MATERIALITAS
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang
dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau
pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi
tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
2. Risiko Pengendalian : risiko terjadinya SSM dalam suatu asersi yang tidak dapat
dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern.
3. Risiko Deteksi : risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi SSM yang
terdapat dalam suatu asersi.
HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS, RISIKO AUDIT, BUKTI AUDIT
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut :
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah
bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari tiga cara berikut ini :
- Menambah tingkat meterialiras, sementara itu mempertahankan jumlah
bukti audit yang dikumpulkan.
- Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
- Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat
materialitas secara bersama-sama.
STRATEGI AUDIT AWAL
Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor
dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau
sekelompok asersi.
Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam :
1. Pendekatan terutama substantif
2. Pendekatan tingkat risiko pengendalian taksiran rendah
Dari definisi pengendalian tersebut terdapat beberapa konsep dasar berikut ini:
1. Pengendalian intern merupakan proses.
Artinya suatu rangkaian tindakan yang bersifat pervasif dan
menjadi bagian tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan, dari infrastruktur
entitas.
2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang.
Artinya bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan
oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris,
manajemen, dan personal lain.
3. Pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai,
bukan keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas.
4. Pengendalian Intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan :
pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi.
TUJUAN PENGENDALIAN INTERN
Tujuan pengendalian intern :
(1) keandalan informasi keuangan,
(2) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,
(3) efektivitas dan efisiensi operasi.
Untuk Menguji Kepatuhan Terhadap Pengendalian Intern, Auditor melakukan dua macam
pengujian :
1. Pengujian adanya kepatuhan terhadap pengendalian Intern
2. Pengujian tingkat kepatuhan terhadap pengendalian intern
Untuk Menentukan Apakah Pengendalian Intern yang diigambakan dalam bagan alir sistem
akutansi dan jawaban kuesioner pengendalian intern benar-benar ada dan dilaksanakan,
auditor menempuh dua cara :
1. Pengujian transaksi dengan cara mengikuti pelaksanaan transaksi tertentu
2. Pengujian transaksi tertentu yang telah terjadi dan tercatat
AUDIT INTERN
Internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal
audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan,
maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan
ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang
berlaku.
Fungsi internal auditor :
1. Menentukan baik tidaknya internal control dengan memperhatikan pemeriksaan
fungsi dan apakah prinsip akuntansi benar-benar telah dilaksanakan.
2. Bertanggung jawab dalam menentukan apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana
policy dan prosedur yang telah ditetapkan sampai nilai apakah hal tersebut telah
diperbaiki atau tidak,
3. Menverifikasi adanya keuntungan kekayaan atau asset termasuk mencegah dan
menentukan penyelesaian.
4. Menverifikasikan dan menilai tingkat kepercayaan terhadap sistem akuntansi dan
pelaporan.
5. Melaporkan secara objektif apa yang diketahui kepada manajemen disertai
rekomendasi perbaikan.
PENAKSIRAN RESIKO DAN DESAIN PENGUJIAN
Kegiatan ini dilakukan oleh auditor pada tahap pemahaman dan pengujian atas struktur
pengendalian intern klien.
Pengujian pengendalian
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dlaksanakan untuk
menentukan efektivitas desain atau operasi kebijakan dan prosedur struktur pengendalian
intern.
Pengujian pengendalian diterapkan oleh auditor selama perencanaan audit dan dalam
pekerjaan interim. Selain itu pengujian pengendalian juga dapat diterapkan dalam
kedua strategi audit :
(1)Pendekatan terutama substantif
(2)Pendekatan risiko pengendalian rendah
Macam-macam pengujian pengendalian sebagai pilihan auditor dalam pelaksanaan audit :
1. Pengujian Pengendalian Bersamaa, yang terdiri dari prosedur untuk memperoleh
pemahaman sekaligus untuk mendapatkan bukti tentang efektifitas PI.
2. Pengujian Pengendalian yang Direncanakan merupakan yang dilaksanakan untuk
menentukan taksiran awal risiko pengendalian moderat atau rendah sesuai dengan
tingkatan pengujian subtantif yang direncanakan.
3. Pengujian Pengendalian Tambahan, merupakan pengujian yang biasanya dilaksanakan
oleh auditor jika, berdasarkan hasil pengujian pengendalian bersama yang
memperlihatkan pengendalian intern yang efektif.
4. Pengujian dengan Tujuan Ganda, merupakan pengujian yang didisain sedemikian rupa
sehinggga auditor dapat mengumpaulkan bukti tentang efektifitas pengendalian intern
sekaligus dapat mengumpulkan bukti tentang kekeliruan moneter dalam akun.
