Anda di halaman 1dari 14

PERTEMUAN KE-3

KEHARAMAN LIDZATIHI (ZAT YANG TERKANDUNG)


DAN KEHARAMAN LIGHAIRIHI (CARA MENDAPATKAN)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan akan dijelaskan Keharaman Lidzatihi (Zat Yang
Terkandung) dan Lighairihi (Cara Mendapatkan). Maka melalui resitasi
mahasiswa mampu menjelaskan:
1.1. Makna Haram dari berbagai pendapat Ulama
1.2. Keharaman Lidzatihi (Zat Yang Terkandung)
1.3. Keharaman Lighairihi (Cara Mendapatkan)
B. MATERI
1.1. Makna Haram
Haram dalam bahasa arab ‫ حرام‬ḥaram adalah sebuah
status hukum terhadap suatu aktivitas atau keadaan suatu benda
(misalnya makanan). Aktivitas yang berstatus hukum haram atau
makanan yang dianggap haram adalah dilarang secara keras. Orang
yang melakukan tindakan haram atau makan binatang haram ini akan
mendapatkan konsekuensi berupa dosa.
Haram diambil dari kata al-humrah, yang artinya adalah sesuatu
yang tidak boleh dilanggar. Menurut syara’ haram diartikan sebagai apa
yang dituntut untuk ditinggalkan dengan tuntunan yang tegas, yang
mana jika dilanggar maka pelakunya akan mendapatkan sanksi ketika
didunia, dan adzab ketika di akhirat. sehingga, haram dapat diartikan
sebagai suatu perbuatan atau suatu tindakan yang dilarang oleh Allah
SWT. Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman bahwasannya memberi
petunjuk mengenai makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan yang

1
biasa disebut dengan makanan haram. Namun sebenarnya tidak ada
definisi yang khusus didalam al-Qur’an mengenai haram.
Disampaikan dalam Qs Al-Baqarah ayat 168-169, Allah berfirman:
ّٞ ُ َ َّ َّ ُ ْ َّ َ َ ‫َا‬ َ‫أ‬ ْ ُ ُ ُ َّ َ ُّ َ َ
‫ت ٱلش أي َطَٰ ِ َِۚ إُِ ُّۥ ىك أً َغ ُد ّو‬
ِ َٰ ‫ۡرض َحلَٰٗل َط ّي ِ اتا َوَل حتت ِ ُػٔا خ ُط َن‬
ِ ‫اس ُكٔا م ٍَِّا ِِف ٱۡل‬ َٰٓ
‫يأحٓا ٱنل‬

َ َ َ َ َّ َ َ ْ ُ ُ َ َ ٓ َ َ ‫أ‬ ُ ُ ُ ‫َّ َ َ أ‬
١٦٩ ‫ٱلص ٓٔءِ َوٱىف أحشاءِ َوأن تلٔلٔا لَع ٱَّللِ ٌَا َل ت أػي ٍُٔن‬
ُّ ‫كً ة‬
ِ
ٌ ‫ٌُّت‬
‫ إِجٍا يأمر‬١٦٨ ‫ني‬ِ

Artinya : Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh
kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah
apa yang tidak kamu ketahui.

Bentuk lafadz ‫ حرام‬dalam nash syariah menunjukkan dilalah


pengharaman, terdapat beberapa sighot(bentuk) lafadz lit-
tahrim(tuntutan untuk tidak mengerjakan suatu perbuatan dengan
tuntutan yang memaksa. Akibat dari tuntutan tersebut disebut hurmah,
dan perbuatan yang dituntut untuk disebut haram) yaitu sebagi berikut:
1. Lafadz “Nahyu” yang jelas dalam qs An-Nahl ayat 90 Allah berfirman:
َ ‫أَ َ ٓ أ‬ ‫أ‬ ‫َّ َّ َ َ أ ُ ُ أ َ أ َ أ‬
‫ه َغ َِ ٱىف أحشاءِ َوٱل ٍُِه ِر‬ َٰ َ ‫ِإَويخا ٓ ِٕي ذِي ٱى ُل أر‬
َٰ َ ِ‫َب َويَ أ‬ َ َ‫س‬ َٰ َ ‫ٱۡل أح‬
ِ ‫۞إِن ٱَّلل يأمر ةِٱىػد ِل و‬
ِ
َ َّ َ َ ُ َّ َ ُ ُ ‫َ أ أ‬
٩٠ ‫غ يَػِظك أً ى َػيك أً حذن ُرون‬
ِۚ ِ َ‫وٱۡل‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan


berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran”.

