Fiqih muamalah merupakan salah satu dari bagian persoalan hukum Islam seperti
yang lainnya yaitu tentang hukum ibadah, hukum pidana, hukum peradilan, hukum
perdata, hukum jihad, hukum perang, hukum damai, hukum politik, hukum
penggunaan harta, dan hukum pemerintahan.
Semua bentuk persoalan tang dicantumkan dalam kitab fiqih adalah pertanyaan yang
dipertanyakan masyarakat atau persoalan yang muncul ditengah-tengah masyarakat.
Kemudian para ulama memberikan pendapatnya yang sesuai kaidah-kaidah yang
berlaku dan kemudian pendapat tersebut dibukukan berdasarkan hasil fatwa
fatwanya.
Secara bahasa ( etimologi ) Fiqih ( ) فقهberasal dari kata faqiha ( )فقهyang berarti
Paham dan muamalah berasal dari kata ’amila ( يعامل – معاملة- ) عاملyang berarti
berbuat atau bertindak.
Fiqih muamalah dalam pengertian kontemporer sudah mempunyai arti khusus dan
lebih sempit apabila dibandingkan dengan muamalah sebagai bagian dari
pengelompokan hukum Islam oleh ulama klasik (Ibadah dan muamalah). Fiqih
muamalah merupakan peraturan yang menyangkut hubungan kebendaan atau
yang biasa disebut dikalangan ahli hukum positif dengan nama hukum Private
(hal qanun al madani). Hukum private dalam pengertian tersebut tidak lain hanya
berisi pembicaraan tentang hak manusia dalam hubungannya satu sama lain, seperti
hak penjual untuk menerima uang dari pembeli dan pembeli menerima barang dari
penjual.
Dan menurut Dr. H. Hendi Suhendi, (dalam Fiqh Muamalah 2002, hal. 1 ).
Pengertian muamalah dapat dilihat dari dua segi, pertama dari segi bahasa dan kedua
dari segi istilah. Menurut bahasa, muamalah berasal dari kata :
( يعامل – معاملة- )عاملsama dengan wazan : ( )فاعل – يفاعل – مفاعلة, artinya saling
bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan.
1
Materi 1 : agama Islam 3
Definisi muamalah dalam arti luas dijelaskan oleh para ahli sebagai berikut :
Muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur hubungan
manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan.
Dari pengertian dalam arti luas di atas, kiranya dapat diketahui bahwa muamalah
adalah aturan-aturan hukum Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya
dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial.
Dari pandangan di atas, kiranya dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan fiqih
muamalah dalam arti sempit adalah aturan-aturan Allah yang wajib ditaati yang
mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kaitannya dengan cara
memperoleh dan mengembangkan harta benda.
Persamaan pengertian muamalah dalam arti sempit dan muamalah dalam arti
luas adalah sama-sama mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam
kaitannya dengan pemutaran harta.
FIQIH MUAMALAH
January 6th, 2009 by hadypradipta and tagged Fiqih Ekonomi
2
Materi 1 : agama Islam 3
dengan hubungan vertical antara manusia dengan Allah dan hubungan manusia
dengan manusia lainnya.
Ruang lingkup fiqih muamalah mencakup segala aspek kehidupan manusia, seperti
social,ekonomi,politik hokum dan sebagainya. Aspek ekonomi dalam kajian fiqih
sering disebut dalam bahasa arab dengan istilah iqtishady, yang artinya adalah suatu
cara bagaimana manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan membuat
pilihan di antara berbagai pemakaian atas alat pemuas kebutuhan yang ada, sehingga
kebutuhan manusia yang tidak terbatas dapat dipenuhi oleh alat pemuas kebutuhan
yang terbatas.
Sumber-sumber fiqih secara umum berasal dari dua sumber utama, yaitu dalil naqly
yang berupa Al-Quran dan Al-Hadits, dan dalil Aqly yang berupa akal (ijtihad).
Penerapan sumber fiqih islam ke dalam tiga sumber, yaitu Al-Quran, Al-Hadits,dan
ijtihad.
Al-Quran
Al-Quran adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dengan
bahasa arab yang memiliki tujuan kebaikan dan perbaikan manusia, yang berlaku di
dunia dan akhirat. Al-Quran merupakan referensi utama umat islam, termasuk di
dalamnya masalah hokum dan perundang-undangan.sebagai sumber hukum yang
utama,Al-Quran dijadikan patokan pertama oleh umat islam dalam menemukan dan
menarik hukum suatu perkara dalam kehidupan.
