Anda di halaman 1dari 18

ISI DAN KANDUNGAN MUAMALAH

DOSEN PEMBIMBING

FADLAN KHOIRI S.TH.I.M.AG

DISUSUN OLEH :

- MUHAMMAD UMAIR

- RAHMAD HUSEIN SIREGAR

- UMMU RIDHO ULYA LUBIS

FAKULTAS ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
T.A. 2020/2021

i
DAFTAR ISI

Halaman judul ........................................................................................................ i


Daftar isi ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAAN
A. Pengertian Muamalah dan Fiqh Muamalah ................................................ 4
B. Perinsip perinsip Muamalah ........................................................................ 5
C. Pengertian MLM ( Multi Level Marketing ) ................................................. 14
D. Pengertian Multi Level Marketing Syariah .................................................. 16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................. 17
DAFTAR FUSTAKA ............................................................................................. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan seorang muslim, prinsip utama dalam kehidupannya
selalu menyandarkan kepada Allah SWT merupakan Zat Yang Maha Esa. Ia
adalah satu-satunya Tuhan Pencipta alam semesta, sekaligus pemilik,
penguasa serta pemeliharaan tunggal hidup dan kehidupan seluruh
makhluk yang tiada bandingan dan tandingan, baik di dunia maupun
akhirat.
Sementara itu, manusia merupakan makhluk Allah SWT yang
diciptakan dalam bentuk yang paling baik, sesuai dengan hakikat wujud
manusia dalam kehidupan di dunia, yakni melakukan tugas kekhalifahan di
muka bumi dalam kerangka pengabdian kepada sang maha pencipta Allah
SWT. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia diberi amanah untuk
memberdayakan seisi alam raya dengan sebaik-baiknya demi
kesejahteraan seluruh makhluk. Untuk mencapai tujuan suci ini, Allah
memberikan petunjuk melalui para rasul-Nya. Petunjuk tersebut meliputi
segala sesuatu yang dibutuhkan manusia baik aqidah, akhlak maupun
syariah. Aqidah sebagai landasan keimanan muslim (tauhid) yang menjiwai
syariah (hukumhukum Islam) dan aturan-aturan moralitas umat (akhlak).
Aqidah dan akhlak bersifat konstan yang keduanya tidak mengalami
perubahan apapun dengan berubahnya waktu dan perbedaan tempat.
Adapun syariah dibagi menjadi dua yaitu bagian ibadah yang bersifat
konstan yakni tidak berubah dan bagian muamalah.
Bagian muamalah yang merupakan bagian dari syariah selain
mengatur bidang sosial seperti politik, dan lain-lain yang mengatur tentang
berbagai aktifitas perekonomian, mulai jual-beli hingga investasi saham.
Kesemua tatanan tersebut menunjukkan ajaran Islam yang secara ideologis
bertujuan menciptakan kemaslahatan bagi umat manusia.1

1
Ismail Nawawi ,Fiqih Muamalah

3
BAB II
PEMBAHASAAN

A. Pengertian Muamalah dan Fiqh Muamalah


Dalam kehidupan sosial antara manusia, Islam sudah menata secara
sempurna sebuah aturan (hukum) yang di dalamnya terdapat adab/ etika
dalam hidup bermasyarakat yang semuanya terangkum dalam hukum
muamalah.
Secara etimologi kata Muamalat yang kata tunggalnya muamalah
(almu’amalah) yang berakar pada kata ‘aamala secara arti kata
mengandung arti saling berbuat atau berbuat secara timbal balik. Lebih
sederhana lagi berarti hubungan antara orang dan orang. Muamalah secara
etimologi sama dan semakna dengan al-mufa’alah yaitu saling berbuat.
Kata ini, menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang
dengan seseorang atau beberapa orang falam memenuhi kebutuhan
masing-masing. Atau muamalah secara etimologi artinya saling bertinfak,
atau saling mengamalkan.
Secara terminologi, muamalah dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu pengertian muamalah dalam arti luas dan dalam arti sempit.
Pengertian muamalah dalam arti luas menghasilkan duniawi supaya
menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawy.
Menurut Muhammad Yusuf Musa yang dikutip Abdul Madjid:
Muamalah adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati
dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.
Muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk
mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan.
Jadi, pengertian muamalah dalam arti luas yaitu aturan-aturan
(hukumhukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan
urusan duniawi dalam pergaulan sosial.
Adapun pengertian dalam arti sempit (khas), didefinisikan oleh para
ulama sebagai berikut:

