Anda di halaman 1dari 10

PERTEMUAN 17:

PERPAJAKAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian Perpajakan, Subyek
dan Obyek Wajib Pajak, Hak dan Kewajiban Wajib Pajak. Anda harus
mampu:
1.1 Mengidentifikasi konsep pengertian Pajak.
1.2 Menjelaskan tentang Subyek dan Obyek Wajib Pajak.
1.3 Menjelaskan tentang Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Mengidentifikasi konsep pengertian Pajak.

1. Pengertian Pajak
Yang dimaksud dengan pajak adalah suatu pembayaran yang dibayar
dan dapat dipaksakan untuk dibayar oleh orang/badan atau harta bendanya
kepada yang berwepang dari pemerintah biasanya dengan maksud utama dari
penggunaan uang tersebut adalah untuk menutup atau membiayai belanja-
belanja pemerintah.
Pajak harus mempunyai unsur-unsur tertentu, tanpa unsur mana, pajak
tidak mungkin ada. Unsur-unsur dari pajak adalah sebagai berikut:
a. Ada Undang-Undang Pajak yang mendasarinya.
b. Ada subjek pajak.
c. Ada objek pajak.
d. Ada pemungut pajak.
e. Ada kepentingan masyarakat untuk mana hasil pajak akan dipakai.
Selain dari unsur-unsur pajak seperti tersebut di atas, maka pajak
mempunyai karakteristik yuridis sebagai berikut:
a. Pajak dapat dipaksakan.

183
b. Pajak dapat dipungut 1 (satu) kali sekaligus atau dipungut secara
berulang-ulang.
c. Pajak dapat berupa pajak langsung atau pajak tidak langsung.
d. Pajak tidak memberi imbalan secara langsung kepada pembayar pajak.
e. Pajak masuk ke kas negara.
f. Pajak diatur oleh suatu kebijaksanaan, yaitu kebijaksanaan fiskal.
Pajak dapat dibagi ke dalam pajak langsung dan pajak tidak
langsung.Yang dimaksud dengan pajak langsung adalah pajak yang langsung
ditujukan terhadap wajib pajak, yang besamya pajak masih bergantung pada
keadaan wajib pajak tersebut.Misalnya, berapa penghasilannya, sudah kawin
atau belum, berapa anak yang dimilikinya, dan sebagainya.Sedangkan pajak,
tidak langsung adalah pajak yang ditujukan kepada wajib pajak tetapi secara
tidak langsung, karena pajak sebenamya ditujukan terhadap kegiatan atau
peristiwa yang menyangkut dengan wajib pajak.Konsekuensinya, pajak
seperti ini tidak dipengaruhi oleh keadaan wajib pajak, tetapi terpengaruh
oleh kegiatannya atau peristiwanya.Terhadap pajak langsung, subjek
pajaknya adalah tetap dan dikenakan secara periodik, sementara terhadap
pajak tidak langsung, subjek pajaknya tidak tetap, dan hanya dikenakan
secara insidental, sesuai dengan yang ditetapkan dalam undang-undang.Bea
meterai atau cukai rokok merupakan contoh-contoh pajak tidak langsung.
2. Teori Pembenar Pungutan Pajak
Mengapa rakyat harus dipaksa memberikan uang kepada negara dalam
bentuk pajak.Jawabannya ada di beberapa teori terhadap pembenaran dari
segi hukum (rechtvaardiging) terhadap pemungutan pajak. Teori-teori
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Teori Asuransi.
b. Teori Daya Pikul.
c. Teori Keseimbangan.
d. Teori Daya Beli.
e. Teori Kewajiban Pajak Mutlak.
Berikut ini pejelasannya:
a. Teori Asuransi