2
2. Lafadz dengan perintah untuk berhenti mengerjakan, misalnya dalam
Firman Allah SWT dalam qs An-nisa’ ayat 171, yang berbunyi:
َّ ّٞ َ َ ُ َ َ ُ َ َ ٓ ُ َ َ ‫ّ ُ أ‬ٞ َ ّٞ َٰ َ ُ َّ َ َّ ‫َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َٰ َ ٌ َ ُ ْ َ أ ا َّ ُ أ‬
‫ َُلۥ ٌَا‬ٞۘ ‫ل‬ ‫ شتحَِّٰۥ أن يكٔن َلۥ و‬ٞۖ‫وَل تلٔلٔا ذلرث ٌۚ ٱُخٓٔا خۡيا ىك ًٌۚ إِجٍا ٱَّلل إِلّ وَٰحِد‬
‫َّ َ ا‬ َََ َ‫أ‬ َ َ ِ َٰ ‫ٱلص َم َٰ َن‬
َّ ‫ِف‬
َٰ
١٧١ ‫ۡرض وكَف ةِٱَّللِ وك ِيٗل‬ِۗ ِ ‫ت وٌا ِِف ٱۡل‬ ِ
Artinya: dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga",
berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari
mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah
kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara”.
3. Fi’il muhori’(kata kerja yang menunjukan suatu perbuatan yang
telah/sedang dilakukan) dengan Laa Naahiyah(berfungsi untuk
melarang), misalnya dalam firman Allah SWT dalam qs Al-Isro ayat
32, yang berbunyi:
‫ا‬ ٓ ‫َ َ َ أ َ ُ ْ ّ َ َٰٓ َّ ُ َ َ َ َٰ َ ا‬
٣٢ ‫حشث َو َشا َء َشبِيٗل‬
ِ ‫ إُِّۥ َكن ف‬ٞۖ ‫ٱلزن‬
ِ ‫وَل تلربٔا‬

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu


adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”.
4. Laa Yanbaghi(tidak selayaknya), seperti dalam hadist ‘Uqbaah bin
Aamir Radhiyallahu anhu, ketika Rasulullah SAW dihadiahi baju
sutera, kemudian beliau pergunakan untuk sholat, setelah selesai
sholat beliau tanggalkan baju tersebut, kemudian bersabda:

“tidak selayaknya pakaian ini dikenakan orang-orang yang bertaqwa”.


5. Bentuk kalimat yang untuk meninggalkan hal tersebut, tanpa adanya
larangan yang jelas, sebagaimana firman Allah SWT dalam qs Al-
Maidah ayat 90, yang berbunyi:

3
َ‫َ أَ َ ُ َ أ‬ َ ‫اٌ ُِ ٓٔا ْ إ َّج ٍَا أ‬ َ َ
َّ َ ّٞ ‫ٱۡل أز َل َٰ ًُ ر أج‬
َِ َٰ‫س ٌّ أَِ خ ٍَ ِو ٱلش أي َط‬ ‫و‬ ‫اب‬ ‫ُص‬ ‫ٱۡل‬‫و‬ ُ ِ ‫ٱۡل أٍ ُر َوٱل أ ٍَ أي‬
‫ِس‬ َ ‫يأ ُّح َٓا َّٱَّل‬
َ ‫ِيَ َء‬ َٰٓ
ِ ِ
َ ‫َ َّ ُ ُ أ‬ ‫فَ أ‬
٩٠ ‫ٱج َخن ِ ُتٔهُ ى َػيك أً تفي ُِحٔن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)


khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.
Menurut ulama ushul fiqh ada dua definisi haram itu sendiri, yaitu
dari segi batasan dan esensinya, serta dari segi bentuk dan sifatnya.
Menurut ulama madzab Hanafi, suatu dalil yang menunjukan hukum
haram kualitasnya yang pasti (qat’i). Jika dasar dalil tersebut kualitasnya
relative (zanni), maka disebut makruh tahrim. Zumhur ulama usul fiqh
tidak mebedakan antara dalil yang qat’i. dengan yang zanni. Mereka
berpendapat bahwa asal dalil itu mengacu pada ungkapan keharaman,
baik dalil qat’i maupun dalil zanni, maka hukumnya tetap haram.
Sehingga pembagian haram terbagi menjadi dua yaitu apabila
keharaman itu terkait dengan esensi dari perbuatannya, maka disebut
dengan keharaman lidzatihi(zat yang terkandung didalamnya. Dan jika
terdapat dengan sesuatu yang diluar esensi yang diharamkan, maka
disebut dengan lighairihi (cara mendapatkanya).
1.2. Keharaman Lidzatihi (Zat Yang Terkandung)
Haram Lidzatihi adalah sesuatu yang diharamkan dzatnya, yang
dijelaskan melalui nash tanpa bisa ditafsiri lain. Menurut konsep ushul
fiqh haram lidzatihi diartikan sebagai suatu yang diharamkan karena
barang atau sikap/perilaku itu sendiri yang mengandung
kerusakan(mafsadah) dalam dirinya. Suatu yang diharamkan lidzatihi
tidak boleh dilakukan kecuali dalam kondisi darurat yang bisa

4
mengancam kebutuhan dasar manusia., karena keharaman lidzatihi
hukumnya memang sudah haram sejak awal.
Macam-macam bentuk keharaman yang termasuk dalam haram
lidzatihi, adalah:
1. Daging babi
Segala sesuatu yang terdapat unsur/enzim ataupun lemak babi, baik
makanan, minuman, obat-obatan, dan kosmetik dalam bentuk
apapun, maka hukumnya haram dikonsumsi. Termasuk juga semua
zat yang berasal dari babi yang biasanya dijadikan sebagai bahan
campuran makanan maka hukumnya haram. Dalam qs Al-baqarah
ayat 173 sebagai dasar diharamkannya daging babi/ binatang yang
disembelih tanpa menyebut asma Allah, Allah berfirman:
‫أ‬ َ َّ ‫َ أ‬ َّ ُ ٓ َ َ ‫َّ َ َ َّ َ َ َ أ ُ ُ أ َ أ َ َ َ َّ َ َ َ أ َ أ‬
‫ ذ ٍَ َِ ٱض ُط َّر‬ِٞۖ‫ۡي ٱَّلل‬
ِ ‫ِغ‬ ‫ى‬ ‫ِۦ‬ ِّ ‫ة‬ ‫ِو‬ ْ ‫أ‬ ‫ا‬ٌ ‫و‬ ‫ير‬
ِ ِ ‫ِزن‬ ‫ٱۡل‬ ً‫إِجٍا حرم غييكً ٱلٍيخث وٱلم وَل‬

ٌ ‫ٔر َّرح‬
١٧٣ ً‫ِي‬ َ َّ ‫ۡي ةَاغٖ َو ََل ََع ٖد فَ َٗلٓ إ أث ًَ َغيَ أيِّ إ َّن‬
ّٞ ‫ٱَّلل َد ُف‬ َ ‫َد أ‬
ِ ِۚ ِ

Artinya:“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,


darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih)
disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka
tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”.
2. Darah
Darah yang mengalir dari binatang yang tanpa menyebut nama
Allah atau manusia itu hukumnya haram dikonsumsi, baik
dikonsumsi secara langsung ataupun dicampurkan pada bahan
makanan karena dinilai najis, kotor, dan menjijihkan serta dapat
menganggu kesehatan. Begitu juga dengan darah yang membeku
yang diolah dijadikan makanan dan diperjualbelikan hukum asalnya
adalah haram. Terkecuali darah yang melekat pada daging yang sulit