Jika tingkat risiko pengendalian final sama dengan yang direncanakan. Auditor dapat
melanjutkan untuk mendesain pengujian substantif khusus berdsarkan tingkat pengujian
substantif yang telah direncanakan. Namun jika tingkat risiko pengendalian final tidak sama
dengan yang direncanakan, auditor harus mengubahtingkat pengujian substantif sebelum
auditor mendesain pengujian substantif khusus untuk menampung tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima.
Hubungan antara strategi audit awal, risiko deteksi yang direncanakan dan tingakat
pengujian substantif yang direncanakan secara ringkas digambarkan sebagai berikut:
Pendekatan Terutama
Rendah atau sangat rendah Tingkat tinggi
substantif
STATISTICAL SAMPLING
Sampling audit (audit sampling) sebagai penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur
suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang dari 100 % dengan tujuan untuk
menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.
Discovery Sampling.
Model ini cocok digunakan jika tingkat kesalahan yang diperkirakan dalam populasi sangat rendah (mendekati
nol). Model ini dipakai untuk menemukan kecurangan, pelanggaran yang serius dari unsur pengendalian
intern, dan ketidak beresan lainnya.
AUDIT DALAM LINGKUNGAN SISTEM INFORMASI AKUTANSI
Ada tiga metode yang digunakan dalam melaksanakan EDP Audit yakni:
1. Audit Around The Computer
Auditing sekitar komputer dapat dilakukan jika dokumen sumber tersedia dalam
bahasa non mesin, dokumen-dokumen disimpan dengan cara yang memungkinkan
pengalokasiannya untuk tujuan auditing, outputnya memuat detail yang memadai,
yang memungkinkan auditor menelusuri suatu transaksi dari dokumen sumber ke
output atau sebaliknya.
2. Audit Through The Computer
Auditor menguji dan menilai efektivitas prosedur pengendalian operasi dan
program komputer serta ketepatan proses di dalam computer.
3. Audit With The Computer
Audit dilakukan dengan menggunakan komputer dan software untuk
mengotomatiskan prosedur pelaksanaan audit.
AUDITING KECURANGAN
JENIS-JENIS KECURANGAN
Dua kategori yang utama jenis kecurangan sebagai berikut :
1. Pelaporan Keuangan yang Curang, adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau
pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan
keuangan itu. Dengan cara melibatkan upaya melebih sajikan laba, atau mungkin
sengaja merendah sajikan laba.
2. Penyalahgunaan (misappropriation) Aktiva adalah kecurangan yang melibatkan pencurian
aktiva entitas. Pencurian aktiva perusahaan sering kali mengkhawatirkan
manajemen, tanpa memerhatikan materialitas jumlah yang terkait, karena pencurian
bernilai kecil menggunung seiring dengan berjalannya waktu.
Skeptisme Profesionalm aitu “Auditor tidak mengasumsikan management tidak jujur tetapi
juga tidak mengasumsikan kejujuran sebuah Absolut”.
Dalam pratiknya melalui prosedur evaluasi atas penerimaan dan kelanjutan klien serta
auditor menolak sebagian besar calon klien yang dianggap tidak memiliki kejujuran dan
integritas diantaranya.
1. Komunikasi diantara tim audit
Salah satunya berdiskusi “ Bagaimana management dapat melakukan dan menutupi
pelaporan keuangan ?”
2. Pengajuan pertanyaan kepada managemen
Mengharuskan auditor untuk mengajukan pertanyaan spesifik tentang kecurangan
dalam setiap audit
3. Faktor risiko kecurangan
Mengharuskan auditor mengevaluasi faktor-faktor risiko kecurangan
mengindikasikan adanya insentif atau tekanan, kesempatan dan sikap untuk
berbuat kecurangan.
4. Prosedur analitis
Bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tidak bias atau tidak diharapkan
melibatkan akun-akun pendapatan yang terindikasi adanya kecurangan pelaporan
keuangan.
5. Informasi lainya
Mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dan serta Informasi
menilai risiko inheren dan risiko pengendalian yang membuat auditor
mengkhawatirkan adanya salah saji akibat kecurangan.
JENIS PENGUJIAN
Auditor memiliki lima jenis pengujian (testing) yang dapat digunakan untuk menentukan
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Pengujian tersebut meliputi:
1. Prosedur untuk Memperoleh Pemahaman atas Internal Control
Auditor harus memahami efektivitas aspek rancangan dan operasional dari
pengendalian intern. Lima jenis prosedur audit yang berhubungan dengan
pemahaman auditor terhadap pengendalian intern yaitu:
- Memperbaharui dan mengevaluasi pengalaman auditor terdahulu
- Meminta keterangan dari personil klien
- Membaca manual sistem dan kebijakan klien
- Menguji dokumen dan arsip
- Mengamati aktivitas dan operasional entitas
2. Analytical Procedures
Karena murah (biaya pelaksanaan analytical procedures relatif rendah)
banyak auditor melaksanakan prosedur analitik secara ekstensif pada semua
tahapan audit.