Al-Hadits
Al-Hadits adalah segala yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik berupa
perkataan,perbuatan,maupun ketetapan. Al-Hadits merupakan sumber fiqih kedua
setelah Al-Quran yang berlaku dan mengikat bagi umat islam.
Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam setiap dimensi kehidupan
manusia, tak terkecuali dunia ekonomi. Sistem Islam ini berusaha
mendialektikkan nilai-nilai ekonomi dengan nilai akidah atau pun etika.
Artinya, kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia dibangun dengan dialektika
nilai materialisme dan spiritualisme.
Kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak hanya berbasis nilai materi, akan
tetapi terdapat sandaran transendental di dalamnya, sehingga akan bernilai
3
Materi 1 : agama Islam 3
ibadah. Selain itu, konsep dasar Islam dalam kegiatan muamalah (ekonomi) juga
sangat konsen terhadap nilai-nilai humanisme. Di antara kaidah dasar fiqh
muamalah adalah sebagai berikut :
Kegiatan ekonomi merupakan salah satu dari aspek muamalah dari sistem Islam,
sehingga kaidah fiqih yang digunakan dalam mengidentifikasi transaksi-transaksi
ekonomi juga menggunakan kaidah fiqih muamalah.
Kaidah fiqih muamalah adalah “al ashlu fil mua’malati al ibahah hatta yadullu ad
daliilu ala tahrimiha” (hukum asal dalam urusan muamalah adalah boleh,
kecuali ada dalil yang mengharamkannya). Ini berarti bahwa semua hal yang
berhubungan dengan muamalah yang tidak ada ketentuan baik larangan maupun
anjuran yang ada di dalam dalil Islam (Al-Qur’an maupun Al-Hadist), maka hal
tersebut adalah diperbolehkan dalam Islam.
Kaidah fiqih dalam muamalah di atas memberikan arti bahwa dalam kegiatan
muamalah yang notabene urusan ke-dunia-an, manusia diberikan kebebasan
sebebas-bebasnya untuk melakukan apa saja yang bisa memberikan manfaat
kepada dirinya sendiri, sesamanya dan lingkungannya, selama hal tersebut
tidak ada ketentuan yang melarangnya. Kaidah ini didasarkan pada Hadist
Rasulullah yang berbunyi: “antum a’alamu bi ‘umurid dunyakum” (kamu lebih tahu
atas urusan duniamu). Bahwa dalam urusan kehidupan dunia yang penuh
dengan perubahan atas ruang dan waktu, Islam memberikan kebebasan mutlak
kepada manusia untuk menentukan jalan hidupnya, tanpa memberikan aturan-
aturan kaku yang bersifat dogmatis. Hal ini memberikan dampak bahwa Islam
menjunjung tinggi asas kreativitas pada umatnya untuk bisa mengembangkan
potensinya dalam mengelola kehidupan ini, khususnya berkenaan dengan fungsi
manusia sebagai khalifatul-Llah fil ‘ardlh (wakil Allah di bumi).
Efek yang timbul dari kaidah fiqih muamalah di atas adalah adanya ruang lingkup
yang sangat luas dalam penetapan hukum-hukum muamalah, termasuk juga hukum
ekonomi. Ini berarti suatu transaksi baru yang muncul dalam fenomena kontemporer
yang dalam sejarah Islam belum ada/dikenal, maka transaksi tersebut “dianggap”
diperbolehkan, selama transaksi tersebut tidak melanggar prinsip-prinsip yang
dilarang dalam Islam. Sedangkan transaksi-transaksi yang dilarang dalam Islam
adalah transaksi yang disebabkan oleh faktor:
4
Materi 1 : agama Islam 3
Haram zatnya
Di dalam Fiqih Muamalah, terdapat aturan yang jelas dan tegas mengenai obyek
transaksi yang diharamkan, seperti minuman keras, daging babi, dan sebagainya.