5
dibersihkan karena tidak bisa dihindari maka hukumnya boleh
dikonsumsi. Dalam qs Al-Anam ayat 145 sebagai dasar
diharamkannya darah menurut dzatnya, Allah berfirman:
َ َ ً َ ُ َ ٓ َّ َ ُ َّ َ َ ُ ٓ َ
َٰ َ َ ‫ُم َّر ًٌا‬
َ ٓ َّ ُ
‫َطاغ ِٖم َح أط َػ ٍُ ُّ ٓۥ إَِل أن يَكٔن ٌَ أي َخث أ أو د اٌا‬ ‫لَع‬ ِ ‫ج ُد ِِف ٌا أ‬
‫وِح إَِل‬ ِ ‫كو َل أ‬

َ ‫ٱض ُط َّر َد أ‬
ٖ َ‫ۡي ة‬
‫أ‬ َ َّ ‫َ َّ ُ أ ٌ َ أ أ ً ُ َّ َ أ‬ َ ً ُ ‫َّ أ‬
‫ٔحا أ أو َ أ‬
‫اغ‬ َِ ٍَ ‫ۡي ٱَّللِ ةٌِِّۚۦ ذ‬
ِ ‫ِغ‬ ‫ى‬ ‫ِو‬ ْ ‫أ‬ ‫ا‬‫ل‬‫ِص‬ ‫ف‬ ‫و‬‫أ‬ ‫س‬ ‫ج‬ِ ‫ر‬ ‫ۥ‬ ُّ ‫إ‬‫ف‬ ‫ير‬
ِ ٖ ِ ‫ِزن‬
‫خ‬ َ ‫َل‬
ً ‫ٌصف‬

َ َّ َ َّ َ َ َ َ
ّٞ ‫م َد ُف‬
ّٞ ‫ٔر َّرح‬
١٤٥ ً‫ِي‬ ‫وَل َعدٖ فإِن رب‬

Artinya:”Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang


diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang
yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi --
karena sesungguhnya semua itu kotor -- atau binatang yang
disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam
keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan
tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

3. Khamr (minuman keras)


Khamr dianalogikan dengan semua makanan dan minuman yang
dapat menimbulkan mudharat (keburukan) yang merusak badan,
akal, jiwa, moral serta aqidah, sebagai contoh narkoba dengan
seluruh jenis dan macam-macamnya. Dalam qs Al-Maidah ayat 90,
tentang khamr Allah berfirman:
ّٞ ‫اب َو أٱۡلَ أز َل َٰ ًُ ر أج‬ َ َ‫ِس َو أٱۡل‬ َ ‫اٌ ُِ ٓٔا ْ إ َّج ٍَا أ‬ َ َ
َ
‫س ٌّ أَِ خ ٍَ ِو‬ ُ ‫ُص‬ ُ ِ ‫ٱۡل أٍ ُر َوٱل أ ٍَ أي‬ َ ‫يأ ُّح َٓا َّٱَّل‬
َ ‫ِيَ َء‬ َٰٓ
ِ ِ
َ ‫َ َّ ُ ُ أ‬ ‫ٱلش أي َطََٰ فَ أ‬
َّ
٩٠ ‫ٱج َخن ِ ُتٔهُ ى َػيك أً تفي ُِحٔن‬ ِ

Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)


khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka

6
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan”.
Dan dikuatkan melalui hadis Nabi Muhammad SAW bersabda,
( ‫ا )روا ه ال ن سائ ى وأب و داود وال رتم ذى‬ ‫ته‬ ‫ما أ‬

Artinya: “Sesuatu yang memabukkan dalam keadaan banyak, maka


dalam keadaan sedikit juga tetap haram.” (HR. An-Nasa’I,
Abu Dawud dan Turmudzi)

4. Jenis Burung Yang Bercakar


Jenis burung ini dengan cakarnya yang ia mencekeram atau
menyerang mangsanya. Rasulullah SAW bersabda:
‫م ال ت‬ ‫ىم‬ ‫م الس ا و‬ ‫ى ا‬ -‫م‬ ‫و‬ ‫هللا‬ ‫ص ىل‬ ‫ر و ا‬

“Rasulullah SAW melarang memakan setiap binatang buas yang


bertaring dan semua burung yang mempunyai cakar”. (HR Muslim)

Burung yang memiliki cakar yang dimaksud adalah yang buas


seperti contoh burung elang, atau burung rajawali. Sehingga
sebangsa ayam, burung merpati dan sejenisnya yang tidak dalam
kategori buas, tidak termasuk yang dimaksud diatas.

