Anda di halaman 1dari 11

Materi 1 : agama Islam 3

Pengantar Fiqh Muamalah


Menurut Dr. Wahbah Zuhaili (dalam Fiqh Muamalah Perbankan syariah, Team
Counterpart Bank Muamalat Indonesia ,1999).

Fiqih muamalah merupakan salah satu dari bagian persoalan hukum Islam seperti
yang lainnya yaitu tentang hukum ibadah, hukum pidana, hukum peradilan, hukum
perdata, hukum jihad, hukum perang, hukum damai, hukum politik, hukum
penggunaan harta, dan hukum pemerintahan.

Semua bentuk persoalan tang dicantumkan dalam kitab fiqih adalah pertanyaan yang
dipertanyakan masyarakat atau persoalan yang muncul ditengah-tengah masyarakat.
Kemudian para ulama memberikan pendapatnya yang sesuai kaidah-kaidah yang
berlaku dan kemudian pendapat tersebut dibukukan berdasarkan hasil fatwa
fatwanya.

Secara bahasa ( etimologi ) Fiqih (‫ ) فقه‬berasal dari kata faqiha (‫ )فقه‬yang berarti
Paham dan muamalah berasal dari kata ’amila (‫ يعامل – معاملة‬-‫ ) عامل‬yang berarti
berbuat atau bertindak.

Muamalah adalah hubungan kepentingan antar sesama manusia (Hablun


minannas). Muamalah tersebut meliputi transaksi-transaksi kehartabendaan seperti
jual beli, perkawinan, dan hal-hal yang berhubungan dengannya, urusan
persengketaan ( gugatan, peradilan, dan sebaginya ) dan pembagian warisan.

Fiqih muamalah dalam pengertian kontemporer sudah mempunyai arti khusus dan
lebih sempit apabila dibandingkan dengan muamalah sebagai bagian dari
pengelompokan hukum Islam oleh ulama klasik (Ibadah dan muamalah). Fiqih
muamalah merupakan peraturan yang menyangkut hubungan kebendaan atau
yang biasa disebut dikalangan ahli hukum positif dengan nama hukum Private
(hal qanun al madani). Hukum private dalam pengertian tersebut tidak lain hanya
berisi pembicaraan tentang hak manusia dalam hubungannya satu sama lain, seperti
hak penjual untuk menerima uang dari pembeli dan pembeli menerima barang dari
penjual.

Dan menurut Dr. H. Hendi Suhendi, (dalam Fiqh Muamalah 2002, hal. 1 ).
Pengertian muamalah dapat dilihat dari dua segi, pertama dari segi bahasa dan kedua
dari segi istilah. Menurut bahasa, muamalah berasal dari kata :
(‫ يعامل – معاملة‬-‫ )عامل‬sama dengan wazan : (‫ )فاعل – يفاعل – مفاعلة‬, artinya saling
bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan.

Sedangkan menurut istilah pengertian muamalah dapat dibagi menjadi dua


macam, yaitu pengertian muamalah dalam arti luas dan pengertian muamalah
dalam arti sempit.

1
Materi 1 : agama Islam 3

Definisi muamalah dalam arti luas dijelaskan oleh para ahli sebagai berikut :

Al Dimyati berpendapat bahwa muamalah adalah :

”Menghasilkan duniawi, supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawi”.


Muhammad Yusuf Musa berpendapat bahwa muamalah adalah peraturan-peraturan
Allah yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga
kepentingan manusia”.

Muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur hubungan
manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan.

Dari pengertian dalam arti luas di atas, kiranya dapat diketahui bahwa muamalah
adalah aturan-aturan hukum Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya
dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial.

Sedangkan pengertian muamalah dalam arti sempit (khas) didefinisikan oleh


para ulama sebagai berikut :
1. Menurut Hudlari Byk.” Muamalah adalah semua akad yang membolehkan
manusia saling menukar manfaatnya”.
2. Menurut Idris Ahmad ”Muamalah adalah aturan aturan Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat
keperluan jasmaniyah dengan cara yang paling baik”.
3. Menurut Rasyid Ridha, muamalah adalah tukar menukar barang atau suatu yang
bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan.

