Anda di halaman 1dari 8

PERTEMUAN 2

PRINSIP-PRINSIP ASAS FIQH MUAMALAH,


ASAS FIQH MUAMALAH
KARAKTERISTIK FIQH MUAMALAH
DAN MACAM-MACAM BENTUK MUAMALAH

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan akan dijelaskan Prinsip-Prinsip Asas Fiqh Muamalah,
Karakteristik Fiqh Muamalah Dan Macam-Macam Fiqh Muamalah. Maka
melalui resitasi mahasiswa mampu menjelaskan:
1.1. Prinsip-prinsip asas fiqh muamalah
1.2. Karakteristik fiqh muamalah
1.3. Macam-macam bentuk muamalah

B. MATERI
A. Prinsip-prinsip dan Asas-asas Fikih Muamalah
Pada dasarnya prinsip merupakan suatu hal yang utama dari
syariat Islam. Prinsip dalam fikih muamalah adalah mendatangkan
kemaslahatan dan menghindari kemudhorotan bagi manusia.
1. Prinsip-prinsip Fikih Muamalah

a. Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah.


َ ََ َّ َ َّ ُ َ َ َ َ َ ُ ْ ِ َ ْ َْ ِ ُ ْ َ َ
‫ ِؤال َمإ د َّل إلد ِل ْي ُل عَل ِخال ِف ِه‬،‫إإلبإحة‬
ِ )‫إألصل ِف إألشي ِإء ِ(ف إلمعإمال ِت‬

Artinya: Pada dasarnya (asalnya) pada segala sesuatu (pada


persoalan mu’amalah) itu hukumnya mubah, kecuali jika ada dalil
yang menunjukkan atas makna lainnya.

b.Muamalah dilakukan atas dasar sukarela, tanpa mengandung


unsur-unsur paksaan.
ُ ُ َْ ُُ ْ ََ ُْ َ ‫َي َإ ُّي َهإ َّإلذ ْي َن َء َإم ُنوإ َال َت ْأ ُك ُل ْوإ َأ ْم َو َإل ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ب ْإل َبإطل ؤ َّال َأ ْن َت ُك ْو َن ت َج َإر ًة َع ْن َت‬
‫ض ِمنك ْم ََالتُْلوإ أْفُ ََُ ْم‬ ‫ر‬
ٍ ِ ِ ِ ِ ِ
ً ْ َ ْ ُ َ َِ َ ّ
92 ‫النساء‬- ‫ِؤن هللا كإن ِبُم ر ِحيمإ‬
: .

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh diri kamu sekalian,
sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu. (QS. An-
Nisa’: 29)

c. Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan


manfaat dan menghindari mudharat dalam bermasyarakat.

َ َِ ‫هللا َع َل ْي ِه ََ َس َّل َم َق َِض َأ ْن َال‬


َ ِ ‫ض َر ََ َال‬
‫رَإه أحمد َإبن‬- .‫ض َإر‬ ُ ‫َع ْن ُع َبإ َد َة ْإبن َصإمت َأ َّن َر ُس ْو َل هللا َص ََّل‬
ِ
ِ ِ ِ ِ
‫مإجة‬

Artinya: Dari Ubadah bin Shamit; bahwasanya Rasulullah SAW


SAW menetapkan tidak boleh berbuat kemudharatan dan tidak
boleh pula membalas kemudharatan. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Dalam kaidah fiqhiyah juga disebutkan;


َ َِّ ‫َإ‬
ُ ‫لّض ُر ُي َفز‬
‫إل‬
Artinya: Kemudharatan harus dihilangkan.

d. Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai-nilai keadilan,


menghindari unsur-unsur penganiayaan dalam pengambilan
kesempatan.
َ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ ُ ْ ُ ُ ُْ ََ ْ ُُْ ْ َ ْ ُ ََ َ َ ََُْْ َُْ َْ َْ ْ َ
- .‫س أ ْم َو ِإلك ْم ال تظ ِل ُم ْون ََال تظل ُم ْون‬ ِ ‫ف ِؤن لم تُعلوإ فأذْوإ ِبح ْر ٍب ِمن‬
َ‫هللا َرسو ِل ِه َ ِإن تبُم فلكم رؤ‬
972 :‫البقرة‬