4
1. Menurut Hudhari yang dikutip Hendi Suhendi Muamalah adalah
semua manfaat yang membolehkan manusia saling menukar
manfaatnya.
2. Menurut Rasyid Ridha, muamalah adalah tukar menukar barang
atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah
ditentukan.

Dari definisi diatas daapt dipahami bahwa pengertian muamalah


dalam arti sempit yaitu semua akad yang membolehkan manusia saling
menukar manfaatnya dengan cara-cara dan aturan-aturan yang telah
ditrentukan Allah dan manusia wajib menaati-Nya.
Adapaun pengertian muamalah yang sebagaimana dikemukakan oleh
Abdullah al-Sattar Fathullah Sa‘ad yang dikutip oleh Nasrun Haroen yaitu,
hukum-hukum yang berkaitan dengan tindakan manusia dalam persoalan
jual-beli, utang piutang, kerjasama dagang, perserikatan, kerjasama dalam
penggarapan tanah, dan sewa menyewanya. Manusia dalam definisi diatas
adalah seseorang yang mukalaf, yang telah dikenai beban taklif, yaitu yang
telah berakal balig dan cerdas.

B. Prinsip-Prinsip Muamalah
Pada pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa Fiqh
Muamalat adalah ilmu tentang hukum-hukum syara‘ yang mengatur
hubungan antara manusia dengan manusia lain yang sasaranya adalah
harta benda atau mal. Hubungan tersebut sangat luars karena mencakup
hubungan antara sesama manusia, baik muslim maupun non muslim.
Namun ada beberapa prinsip yang menjadi acuan dan pedoman secara
umum untuk kegiatan mumalat ini. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut.

1 . Muamalah adalah Urusan Duniawi

Muamalat berbeda dengan ibadah. Dalam ibadah, semua perbuatan


dilarang kecuali yang diperintahkan. Oleh karena itu, semua perbuatan
yang dikerjakan harus sesuai dengan tuntuna yang diajarkan oleh
5
Rasulullah. Sebaliknya, dalam muamalat, semua boleh kecuali yang
dilarang. Muamalat atau hubungan dan pergaulan antara sesama manusia
di bidang harta benda merupakan urusan duniawi, dan pengaturannya
diserahkan oleh manusia itu sendiri. Oleh karena itu, semua bentuk akad
dan berbagai cara transaksi yang dibuat oleh manusia hukumnya sah dan
dibolehkan. Asal tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan umum
yang ada dalam syara‘.

2. Muamalat harus Didasarkan kepada Persetujuan dan Kerelaan


Kedua Belah Pihak.

Persetujuan dan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan


transaksi merupakan asas yang sangat penting untuk keabsahan setiap
akad. Hal ini didasarkan kepada firman Allah dalam surat an-nisa. (4): 29:
ِ َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬
ٍ ‫اط ِل إِاَّل أَ ْن تَ ُكونَ تِ َجا َرةً ع َْن ت ََر‬
‫اض ِم ْن ُك ْم ۚ َواَل‬
}29{ ‫'تَ ْقتُلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم ۚ إِ َّن هَّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬

Artinya :

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu.2 Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

2
Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain
berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan. Untuk menunjukan adanya kerelaan
dalam setiap akad atau transaksi dilakukan ijab dan qobul atau serah terima antara kedua belah pihak yang
melakukan transaksi.