Oleh karena itu melakukan transaksi yang berhubungan dengan obyek yang
diharamkan tersebut juga diharamkan. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih: “ma
haruma fi’luhu haruma tholabuhu” (setiap apa yang diharamkan atas obyeknya,
maka diharamkan pula atas usaha dalam mendapatkannya). Kaidah ini juga
memberikan dampak bahwa setiap obyek haram yang didapatkan dengan cara yang
baik/halal, maka tidak akan merubah obyek haram tersebut menjadi halal.
Tidak sah
Segala macam transaksi yang tidak sah/lengkap akadnya, maka transaksi itu
dilarang dalam Islam. Ketidaksah/lengkapan suatu transaksi bisa disebabkan oleh:
rukun (terdiri dari pelaku, objek, dan ijab kabul) dan syaratnya tidak terpenuhi,
terjadi ta’alluq (dua akad yang saling berkaitan), atau terjadi two in one (dua akad
sekaligus). Ta’alluq terjadi bila kita dihadapkan pada dua akad yang saling dikaitkan,
di mana berlakunya akad pertama tergantung pada akad kedua. Yang seperti ini,
terjadi bila suatu transaksi diwadahi oleh dua akad sekaligus sehingga terjadi
ketidakpastian (grarar) akad mana yang harus digunakan.maka transaksi ini dianggap
tidak sah.
Setiap kegiatan usaha yang dilakukan manusia pada hakekatnya adalah kumpulan
transaksi-transaksi ekonomi yang mengikuti suatu tatanan tertentu. Dalam Islam,
transaksi utama dalam kegiatan usaha adalah transaksi riil yang menyangkut
suatu obyek tertentu, baik obyek berupa barang ataupun jasa. kegiatan usaha
jasa yang timbul karena manusia menginginkan sesuatu yang tidak bisa atau tidak
mau dilakukannya sesuai dengan fitrahnya manusia harus berusaha mengadakan
kerjasama di antara mereka. Kerjasama dalam usaha yang sesuai dengan prinsip-
prinsip Syariah pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam :
Bekerja sama dalam kegiatan usaha, dalam hal ini salah satu pihak dapat
menjadi pemberi pembiayaan dimana atas manfaat yang diperoleh yang timbul dari
pembiayaan tersebut dapat dilakukan bagi hasil. Kerjasama ini dapat berupa
pembiayaan usaha 100% melalui akad mudharaba maupun pembiayaan usaha
bersama melalui akad musyaraka.
5
Materi 1 : agama Islam 3
obyek. Karena pihak yang mendapat fasilitas akan memperoleh manfaat, maka pihak
pemberi fasilitas berhak untuk mendapatjan bagi hasil (keuntungan) yang dapat
berbentuk harga yang berbeda dengan harga tunai.
Kerja sama dalam penyewaan asset dimana obyek transaksi adalah manfaat
dari penggunaan asset.
2. Adanya barang (maal) atau jasa (amal) yang menjadi obyek transaksi.
Disamping itu harus pula dipenuhi syarat atau segala sesuatu yang keberadaannya
menjadi pelengkap dari rukun yang bersangkutan. Contohnya syarat pihak yang
melakukan transaksi adalah cakap hukum, syarat obyek transaksi adalah spesifik atau
tertentu, jelas sifat-sifatnya, jelas ukurannya, bermanfaat dan jelas nilainya.
Obyek transaksi menurut Syariah dapat meliputi barang (maal) atau jasa, bahkan jasa
dapat juga termasuk jasa dari pemanfaatan binatang. Pada prinsipnya obyek
transaksi dapat dibedakan kedalam:
1. obyek yang sudah pasti (ayn), yaitu obyek yang sudah jelas keberadaannya
atau segera dapat diperoleh manfaatnya.
2. obyek yang masih merupakan kewajiban (dayn), yaitu obyek yang timbul
akibat suatu transaksi yang tidak tunai.
Secara garis besar aqad dalam fiqih muamalah adalah sebagai berikut :
1. aqad mudharaba
Ikatan atau aqad Mudharaba pada hakekatnya adalah ikatan penggabungan atau
pencampuran berupa hubungan kerjasama antara Pemilik Usaha dengan Pemilik
Harta
2. aqad musyarakah
Ikatan atau aqad Musyaraka pada hakekatnya adalah ikatan penggabungan atau
pencampuran antara para pihak yang bersama-sama menjadi Pemilik Usaha,
6
Materi 1 : agama Islam 3
3. aqad perdagangan
Aqad Fasilitas Perdagangan, perjanjian pertukaran yang bersifat keuangan atas suatu
transaksi jual-beli dimana salah satu pihak memberikan fasilitas penundaan
pembayaran atau penyerahan obyek sehingga pembayaran atau penyerahan tersebut
tidak dilakukan secara tunai atau seketika pada saat transaksi.