184
Teori asuransi merupakan teori tertua tentang pembenaran
pungutan pajak. Teori ini mengajarkan bahwa pembayaran pajak sama
dengan pembayaran premi dalam asuransi. Inti dari teori ini adalah
bahwa hegara menjamin dan melindungi jlwa raga dan harta dari rakyat,
dan karenanya rakyat harus membayar premi berupa pajak kepada
negara.
b. Teori Daya Pikul
Teori daya pikul (draagkracht) merupakan teori yang
mengajarkan bahwa besarnya pajak yang dipungut dari seorang wajib
pajak haruslah sesuai dengan kemampuan pembayaran (daya pikul) dari
wajib pajak. Yang dimaksud dengan daya pikul di sini adalah kekuatan
seseorang untuk memikul beban dari apa yang tersisa, setelah seluruh
penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran yang mutlak
untuk kehidupan primer dirinya dan keluarga yang ditanggungnya.
c. Teori Keseimbangan
Teori keseimbangan (equivalentie) atau disebut juga dengan teori
kepentingan (belangen theorie) mengajarkan bahwa seorang individu
mempunyai kepentingan atas pekerjaan negara.Semakin banyak
seseorang mengenyam kepentingannya dari negara, semakin besar pula
pajak yang harus dibayamya.
d. Teori Daya Beli
Teori daya beli ini mengajarkan bahwa pemungutan pajak akan
menyedot daya beli masyarakat, tetapi daoat dibenarkan karena hasil
pajak tersebut akan dikembalikan juga kepada masyarakat dalam bentuk
yang lain.
e. Mutlak
Teori kewajiban pajak mutlak (absolute belastingplicht) atau
yang sering juga disebut dengan "teori pengorbanan" ini mengajarkan
bahwa negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak dari
warganya, sementara rakyat wajib patuh dan melakukan pengorbanan
untuk membayar pajak tersebut.

185
3. Pendekatan Pajak Dari Segi Hukum
Pajak dapat ditelaah dan didekati dari berbagai aspek, termasuk pen-
dekatannya dari segi hukum.Selain dari segi nukum, pajak dapat juga didekati
dari segi ekonomi, keuangan, sosioiogi atau dari segi pembangunan.
Pendekatan pajak dari segi hukum akan meninjau pajak dalam hal-hal sebagai
berikut:
a. Hubungan hukum (misalnya antara wajib pajak dengan negara).
b. Hak dan kewajiban wajib pajak dan negara.
c. Siapa yang berhak memungut pajak.
d. Kewajiban pemungut pajak dan wajib pajak.
e. Timbul dan hapusnya hutang pajak.
f. Sanksi-sanksi hukum dalam pajak.
g. Dasar pembenaran pungutan pajak.
h. Daluarsa pembayaran pajak.
i. Prosedur komplain, banding, dan hukum acara pajak.
j. Lembaga-lembaga perpajakan,
k. Dan sebagainya.

Tujuan Pembelajaran 1 2:
Menjelaskan tentang Subyek dan Obyek Wajib Pajak.

1. Subjek Pajak
Subjek pajak adalah orang, badan, atau kesatuan lainnya yang
memenuhi syarat-syarat sebagai subjek pajak, yakni yang bertempat tinggal
atau berkedudukan di Indonesia.Terhadap pajak langsung, subjek pajaknya
adalah tetap dan dikenakan secara periodik, sementara terhadap pajak tidak
langsung, subjek pajaknya tidak tetap, dan hanya dikenakan secara nsidental,
sesuai dengan yang ditetapkan dalam undang-undang.Bea meterai atau cukai
rokok merupakan contoh-contoh pajak tidak langsung.
Seseorang mulai menjadi wajib pajak pada saat-saat sebagai berikut:
a. Ketika lahir di Indonesia.
b. Keiika dia berada di Indonesia, meskipun belum menetap di Indonesia.

186
c. Ketika dia menetap di Indonesia.
d. Jika wajib pajak merupakan badan, pada saat badan tersebut didirikan di
Indonesia. Jika badan tersebut berbentuk Perseroan Terbatas (PT) pada
saat aktanya disahkan oleh Menteri yang berwenang.
Dada prinsipnya pajak wajib dibayar jika ada pendapatan atau
perbuatan yang diperoleh/dilakukan di Indonesia.Karena itu, jika seseorang
untuk selama-lamanya tidak lagi memperoleh pendapatan di Indonesia atau
tidak lagi mempunyai kegiatan di Indonesia, sejak saat itu dia tidak lagi
berstatus wajib pajak di Indonesia.
Karena itu, seorang wajib pajak berhenti menjadi wajib pajak pada saat:
a. Saat meninggal dunia.
b. Saat meningcjalkan Indonesia untuk selama-lamanya.
c. Jika wajib pajak merupakan wajib pajak badan, saat badan tersebut
dilikuidasi.
Di samping istilah subjek pajak, ada juga yang disebut dengan wajib
pajak.Yang dimaksud dengan wajib pajak adalah setiap subjek pajak yang
telah memenuhi persyaratan objektif dan memenuhi kualifikasi untuk
membayar pajak sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang.Misalnya baru
dikatakan sebagai wajib pajak (penghasilan) jika maksimum peng-hasilannya
sudah mencapai batas yang ditetapkan oleh undang-undang.
Dalam hukum pajak dikenal 2 (dua) macarn wajib pajak, yaitu sebagai
berikut:
a. Wajib Pajak Dalam Negeri
Yang dimaksud dengan wajib pajak dalam negeri adalah wajib
pajak yang bertempat tinggal di Indonesia.Orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia dalam minimum waktu tertentu juga dianggap wajib
pajak dalam negeri.Wajib pajak dalam negeri wajib membayar pajak atas
penghasilannya kepada pemerintah Indonesia, baik yang di dapat di
dalam negeri, maupun atas penghasilannya dari luar negeri.
b. Wajib Pajak Luar Negeri
Yang dimaksud dengan wajib pajak luar negeri adalah wajib
pajak luar negeri yang memperoleh penghasilan yang berasal dari