Artinya: Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa


riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari mengambil riba),
maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
(pula) dianiaya. (QS. Al-Baqarah:279)

2. Asas-asas Fikih Muamalah.


Diskusi seputar fiqh muamalah dalam penerapannya memiliki beberapa
asas yang mendasarinya, yaitu:
1) ‘Adalah, artinya dalam suatu perjanjian para pihak dituntut untuk
menjalankan keadilan dalam mengungkapkan kehendak dan keadaan serta
memenuhi semua kewajiban. Perjanjian harus senantiasa mendatangkan
keuntungan yang setara atau seimbang, serta tidak boleh mendatangkan
kerugian bagi salah satu pihak.
2) Mu’awanah, artinya kemitraan. Yang dimaksud dengan kemitraan adalah
suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam
jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip
saling membutuhkan dan saling membesarkan.
3) Musyarakah, merupakan akad kerja sama diantara para pemilik modal
yang mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari keuntungan.
Dalam musyarakah, para mitra sama-sama menyediakan modal untuk
membiayai suatu usaha tertentu dan bekerja bersama mengelola usaha
tersebut.
Modal yang ada harus digunakan dalam rangka mencapai tujuan
(yang telah ditetapkan bersama sehingga tidak boleh) digunakan untuk
kepentingan pribadi atau dipinjamkan pada pihak lain tanpa seizin mitra
lainnya.
Dewan Syariah Nasional MUI dan PSAK No. 106 mendefinisikan
musyarakah sebagai akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi dengan kesepakatan
sedangkan kerugian berdasarkan porsi dana.

4) Manfa’ah, sebagai suatu kegiatan yang memiliki nilai guna kepada pelaku
muamalah itu sendiri.
5) ‘An Tarodhin, dalam referensi lain asas ini disebut dengan al ridho.
Bermakna bahwa setiap bentuk muamalat antar individu atau kelompok
harus berdasarkan pada suka sama suka atau suka rela.
6) ‘Adamul Gharar: Secara abahasa ‘Adamun artinya tidak ada atau
ketiadaan, sementara gharar artinya ketidaktentuan atau ketidakjelasan.
Berdasarkan kedua kata tersebut maka ‘adamul gharar dapat diartikan
menghilangkan sesuatu yang belum tentu dan jelas.
Dalam fiqh muamalah, gharar dapat dikatakan setiap transaksi
yang masih belum jelas barangnya atau tidak berada dalam kuasanya
alias di luar jangkauan. Dalam referensi lain ‘adamul gharar yaitu bahwa
setiap bentuk muamalat tidak boleh ada tipu daya atau yang
menyebabkan salah satu pihak merasa dirugikan sehingga menimbulkan
adanya ketidak sukaan. Seperti di jelaskan dalam Al-Qur’an QS. Al-
Baqarah:188.
ّ ّ ّ
‫كلوإفريْإمن إموإ اللنإس بإالثم َإُْم‬ ‫َالتأ كلوآإموإلكم بينُم بإ إلبإ طل َتد لوإبهآإىل إلحُإم لُأ‬
‫تعلمون‬
Artinya: Jangan kamu makan harta di antaramu dengan cara batil dan
jangan menyuap para hakim agar kamu dapat merampasbagian
harta orang laindengan cara yang mengandung dosa, padahal
kamu menyadarinya.
7) Kebebasan Membuat Akad, artinya terdapat satu prinsip hukum yang
menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat akad jenis apapun tanpa
terikat kepada nama-nama yang telah ditentukan dalam undang-undang
syari’ah, juga memberikan usul apa saja kedalam akad, dan yang
dibuatnya itu sesuai kepentingannya dan tidak berakibat memakan harta
sesama dengan jalan bathil.
Kaidah-kaidah hukum Islam menunjukkan bahwa hukum islam
menganut asas kebebasan berakad. Dijelaskan dalam Al-Qur’an QS.Al-
Maidah:1

ّ ‫محَل‬
ّ ّ ّ ّ
‫إلصيد َإُْم‬ ‫ي‬ ‫غي‬
‫يإإيهإإلد ين إمنوإإَفوإبإلعْود إحلت لكم بهيمة إالْعإم إالمإيَُل عليُم ر‬
ّ
‫حرم إن هللا يحُم مإ يرد‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji. Hewan
ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan
kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu
sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki.

8) Al MuSawamah, asas ini memiliki makna kesetaraan atau kesamaan,


artinya bahwa setiap pihak-pihak pelaku muamalah berkedudukan sama.

9) Ash Shiddiq, artinya kejujuran dan kebenaran. Jika dalam bermuamalah


kejujuran dan kebenaran tidak dikedepankan, maka akan berpengaruh
terhadap keabsahan perjanjian. Oleh karena itu, perjanjian yang
didalamnya terdapat unsur kebohongan maka bisa menjadi batal atau
tidak asah.

B. Karakteristik Fikih Mu’amalah.


Beberapa kitab fikih dari empat madzhab, masing-masing dari mereka
saling berlainan dalam mengurutkan sistematika fikih mu’amalah. Masing-
masing kitab memiliki urutan-urutan sendiri sebagaimana dalam daftar isi
(fihris) kitab tersebut. Hanya saja mereka sepakat dalam pembahasan fikih
mereka senantiasa mendahulukan pembahasan mengenai ibadah secara
keseluruhan baru kemudian disusul dengan pembahasan mengenai Fikih
mu’amalah.
Karakteristik fiqh muamalah bersumber dari al Quran dan hadits
sebagai landasan struktur dan pilar dalam menerapkan kemaslahatan yang
komprehenship dan memenuhi tuntutan hidup manusia secara vertikal dan
horisontal.
Perbedaan sistematika kitab fikih tersebut dapat dilihat dalam
beberapa contoh berikut :
a. Imam Alauddin Al-Kasani
Adalah ulama’ adari agolongan aHanafi, dalam kitabnya Bada’ius
Shanai memulai pembahasan fikih mu’amalah dengan Kitabul Ijarah (bab
perburuhan atau sewa menyewa) dan diakhiri dengan Kitabul Qardli
(hutang-piutang atau pemberian modal).
Diantara keduanya dibahas beberapa bentuk perikatan, bahkan
terdapat juga bab-bab tentang penyembelihan dan perburuhan, nadzar dan
kafarah, wakaf dan shadaqah, peradilan dan persaksian dan sebagainya.

b. Golongan Syafi’i
Dengan sistematika sebagai berikut: Jual beli, hutang-piutang, pesan
memesan, gadai menggadai, perikatan-perikatan yang berhubungan
dengan kebendaan yang lain, diakhiri dengan bab barang temuan serta
sayembara.

c. Golongan Maliki
Memiliki sistematika setelah selesai pembahasan ibadah, mereka
melanjutkan dengan pembahasan mengenai jihad, perkawinan, jual beli,
peradilan, persaksian, pidana, wasiat dan warisan.
Ibnu Rusydi dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid setelah selesai
dengan pembahasan mengenai ibadah beliau kemudian melanjutkan
dengan pembahasan tentang jihad, sumpah, nadzar, kurban,
penyembelihan, perburuan, aqiqoh, makanan dan minuman. Sesudah itu
baru membahas mengenai perkawinan dan hal-hal yang berhubungan
dengan jual beli.

d. Golongan Ahmad
Memiliki sistematika sebagai berikut: jual beli, pesan memesan,
hutang piutang, perikatan-perikatan yang aberhubungan dengan
kebendaan yang lain yaitu wasiat, warisan, kemudian memerdekakan
budak dan diakhiri dengan pembahasan ummahatil aulad.

e. Fiqh Muamalah Klasik dan Fiqh Muamalah Komtemporer.


Seiring dengan perkembangan zaman, problematika dan fenomena
muamalah ini semakin beragam sehingga membutuhkan pengkajian yang
lebih dalam lagi. Islam tetap menunjukkan jati dirinya sebagai agama yang
peka tehadap segala zaman. Pembahasan pada fiqh muamalah klasik, para
fuqaha membatasi pembicaraan hukum muamalat dalam urusan-urusan
perdata yang menyangkut hubungan kebendaan. Sedangkan pada fiqh
muamalat kontemporer mengatur hubungan manusia dengan manusia
dalam kaitannya dengan kehartabendaan dalam bentuk transaksi-transaksi
yang modern. Lingkup fiqh muamalah kontemporer membahas setiap
transaksi yang baru bermunculan pada saat ini. Seperti uang kertas, saham,
Obilgasi, reksadana, MLM, Asuransi.
Perkembangan teknologi menghadirkan berbagai fasilitas dengan
berbagai kemudahannya begitu pula dalam hal bisnis. Contohnya
penerimaan barang dalam akad jual beli (possesion/qabd), transaksi e-
bussiness, transaksi sms/wa,facebook,instagram, telegram. Transaksi
Bisnis Kontemporer yang menggunakan nama baru meskipun subtansinya
seperti yang ada zaman klasik, misalnya bunga bank yang sejatinya adalah
sama dengan riba, Jual beli Valuta Asing. Transaksi bisnis modern yang
menggunakan beberapa akad secara berbilang, seperti IMBT, Murabahah
Lil Amiri Bi Syira. beberapa modifikasi akad Klasik yang terjadi pada Masa
Kontemporer:.
a. Hak intifa’ (memanfaatkan), contohnya Wadhi’ah yad Dhamanah.
b. Uang Administrasi, contohnya Qardhul Hasan.
c. Ujrah (fee), contohnya L/C, transfer.
d. Kredit, contohnya Murabahah.
e. Muazzi (Paralel) + Kredit (Muajjal / Taqsith), contohnya Salam.
f. Jaminan (Rahn + Kafalah), contohnya Mudharabah.
g. Perubahan sifat akad, contohnya Wadi’ah (awalnya bersifat tidak
mengikat menjadi mengikat).
h. Janji (wa’ad), contohnya Ijarah Mutahiya bi Tamlik.
i. Wakalah.

Kaidah fikih muamalah kontemporer tetap mendukung Fikih


muamalah klasik. Hanya saja dalam materi semakin berkembang. Yaitu Al-
Ashlu fil muamalah al-ibahah illa an yadulla ad-dalilu ′ala tahrimiha. Yaitu
pada dasarnya semua praktek muamalah boleh, kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
Selain itu para ulama berpegang kepada prinsip-prinsip utama
muamalah. Al-muhafazah bil qadim ash-sholih wal akhz bil jadid aslah,
yaitu memelihara warisan intelektual klasik yang masih relevan dan
membiarkan terus praktik yang telah ada di zaman modern, selama tidak
ada petunjuk yang mengharamkannya. Analisis yang dikemukakan Ibnu
Qayyim al-Jauziyyah, berubah dan berbedanya fatwa sesuai dengan
perubahan tempat, zaman, kondisi social, niat dan adat kebiasaan.
C. Bentuk-bentuk Muamalah
1. Kegiatan Jual Beli
Macam-macam Bentuk Muamalah dalam Ekonomi Islam yang
sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah kegiatan jual
beli. Berdasarkan syariat islam kegiatan ini merupakan tukar
menukar barang dari penjual kepada pembeli yang bertujuan agar
pembeli berhak untuk memiliki barang tersebut.
Transakti jual beli memiliki beberapa syarat yang harus di penuhi
baik untuk penjual maupun pembeli. Syarat yang pertama adalah
baligh, yaitu penjual dan pembeli sudah dewasa untuk melakukan
transaksi jual beli. Syarat berikutnya adalah keduanya harus memiliki
akal sehat, dan yang terakhir adalah transaksi dilakukan atas
kehendak sendiri, tanpa adanya paksaan.
Selain itu, pada saat transaksi jual beli, harus dipastikan uang dan
barang yang akan dijual adalah halal dan suci. Sebagai kaum muslim
dilarang untuk menjual sesuatu yang haram seperti daging babi
maupun arak. Barang yang dijual haruslah bermanfaat, dan
kondisinya harus diiketahui baik oleh penjual maupun pembeli.
2. Kegiatan Kerjasama
Dalam konsep islam, kerja sama sering kali disebut dengan
syirkah. Hal ini berarti pula besyarikat atau kongsi. Pada praktiknya,
adalah suatu usaha yang digunakan untuk mengumpulkan
sumberdaya untuk meraih tujuan berasama. Sumberdaya ini dapat
berupa jaringan kerja, materi, maupun keahlian. Tentu saja kegiatan
syirkah ini tidak boleh melanggar ketentuan-ketentuan islam,
misalnya kerja sama dalam hal yang berakibat pada dosa seperti kerja
sama memproduksi minuman keras maupun penyelundupan narkoba
3. Kegiatan Mudhorobah
Mudarabah merupakan salah satu dari macam-macam muamalah
dalam ekonomi islam yang bertujuan untuk mengikat dua belah
pihak. Dalam hal ini yang dimaksud adalah pelaksana usaha atau
mudharib dan pemodal atau shahib al-mal. Seorang pelaksana modal
memiliki kewajiban untuk mengembalikan modal yang telah dipinjam
dan membayarkan keuntungan yang telah disepakati dengan tenggat
waktu yang telah ditentukan bersama.
4. Adanya Transaksi yang Berlandaskan Kepercayaan
Salah satu macam-macam muamalah dalam ekonomi islam
berikutnya adalah transaksi yang berlandaskan kepercayaan.
Transaksi yang berlandaskan kepercayaan adalah suatu kesepakatan
atau akad yang menyangkut peminjaman hutang yang berlandaskan
atas kepercayaan. Perjanjian dalam pemberian kepercayaan dapat
dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama adalah jaminan. Jaminan
merupakan pengalihan tanggung jawab dari seseorang kepada orang
lain.
Selain itu terdapat pula gadai. Gadai adalah menjadikan barang
yang nilainya setara atau lebih tinggi dari nilai pinjaman yang
digunakan sebagai jaminan untuk pembayaran hutang. Jenis ketiga
adalah pemindahan hutang atau sering disebut hiwalah. Istilah ini
memiliki makna adanya pemindahan kewajiban dari seseorang yang
semula sebagai pembayar hutang kepada orang lain.

5. Titipan
Titipan merupakan jenis muamalah yang berupa akad, dimana ada
seseorang yang memberikan kepercayaan kepada orang lain untuk
menyimpan barang berharga miliknya dengan dikenakan biaya atas
jasa penyimpanan yang diberikan.

D. SOAL PEMAHAMAN
1. Silahkan teman-teman diskusikan mengenai prinsip-prinsip asas fiqh
muamalah ?
2. Apa saja yang teman-teman ketahui mengenai karakteristik fiqh
muamalah?
3. Silahkan diskusikan bentuk dan contoh muamalah dalam kehidupan
sehari-hari ?

E. DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Abu Azam Al Hadi,M.Ag. Fikih Muammalah Kontemporer. Depok:


Raja Grafindo Persada,2017.
Ir. H. Adiwarman A Karim, S.E.,M.B.A. Ekonomi Islam. Jakarta: Gema
Insani,2001.
Prof. Dr. H. M. Amin Suma,S.H,M.A.,M.M. Pengantar Ekonomi Syariah.
Bandung: Pustaka Setia,2015.
Wahbah Al Zuhaili, fiqh Islam Wa adilatuhu.
Musthafa DibAl-Bugha, Buku Pintar Transaksi Syariah-terj. Fiqh al-
Mu'awadah, Jakarta: Hikmah,2010), 196-197. Fajar hal. 54
H. Fajar Syarif, Ilmu Ekonomi Islam dalam Pendidikan, pamulang, Young
Progessive muslim, 2016

Anda mungkin juga menyukai