5. Binatang Buas yang Bertaring


Dalam hadis Nabi Muhammad SAW, Nabi bersabda:
‫ا‬ ‫م الس ا‬ ‫ا‬

Artinya:“Semua binatang buas yang bertaring, maka


mengkonsumsinyya adalah haram”. (HR Muslim)

Yang dimaksud mengkonsumsi binatang buas yang bertaring ini


adalah semua binatang yang bertaring dan menggunakan taringnya
untuk menghadapi mangsa manusia dan binatang lainnya. Selain itu
binatang buas dianggap kotor dan menjijihkan sehingga

7
dagingnyapun diharamkan dikonsumsi. Contohnya: harimau,
serigala, singa.
6. Binatang yang diperintahkan supaya dibunuh
Dalam Islam terdapat 5 jenis binatang yang diperintahkan menjadi
halal dibunuh karena termasuk binatang yang merusak dan
membahayakan, berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW:
‫وا ق‬ ‫و م خمس‬ ‫هللا ال ه ص ىل‬ ‫ا ئ شة ال ه ض ي ن ها ق ا ر و‬
‫ال ع ور وال حدأة‬ ‫ع ال ف رة ول ك‬ ‫ف ال ح وال ح ا ال ح ة وال غ ا األب‬
(‫)روا ه م س م‬
Artinya:”Dari Aisyah berkata: Rasulullah bersabda: Lima hewan fasik
yang hendaknya dibunuh, baik ditanah halal maupun haram yaitu
ular, gagak, tikus, anjing hitam(gila), dan burung elang”. (HR
Muslim)
Demikian juga cicak, termasuk binatang yang diperintahkan untuk
dibunuh sebagaimana diriwayatkan oleh Sa’ad bin Abi Waqqash, dia
berkata :
‫س ا‬ ‫الو و ماه‬ ‫و م أم ب‬ ‫أ الن ي صىل ا‬

Artinya: “Bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk


membunuh cicak, dan beliau menamakannya fuwaisiqah (binatang
jahat yang kecil)”. (HR Muslim)

Nabi Muhammad SAW memrintahkan agar membunuh binatang-


binatang tersebut, maka itu sebagai isyarat atas larangan untuk
memakannya. Sebab jika binatang itu boleh dimakan, maka akan
menjadi mubadzir atau sia-sia jika hanya sekedar dibunuh, padahal
Allah melarang hambanya untuk melakukan hal yang mubadzir
7. Binatang yang dilarang untuk dibunuh
Dalam hadis dijelaskan ada empat jenis binatang yang dilarang
dibunuh, Nabi Muhammad SAW bersabda:
‫لنم ة والنح ة والنح ة والهد‬ ‫ق أر ع م الدوا‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫هللا‬ ‫الن ي‬ ‫ا‬ ‫اب‬

(‫د ) روا ه أ مد‬ ‫د وال‬

8
Artinya:”Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah SAW melarang
membunuh 4 hewan: semut, tawon, burung hud-hud dan burung
surad.” (HR Ahmad)

Nabi Muhammad SAW melarang membunuh binatang tersebut,


berarti dilarang juga untuk memakannnya, sebab jika binatang
tersebut termasuk yang boleh dimakan, bagaimana cara
memakannya kalau dilarang membunuhnya.

8. Binatang Yang Buruk atau Menjijihkan.


Semua yang menjijihkan, baik hewani maupun nabati, diharamkan
oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam qs Al-A’raf ayat
157:

‫بئِد‬ َ ‫ح ّر ُم َغيَ أيٓ ًُ أ‬


َٰٓ َ ‫ٱۡل‬ َ َُ
ِ ِ ‫وي‬

Artinya: “dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk “.


