian.. Dikatakan raba al-maalu apabila harta itu bertambah dan
berkembang. Atau, arba ala khamsin, yakni bertambah dari harga lima puluh.
Istilah riba ditujukan kepada semua bentuk jual beli yang diharamkan. Adapun
riba secara istilah tambahan pada sesuatu yang dikhususkan.

b. Hikmah Diharamkannya Riba

Islam mengharamkan riba karena beberapa alasan, berikut ini:

1) Ketidak samaan antara usaha dan hasil.


2) Hancurnya tatanan ekonomi masyarakat karena enggannya pemilik
modal untuk bekerja.
3) Merosotnya
4) moral masyarakat, karena tidak ada tolong menolong antara anggotanya.
5) Terbaginya masyarakat yang menjadi dua golongan yang saling
bertentangan.
c. Macam-Macam Riba

Menurut mayoritas ulama riba dibagi tiga, yaitu: Riba Nasiah, Riba
Al Fadhl dan ribaal yadd.

Riba nasiah adalah penambahan pada salah satu pengganti disebabkan


keterlambatan pembayaran.

14
Riba fadhl secara bahasa bararti lawan dari kurang. Riba fadhl adalah
tambahan pada salah satu dari dua barang transaksi yang sama
jenisnya, seperti tukar menukar emas dengan emas dan sebagainya.

Riba al yadd (tangan): Jual beli dengan mengakhirkan penyebaran


kedua barang ganti,atau salah-satunya tanpa menyebutkan waktunya. 15

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Secara etimologi (bahasa),fiqih muamalah berasal dari dua kata,


yaitu fiqih dan muamalah. fiqih adalah ( )yang berarti faham. Kata
fiqih juga diartikan paham yang mendalam. Kata muamalah adalah
15
Prof.DR.Shalih Bin Ghanim As-Sadlan Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid. Intisari Fiqih Islam.
Surabaya 2007. hal: 145-161

15
bentuk masdar dari kata amala ( ) yang artinya
saling bertindak, saling berbuat, dan saling beramal.

Secara terminologi Fiqih Muamalah adalah aturan-aturan (hukum)


Allah SWT. yang ditujukkan untuk mengatur kehidupan manusia dalam
urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan duniawi dan sosial
kemasyarakatan.

2. Pembagian Fiqih Muamalah


Menurut Ibn Abidin Fiqih Muamalah bisa dibagi menjadi 5 bagian,
diantaranya:
a) Muawadhah maliyah ( Hukum Kebendaan)
b) Munakahat ( Hukum Perkawinan)
c) Muhasanat (Hukum Acara)
d) Amanat dan Aryah ( Pinjaman)
e) Tirkah ( Harta Peninggalan)
Menurut Al Fikri, fiqih muamalah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a) Al Muamalah Al-Madiyah
b) Al Muamalah Al Adabiyah

3. Ruang lingkup fiqh muamalah: harta (al-maal), hak (al-huquq), hak


milik (al-milkiyah), akad, jual beli (al-bai), sewa menyewa (al-ijarah),
utang piutang (al-qard), gadai (rahn), pinjaman (ariyah), riba.

3.2 Kritik dan Saran

Adapun kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca.
Penyusun makalah ini masih merasa jauh dari tingkat kesempurnaan. Kritik
dan saran dari anda sangatlah bermanfaat bagi kami untuk menjadikan kami
lebih faham dan menguasai.
Mohon maaf sebesar- besarnya dari kami mungkin ada salah kata baik
tulisan atau penjelasan dari kami. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT Tuhan semesta alam.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir Syarifuddin. 1997. Ushul Fiqh Jilid 1. Jakarta : PT Logos


Wacana Ilmu.

2. Syafei, Rachmad, MA. 2001. Fiqih Muamalah. Bandung: CV. Pustaka


Setia.

3. Muhammad Azzam, Abdul Aziz. 2010. Fiqih Muamalat (Sistem


Transaksi dalam Fiqih Islam). Jakarta: Amzah.

17
4. Al Allamah Syeikh Muhammad bin Qasim, Muhammad, Abu Bakar.
1995. Fiqih Islam Terjemah Fathul Qarib. Surabaya: Karya Abditama.

5. Syarifuddin, Amir. 2003. Garis Garis Besar Fiqih. Jakarta Timur:


Prenada Media.

6. A.Masadi, Gufron. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

7. As-Sadlan, Shalih Bin Ghanim, Shalih AL-Munajjid, Syaikh


Muhammad. 2007. Intisari Fiqh Islam. Surabaya: CV Fitrah Mandiri
Sejahtera.

8. Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

18

Anda mungkin juga menyukai