187
wilayah Indonesia atau mempunyai kekayaan yang terletak dalam
wilayah Indonesia.Selanjutnya, perlu juga diketahui bahwa ada juga
subjek pajak yang dikecualikan oleh perundang-undangan.Subjek pajak
yang dikecualikan adalah pihak yang sebenarnya merupakan wajib pajak,
tetapi dengan berbagai pertimbangan dia tidak diwajibkan untuk
membayar pajak. Wajib pajak yang dikecualikan tersebut adalah:
1) Organisasi Internasional, seperti UNDP, UNICEF, IMF, Ford
Foundation, dan Lain-Lain.
2) Wakil-wakil diplomatik atau wakil konsuler dari negara asing, apa-
bila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Wakil-wakil tersebut bukan bangsa Indonesia.
b) Di Indonesia dia tidak melakukan pekerjaan bebas, profesi lain
atau melakukan kegiatan bisnis;

2. Objek Pajak
Yang dimaksud dengan objek pajak adalah bidang-bidang apa saja
dari kehidupan ini yang terhadapnya dapat dikenakan pajak. Pajak banyak
objeknya.Jika pemerintah mau, hampir segala sesuatu dapat dijadikan objek
pajak. Akan tetapi, tentu pemerintah akan menjadikan objek pajak terhadap
hal-hal yang pantas saja. Dan penentuan objek pajak tersebut harus ditetapkan
dengan undang-undang, yang berarti dibuat oleh pemerintah bersama-sama
dengan wakil-wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini
adalah wajar mengingat pajak akan dipungut bahkan dipaksakan kepada
rakyat. Objek pajak tersebut dapat diklasi-fikasi dalam bentuk-bentuk sebagai
berikut:
a. Objek Pajak Berbentuk "Keadaan"
Objek pajak berbentuk "keadaan", yaitu pajak atas keadaan ter-
tentu dari seseorang, misalnya pajak pada saat orang memiliki ken-
daraan bermotor, radio, telivisi, sepeda, dan menempati rumah tertentu.
b. Objek Pajak Berbentuk "Perbuatan"
Objek pajak berbentuk "perbuatan", misalnya terhadap perbuatan
penyerahan barang karena perjanjian, mendirikan rumah/gedung,

188
mengadakan pertunjukan/keramaian, memperoleh penghasilan, bepergian
ke luar negeri, menerima pembayaran uang, dan Lain-lain.
c. Objek Pajak Berbentuk "Peristiwa"
Objek pajak berbentuk "peristiwa" merupakan pajak yang
dipungut terhadap kejadian di luar kehendak atau dengan kehendak yang
tidak terlalu optimis dari wajib pajak.Misalnya, pajak yang timbul karena
kematian/warisan, pajak atas keuntungan yang diperoleh karena
mendadak (misalnya menang lotre), manfaat yang diperoleh secara tidak
terduga, dan Lain-Lain. Objek pajak dapat diperinci sebagai berikut:
1) Objek pajak penghasilan pribadi.
2) Objek pajak penghasilan badan (badan hukum).
3) Objek pajak kendaraan bermotor.
4) Objek pajak sepeda.
5) Objek pajak telivisi.
6) Objek pajak radio.
7) Objek pajak anjing.
8) Objek pajak balik nama kendaraan bermotor.
9) Objek pajak pertambahan nilai, yang berupa:
a) Penyerahan barang kena pajak di daerah pabean.
b) Penyerahan barang kena pajak kepada pengusaha kena pajak.
c) Impor dan ekspor barang kena pajak. Penyerahan jasa kena
pajak.
d) Penyerahan barang mewah (pajak pertambahan nilai barang
mewah (PPNBM).
e) Pajak terhadap jual beli tertentu.