4. aqad ijarah
Aqad Ijara, adalah aqad pemberian hak untuk memanfaatkan Obyek melalui
penguasaan sementara atau peminjaman Obyek dgn Manfaat tertentu dengan
membayar imbalan kepada pemilik Obyek. Ijara mirip dengan leasing namun tidak
sepenuhnya sama dengan leasing, karena Ijara dilandasi adanya perpindahan manfaat
tetapi tidak terjadi perpindahan kepemilikan.
Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa :
Namun dalam waktu yang panjang, materi muamalah (ekonomi Islam) cenderung
diabaikan kaum muslimin, padahal ajaran muamalah bagian penting dari ajaran
Islam, akibatnya, terjadilah kajian Islam parsial (sepotong-sepotong). Padahal orang-
orang beriman diperintahkan untuk memasuki Islam secara kaffah (menyeluruh).
7
Materi 1 : agama Islam 3
”Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara menyeluruh
(kaffah) . Jangan ikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang
nyata bagimu. (QS.Al-Baqarah 208).
Akibat lainnya, ialah ummat Islam tertinggal dalam ekonomi dan banyak kaum
muslimin yang melanggar prinsip ekonomi Islam dalam mencari nafkah hidupnya,
seperti riba, maysir, gharar, haram, batil, dsb.
Ajaran muamalah adalah bagian paling penting (dharuriyat) dalam ajaran Islam.
Dalam kitab Al-Mu’amalah fil Islam, Dr. Abdul Sattar Fathullah Sa’id mengatakan :
Di antara unsur dharurat (masalah paling penting) dalam masyarakat manusia adalah
“Muamalah”, yang mengatur hubungan antara individu dan masyarakat dalam
kegaiatan ekonomi. Karena itu syariah ilahiyah datang untuk mengatur muamalah di
antara manusia dalam rangka mewujudkan tujuan syariah dan menjelaskan
hukumnya kepada mereka
Menurut ulama Abdul Sattar di atas, para ulama sepakat tentang mutlaknya ummat
Islam memahami dan mengetahui hukum muamalah maliyah (ekonomi syariah)
Ulama sepakat bahwa muamalat itu sendiri adalah masalah kemanusiaan yang maha
penting (dharuriyah basyariyah)
Fardhu ‘Ain.
Husein Shahhathah (Al-Ustaz Universitas Al-Azhar Cairo) dalam buku Al-Iltizam bi
Dhawabith asy-Syar’iyah fil Muamalat Maliyah (2002) mengatakan, “Fiqh
muamalah ekonomi, menduduki posisi yang sangat penting dalam Islam. Tidak ada
manusia yang tidak terlibat dalam aktivitas muamalah, karena itu hukum
mempelajarinya wajib ‘ain (fardhu) bagi setiap muslim.
Husein Shahhatah, selanjutnya menulis, “Dalam bidang muamalah maliyah ini,
seorang muslim berkewajiban memahami bagaimana ia bermuamalah sebagai
kepatuhan kepada syari’ah Allah. Jika ia tidak memahami muamalah maliyah ini,
maka ia akan terperosok kepada sesuatu yang diharamkan atau syubhat, tanpa ia
sadari. Seorang Muslim yang bertaqwa dan takut kepada Allah swt, Harus berupaya
keras menjadikan muamalahnya sebagai amal shaleh dan ikhlas untuk Allah semata”
Memahami/mengetahui hukum muamalah maliyah wajib bagi setiap muslim, namun
untuk menjadi expert (ahli) dalam bidang ini hukumnya fardhu kifayah
Oleh karena itu, Khalifah Umar bin Khattab berkeliling pasar dan berkata : “Tidak
boleh berjual-beli di pasar kita, kecuali orang yang benar-benar telah mengerti fiqh
(muamalah) dalam agama Islam” (H.R.Tarmizi)
Berdasarkan ucapan Umar di atas, maka dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa umat
Islam :
Tidak boleh beraktifitas bisnis, kecuali faham tentang fikih muamalah
Tidak boleh berdagang, kecuali faham fikih muamalah
Tidak boleh beraktivitas perbankan, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas asuransi, kecuali faham fiqh muamalah
8
Materi 1 : agama Islam 3
Artinya : Dari sini jelaslah bahwa “Muamalat” adalah inti terdalam dari tujuan
agama Islam untuk mewujudkan kemaslahatan kehidupan manusia. Karena itu para
Rasul terdahulu mengajak umat (berdakwah) untuk mengamalkan muamalah, karena
memandangnya sebagai ajaran agama yang mesti dilaksanakan, Tidak ada pilihan
bagi seseorang untuk tidak mengamalkannya.(Hlm.16)
‘Dan kepada penduduk Madyan, Kami utus saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata,
“Hai Kaumku sembahlah Allah, sekali-kali Tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan
Janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan. Sesungguhnya aku melihat kamu
dalam keadaan yang baik. Sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari
yang membinasakan (kiamat)”.
Dan Syu’aib berkata,”Hai kaumku sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan
adil. Janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah
kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. (Hud : 84,85)
Dua ayat di atas mengisahkan perdebatan kaum Nabi Syu’aib dengan umatnya yang
mengingkari agama yang dibawanya. Nabi Syu’aib mengajarkan I’tiqad dan iqtishad
(aqidah dan ekonomi). Nabi Syu’aib mengingatkan mereka tentang kekacauan
transaksi muamalah (ekonomi) yang mereka lakukan selama ini.
Al-Quran lebih lanjut mengisahkan ungkapan umatnya yang merasa keberatan diatur
transaksi ekonominya.
Mereka berkata, “Hai Syu’aib, apakah agamamu yang menyuruh kamu agar kamu
meninggalkan apa yang disembah oleh nenek moyangmu atau melarang kami
memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu
adalah orang-orang yang penyantun lagi cerdas”.
Ayat ini berisi dua peringatan penting, yaitu aqidah dan muamalah
Ayat ini juga menjelaskan bahwa pencarian dan pengelolaan rezeki (harta) tidak
boleh sekehendak hati, melainkan mesti sesuai dengan kehendak dan tuntunan Allah,
yang disebut dengan syari’ah.
Aturan Allah tentang ekonomi disebut dengan ekonomi syariah. Umat manusia tidak
boleh sekehendak hati mengelola hartanya, tanpa aturan syari’ah. Syariah misalnya
secara tegas mengharamkan bunga bank. Semua ulama dunia yang ahli ekonomi
9
Materi 1 : agama Islam 3
Islam (para professor dan Doktor) telah ijma’ mengharamkan bunga bank. (Baca
tulisan Prof.Yusuf Qardhawi, Prof Umar Chapra, Prof.Ali Ash-Sjabuni, Prof
Muhammad Akram Khan). Tidak ada perbedaan pendapat pakar ekonomi Islam
tentang bunga bank. Untuk itulah lahir bank-bank Islam dan lembaga-lembaga
keuangan Islam lainnya. Jika banyak umat Islam yang belum faham tentang bank
syariah atau secara dangkal memandang bank Islam sama dengan bank konvensianal,
maka perlu edukasi pembelajaran atau pengajian muamalah, agar tak muncul salah
faham tentang syariah.
Artinya : Muamalah ini adalah sunnah yang terus-menerus dilaksanakan para Nabi
AS, (hlm.16), sebagaimana firman Allah
Artinya :
Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti yang
nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca keadilan supaya
manusia dapat menegakkan keadilan itu.
Pengertian Muamalah
Pengertian muamalah pada mulanya memiliki cakupan yang luas, sebagaimana
dirumuskan oleh Muhammad Yusuf Musa, yaitu Peraturan-peraturan Allah yang
harus diikuti dan dita’ati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan
manusia”. Namun belakangan ini pengertian muamalah lebih banyak dipahami
sebagai“Aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia
dalam memperoleh dan mengembangkan harta benda”atau lebih tepatnya “aturan
Islam tentang kegiatan ekonomi manusia”
10
Materi 1 : agama Islam 3
Penulis adalah: Sekjend Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia dan Dosen Fikih
Muamalah Ekonomi Pascasarjana Universitas Indonesia
11