Anda di halaman 1dari 13

TRANSAKSI IJARAH

Dosen Pengampu :

Lucky Nugroho, SE, MM, M.Ak

Disusun Oleh :

Jery. (33217010002)

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI D3

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
KATA PENGANTAR............................................................................................................3
BAB 1 Pendahuluan..............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
BAB II Isi...............................................................................................................................5
2.1 Transaksi Ijarah.................................................................................................................5
2.1.1 Pengertian Transaksi Ijarah................................................................................5
2.1.2 Dasar Hukum Ijarah...........................................................................................6
2.1.3 Fatwa DSN-MUI Tentang Pembiayaan Ijarah...................................................6
2.2 Perbedaan Transaksi Ijarah dan IMBT..............................................................................8
2.3 Skema Akad Ijarah............................................................................................................9
2.4 Penjurnalan Transaksi IMBT.............................................................................................11
BAB III Penutup....................................................................................................................13
Kesimpulan..............................................................................................................................13
Daftar Pustaka.........................................................................................................................14

2
Kata Pengantar
Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT., karena atas
limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok ini tepat pada waktunya.
Saya diberikan tugas untuk membuat makalah dengan judul “ TRANSAKSI IJARAH

Banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi dalam membuat tugas ini tetapi
dengan semangat, kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak yang membantu
terutama kepada dosen pengampu Bahasa Indonesia Bapak Lucky Nugroho, SE, MM, M.Ak
saya ucapkan terima kasih, sehingga saya mampu menyelesaikan makalah ini.
saya menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu
saya menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan makalah saya.

BAB I
PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang
Ijarah merupakan menjual manfaat yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain
dengan menggunakan ketentuan syari’at islam. Kegiatan ijarah ini tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan kita sehari-hari baik dilingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar kita. Oleh
sebab itu kita harus mengetahui apa pengertian dari ijarah yang sebenarnya, rukun dan syarat
ijarah, dasar hukum ijarah, manfaat ijarah dan lain sebagainya mengenai ijarah. Karena
begitu pentingnya masalah tersebut maka permasalahan ini akan dijelaskan dalam
pembahasan makalah ini.
Ijarah berarti sewa,jasa atau imbalan,yaitu akad yang dilakukan atas dasar suatu manfaat
dengan imbalan jasa. Menurut sayyid Sabiq,Ijarah adalah suatu jenis akad yang mengambil
manfaat dengan jalan penggantian.
Dengan demikian pada hakikatnya Ijarah adalah penjualan manfaat yaitu pemindahan hak
guna (manfaat) atas suatu/upah tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu
sendiri.akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan tetapi hanya perpindahan hak guna saja
dari yang menyewakan kepada penyewa.
Dalam hukum islam ada dua jenis ijarah,yaitu :
a. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa,yaitu memperkerjakan pekerja seseorang dengan
upah sebagai imbalan jasa yang disewa.Pihak yang memperkerjakan disebut musta’jir,pihak
pekerja disebut ajir dan upah yang dibayar disebut ujrah.
b. Ijarah yang berhubungan dengan sewa asset atau property,yaitu memindahkan hak untuk
memakai dari asset atau property tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya
sewa.Bentuk Ijarah ini sama dengan Leasing(sewa) pada bisnis konvensional. pihak yang
menyewa (less)e

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Transaksi Ijarah
2. Perbedaan Akad Ijarah dan IMBT
3. Penjurnalan Transaksi IMBT

BAB II
ISI
2.1 Transaksi Ijarah
4
2.1.1 Pengertian Transaksi Ijarah
Menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunah, al ijarah berasal dari kata al-ajru (upah)
yang berarti al-iwadh (ganti/kompensasi). Menurut pengertian syara’ ijarah berarti akad
pemindahan hak guna dari barang atau jasa yang diikuti dengan pembayaran upah atau biaya
sewa tanpa disertai dengan perpindahan hak milik.
Ulama hanafiyah berpendapat ijarah adalah akad atau suatu kemanfaatan dengan
pengganti. Sedangkan ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa ijarah adalah akad atas suatu
kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan mubah, serta menerima pengganti atau
kebolehan dengan pengganti tertentu. Adapun ulama Malikiyyah dan Hanabilah menyatakan
bahwa ijarah adalah menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu
dengan pengganti.
Menurut fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Ijarah,
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
barang itu sendiri. Dengan demikian akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi
hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan pada penyewa.
Definisi fiqh Al-ijarah disebut pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau
jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik pengertian bahwa Ijarah adalah suatu
jenis perikatan atau perjanjian yang bertujuan mengambil manfaat suatu benda yang diterima
dari orang lain dengan jalan membayar upah sesuai dengan perjanjian dan kerelaan kedua
belah pihak dengan rukun dan syarat yang telah ditentukan.
Dengan demikian Ijarah itu adalah suatu bentuk muamalah yang melibatkan dua belah
pihak, yaitu penyewa sebagai orang yang memberikan barang yang dapat dimanfaatkan
kepada si penyewa untuk diambil manfaatnya dengan penggantian atau tukaran yang telah
ditentukan oleh syara’ tanpa diakhiri dengan kepemilikan. Ada dua jenis Ijarah dalam hukum
islam :
a. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang
dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa.
b. Ijarah yang berhubungan dengan sewa asset atau properti, yaitu memindahkan hak
untuk memakai dari asset tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa.