Tujuan Pembelajaran 1.3:


Menjelaskan tentang Hak dan Kewajiban Wajib Pajak.

1. Hak Dan Kewajiban Wajib Pajak


Tentu saja sebagai wajib pajak, dia "wajib" melakukan
sesuatu.terutama membayar pajak tersebut. Akan tetapi, sebagai

189
keseimbangannya, dia juga memiliki hak-hak tertentu.Hak-hak wajib pajak
yang umum adalah untuk menerima kembali secara tidak langsung manfaat
dan uang pembayaran pajak tersebut, misalnya lewat program-program sosial
atau pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan biaya hasil pajak
tersebut.Di sarnping hak-hak yang umum tersebut.wajib pajak juga memiliki
hak-hak yang khusus dan teknis, yaitu sebagai berikut:
a. Hak untuk menerima Surat Pemberitahuan Pajak.
b. Hak untuk mengajukan penundaan pengajuan (SPT).
c. Hak untuk melakukan pembetulan sendiri atas (SPT) yang suclah
dimasukkan.
d. Hak untuk mengajukan permohonan penundaan dan pengangsur-an
pembayaran pajak sesuai kemampuan.
e. Hak untuk memperoieh pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
f. Hak untuk memperoieh kepastian batas ketetapan pajak yang terhutang.
g. Hak untuk mengajukan surat keberatan pajak.
h. Hak untuk mengajukan permohonan banding surat keputusan atas surat
keberatan pajak.
Di sarnping hak dari wajib pajak, terdapat juga kewajiban.Yang
menjadi kewajiban utama dari wajib pajak adalah membayar pajak itu sendiri.
Di sarnping kewajiban utama tersebut, wajib pajak juga memiliki kewajiban-
kewajiban yang khusus dan teknis, yaitu sebagai berikut:
a. Kewajiban untuk mendattarkan diri dan meminta nomor pokok wajib
pajak (NPWP).
b. Mengambil sendiri blanko surat pemberitahuan pajak.
c. Mengisi SPTdengan lengkap.
d. Menghitung dan menetapkan sendiri jumlah pajak yang hams dibayar. Ini
sebagai akibat dari berlakunya prinsip self assessment. yang
membebankan kewajiban menghitung dan menetapkan besarnya pajak
pada wajib pajak itu sendiri.
e. Memperlihatkan pembukuan dan data lain yang diperlukan oleh petugas
pajak.

190
2. Lembaga-Lembaga Pajak
Agar pembayaran pajak dapat dilaksanakan secara efektif dan optimal,
maka diperlukan beberapa pranata (lembaga) perpajakan. Pranata perpajakan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pranata Perundang-undangan Pajak.
b. Pranata Pengumpulan Data Pajak.
c. Pranata Pemberitahuan Pajak.
d. Pranata Ketetapan Pajak.
e. Pranata Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
f. Pranata Surat Pemberitahuan Pajak (SPT).
g. Pranata Keberatan Pajak.
h. Pranata Banding.
i. Pranata Peradilan Pajak.
j. Pranata Paksaan (Parate Eksekusi).
k. Pranata Pengawasan Pajak.
l. Pranata Kebijaksanaan Pajak.
m. Pranata Administrasi Pajak.

C. SOAL LATIHAN/ TUGAS


1. Apa yang dimaksud dengan Pajak? Coba Saudara jelaskan.
2. Mengapa rakyat harus dipaksa memberikan uang kepada negara dalam
bentuk pajak? Coba Saudara jelaskan.
3. Jelaskan tentang Subyek dan Obyek Wajib Pajak.
4. Apa Hak Dan Kewajiban Wajib Pajak? Coba Saudara jelaskan.
5. Sebutkan secara urut lembaga lembaga Pajak.

D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Santiago, Faisal. 2012. Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta : Mitra Wacana
Media.
Fuady, Munir. 2008. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Harjono, Dhaniswara. 2009. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta: Pusat

191
Pengembangan Hukum dan Bisnis Indonesia.
Burton, Richard Simatupang. 2003. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta:
Rineka Cipta.
Saliman, Abdul. 2011. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan. Jakarta: Prenada
Media Group.
Sutiyoso, Bambang. 2006. Penyelesaian Sengketa Bisnis. Yogyakarta: Citra
Media.
Najih, Mokhammad. 2012. Pengantar Hukum Indonesia. Malang: Setara
Press
Soekanto, Soerjono. 1991. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali
PersKitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek).
2013. Grahamedia Press

192

Anda mungkin juga menyukai