Dari pandangan di atas, kiranya dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan fiqih
muamalah dalam arti sempit adalah aturan-aturan Allah yang wajib ditaati yang
mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kaitannya dengan cara
memperoleh dan mengembangkan harta benda.

Persamaan pengertian muamalah dalam arti sempit dan muamalah dalam arti
luas adalah sama-sama mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam
kaitannya dengan pemutaran harta.

FIQIH MUAMALAH
January 6th, 2009 by hadypradipta and tagged Fiqih Ekonomi

Fiqih Mumalah adalah pengetahuan tentang kegiatan atau transaksi yang


berdasarkan hukum-hukum syariat, mengenai perilaku manusia dalam
kehidupannya yang diperoleh dari dalil-dalil islam secara rinci.

Ruang lingkup fiqih muamalah adalh seluruh kegiatan muamalah manusia


berdasarkan hokum-hukum islam yang berupa peraturan-peraturan yang berisi
perintah atau larangan seperti wajib,sunnah,haram,makruh dan mubah.hokum-hukum
fiqih terdiri dari hokum-hukum yang menyangkut urusan ibadah dalam kaitannya

2
Materi 1 : agama Islam 3

dengan hubungan vertical antara manusia dengan Allah dan hubungan manusia
dengan manusia lainnya.

Ruang lingkup fiqih muamalah mencakup segala aspek kehidupan manusia, seperti
social,ekonomi,politik hokum dan sebagainya. Aspek ekonomi dalam kajian fiqih
sering disebut dalam bahasa arab dengan istilah iqtishady, yang artinya adalah suatu
cara bagaimana manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan membuat
pilihan di antara berbagai pemakaian atas alat pemuas kebutuhan yang ada, sehingga
kebutuhan manusia yang tidak terbatas dapat dipenuhi oleh alat pemuas kebutuhan
yang terbatas.

Sumber-sumber fiqih secara umum berasal dari dua sumber utama, yaitu dalil naqly
yang berupa Al-Quran dan Al-Hadits, dan dalil Aqly yang berupa akal (ijtihad).
Penerapan sumber fiqih islam ke dalam tiga sumber, yaitu Al-Quran, Al-Hadits,dan
ijtihad.

Al-Quran
Al-Quran adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dengan
bahasa arab yang memiliki tujuan kebaikan dan perbaikan manusia, yang berlaku di
dunia dan akhirat. Al-Quran merupakan referensi utama umat islam, termasuk di
dalamnya masalah hokum dan perundang-undangan.sebagai sumber hukum yang
utama,Al-Quran dijadikan patokan pertama oleh umat islam dalam menemukan dan
menarik hukum suatu perkara dalam kehidupan.

Al-Hadits
Al-Hadits adalah segala yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik berupa
perkataan,perbuatan,maupun ketetapan. Al-Hadits merupakan sumber fiqih kedua
setelah Al-Quran yang berlaku dan mengikat bagi umat islam.

Ijma’ dan Qiyas


Ijma’ adalah kesepakatan mujtahid terhadap suatu hukum syar’i dalam suatu masa
setelah wafatnya Rasulullah SAW. Suatu hukum syar’i agar bisa dikatakan sebagai
ijma’, maka penetapan kesepakatan tersebut harus dilakukan oleh semua mujtahid,
walau ada pendapat lain yang menyatakan bahwa ijma’ bisa dibentuk hanya dengan
kesepakatan mayoritas mujtahid saja. Sedangkan qiyas adalah kiat untuk menetapkan
hukum pada kasus baru yang tidak terdapat dalam nash (Al-Qur’an maupun Al-
Hadist), dengan cara menyamakan pada kasus baru yang sudah terdapat dalam nash.

PRINSIP DASAR FIQIH MUAMALAH

Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam setiap dimensi kehidupan
manusia, tak terkecuali dunia ekonomi. Sistem Islam ini berusaha
mendialektikkan nilai-nilai ekonomi dengan nilai akidah atau pun etika.
Artinya, kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia dibangun dengan dialektika
nilai materialisme dan spiritualisme.

Kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak hanya berbasis nilai materi, akan
tetapi terdapat sandaran transendental di dalamnya, sehingga akan bernilai

3
Materi 1 : agama Islam 3

ibadah. Selain itu, konsep dasar Islam dalam kegiatan muamalah (ekonomi) juga
sangat konsen terhadap nilai-nilai humanisme. Di antara kaidah dasar fiqh
muamalah adalah sebagai berikut :

 Hukum asal dalam muamalat adalah mubah


 Konsentrasi Fiqih Muamalah untuk mewujudkan kemaslahatan
 Menetapkan harga yang kompetitif
 Meninggalkan intervensi yang dilarang
 Menghindari eksploitasi
 Memberikan toleransi
 Tabligh, siddhiq, fathonah amanah sesuai sifat Rasulullah (kepemimpinan)

KAIDAH FIQIH DALAM TRANSAKSI EKONOMI (MUAMALAH)

Kegiatan ekonomi merupakan salah satu dari aspek muamalah dari sistem Islam,
sehingga kaidah fiqih yang digunakan dalam mengidentifikasi transaksi-transaksi
ekonomi juga menggunakan kaidah fiqih muamalah.

Kaidah fiqih muamalah adalah “al ashlu fil mua’malati al ibahah hatta yadullu ad
daliilu ala tahrimiha” (hukum asal dalam urusan muamalah adalah boleh,
kecuali ada dalil yang mengharamkannya). Ini berarti bahwa semua hal yang
berhubungan dengan muamalah yang tidak ada ketentuan baik larangan maupun
anjuran yang ada di dalam dalil Islam (Al-Qur’an maupun Al-Hadist), maka hal
tersebut adalah diperbolehkan dalam Islam.

Kaidah fiqih dalam muamalah di atas memberikan arti bahwa dalam kegiatan
muamalah yang notabene urusan ke-dunia-an, manusia diberikan kebebasan
sebebas-bebasnya untuk melakukan apa saja yang bisa memberikan manfaat
kepada dirinya sendiri, sesamanya dan lingkungannya, selama hal tersebut
tidak ada ketentuan yang melarangnya. Kaidah ini didasarkan pada Hadist
Rasulullah yang berbunyi: “antum a’alamu bi ‘umurid dunyakum” (kamu lebih tahu
atas urusan duniamu). Bahwa dalam urusan kehidupan dunia yang penuh
dengan perubahan atas ruang dan waktu, Islam memberikan kebebasan mutlak
kepada manusia untuk menentukan jalan hidupnya, tanpa memberikan aturan-
aturan kaku yang bersifat dogmatis. Hal ini memberikan dampak bahwa Islam
menjunjung tinggi asas kreativitas pada umatnya untuk bisa mengembangkan
potensinya dalam mengelola kehidupan ini, khususnya berkenaan dengan fungsi
manusia sebagai khalifatul-Llah fil ‘ardlh (wakil Allah di bumi).

Efek yang timbul dari kaidah fiqih muamalah di atas adalah adanya ruang lingkup
yang sangat luas dalam penetapan hukum-hukum muamalah, termasuk juga hukum
ekonomi. Ini berarti suatu transaksi baru yang muncul dalam fenomena kontemporer
yang dalam sejarah Islam belum ada/dikenal, maka transaksi tersebut “dianggap”
diperbolehkan, selama transaksi tersebut tidak melanggar prinsip-prinsip yang
dilarang dalam Islam. Sedangkan transaksi-transaksi yang dilarang dalam Islam
adalah transaksi yang disebabkan oleh faktor:

4
Materi 1 : agama Islam 3

 Haram zatnya
Di dalam Fiqih Muamalah, terdapat aturan yang jelas dan tegas mengenai obyek
transaksi yang diharamkan, seperti minuman keras, daging babi, dan sebagainya.
Oleh karena itu melakukan transaksi yang berhubungan dengan obyek yang
diharamkan tersebut juga diharamkan. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih: “ma
haruma fi’luhu haruma tholabuhu” (setiap apa yang diharamkan atas obyeknya,
maka diharamkan pula atas usaha dalam mendapatkannya). Kaidah ini juga
memberikan dampak bahwa setiap obyek haram yang didapatkan dengan cara yang
baik/halal, maka tidak akan merubah obyek haram tersebut menjadi halal.

 Haram selain zatnya


Beberapa transaksi yang dilarang dalam Islam yang disebabkan oleh cara
bertransaksi-nya yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip muamalah, yaitu: tadlis
(penipuan), ikhtikar (rekayasa pasar dalam supply), bai’ najasy (rekayasa pasar
dalam demand), taghrir (ketidakpastian), dan riba (tambahan).

 Tidak sah
Segala macam transaksi yang tidak sah/lengkap akadnya, maka transaksi itu
dilarang dalam Islam. Ketidaksah/lengkapan suatu transaksi bisa disebabkan oleh:
rukun (terdiri dari pelaku, objek, dan ijab kabul) dan syaratnya tidak terpenuhi,
terjadi ta’alluq (dua akad yang saling berkaitan), atau terjadi two in one (dua akad
sekaligus). Ta’alluq terjadi bila kita dihadapkan pada dua akad yang saling dikaitkan,
di mana berlakunya akad pertama tergantung pada akad kedua. Yang seperti ini,
terjadi bila suatu transaksi diwadahi oleh dua akad sekaligus sehingga terjadi
ketidakpastian (grarar) akad mana yang harus digunakan.maka transaksi ini dianggap
tidak sah.

KONSEP AQAD FIQIH EKONOMI (MUAMALAH)

Setiap kegiatan usaha yang dilakukan manusia pada hakekatnya adalah kumpulan
transaksi-transaksi ekonomi yang mengikuti suatu tatanan tertentu. Dalam Islam,
transaksi utama dalam kegiatan usaha adalah transaksi riil yang menyangkut
suatu obyek tertentu, baik obyek berupa barang ataupun jasa. kegiatan usaha
jasa yang timbul karena manusia menginginkan sesuatu yang tidak bisa atau tidak
mau dilakukannya sesuai dengan fitrahnya manusia harus berusaha mengadakan
kerjasama di antara mereka. Kerjasama dalam usaha yang sesuai dengan prinsip-
prinsip Syariah pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam :

 Bekerja sama dalam kegiatan usaha, dalam hal ini salah satu pihak dapat
menjadi pemberi pembiayaan dimana atas manfaat yang diperoleh yang timbul dari
pembiayaan tersebut dapat dilakukan bagi hasil. Kerjasama ini dapat berupa
pembiayaan usaha 100% melalui akad mudharaba maupun pembiayaan usaha
bersama melalui akad musyaraka.

 Kerjasama dalam perdagangan, di mana untuk meningkatkan perdagangan


dapat diberikan fasilitas-fasilitas tertentu dalam pembayaran maupun penyerahan

5
Materi 1 : agama Islam 3

obyek. Karena pihak yang mendapat fasilitas akan memperoleh manfaat, maka pihak
pemberi fasilitas berhak untuk mendapatjan bagi hasil (keuntungan) yang dapat
berbentuk harga yang berbeda dengan harga tunai.

 Kerja sama dalam penyewaan asset dimana obyek transaksi adalah manfaat
dari penggunaan asset.

Kegiatan hubungan manusia dengan manusia (muamalah) dalam bidang ekonomi


menurut Syariah harus memenuhi rukun dan syarat tertentu. Rukun adalah sesuatu
yang wajib ada dan menjadi dasar terjadinya sesuatu, yang secara bersama-sama
akan mengakibatkan keabsahan. Rukun transaksi ekonomi Syariah adalah:

1. Adanya pihak-pihak yang melakukan transaksi, misalnya penjual dan


pembeli, penyewa dan pemberi sewa, pemberi jasa dan penerima jasa.

2. Adanya barang (maal) atau jasa (amal) yang menjadi obyek transaksi.

3. Adanya kesepakatan bersama dalam bentuk kesepakatan menyerahkan


(ijab) bersama dengan kesepakatan menerima (kabul).

Disamping itu harus pula dipenuhi syarat atau segala sesuatu yang keberadaannya
menjadi pelengkap dari rukun yang bersangkutan. Contohnya syarat pihak yang
melakukan transaksi adalah cakap hukum, syarat obyek transaksi adalah spesifik atau
tertentu, jelas sifat-sifatnya, jelas ukurannya, bermanfaat dan jelas nilainya.

Obyek transaksi menurut Syariah dapat meliputi barang (maal) atau jasa, bahkan jasa
dapat juga termasuk jasa dari pemanfaatan binatang. Pada prinsipnya obyek
transaksi dapat dibedakan kedalam:

1. obyek yang sudah pasti (ayn), yaitu obyek yang sudah jelas keberadaannya
atau segera dapat diperoleh manfaatnya.

2. obyek yang masih merupakan kewajiban (dayn), yaitu obyek yang timbul
akibat suatu transaksi yang tidak tunai.

Secara garis besar aqad dalam fiqih muamalah adalah sebagai berikut :

1. aqad mudharaba
Ikatan atau aqad Mudharaba pada hakekatnya adalah ikatan penggabungan atau
pencampuran berupa hubungan kerjasama antara Pemilik Usaha dengan Pemilik
Harta

2. aqad musyarakah
Ikatan atau aqad Musyaraka pada hakekatnya adalah ikatan penggabungan atau
pencampuran antara para pihak yang bersama-sama menjadi Pemilik Usaha,

6
Materi 1 : agama Islam 3

3. aqad perdagangan
Aqad Fasilitas Perdagangan, perjanjian pertukaran yang bersifat keuangan atas suatu
transaksi jual-beli dimana salah satu pihak memberikan fasilitas penundaan
pembayaran atau penyerahan obyek sehingga pembayaran atau penyerahan tersebut
tidak dilakukan secara tunai atau seketika pada saat transaksi.

4. aqad ijarah
Aqad Ijara, adalah aqad pemberian hak untuk memanfaatkan Obyek melalui
penguasaan sementara atau peminjaman Obyek dgn Manfaat tertentu dengan
membayar imbalan kepada pemilik Obyek. Ijara mirip dengan leasing namun tidak
sepenuhnya sama dengan leasing, karena Ijara dilandasi adanya perpindahan manfaat
tetapi tidak terjadi perpindahan kepemilikan.

Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa :

Fiqih Muamalah merupakan ilmu yang mempelajari segala perilaku manusia


dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan memperoleh falah
(kedamaian dan kesejahteraan dunia akhirat) dan Perilaku manusia di sini
berkaitan dengan landasan-landasan syariah sebagai rujukan berperilaku dan
kecenderungan-kecenderungan dari fitrah manusia. Kedua hal tersebut
berinteraksi dengan porsinya masing-masing sehingga terbentuk sebuah mekanisme
ekonomi (muamalah) yang khas dengan dasar-dasar nilai ilahiyah.