2.1.2 Landasan Hukum


Ijarah Dasar hukum atau landasan hukum ijarah adalah Al-Qur’an, Al-Hadits, dan
Ijma’. Dasar hukum ijarah dari Al-Qur’an adalah Surat At-Thalaq: 6 dan Al-Qashash: 26.

5
a. Al-Qur’an
1) At-Thalaq: 6
2) Al-Qashash: 26
b. Al-Hadits
1) Hadis Riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar
2) Hadis riwayat Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al Khuduri
3) Hadis riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Nasaiy dari Sa’d bin Abi Waqas
c. Ijma’

2.1.3 Fatwa DSN-MUI Tentang Pembiayaan Ijarah


Ketentuan objek ijarah dan kewajiban Lembaga Keuangan Syariah dan nasabah dalam
pembiayaan ijarah di dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 9/DSN-MUI/2000, tentang
pembiayaan ijarah, yaitu :
1. Pertama: Rukun dan Syarat Ijarah :
1) Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak
yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk lain.
2) Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa dan
penyewa/pengguna jasa.
3) Objek akad ijarah yaitu :
a. Manfaat barang dan sewa, atau
b. Manfaat jasa atau upah
2. Kedua: Ketentuan Objek Ijarah :
1) Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau jasa.
2) Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam
kontrak.
3) Manfaat barang atau jasa harus bersifat dibolehkan (tidak diharamkan).
4) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah.
5) Manfaat barang atau jasa harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk
menghilangkan jahalah (ketidakjelasan) yang akan mengakibatkan sengketa.
6) Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya.
Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.
7) Sewa atau upah harus disepakati dalam akad dan wajib dibayar oleh
penyewa/pengguna jasa kepada pemberi sewa/pemberi jasa (LKS) sebagai

6
pembayaran manfaat atau jasa. Sesuatu yang dapat 16 dijadikan harga
(tsaman) dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah dalam ijarah.
8) Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis
yang sama dengan objek kontrak.
9) Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan
dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.
3. Ketiga: Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah
1) Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa :
a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan.
b. Menanggung biaya pemeliharaan barang.
c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.
2) Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa :
a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga
keutuhan barang serta menggunakannya sesuai akad (kontrak).
b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak
materiil).
c. Jika barang yang dirusak. Bukan karena pelanggaran dari penggunaan
yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat
dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.
4. Keempat: jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan diantara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan
Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

2.2 Perbedaan Transaksi Ijarah dan IMBT


Ijarah Muntahiya Bittamblik (IMBT) adalah perjanjian diantara lessor dan lessee atas
barang yang disewakan atau akad sewa menyewa yang berakhir dengan kepemilikan. Istilah
ini disusun dari dua kata yaitu :
a. At-tajiir / al-ijarah (sewa)
b. At-tamliik (Kepemilikan)