Kriteria mengenai binatang yang buruk dan menjijihkan disetiap
orang dan tempat itu berbeda-beda. Standarnya menurut para
ulama’ adalah tabiat dan perasaan orang yang normal. Dari orang
Arab yang tidak terlalu miskin yang membuat makanan apa saj.
Karena hakikatnya pada merekalah al-Qur’an diturunkan pertama
kali dan dengan bahasa mereka pulalah dijelaskan, sehingga
merekalah yang paling mengetahui binatang mana yang menjijihkan
ataupun tidak.
9. Semua makanan yang bermudharat terhadap kesehatan manusia,
apalagi sampai membunuh diri, baik dengan segera maupun dengan
cara berlahan. Misalnya, mengkonsumsi racun ataupun narkoba
dengan semua jenis dan sejenisnya Allah SWT berfirma dalam qs Al-
Baqarah ayat 195:
َ ُ َّ َ ‫ُ أ‬ َ ْ ُ‫َ ُأ‬
ِ‫ٱتل أٓيهث‬ ‫َوَل حيلٔا ةِأيأدِيكً إَِل‬

9
Artinya:”dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan”.
Nabi Muhammad SAWA bersabda: (‫ار )أ مد روا ه‬ ‫رو‬
Artinya:”tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh
membahayakan oranglain”. (HR Ahmad)

1.3. Keharaman Lighairihi (Cara Mendapatkan)


Haram lighairihi itu merupakan keharaman yang bukan karena
dzatnya. Dalam konsep ushul fiqh, haram lighairihi diartikan sebagai
sesuatu yang diharamkan bukan Karena barang atau perbuatannya
yang mengandung kerusakan(mudharat), melainkan berpotensi
berdampak merugikan dan membahayakan pada diri sendiri dan orang
lain.
Haram lighairihi boleh dilanggar atau dilakukan jika ada
hajat/kebutuhan. Keharaman lighairihi itu asal hukumnya wajib, sunah
atau mubah yang karena ada hal baru yang menyertai maka
menjadikannya diharamkan. Maksud hukum asal dari makanan itu
sendiri adalah halal, akan tetapi dia berubah menjadi haram karena
adanya sebab yang tidak berkaitan dengan makanan tersebut. Haram
bentuk ini ada beberapa, diantaranya:
1. Bangkai
Semua jenis binatang yang mati tanpa penyembelihan yang syar’i
dan juga bukan hasil perburuan. Allah Swt berfirman, dalam qs Al-
Maidah ayat 3:
َُ َ ‫أ‬ َّ
‫ۡي ٱَّللِ ةِِّۦ َوٱل ٍُ أِخِ ِلث‬‫ٱۡلِزنير َو ٌَا ٓ أُْ َِّو ى َِغ أ‬
‫ُ ّ َ أ َ َ أ ُ ُ أ َ أ َ ُ َ َّ ُ َ َ أ ُ أ‬
ً‫ح ِرٌج غييكً ٱلٍيخث وٱلم وَل‬
ِ ِ ِ
ُ ُّ َ َ َ ُ َ َ ‫َ أ َ أ ُ َ ُ َ أ ُ َ َ ّ َ ُ َ َّ َ ُ َ َ ٓ َ َ َ َّ ُ ُ َّ َ َ َّ أ ُ أ‬
‫ب‬
ِ ‫وٱلٍٔكٔذة وٱلٍَتدِيث وٱنل ِطيحث وٌا أكو ٱلصتع إَِل ٌا ذنيخً وٌا ذةِح لَع ٱنلص‬

Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging


babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang

10
tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam
binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya”.

Terdapat jenis-jenis bangkai berdasarkan ayat di atas:


1) Al-Munhaniqoh, yaitu binatang yang mati karena tercekik.
2) Al-Mauqudzah, yaitu binatang yang mati karena terkena pukulan
keras.
3) Al-Mutaroddiyah, yaitu binatang yang mati karena jatuh dari
tempat yang tinggi.
4) An-Nathihah, yaitu binatang yang mati karena ditanduk oleh
binatang lainnya.
5) Binatang yang mati karena dimangsa oleh binatang buas.
6) Semua binatang yang mati tanpa penyembelihan, seperti
disetrum.
7) Semua binatang yang disembelih dengan sengaja tidak membaca
basmalah.
8) Semua hewan yang disembelih untuk selain Allah walaupun
dengan membaca basmalah.
9) Semua bagian tubuh hewan yang terpotong/terpisah dari
tubuhnya Diperkecualikan darinya 3 bangkai, ketiga bangkai ini
halal dimakan:
a. Ikan, karena dia termasuk hewan air dan telah berlalu
penjelasan bahwa semua hewan air adalah halal bangkainya
kecuali kodok.
b. Belalang. Berdasarkan hadits Abdullah bin Umar, bahwa
Rasulullah saw. bersabda:
(‫)أ مد روا ه‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا را‬ ‫ا‬ ‫ح‬
Artinya: “Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah.
Adapun kedua bangkai itu adalah ikan dan belalang. Dan
adapun kedua darah itu adalah hati dan limfa”. (HR. Ahmad )

11
c. Janin yang berada dalam perut hewan yang disembelih. Hal
ini berdasarkan hadits Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda: (‫)أ مد روا ه‬ ‫ا‬
Artinya: “Penyembelihan untuk janin adalah penyembelihan
induknya”. (HR. Ahmad)

2. Binatang Disembelih Untuk Sesaji.


Hewan ternak yang disembelih untuk sesaji atau
dipersembahkan kepada makhluk halus, misalnya kerbau, yang
disembelih untuk ditanam kepalanya sebagai sesaji kepada dewa
tanah agar melindungi jembatan atau gedung yang akan dibangun,
hewan ternak yang disembelih untuk persembahan Nyai Roro Kidul
dan sebagainya adalah haram dimakan dagingnya, karena itu
merupakan perbuatan syirik besar yang membatalkan keislaman,
sekalipun ketika disembelih dibacakan basmalah.
Hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam qs Al-Maidah ayat 3:
َ ُ ‫أ َ َُ أ‬ َّ ‫َ َ ٓ ُ َّ َ أ‬ ‫ّ َ أ َ َ أ ُ ُ أ َ أ َ ُ َ َّ ُ َ َ أ ُ أ‬
‫ۡي ٱَّللِ ةِِّۦ َوٱل ٍُ أِخِ ِلث َوٱل ٍَ أٔكٔذ ُة‬
ِ ‫ِغ‬ ‫ى‬ ‫ِو‬ ْ ‫أ‬ ‫ا‬ ٌ‫و‬ ‫ير‬
ِ ِ ‫ِزن‬ ‫ٱۡل‬ ً‫ُُرٌِج غييكً ٱلٍيخث وٱلم وَل‬

ُ ‫ٱنل‬ َ َ َ ُ َ َ ‫َ أ ُ َ َ ّ َ ُ َ َّ َ ُ َ َ ٓ َ َ َ َّ ُ ُ َّ َ َ َّ أ ُ أ‬
ُّ ‫لَع‬
‫ب‬
ِ ‫ص‬ ‫وٱلٍَتدِيث وٱنل ِطيحث وٌا أكو ٱلصتع إَِل ٌا ذنيخً وٌا ذةِح‬

Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging


babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang
tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam
binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala….”.

3. Binatang Yang Disembelih Tanpa Membaca Basmalah. Hewan


ternak yang disembelih tanpa membaca basmalah adalah haram
dimakan dagingnya kecuali jika lupa. Allah Swt berfirman dalam qs
Al-anam ayat 121:
ّٞ ‫أ‬ َ ُ َّ ‫َ َ َ أ ُ ُ ْ َّ َ أ ُ أ َ أ ُ َّ َ َ أ‬
١٢١ ٞۗ ‫وَل حأكئا مٍِا لً يذن ِر ٱشً ٱَّللِ غييِّ ِإَوُّۥ ى ِفصق‬

12
Artinya: “Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang
tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya
perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.”

4. Jallalah.
Merupakan binatang yang sebagian besar makanannya adalah
feses (kotoran manusia atau hewan lain atau najis), baik berupa
onta, sapi, dan kambing, maupun yang berupa burung, seperti:
garuda, angsa (yang memakan feses), ayam (yang memakan feses),
dan selainnya.
Rasulullah SAW bersabda:
‫ا‬
Artinya: “Rasulullah saw. melarang memakan Jallalah dan meminum
susunya.” (HR.Abu Daud)
Agar Jallalah tersebut menjadi halal diharuskan untuk
dikurung minimal tiga hari, dan diberi makanan yang bersih atau
suci, sebagaimana yang dicontohkan oleh Abdullah bin Umar, bahwa
ia pernah mengurung ayam yang suka makan feses (kotoran atau
najis) selama tiga hari.
5. Makanan haram yang diperoleh dari usaha dengan cara dzalim,
seperti mencuri, korupsi, menipu, merampok, hasil judi, undian
harapan, taruhan, menang togel dan sebagainya. Dalam qs Al-
baqarah ayat 188 Allah berfirman:
‫أ ُ ُ ْ َ ا‬ َّ ُ ‫َ ُ أ ُ ْ َ ٓ َ أ‬ ‫أ‬ ُ ُ َ َ ْ ُ ُ ‫َ َأ‬
َِ‫ٱَلَّك ِم ِتلَأكئا ف ِريلا ٌّ أ‬ ‫َوَل حأكي ٓٔا أ أٌ َنَٰىكً ةَ أي َِكً ةِٱى َبَٰ ِط ِو وحدلٔا ةِٓا إَِل‬

َ َ َ ُ ََ ‫أ أ‬ َّ‫أَ أٌ َنَٰل ٱنل‬


١٨٨ ‫ُخ أً ت أػي ٍُٔن‬ ‫ٱۡلذ ًِ وأ‬
ِ ِ ‫ة‬ ‫اس‬ِ ِ

Artinya:“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta


sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,

13
supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
Mengetahui.”
6. Semua Makanan Halal Yang Tercampur Najis.
Contohnya seperti mentega, madu, susu, minyak goreng atau
selainnya yang kejatuhan tikus atau cecak. Hukumnya sebagaimana
yang disebutkan dalam hadits Maimunah -radhiallahu ‘anha- bahwa
Nabi Muhammad SAW ditanya tentang minyak samin (lemak) yang
kejatuhan tikus, maka beliau bersabda:
. ‫ا‬ ‫رح‬ ‫ح‬ ‫ا‬
Artinya: “Buanglah tikusnya dan buang juga lemak yang berada di
sekitarnya lalu makanlah (sisa) lemak kalian”. (HR. Bukhari)
C. SOAL PEMAHAMAN
1. Bagaimana teman-teman memahami mengenai keharaman?
2. Silahkan teman-teman diskusikan mengenai keharaman lidzatihi?
3. Silahkan teman-teman diskusikan mengenai keharaman lighoirihi?
D. DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Abu Azam Al Hadi,M.Ag. Fikih Muammalah Kontemporer.
Depok: Raja Grafindo Persada,2017.
Ir. H. Adiwarman A Karim, S.E.,M.B.A. Ekonomi Islam. Jakarta: Gema
Insani,2001.
Prof. Dr. H. M. Amin Suma,S.H,M.A.,M.M. Pengantar Ekonomi Syariah.
Bandung: Pustaka Setia,2015.
Wahbah Al Zuhaili, fiqh Islam Wa adilatuhu.
Musthafa DibAl-Bugha, Buku Pintar Transaksi Syariah-terj. Fiqh al-
Mu'awadah, Jakarta: Hikmah,2010), 196-197. Fajar hal. 54
H. Fajar Syarif, Ilmu Ekonomi Islam dalam Pendidikan, pamulang, Young
Progessive muslim, 2016
Yusuf Assidiq. Berita dunia Islam Nusantara. Republika, diunduh pada 04
maret 2020.

14

Anda mungkin juga menyukai