DISUSUN OLEH :
1. SUTARI
2. UNZILA NAHARIAH
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas untuk berhubungan dengan orang lain
dalam memenuhi kebutuhan hidup.kebutuhan manusia sangat beragam sehingga terkadang
tidak mampu memenuhi kebutuhan sendiri, dan membutuhkan bantuan orang lain. Hubungan
antara satu manusia dengan manusia yang lain dalam memenuhi kebutuhan harus tepat aturan
yang menjelaskan hak dan kewajiban keduanya berdasarkan kesepakatan dan aturan Allah swt.
Proses untuk membuat kesepakatan dalam kerangka memenuhi kebutuhan biasa disebut proses
untuk berakad atau melakukan kontrak.
Hubungan ini merupakah fitrah yang sudah ditakdirkan oleh Allah swt. Islam sebagai
agama yang universal memberikan aturan yang cukup jelas dalam akad untuk dapat
diimplementasikan dalam setiap masa. Muamalah adalah satu aspek dari ajaran yang telah
melahirkan peradaban Islam yang maju di masa lalu. Ia merupakan satu bagian dari syariat
Islam, yaitu yang mengatur kehidupan manusia dalam hubungan dengan manusia, masyarakat
dan alam berkenaan dengan kebendaan dan kewajiban.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan muamalah ?
2. Apa tujuan dari muamalah islam ?
3. Bagaimana ruang lingkup muamalah islam ?
4. Apa saja prinsip-prinsip muamalah islam ?
5. Apa saja batasan dalam bermuamalah islam ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Muamalah
Muamalah adalah hubungan antar manusia, hubungan sosial atau
hablumminanas. Dalam syariat islam hubungan antar manusia tidak dirinci
jenisnya, tetapi diserahkan kepada manusia mengenai bentuknya. Islam hanya
membatasi bagian bagian penting dan mendasar berupa larangan dari Allah swt
yang terdapat pada Al-quran atau larangan Rosul-Nya yang berasal dari As-sunnah
Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang
berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan.
Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang luas dan
dapat pula dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakan beberapa
pengertian muamalah, yaitu :
3
B. Tujuan Muamalah Islam
Tujuan utama muamalah yaitu menciptakan hubungan yang harmonis antara sesama
manusia menjadikan tercipta masyarakat yang rukun dan tentram. Namun jika
dijabarkan lagi tujuan muamalah yang pertama yaitu falah. Falah adalah kesuksesan
hakiki berupa pencapaian kebahagian dalam segi material dan spiritual serta
tercapainya kesejahteraan di dunia dan akhirat. Kesuksesan dalam aspek material
tidaklah bermakna apabila mengakibatkan kerusakan dalam aspek kemanusiaan lainnya
seperti persaudaraan dan moralitas.
Kedua muamalah dalam Islam dilandasi pemikiran bahwa setiap kegiatan dan
aktivitas manusia memiliki dimensi ibadah yang dapat diimplementasikan pada setiap
level kegiatan. Dengan aqidah yang benar akan dapat menghasilkan perbuatan baik
yang mencerminkan suatu akhlak mulia. Dalam rangka penyelarasan kegiatan yang
berbeda, perlu ada sistem yang dilengkapi dengan dasar syariah. Implementasi syariah
diharapkan akan menghasilkan suatu fenomena kebersamaan dalam melaksanakan
muamalah yang mengutamakan kesejahteraan bersama. Dasar-dasar syariah dapat
dijabarkan dalam bentuk pilar-pilar yang akan mewarnai sifat dan bentuk transaksi
keuangan yang dioperasikan, yaitu aspek keadilan; kemaslahatan dan
keseimbangan.Ketiga semua upaya pencapaian dalam muamalah, tujuan puncaknya
adalah untuk mencapai mardlatillah (mencapai keridlaan Allah).
1. Masalah Kekeluargaan
Muamalah masalah kekeluargaan mencangkup pernikahan, talak, ruju’,
perwalian, wasiat, dan hukum waris.
4
3. Masalah kehidupan bermasyakat
Muamalah masalah kehidupan bermasyarakat mencangkup mengikuti
peraturan, menerima perbedaan, dan bersosialisasi.
5
4. Memelihara nilai keadilan
Muamalah yang dilakukan adalah perbuatan yang menghindari unsur-unsur
penganiayaan dan penindasan. Dan juga mengambil kesempatan dalam
kesulitan orang lain
Setelah mengenal secara umum apa saja yang dibahas dalam fiqh muamalat, ada prinsip
dasar yang harus dipahami dalam berinteraksi. Ada 5 hal yang perlu diingat sebagai landasan
tiap kali seorang muslim akan berinteraksi. Kelima hal ini menjadi batasan secara umum bahwa
transaksi yang dilakukan sah atau tidak, lebih dikenal dengan singkatan MAGHRIB, yaitu
Maisir, Gharar, Haram, Riba, dan Bathil.
1. Maisir
Maisir atau Judi artinya bertaruh, baik dengan uang atau benda. Dapat juga di sebut
sebagai suatu perbuatan mencari laba dengan jalan untung-untungan. Yaitu dengan cara
menerka dan mensyaratkan pembayaran lebih dahulu. Kata Maisir dalam bahasa Arab arti
secara harfiah adalah memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau
mendapat keuntungan tanpa bekerja. Yang biasa juga disebut berjudi. Istilah lain yang
digunakan dalam al-Quran adalah kata `azlam` yang berarti perjudian. Judi dalam terminologi
agama diertikan sebagai "suatu transaksi yang dilakukan oleh dua pihak untuk pemilikan suatu
benda atau jasa yang mengguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara
mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu tindakan atau kejadian tertentu".
Kesimpulannya, kata al-maisir (perjudian) dari sisi bahasa mencakup dua hal:
Prinsip berjudi adalah terlarang, baik itu terlibat secara mendalam mahupun hanya berperan
sedikit saja atau tidak berperan sama sekali, mengharapkan keuntungan semata (misalnya
hanya mencuba-cuba) di samping sebagian orang-orang yang terlibat melakukan kecurangan,
kita mendapatkan apa yang semestinya kita tidak dapatkan, atau menghilangkan suatu
6
kesempatan. Melakukan pemotongan dan bertaruh benar-benar masuk dalam kategori definisi
berjudi.
2. Gharar
Gharar atau taghrir adalah istilah dalam kajian hukum Islam yang berarti keraguan,
tipuan, atau tindakan yang bertujuan untuk merugikan orang lain. Garar dapat berupa suatu
akad yang mengandung unsur penipuan karena tidak adanya kepastian, baik mengenai ada atau
tidaknya objek akad, besar kecilnya jumlah, maupun kemampuan menyerahkan objek yang
disebutkan di dalam akad tersebut. Menurut Imam an-Nawawi, garar merupakan unsur akad
yang dilarang dalam syariat Islam.
Gharar berasal dari bahasa Arab Al-Khatr yang bermakna pertaruhan. Al-
gharar adalah al-mukhatarah (pertaruhan) dan al-jahalah (ketidakjelasasan) sehingga termasuk
ke dalam perjudian. Sehingga dari penjelasan tersebut, yang dimaksud jual beli gharar adalah
dalam perdagangan tersebut semua jual beli yang transaksinya mengandung ketidakjelasan,
pertaruhan, atau perjudian. Secara etimologi, gharar dalam bahasa Arab adalah sesuatu yang
pada lahirnya disenangi tetapi sebenarnya dibenci. Para ahli fikih mengemukakan beberapa
definisi garar yang bervariasi dan saling melengkapi. Menurut Imam al-Qarafi, garar adalah
suatu akad yang tidak diketahui dengan tegas apakah efek akad terlaksana atau tidak, seperti
melakukan jual beli terhadap burung yang masih di udara atau ikan yang masih di dalam air.
1. Kuantitas.
2. Kualitas.
3. Harga.
4. Waktu penyerahan.
Apabila salah satu atau lebih faktor-faktor di atas diubah dari pasti (certain) menjadi tidak pasti
(uncertain), maka terjadilah gharar. Meskipun pada awalnya terjadi kesepakatan secara
sukarela, namun kondisi ketidakjelasan tersebut di kemudian hari akan membuat salah satu
pihak (penjual atau pembeli) merasa terzalimi.
3. Haram
Haram adalah sebuah status hokum terhadap suatu aktivitas atau keadaan suatu benda
(misalnya makanan). Aktivitas yang berstatus hukum haram atau makanan yang dianggap
7
haram adalah dilarang secara keras. Orang yang melakukan tindakan haram atau makan
binatang haram ini akan mendapatkan konsekuensi berupa dosa. Ketika objek yang
diperjualbelikan ini adalah haram, maka transaksi nya mnejadi tidak sah. Misalnya jual beli
khamr, dan lain-lain.
4. Riba
Pelarangan riba telah dinyatakan dalam beberapa ayat Al Quran. Ayat-ayat mengenai
pelarangan riba diturunkan secara bertahap. Tahapan –tahap turunnya ayat dimulai dari
peringatan secara halus hingga peringatan secara keras. Tahapan turunnya ayat mengenai riba
dijelaskan sebagai berikut :
Pertama, menolak anggapan bahwa riba tidak menambah harta justru mengurangi harta.
Sesungguhnya zakatlah yang menambah harta. Seperti yang dijelaskan dalam QS. Ar Rum :
39. “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia,
maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya)”
Kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk dan balasan yang keras kepada
orang Yahudi yang memakan riba. Allah berfiman dalam QS. An Nisa : 160-161.
“Maka disebabkan kelaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak
menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang
dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara
mereka itu siksa yang pedih.”
Ketiga, riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda.
Allah menunjukkan karakter dari riba dan keuntungan menjauhi riba seperti yang tertuang
dalam QS. Ali Imran : 130.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Keempat, merupakan tahapan yang menunjukkan betapa kerasnya Allah mengharamkan riba.
QS. Al Baqarah : 278-279 berikut ini menjelaskan konsep final tentang riba dan konsekuensi
bagi siapa yang memakan riba.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
8
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu;
kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”
5. Bathil
Dalam melakukan transaksi, prinsip yang harus dijunjung adalah tidak ada kedzhaliman
yang dirasa pihak-pihak yang terlibat. Semuanya harus sama-sama rela dan adil sesuai
takarannya. Maka, dari sisi ini transaksi yang terjadi akan merekatkan ukhuwah pihak-pihak
yang terlibat dan diharap agar bisa tercipta hubungan yang selalu baik. Kecurangan,
ketidakjujuran, menutupi cacat barang, mengurangi timbangan tidak dibenarkan. Atau hal-hal
kecil seperti menggunakan barang tanpa izin, meminjam dan tidak bertanggungjawab atas
kerusakan harus sangat diperhatikan dalam bermuamalat.
9
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
Muamalah merupakan ilmu yang mempelajari segala perilaku manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan memperoleh falah (kedamaian dan
kesejahteraan dunia akhirat). Perilaku manusia di sini berkaitan dengan landasan-
landasan syariah sebagai rujukan berperilaku dan kecenderungan-kecenderungan dari
fitrah manusia. Kedua hal tersebut berinteraksi dengan porsinya masing-masing
sehingga terbentuk sebuah mekanisme ekonomi (muamalah) yang khas dengan dasar-
dasar nilai ilahiyah.
II. Saran
10
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/4824088/Makalah_agama_tentang_muamalah
https://www.academia.edu/4824088/Makalah_agama_tentang_muamalah
https://www.slideshare.net/yusvaferdi/konsep-muamalah-dalam-islam
https://www.onoini.com/pengertian-muamalah/
https://www.academia.edu/36395946/Modul_AIK_II_Ibadah_Akhlak_dan_Mu
amalah
http://rumahbuku.weebly.com/bangku-i/muamalah-dalam-islam
https://id.wikipedia.org/wiki/Haram
12