7
Banyak orang yang menyamakan ijarah dengan leasing. Hal ini terjadi karena kedua
istilah tersebut sama-sama mengacu pada sewa menyewa. Kita akan membahas perbedaan
dan persamaanantara ijarah dan leasing.
1. Dari segi objeknya.
Bila dilihat dari segi objek yang disewakan, leasing hanya berlaku untuk sewa menyewa
barang saja. Sedangkan dalam ijarah objek yang disewakan bisa berupa barang dan
jasa/tenaga kerja.
2. Dari segi metode pembayaran.
Bila dilihat dari segi metode pembayarannya, leasing hanya memiliki satu metode
pembayaran yaitu, pembayaran sewa pada leasing tidak bergantung kepada kinerja objek
yang disewakan. Contohnya: Ahmad menyewa mobil X pada Toyota Rent A Car untuk dua
hari dengan tarif 1.000.000/hari. Dengan mobil tersebut Ahmad berencana pergi ke Bandung.
Bila ternyata Ahmad tidak pergi ke Bandung, tetapi hanya ke Bogor Ahmad tetap harus
membayar sewa mobil tersebut seharga 1.000.000/hari. Dengan demikian, penentuan harga
sewa pada kasus diatas tergantung pada lamanyawaktu sewa, bukan apakah mobil tersebut
dapat mengantarkan kita ke Bandung atau tidak.[13]
· Dari segi metode pembayarannya ijarah, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah
yang pembayarannya tergantung kepada kinerja objek yang disewanyadan ijarah yang
pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objeknya. Contoh ijarah yang pembayarannya
tergantung pada kinerja objek yang disewakan adalah: Adi ingin ke Bandung bersama
keluarganya. Karena tidak ingin mengemudikan mobilnya sendiri,ia menghubungi
perusahaan travel. Kepada perusahaan travel, Ahmad mengatakan, “Tolong antarkan saya
beserta keluarga ke Bandung dengan mobil perusahaan Anda. Jika Anda bisa mengantarkan
kami ke Bandung anda akan kami bayar 500.000. Contoh untuk ijarah yang pembayarannya
tidak tidak tergantung pada kinerja objeknya sama seperti contoh Ahmad diatas.
3. Dari segi perpindahan kepemilikan.
Dalam leasing ada dua jenis perpindahan kepemilikan, yaitu: operating lease dan
financial lease. Dalam operating lease, tidak terjadi perpindahan kepemilikan aset, baik
diawal maupun diakhir. Sedangkan financial lease diakhir periode sewa si penyewa diberikan
pilihan untuk membeli atau tidak membeli barang yang disewa tersebut. Dalam perbankan
syari’ah dikenal dengan ijarah muntahia bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahannya
kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.Karena itu dalam
ijarah muntahia bittamlik, pihak yang menyewakan berjanji diawal periode kepada pihak

8
penyewa, apakah akan menjual barang tersebut atau akan menghibahkannya. Dengan
demikian, ada dua jenis ijarah muntahia bittamlik:
a. Ijarah muntahia bittamlik dengan janji menghibahkan barang diakhir periode
sewa.
b. Ijarah muntahia bittamlik dengan janji menjual barang pada akhir periode
sewa.

2.3 Skema Akad Ijarah

Keterangan:
1. Nasabah mendatangi bank syariah memohon pembiayaan penyewaan sebuah rumah selama
setahun, secara cicilian (bulanan) dan mereka negosiasi tentang harga.
2. Bank menyewa rumah tersebut Rp 10 juta setahun dibayarcash di muka.
3. Bank selanjutnya menyewakan rumah itu secara cicilan per bulan Rp 1 juta dengan akad
ijarah (Di sini dilaksanakan pengikatan/kontrak).
4. Rumah dimanfaatkan (digunakan) oleh nasabah.
5. Nasabah mencicil biaya sewa setiap bulan kepada bank.

9
Keterangan:
1. Nasabah (B) mengajukan permohonan pembiayaan secara tertulis kepada Bank (A) terhadap
obyek yang dimiliki supplier (C).
2. Membuat akad IMBT antara Bank dan nasabah terhadap obyek sewa.
3. Bank membeli obyek sewa dari Supplier (C)
4. Bank mencatat obyek sewa dalam aktiva ijarah.
5. Bank menyewakan obyek sewa kepada nasabah.
6. Nasabah membayar uang sewa kepada Bank.
7. Pembayaran sewa dilakukan sesuai jangka waktu pembiayaan.
8. Periode pembayaran sewa dilakukan sampai nilai buku obyek sewa adalah nol.
9. Pada saat harga buku obyek sewa = nol, obyek sewa dihibahkan kepada nasabah.
10. Bank dan nasabah menandatangani akad hibah obyek sewa dari Bank kepada nasabah.
2.4 Penjurnalan Transaksi IMBT
Penjurnalan transaksi IMBT pada dasarnya sama dengan penjurnalan pada transaksi
ijarah. Perbedaan mendasar hanya terdapat pada konsep perhitungan penyusutan yang tidak
dikaitkan dengan umur ekonomis, melainkan dikaitkan dengan masa sewa. Perpindahan hak
milik IMBT dapat dilakukan dengan beberapa alternative, yaitu melalui :

10
1) Hadiah
2) Pembayaan sisa sewa sebelum berakhirnya masa sewa
3) Pembayaran sekedarnya
i. Pelepasan melalui penjualan objek sewa sebelum berakhirnya masa sewa
Berdasarkan PSAK no 107 disebutkan bahwa pada penjualan objek ijarah
sebelum berakhirnya masa sewa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang
disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui
sebagai keuntungan atau kerugian.
 Jika harga jual diatas nilai buku asset ijarah
(Db) