PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
.
Artinya :
Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung,dia
mendapati dihadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak memahami
pembicaraan.
Arti yafqohuna dalam ayat itu artinya mereka memahami.1
Kata kedua yaitu muamalah, secara etimologi kata muamalah adalah
bentuk masdar dari kata amala ( ) yang artinya saling
bertindak, saling berbuat, dan saling beramal.
Secara terminologi, pengertian fiqih muamalah terbagi menjadi dua, yaitu
dalam arti luas dan dalam arti sempit.
a. Pengertian dalam arti luas
Di antara definisi yang dikemukakan oleh para ulama tentang definisi
muamalah adalah:
1. Menurut Ad Dimyati
Aktivitas untuk menghasilkan duniawi menyebabkan keberhasilan masalah
ukrowi.
2. Menurut Muhammad Yusuf Musa
Peraturan-peraturan Allah yang diikuti dan ditaati dalam hidup
bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.
1
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 1, ( Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu,1997)hlm 35.
2
Dari dua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa fiqih muamalah
adalah aturan-aturan (hukum) Allah SWT, yang ditujukan untuk mengatur
kehidupan manusia dalam urusan kehidupan manusia dalam urusan keduniawian
atau urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan sosial kemasyarakatan.
b. Pengertian dalam arti sempit
Ada beberapa ulama yang mengemukakan pendapatnya mengenai
pengertian fiqih muamalah, antara lain:
1) Menurut Hudhari Beik:
Dari definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam arti sempit fiqih
muamalah menekankan keharusan untuk menaati aturan-aturan Allah yang telah
ditetapkan untuk mengatur hubungan antara manusia dengan cara memperoleh,
mengatur, mengelola, dan mengembangkan mal (harta benda).
Namun, dari pengertian di atas fiqih muamalah tidak mencakup berbagai hal
yang berkaitan dengan harta, seperti cara mengatur tirkah (harta waris), sebab
masalah ini telah diatur dalam disiplin ilmu itu tersendiri, yaitu dalam Fiqih
Mawaris.2
3
Menurut Ibn Abidin, Fiqih Muamalah bisa dibagi menjadi 5 bagian,
diantaranya:
a. Muawadhah maliyah ( Hukum Kebendaan)
b. Munakahat ( Hukum Perkawinan)
c. Muhasanat (Hukum Acara)
d. Amanat dan Aryah ( Pinjaman)
e. Tirkah ( Harta Peninggalan)
2. Menurut Al Fikri
Menurut Al Fikri, fiqih muamalah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a) Al Muamalah Al-Madiyah
Al Muamalah Al-Madiyah adalah muamalah yang mengkaji segi objeknya,
yaitu benda. Sebagian ulama berpendapat bahwa muamalah Al madiyah
bersifat kebendaan, yakni benda yang halal, haram, dan syubhat untuk dimiliki,
diperjualbelikan atu diusahakan, benda yang menimbulkan kemadharatan dan
mendatangkan kemaslahatan bagi manusia,dll.
Dengan kata lain, Al Muamalah Al Madiyah adalah aturan-aturan yang
telah ditetapkan syara dari segi objek benda. Oleh karena itu, berbagai aktivitas
muslim yang berkaitan dengan benda, seperti al-bai (jual beli) tidak hanya
ditujukan untuk memperoleh ridha Allah. konsekuensinya, harus menuruti tat cara
jual beli yang telah ditetapkan syara.
b) Al Muamalah Al Adabiyah
4
2.3 Ruang Lingkup Fiqih Muamalah
5
Berikut ini adalah penjabaran secara global tentang ruang lingkup
pembahasan fiqih muamalah.
Ruang lingkup ini terdiri dari tiga pokok pembahasan masing-masing dalam
satu bab:
1. Harta
a. Pengertian Harta
Harta dalam bahasa arab disebut, al-mal yang berasal dari kata yang
berarti condong, cenderung dan miring. Oleh karena itu dalam kehidupan
manusia cenderung ingin memiliki dan menguasai harta.
Harta adalah segala sesuatu yang bernilai dan mesti rusaknya dengan
menguasainya.
Selain itu harta juga diartikan sebagai : Segala dzat (ain) yang
berharga, bersifat materi yang berputar di antara manusia. 3
b. Unsur-unsur Harta
3
Prof. Dr. H. Rachmad Syafei, MA. ibid, 2001, hlm 22-23.
6
Menurut para fuqoha bahwa harta bersendi pada dua unsur, unsur
ainiyah dan unsur urf. Yang dimaksud dengan unsur ainiah adalah bahwa
harta itu ada wujudnya dalam kenyataan, maka manfaat sebuah rumah yang
di pelihara manusia tidak disebut harta, tetapi termasuk milik atau hak.
Unsure urf adalah segala sesuatu yang dipandang harta oleh seluruh
manusia atau sebagian manusia, tidaklah manusia memelihara sesuatu
kecuali menginginkan manfaatnya, baik manfaat madiyah maupun manfaat
manawiyah.4
c. Jenis-jenis Harta
7
sebagaimana yang terjadi dalam aktivitas ekonomi. Contoh: telur,
gandum, kapas, besi, pakaian,papan, dll.
Mal Qimiy: harta yang tidak mempunyai persamaan dipasar, tapi ada
perbedaan menurut kebiasaan antara kesatuannya pada nilai, seperti:
binatang dan pohon.
4. Mal Istimali dan Mal Istihlaki
Mal Istimali: harta yang dapat diambil manfaatnya, sedangkan
zatnya tetap (tidak berubah). Contoh: rumah, tempat tidur, buku,dll.
Mal Istihlaki: harta yang dapat diambil manfaatnya dengan merusak
zatnya. Contoh: kayu bakar, uang, kertas, dll.
5. Mal Mamluk, Mal Mahjur dan Mal Mubah
Mal Mamluk: sesuatu yang berada dibawah kepemilikan, baik
perseorangan, maupun badan hukum. Contoh: yayasan dan
pemerintahan.
Mal Mubah: sesuatu yang pada asalnya bukan milik
seseorang,seperti: air pada mata air, binatang buruan darat, laut,
pohon dihutan dan buah-buahannya.
Mal Mahjur: sesuatu yang tidak boleh dimiliki sendiri dan
disyariatkan memberikan kepada orang lain, baik itu benda wakaf
maupun benda untuk masyarakat umum, seperti jalan raya, masjid,
kuburan, dll.
6. Mal Ashl (harta pokok / harta yang menyebabkan adanya harta yang lain)
dan Mal Tsamarah(harta hasil / harta yang terjadi dari harta lain).
7. Mal qabi li al qismah (harta yang bisa dibagi) dan Mal Ghoirul qabi al
Qismah (harta yang tidak dapat dibagi).
8. Malul Khas (harta pribadi yang tidak bersekutu dengan harta lain) dan
Malul-Amm (harta milik umum/ bersama).
9. Mal Ain dan Mal Dain
Mal Ain: harta yang berbentuk benda, seperti: kendaraan, rumah, dll
- Malain Dzati Qimmah:harta yang berbentuk dan bernilai.
- Malain Ghair Dzati Qimmah: benda yang tidak dapat dipandang
harta,karena tidak memiliki nilai,seperti sebiji beras.
Mal Dain: sesuatu yang berada dalam tanggung jawab.5
2. Hak
a. Pengertian Hak
Hak berasal dari bahasa Arab haqq, secara harfiah berarti kepastian atau
ketetapan. Secara terminologis Hak adalah himpunan kaidah dan nash-nash
5
Prof. Dr. H. Rachmad Syafei, MA. ibid, 2001, hlm 32-42.
8
syariat yang harus dipatuhi untuk menertibkan pergaulan manusia baik yang
berkaitan perorangan maupun yang berkaitan dengan harta benda.6
b. Pembagian Hak
Dalam pengertian umum, hak dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu mal
dah ghoir mal.
Hak mal adalah sesuatu yang berpautan dengan harta, seperti pemilikan
benda-benda atau hutang-hutang. Hak ghoir mal terbagi dua bagian yaitu hak
syakhshi dan hak aini. Hak syakhshi adalah suatu tuntutan yang ditetapkan
syara dari seseorang terhadap orang lain.
Hak aini adalah hak orang dewasa dengan bendanya tanpa dibutuhkan
orang kedua. Hak aini ada dua macam: hak aini ashli dan hak aini thabi.7
3. Hak milik
a. Pengertian Hak milik
Milik (arab, al-milk) dan secara bahasa adalah pemilikan atas sesuatu (al-
mal, atau harta benda) dan kewenangan bertidak secara bebas terhadapnya.
Sedangkan menurut terminologi adalah sesuatu ketentuan yang digunakan oleh
syara untuk menetapkan suatu kekuasaan atau suatu beban hukum.
1. Akad
a. Pengertian Akad
6
Drs. Ghufron A.Masadi,M.Ag. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta 2002. hal: 20-32.
7
Drs.Hendi Suhendi,M.Si. Fiqh Muamalah. Jakarta 2002.hal: 34-35
8
Drs.Ghufron A.Masadi,M.Ag.,ibid. Jakarta 2002. hal: 53-66
9
Akad (al-aqd, jamaknya al-uqud) secara etimologi (bahasa) berarti al-
rabth yaitu ikatan, mengikat. Jadi secara etimologi akad berarti ikatan antara
dua perkara, baik ikatan secara nyata maupun secara maknawi, dari satu segi
maupun dua segi.9 Sedangkan menurut terminologi akad adalah hubungan
antara ijab dan qabul dengan cara yang dibolehkan oleh syariat yang
mempunyai pengaruh secara langsung pada objeknya.10
1. Jual-beli (al-bai)
a. Pengertian jual beli
Secara bahasa, jual beli terdiri dari dua kata yaitu jual dan beli. Kata jual
berasal dari bahasa Arab ( ) merupakan masdar dari (
) yang berarti
tukar-menukar/saling tukar, dan kata beli berasal dari kata ( ) .
9
Prof. Dr. H. Rachmad Syafei, MA. ibid, 2001, hlm
10
Prof . Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqih Muamalat (Sistem Transaksi dalam Fiqih Islam),
Jakarta: Amzah, 2010, Hlm. 17.
11
Drs.Ghufroh A.Masadi,M.Ag, ibid, Jakarta 2002. hal: 75-108.
12
Al Allamah Syeikh Muhammad bin Qasim, Abu Bakar Muhammad, Fiqih Islam Terjemah Fathul
Qarib, Surabaya:Karya Abditama,1995. hlm. 141-142.
10
b. Rukun Jual-Beli dan Syaratnya
Rukun Jual-Beli:
Ijarah adalah akad atas manfaat (jasa) yang dibenarkan dengan takaran
yang diketahui dan dalam waktu yang telah ditentukan.
11
b. Pembagian Ijarah
Ijarah pada benda tertentu (Ijarah Ain), seperti perkataan pemberi ijarah,
saya sewakan kepadamu rumah atau mobil ini.
Ijarah pada pekerjaan (Ijarah Al Zimmah), seperti seorang yang
mengupah orang lain untuk membangun tembok atau menjaga kebun dan
yang lainnya.
c. Syarat Ijarah
13
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Garis Garis Besar Fiqih, Jakarta Timur: Prenada Media, 2003, hlm.
201-219.
12
beli dan sewa menyewa yang dilakukan secara tidak tunai (kontan). Transaksi
seperti ini dalam fiqh dinamakan mudayanah atau tadayun.
Istilah yang digunakan fiqh untuk gadai adalah al-rahn. Ia adalah sebuah
akad utang piutang yang disertai dengan jaminan (agunan). Sesuatu yang
dijadikan sebagai jaminan disebut marhun, pihak yang menyerahkan jaminan
disebut rahin, sedangkan pihak yang menerima jaminan disebut murtahin.
5. Pinjaman (ariyah)
a. Pengertian Pinjaman (ariyah)
14
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, ibid, Jakarta Timur: Prenada Media, 2003, hlm.222-224.
13
orang yang memberikan amanat padamu dan janganlah kamu khianat
sekalipun dia khianat kepadamu (Dikeluarkan oleh Abu Dawud).
Menurut Hanafiyah, yaitu ijab dan qabul, tidak wajib diucapkan tapi
cukup dengan menyerahkan pemilik kepada peminjam dan boleh hukum ijab
qabul dengan ucapan. Menurut Syafiiyah, rukun ariyah sebagai berikut:
Menurut mayoritas ulama riba dibagi tiga, yaitu: Riba Nasiah, Riba
Al Fadhl dan ribaal yadd.
14
Riba fadhl secara bahasa bararti lawan dari kurang. Riba fadhl adalah
tambahan pada salah satu dari dua barang transaksi yang sama
jenisnya, seperti tukar menukar emas dengan emas dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
bentuk masdar dari kata amala ( ) yang artinya
saling bertindak, saling berbuat, dan saling beramal.
Adapun kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca.
Penyusun makalah ini masih merasa jauh dari tingkat kesempurnaan. Kritik
dan saran dari anda sangatlah bermanfaat bagi kami untuk menjadikan kami
lebih faham dan menguasai.
Mohon maaf sebesar- besarnya dari kami mungkin ada salah kata baik
tulisan atau penjelasan dari kami. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT Tuhan semesta alam.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
4. Al Allamah Syeikh Muhammad bin Qasim, Muhammad, Abu Bakar.
1995. Fiqih Islam Terjemah Fathul Qarib. Surabaya: Karya Abditama.
18