Kewajiban Mempelajari Fikih Muamalah


(Fikih Ekonomi)
Ditulis oleh Agustianto

Islam adalah agama yang sempurna (komprehensif) yang mengatur seluruh


aspek kehidupan manusia, baik aqidah, ibadah, akhlak maupun muamalah.
Salah satu ajaran yang sangat penting adalah bidang muamalah/ iqtishadiyah
(Ekonomi Islam). Kitab-kitab Islam tentang muamalah (ekonomi Islam) sangat
banyak dan berlimpah, Jumlahnya lebih dari seribuan judul buku. Para ulama tidak
pernah mengabaikan kajian muamalah dalam kitab-kitab fikih mereka dan dalam
halaqah (pengajian-pengajian) keislaman mereka. Seluruh Kitab Fiqh membahas fiqh
ekonomi. Bahkan cukup banyak para ulama yang secara khusus membahas ekonomi
Islam, seperti kitab Al-Amwal oleh Abu Ubaid, Kitab Al-Kharaj karangan Abu
Yusuf, Al-Iktisab fi Rizqi al-Mustathab oleh Hasan Asy-Syaibani, Al-Hisbah
oleh Ibnu Taymiyah, dan banyak lagi yang tersebar di buku-buku Ibnu
Khaldun, Al-Maqrizi, Al-Ghazali, dan sebagainya.

Namun dalam waktu yang panjang, materi muamalah (ekonomi Islam) cenderung
diabaikan kaum muslimin, padahal ajaran muamalah bagian penting dari ajaran
Islam, akibatnya, terjadilah kajian Islam parsial (sepotong-sepotong). Padahal orang-
orang beriman diperintahkan untuk memasuki Islam secara kaffah (menyeluruh).

7
Materi 1 : agama Islam 3

”Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara menyeluruh
(kaffah) . Jangan ikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang
nyata bagimu. (QS.Al-Baqarah 208).

Akibat lainnya, ialah ummat Islam tertinggal dalam ekonomi dan banyak kaum
muslimin yang melanggar prinsip ekonomi Islam dalam mencari nafkah hidupnya,
seperti riba, maysir, gharar, haram, batil, dsb.

Ajaran muamalah adalah bagian paling penting (dharuriyat) dalam ajaran Islam.
Dalam kitab Al-Mu’amalah fil Islam, Dr. Abdul Sattar Fathullah Sa’id mengatakan :

Di antara unsur dharurat (masalah paling penting) dalam masyarakat manusia adalah
“Muamalah”, yang mengatur hubungan antara individu dan masyarakat dalam
kegaiatan ekonomi. Karena itu syariah ilahiyah datang untuk mengatur muamalah di
antara manusia dalam rangka mewujudkan tujuan syariah dan menjelaskan
hukumnya kepada mereka

Menurut ulama Abdul Sattar di atas, para ulama sepakat tentang mutlaknya ummat
Islam memahami dan mengetahui hukum muamalah maliyah (ekonomi syariah)

Ulama sepakat bahwa muamalat itu sendiri adalah masalah kemanusiaan yang maha
penting (dharuriyah basyariyah)

Fardhu ‘Ain.
Husein Shahhathah (Al-Ustaz Universitas Al-Azhar Cairo) dalam buku Al-Iltizam bi
Dhawabith asy-Syar’iyah fil Muamalat Maliyah (2002) mengatakan, “Fiqh
muamalah ekonomi, menduduki posisi yang sangat penting dalam Islam. Tidak ada
manusia yang tidak terlibat dalam aktivitas muamalah, karena itu hukum
mempelajarinya wajib ‘ain (fardhu) bagi setiap muslim.
Husein Shahhatah, selanjutnya menulis, “Dalam bidang muamalah maliyah ini,
seorang muslim berkewajiban memahami bagaimana ia bermuamalah sebagai
kepatuhan kepada syari’ah Allah. Jika ia tidak memahami muamalah maliyah ini,
maka ia akan terperosok kepada sesuatu yang diharamkan atau syubhat, tanpa ia
sadari. Seorang Muslim yang bertaqwa dan takut kepada Allah swt, Harus berupaya
keras menjadikan muamalahnya sebagai amal shaleh dan ikhlas untuk Allah semata”
Memahami/mengetahui hukum muamalah maliyah wajib bagi setiap muslim, namun
untuk menjadi expert (ahli) dalam bidang ini hukumnya fardhu kifayah

Oleh karena itu, Khalifah Umar bin Khattab berkeliling pasar dan berkata : “Tidak
boleh berjual-beli di pasar kita, kecuali orang yang benar-benar telah mengerti fiqh
(muamalah) dalam agama Islam” (H.R.Tarmizi)

Berdasarkan ucapan Umar di atas, maka dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa umat
Islam :
Tidak boleh beraktifitas bisnis, kecuali faham tentang fikih muamalah
Tidak boleh berdagang, kecuali faham fikih muamalah
Tidak boleh beraktivitas perbankan, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas asuransi, kecuali faham fiqh muamalah

8
Materi 1 : agama Islam 3

Tidak boleh beraktifitas pasar modal, kecuali faham fiqh muamalah


Tidak boleh beraktifitas koperasi, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas pegadaian, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas reksadana, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas bisnis MLM,kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas jual-beli, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh bergiatan ekonomi apapun, kecuali faham fiqh muamalah

Sehubungan dengan itulah Dr.Abdul Sattar menyimpulkan :

Artinya : Dari sini jelaslah bahwa “Muamalat” adalah inti terdalam dari tujuan
agama Islam untuk mewujudkan kemaslahatan kehidupan manusia. Karena itu para
Rasul terdahulu mengajak umat (berdakwah) untuk mengamalkan muamalah, karena
memandangnya sebagai ajaran agama yang mesti dilaksanakan, Tidak ada pilihan
bagi seseorang untuk tidak mengamalkannya.(Hlm.16)

Dalam konteks ini Allah berfirman :

‘Dan kepada penduduk Madyan, Kami utus saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata,
“Hai Kaumku sembahlah Allah, sekali-kali Tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan
Janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan. Sesungguhnya aku melihat kamu
dalam keadaan yang baik. Sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari
yang membinasakan (kiamat)”.
Dan Syu’aib berkata,”Hai kaumku sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan
adil. Janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah
kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. (Hud : 84,85)

Dua ayat di atas mengisahkan perdebatan kaum Nabi Syu’aib dengan umatnya yang
mengingkari agama yang dibawanya. Nabi Syu’aib mengajarkan I’tiqad dan iqtishad
(aqidah dan ekonomi). Nabi Syu’aib mengingatkan mereka tentang kekacauan
transaksi muamalah (ekonomi) yang mereka lakukan selama ini.
Al-Quran lebih lanjut mengisahkan ungkapan umatnya yang merasa keberatan diatur
transaksi ekonominya.

Mereka berkata, “Hai Syu’aib, apakah agamamu yang menyuruh kamu agar kamu
meninggalkan apa yang disembah oleh nenek moyangmu atau melarang kami
memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu
adalah orang-orang yang penyantun lagi cerdas”.

Ayat ini berisi dua peringatan penting, yaitu aqidah dan muamalah
 Ayat ini juga menjelaskan bahwa pencarian dan pengelolaan rezeki (harta) tidak
boleh sekehendak hati, melainkan mesti sesuai dengan kehendak dan tuntunan Allah,
yang disebut dengan syari’ah.

Aturan Allah tentang ekonomi disebut dengan ekonomi syariah. Umat manusia tidak
boleh sekehendak hati mengelola hartanya, tanpa aturan syari’ah. Syariah misalnya
secara tegas mengharamkan bunga bank. Semua ulama dunia yang ahli ekonomi

9
Materi 1 : agama Islam 3

Islam (para professor dan Doktor) telah ijma’ mengharamkan bunga bank. (Baca
tulisan Prof.Yusuf Qardhawi, Prof Umar Chapra, Prof.Ali Ash-Sjabuni, Prof
Muhammad Akram Khan). Tidak ada perbedaan pendapat pakar ekonomi Islam
tentang bunga bank. Untuk itulah lahir bank-bank Islam dan lembaga-lembaga
keuangan Islam lainnya. Jika banyak umat Islam yang belum faham tentang bank
syariah atau secara dangkal memandang bank Islam sama dengan bank konvensianal,
maka perlu edukasi pembelajaran atau pengajian muamalah, agar tak muncul salah
faham tentang syariah.

Muamalah adalah Sunnah Para Nabi


Berdasarkan ayat-ayat di atas, Syekh Abdul Sattar menyimpulkan bahwa hukum
muamalah adalah sunnah para Nabi sepanjang sejarah.

Artinya : Muamalah ini adalah sunnah yang terus-menerus dilaksanakan para Nabi
AS, (hlm.16), sebagaimana firman Allah

Artinya :
Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti yang
nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca keadilan supaya
manusia dapat menegakkan keadilan itu.
Pengertian Muamalah
Pengertian muamalah pada mulanya memiliki cakupan yang luas, sebagaimana
dirumuskan oleh Muhammad Yusuf Musa, yaitu Peraturan-peraturan Allah yang
harus diikuti dan dita’ati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan
manusia”. Namun belakangan ini pengertian muamalah lebih banyak dipahami
sebagai“Aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia
dalam memperoleh dan mengembangkan harta benda”atau lebih tepatnya “aturan
Islam tentang kegiatan ekonomi manusia”

Ruang Lingkup Muamalah


1. Harta, Hak Milik, Fungsi Uang dan ’Ukud )akad-akad)
2. Buyu’ (tentang jual beli)
3. Ar-Rahn (tentang pegadaian)
4. Hiwalah (pengalihan hutang)
5. Ash-Shulhu (perdamaian bisnis)
6. Adh-Dhaman (jaminan, asuransi)
7. Syirkah (tentang perkongsian)
8. Wakalah (tentang perwakilan)
9. Wadi’ah (tentang penitipan)
10. ‘Ariyah (tentang peminjaman)
11. Ghasab (perampasan harta orang lain dengan tidak shah)
12. Syuf’ah (hak diutamakan dalam syirkah atau sepadan tanah)
13. Mudharabah (syirkah modal dan tenaga)
14. Musaqat (syirkah dalam pengairan kebun)
15. Muzara’ah (kerjasama pertanian)
16. Kafalah (penjaminan)
17. Taflis (jatuh bangkrut)
18. Al-Hajru (batasan bertindak)

10
Materi 1 : agama Islam 3

19. Ji’alah (sayembara, pemberian fee)


20. Qaradh (pejaman)
21. Ba’i Murabahah
22. Bai’ Salam
23. Bai Istishna’
24. Ba’i Muajjal dan Ba’i Taqsith
25. Ba’i Sharf dan transaksi valas
26. ’Urbun (panjar/DP)
27. Ijarah (sewa-menyewa)
28. Riba, konsep uang dan kebijakan moneter
29. Shukuk (surat utang atau obligasi)
30. Faraidh (warisan)
31. Luqthah (barang tercecer)
32. Waqaf
33. Hibah
34. Washiat
35. Iqrar (pengakuan)
36. Qismul fa’i wal ghanimah (pembagian fa’i dan ghanimah)
37. َQism ash-Shadaqat (tentang pembagian zakat)
38. Ibrak (pembebasan hutang)
39. Muqasah (Discount)
40. Kharaj, Jizyah, Dharibah,Ushur
41. Baitul Mal dan Jihbiz
42. Kebijakan fiskal Islam
43. Prinsip dan perilaku konsumen
44. Prinsip dan perilaku produsen
45. Keadilan Distribusi
46. Perburuhan (hubungan buruh dan majikan, upah buruh)
47. Jual beli gharar, bai’ najasy, bai’ al-‘inah, Bai wafa, mu’athah, fudhuli, dll.
48. Ihtikar dan monopoli
49. Pasar modal Islami dan Reksadana
50. Asuransi Islam, Bank Islam, Pegadaian, MLM, dan lain-lain

Penulis adalah: Sekjend Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia dan Dosen Fikih
Muamalah Ekonomi Pascasarjana Universitas Indonesia

11

Anda mungkin juga menyukai