6
3. Adat kebiasaan dijadikan dasar hukum Dalam masalah Muamalat, adat
kebiasaan bisa dijadikan dasar hukum, dengan syarat adat tersebut diakui dan
tidak bertentangan dengan ketentuanketentuan umum yang ada dalam syara'.
Sesuatu yang oleh orang muslim dipandang baik maka di sisi Allah juga dianggap
baik.

4. Tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain Setiap transaksi dan
hubungan perdata (muamalat) dalam Islam tidak boleh menimbulkan kerugian
kepada diri sendiri dan orang lain hal ini didasarkan pada hadis Nabi Shallallahu
alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah addaruquthni dan lain-lain
dari Abi Sa'id al-khudri bahwa Rasulullah bersabda:

‫ال ضر ر و ال ضرار‬

“Janganlah merugikan diri sendiri dan janganlah merugikan orang lain”.


Dari hadits ini kemudian dibuatlah kaidah kuliah yang berbunyi:

‫أضر ر يزال‬

“Kemudhorotan harus dihilangkan.”

Mohammad Daud Ali mengemukakan 18 Prinsip yang menjadi asasasas hukum


Islam di bidang muamalah asas-asas tersebut adalah sebagai berikut.

1. Asas kebolehan atau mubah


Azas ini menunjukkan kebolehan melakukan semua hubungan perdata,
sepanjang hubungan itu tidak dilarang oleh Alquran dan as-sunnah. Dengan
demikian, pada dasarnya segala bentuk hubungan perdata boleh dilakukan,
selama tidak ditentukan lain dalam Alquran dan as-sunnah. Ini berarti bahwa
Islam membuka pintu selebar-lebarnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan untuk mengembangkan dan menciptakan bentuk dan macam

7
hubungan perdata baru, Sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan
masyarakat.

2. Asas kemaslahatan hidup


Kemaslahatan hidup adalah segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan,
berguna dan berfaedah bagi kehidupan. Asas kemaslahatan hidup adalah
suatu asas yang mengandung makna bahwa hubungan perdata apapun dapat
dilakukan, asal hubungan itu mendatangkan kebaikan, berguna dan
berfaedah bagi kehidupan pribadi dan masyarakat, meskipun tidak ada
ketentuannya dalam Alquran dan as-sunnah. Asas ini sangat berguna untuk
mengembangkan berbagai lembaga hubungan perdata, dan dalam menilai
lembaga-lembaga hukum non Islam yang ada dalam suatu masyarakat.

3. Asas kebebasan dan kesukarelaan


Asas ini mengandung makna bahwa setiap hubungan perdata harus
dilakukan secara bebas dan sukarela. Kebebasan kehendak para pihak yang
melahirkan kesukarelaan dalam persetujuan harus selalu diperhatikan. Asas
ini juga mengandung arti bahwa selama Alquran dan as-sunnah tidak
mengatur secara rinci suatu hubungan perdata, maka selama itu pula para
pihak yang bertransaksi mempunyai kebebasan untuk mengaturnya atas
dasar kesukarelaan masing-masing. Asas ini Sebagaimana telah penulis
Kemukakan dibuka, bersumber dari AlQuran surat annisa (4) ayat 29.

4. Asas menolak mudharat dan mengambil manfaat


Asas ini mengandung makna bahwa segala bentuk hubungan perdata yang
mendatangkan kerugian atau mudharat harus dihindari, sedangkan hubungan
perdata yang mendatangkan manfaat bagi diri sendiri dan masyarakat harus
dikembangkan. Dalam asas ini juga terkandung pengertian bahwa dalam
melakukan suatu transaksi, menghindari kerusakan harusdidahulukan
daripada meraih keuntungan. Contohnya perdagangan narkotika, prostitusi,
dan perjudian.

5. Asas kebajikan (kebaikan)


8
Asas Ini mengandung arti bahwa setiap hubungan perdata seyogyanya
mendatangkan kebajikan atau kebaikan kepada kedua belah pihak dan pihak
ketiga dalam masyarakat. kebajikan yang akan diperoleh seseorang haruslah
didasarkan pada kesadaran pengembangan kebaikan dan kerangka
kekeluargaan.

6. Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat.


Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat adalah asas
hubungan perdata yang disandarkan pada Sikap saling menghormati,
mengasihi, dan tolong-menolong dalam mencapai tujuan bersama. Asas ini
menunjukkan suatu hubungan perdata antara para pihak yang menganggap
diri masing-masing sebagai anggota keluarga, meskipun pada hakekatnya
bukan keluarga. Asas ini diambil dari Al Quran surat Al Maidah (5) ayat 5 dan
Hadis yang menyatakan bahwa umat manusia berasal dari satu keluarga.

7. Asas adil dan berimbang


Asas keadilan mengandung makna bahwa hubungan perdata tidak boleh
mengandung unsur-unsur penipuan, penindasan, pengambilan kesempatan
pada waktu pihak lain sedang berada dalam kesempitan. Asas ini juga
mengandung arti bahwa hasil yang diperoleh harus berimbang dengan usaha
atau ikhtiar yang dilakukan oleh seseorang.

8. Asas mendahulukan kewajiban dari hak


Asas Ini mengandung arti bahwa dalam pelaksanaan hubungan perdata.
Para pihak harus mengutamakan penunaian kewajiban terlebih dahulu
daripada menuntut hak. Dalam ajaran islam, seseorang baru memperoleh
haknya misalnya mendapat imbalan (pahala) setelah ia menunaikan
kewajibannya terlebih dahulu.

9. Asas larangan merugikan diri sendiri dan orang lain


Asas ini mengandung arti bahwa para pihak yang mengadakan hubungan
perdata tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain dalam hubungan
perdata nya. Merusak harta Meskipun tidak merugikan diri sendiri, tetapi
9
merugikan orang lain, tidak dibenarkan dalam hukum Islam. Ini berarti bahwa
menghancurkan atau memusnahkan barang untuk mencapai kemantapan
harga atau keseimbangan pasar, tidak dibenarkan oleh hukum Islam.

10. Asas kemampuan berbuat atau bertindak


Pada dasarnya setiap manusia dapat menjadi subjek hukum dalam setiap
hubungan perdata, jika memenuhi syarat untuk melakukan tindakan hukum.
Dalam hukum Islam manusia yang dipandang mampu berbuat atau bertindak
melakukan hubungan perdata adalah orang yang mukallaf, yaitu orang yang
mampu memikul kewajiban dan hak, sehat rohani dan jasmani. Hubungan
perdata yang dibuat oleh orang yang tidak mampu memikul kewajiban dan
hak dianggap melanggar asas ini. Oleh karena itu, hubungan perdatanya batal
karena dipandang bertentangan dengan salah satu asas hukum Islam.

11. Asas kebebasan berusaha


Asas ini mengandung makna bahwa pada prinsipnya setiap orang bebas
berusaha untuk menghasilkan sesuatu yang baik bagi dirinya dan
keluarganya. Asas ini juga mengandung arti bahwa setiap orang mempunyai
kesempatan yang sama untuk berusaha tanpa batasan, kecuali yang telah
ditentukan batasannya (dilarang) oleh hukum Islam

12. Asas mendapatkan hak karena usaha dan jasa


Asas ini mengandung makna bahwa seseorang akan memperoleh suatu
hak, misalnya berdasarkan usaha dan jasa baik yang dilakukannya sendiri
maupun yang diusahakannya bersama-sama dengan orang lain. Usaha dan
jasa yang dilakukan haruslah usaha dan jasa yang baik, bukan usaha dan jasa
yang mengandung unsur kejahatan keji dan kotor. Usaha dan jasa yang
dilakukan melalui kejahatan, kekejian, dan kekotoran tidak dibenarkan oleh
hukum Islam.

13. Asas perlindungan hak


Asas Ini mengandung arti bahwa semua hak yang diperoleh seseorang
dengan jalan yang halal dan sah harus dilindungi. Apabila hak itu dilanggar
10
oleh salah satu pihak dalam hubungan perdata, maka pihak yang dirugikan
berhak untuk menuntut pengembalian hak itu atau menuntut kerugian
kepada pihak yang merugikannya.

14. Asas hak milik berfungsi social


Asas ini menyangkut pemanfaatan hak milik yang dimiliki oleh seseorang
menurut hukum, Islam hak milik tidak boleh dipergunakan hanya untuk
kepentingan pribadi pemiliknya, tetapi juga harus diarahkan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial. Agama Islam mengajarkan bahwa harta
yang telah dikumpulkan oleh seseorang dalam jumlah yang cukup mencapai
nisab, wajib dikeluarkan zakatnya untuk menyantuni golongan masyarakat,
antara lain fakir miskin, yang disebut mustahik zakat, sebagaimana yang
tercantum dalam surat at-taubah (9) ayat 60:

ِ ‫ِين َع َل ْي َها َو ْالم َُؤلَّ َف ِة قُلُو ُب ُه ْم َوفِي الرِّ َقا‬


‫ب‬ َ ‫ِين َو ْال َعا ِمل‬
ِ ‫ات ل ِْلفُ َق َرا ِء َو ْال َم َساك‬
ُ ‫إِ َّن َما الصَّدَ َق‬
}60{ ‫يض ًة م َِن هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َحكِي ٌم‬ َ ‫يل ۖ َف ِر‬ ِ ‫يل هَّللا ِ َواب‬
ِ ‫ْن الس َِّب‬ ِ ‫ِين َوفِي َس ِب‬ َ ‫ارم‬ِ ‫َو ْال َغ‬
Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana”.

15. Asas yang beritikad baik harus dilindungi


Asas ini berkaitan erat dengan asas lain yang menyatakan bahwa orang
yang melakukan perbuatan tertentu bertanggung jawab atas risiko
perbuatannya. namun, jika ada pihak yang melakukan suatu hubungan
perdata tidak mengetahui cacat yang tersembunyi dan mau punya itikad baik
dalam hubungan perdata, maka kepentingannya harus dilindungi, dan ia
berhak menuntut sesuatu Jika dia dirugikan karena itikad baiknya itu.

11
16. Asas resiko dibebankan pada harta, tidak pada pekerja
Asas ini mengandung penilaian yang sangat tinggi terhadap kejadian
pekerjaan, yang berlaku terutama di perusahaan-perusahaan yang
merupakan persekutuan antara pemilik modal (harta) dan pemilik tenaga
(kerja). Jika perusahaan merugi Maka menurut asas ini, kerugian hanya
dibebankan pada pemilik modal atau harta saja, tidak pada pekerjaannya. Ini
berarti bahwa pemilik tenaga dijamin haknya untuk mendapatkan upah
sekurang-kurangnya untuk jangka waktu tertentu setelah ternyata
perusahaan menderita kerugian.

17. Asas mengatur dan memberi petunjuk


Sesuai dengan sifat hukum keperdataan pada umumnya dalam hukum
Islam berlaku asas yang menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan hukum
perdata kecuali yang bersifat ijbari karena ketentuannya telah kota hanyalah
bersifat mengatur dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang akan
memanfaatkannya telah mengadakan hubungan perdata para pihak dapat
memilih ketentuan lain berdasarkan kesukarelaan asal ketentuan itu tidak
bertentangan dengan ketentuan yang ada dalam hukum Islam (syara') 18.
Asas tertulis atau diucapkan di depan saksi Asas ini mengandug makna bahwa
hubungan perdata selayaknya dituangkan dalam perjanjian tertulis dihadapan
para saksi hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat Al-Baqarah 2 ayat
282 :

ٌ‫ْن إِ َل ٰى أَ َج ٍل م َُس ًّمى َفا ْك ُتبُوهُ ۚ َو ْل َي ْك ُتبْ َب ْي َن ُك ْم َكا ِتب‬ ٍ ‫ِين آ َم ُنوا إِ َذا َتدَا َي ْن ُت ْم ِبدَ ي‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
‫ب َك َما َعلَّ َم ُه هَّللا ُ ۚ َف ْل َي ْك ُتبْ َو ْليُمْ ل ِِل الَّذِي َع َل ْي ِه ْال َح ُّق َو ْل َي َّت ِق‬ َ ‫ب َكا ِتبٌ أَنْ َي ْك ُت‬ َ ْ‫ِب ْال َع ْد ِل ۚ َواَل َيأ‬
‫ضعِي ًفا أَ ْو اَل َيسْ َتطِ ي ُع‬ َ ‫ان الَّذِي َع َل ْي ِه ْال َح ُّق َسفِيهًا أَ ْو‬ َ ‫س ِم ْن ُه َش ْي ًئا ۚ َفإِنْ َك‬ ْ ‫هَّللا َ َر َّب ُه َواَل َيب َْخ‬
‫ْن‬ِ ‫ْن ِمنْ ِر َجالِ ُك ْم ۖ َفإِنْ َل ْم َي ُكو َنا َر ُج َلي‬ ِ ‫أَنْ ُي ِم َّل ه َُو َف ْليُمْ لِ ْل َولِ ُّي ُه ِب ْال َع ْد ِل ۚ َواسْ َت ْش ِه ُدوا َش ِهيدَ ي‬
‫ض ْو َن م َِن ال ُّش َهدَا ِء أَنْ َتضِ َّل إِحْ دَ ا ُه َما َف ُت َذ ِّك َر إِحْ دَ ا ُه َما اأْل ُ ْخ َر ٰى‬ َ ْ‫ان ِممَّنْ َتر‬ ِ ‫َف َر ُج ٌل َوامْ َرأَ َت‬
‫ص ِغيرً ا أَ ْو َك ِبيرً ا إِ َل ٰى أَ َجلِ ِه ۚ ٰ َذلِ ُك ْم‬ َ ُ‫ب ال ُّش َهدَا ُء إِ َذا َما ُدعُوا ۚ َواَل َتسْ أَمُوا أَنْ َت ْك ُتبُوه‬ َ ْ‫ۚ َواَل َيأ‬
‫ار ًة َحاضِ َر ًة ُتدِيرُو َن َها‬ َ ‫ون ت َِج‬ َ ‫ط عِ ْندَ هَّللا ِ َوأَ ْق َو ُم لِل َّش َها َد ِة َوأَ ْد َن ٰى أَاَّل َترْ َتابُوا ۖ إِاَّل أَنْ َت ُك‬ ُ ‫أَ ْق َس‬

12
َ ‫ْس َع َل ْي ُك ْم ُج َنا ٌح أَاَّل َت ْك ُتبُو َها ۗ َوأَ ْش ِه ُدوا إِ َذا َت َبا َيعْ ُت ْم ۚ َواَل ي‬
ۚ ‫ُضارَّ َكا ِتبٌ َواَل َش ِهي ٌد‬ َ ‫َب ْي َن ُك ْم َف َلي‬
282{ ‫ُوق ِب ُك ْم ۗ َوا َّتقُوا هَّللا َ ۖ َوي َُعلِّ ُم ُك ُم هَّللا ُ ۗ َوهَّللا ُ ِب ُك ِّل َشيْ ٍء َعلِي ٌم‬
ٌ ‫َوإِنْ َت ْف َعلُوا َفإِ َّن ُه فُس‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah


3
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis
itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia
mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang
yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu).
jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksisaksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka
yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis
hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang
demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan
lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak
menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah
penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian),
Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui
segala sesuatu”.

C. Pengertian MLM (Multi Level Marketing)


Multi Level Marketing adalah salah satu di antara dua tipe dasar
Direct Selling. Direct Selling adalah metode penjualan barang dan/atau jasa
3
Bermuamalah ialah seperti berjual beli, hutang piutang, atau sewa menyewa dan sebagainya.

13
tertentu kepada konsumen dengan cara tatap muka di luar lokasi eceran
tetap oleh jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh Mitra Usaha
(istilah lainnya distributor, member, pengusaha mandiri, dealer,
independent business owner, mitra kerja, mitra salur) dan bekerja
berdasarkan komisi penjualan, bonus penjualan, bonus-bonus lain dan
iuran keanggotaan. Dilihat dari level pemasaran, Direct Selling terbagi
kepada dua jenis:

1. Single Level Marketing/ SLM(Pemasaran Satu Tingkat) adalah


metode pemasaran barang dan/atau jasa dari sistem Penjualan Langsung
melalui program pemasaran berbentuk satu tingkat, dimana Mitra Usaha
mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan
barang dan/atau jasa yang dilakukannya sendiri.
2. Multi Level Marketing/ MLM(Pemasaran Multi Tingkat) adalah
metode pemasaran barang dan/atau jasa dari sistem Penjualan Langsung
melalui program pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana
mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil
penjualan barang dan/atau jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota
jaringan di dalam kelompoknya. Secara teknis operasional, direct selling
dilakukan dengan menggunakan dua model, yaitu, One on One dan party
Plan.
Dalam modelone on one ini seorang penjual yang merupakan
agen/anggota/kontraktor yang mandiri atau lepas, menarik konsumen
yang berpotensi di area khusus berdasarkan pendekatan orang ke orang.
Mereka menawarkan produk, serta mendapat komisi atau basis lain.
Pendapatan mereka dapat juga diperoleh dari selisih harga pembelian ke
supllier dan penjualan ke konsumen.

Pada model party plan ini seorang penjual, karyawan lepas atau
tetap, bertugas mencari atau menjadi tuan rumah yang mengundang
sekelompok orang di rumahnya dalam rangka sales party untuk
mendemonstrasikan produk. Penghasilan si penjual juga atas dasar selisih
harga eceran. Si tuan rumah biasanya diberikan hadiah sebagai tanda
14
terima kasih sesuai dengan nilai penjualan tertentu. Dengan demikian
secara sederhana dapat dikatakan bahwa MLM adalah sistem/cara
penjualan/pemasaran langsung suatu produk, baik berupa barang atau jasa
kepada konsumen (pembeli, pengguna). Dalam perkataan lain, penjualan
itu tidak lewat distributor utama—sub—distributor/agen—toko, tapi
langsung kepada konsumen. Sehingga biaya distribusi (penyaluran,
pengiriman) barang sangat minim. MLM juga menghilangkan biaya
promosi karena distribusi dan promosi ditangani langsung oleh distributor
dengan sistem berjenjang (pelevelan). Jadi, inti dari sistem MLM bukan
semata-mata hendak memperbanyak anggota melainkan hendak menjual
produk (barang atau jasa), dengan biaya yang sangat murah dan laba
melimpah.4

Ada beberapa pengertian menurut para ahli mengenai pengertian


MLM, diantaranya adalah:

1. Menurut Peter J .Clathier definisi atau pengertian Multi Level


Marketing (MLM) adalah: suatu cara atau metode menjual barang
secaralangsungkepadapelangganmelaluijaringan yang dikembangkan oleh
para distributor lepas yang memperkenalkan para distributor berikutnya
pendapatan dihasilkan terdiri dari laba eceran dan laba grosir ditambah
dengan pembayaran-pembayaran berdasarkan penjualan total kelompok
yang dibentuk oleh sebuah distributor.
2. Menurut David Roller definisi atau pengertian Multi Level
Marketing (MLM) adalah sistem melalui mana sebuah induk perusahaan
mendistribusikan barang atau jasanya. Lewat suatu jaringan orang - orang
bisnis yang independen tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi di seluruh
dunia. Orang-orang bisnis atau para wiraswatawan ini kemudian
mensponsori orang-orang lain lagi, untuk membantu mendistribusikan
barang dan jasanya, proses orang. membantu orang
inibisaditeruskanlagilewatsatuataubeberapatingkat pemasukan.
4
Amin Muchtar, (http//:www.sigabah.com/beta/hukum-bisnis-melalui-mlm/,21 April 2015)
Diunduh pada 9 November 2020 pukul 21:00

15
D. Pengertian Multi Level Marketing Syariah5
Perusahaan MLM syariah adalah perusahaan yang menerapkan
sistem pemasaran modern melalui jaringan distribusi yang berjenjang,
dengan menggunakan konsep syariah, baik dari sistemnya maupun produk
yang dijual. Pada dasarnya MLM syariah merupakan konsep jual beli yang
berkembang dengan berbagai macam variasinya. Perkembangan jual beli
dan variasinya ini tentu saja menuntut kehati-hatian agar tidak
bersentuhan dengan hal-hal yang diharamkan oleh syariah, misalnya riba
dan gharar, baik pada produknya atau pada sistemnya. Menurut Syafei
(2008:73) jual beli dalam bahasa Arab adalah ba’i yang secara etimologi
berarti pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sedangkan menurut
istilah ba’i berarti pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara
khusus yang diperbolehkan. Landasannya adalah terdapat pada surat Al
Baqarah ayat 275 dan Al Baqarah ayat 282. Pada Al Baqarah ayat 275 Allah
berfirman :

َ ِ‫ْطانُ م َِن ْال َمسِّ ۚ ٰ َذل‬


‫ك‬ ُ ‫ُون إِاَّل َك َما َيقُو ُم الَّذِي َي َت َخب‬
َ ‫َّط ُه ال َّشي‬ َ ‫ون الرِّ َبا اَل َيقُوم‬ َ ُ‫ِين َيأْ ُكل‬
َ ‫الَّذ‬
}275{ .....ُ‫ِبأ َ َّن ُه ْم َقالُوا إِ َّن َما ْال َب ْي ُع م ِْث ُل الرِّ َبا ۗ َوأَ َح َّل هَّللا ُ ْال َبي َْع َو َحرَّ َم الرِّ َبا ۚ َف َمنْ َجا َءه‬

Artinya:
“orang-orang yang Makan (mengambil) riba39 tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila”.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
5
http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-multi-level-marketing25.html.

16
Dalam masalah muamalat, adat kebiasaan bisa dijadikan dasar
hukum dengan syarat hubungan keperdataan tersebut tidak
dilarang oleh al-qur’an dan as-sunnah. Ini berarti Islam membuka
pintu selebar-lebarnya kepada pihak –pihak yang berkepentingan
untuk mengembangkan dan menciptakan bentuk dan macam-
macam transaksi baru sesuai dengan perkembangan zaman
sepanjang itu tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Selain
itu dalam transaksi-transaksi muamalat, yang menjadi acuannya
adalah terciptanya unsur kemaslahatan yang mengandung makna
bahwa hubungan itu mendatangkan kebaikan, berguna dan
berfaedah bagi kehidupan pribadi dan masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

digilib.uinsby.ac.id//7740/2/BAB%201.pdf
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-muamalah-dalam-
bidang-ekonomi/#:~:text=Menurut%20Muhammad%20Yusuf
17
%20Musa%2C%20muamalah,menjaga%20dan%20melindungi
%20kepentingan%20manusia.

http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-multi-level-
marketing_25.html.

http://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uin-
suska.ac.id/7202/6/BAB
%2520V.pdf&ved=2ahUKEwjsweiH7vXsAhWUcn0KHRKuCD4QFjA
CegQIARAB&usg=AOvVaw1vn6JTaHUoVSwGRoY50ZyD

18

Anda mungkin juga menyukai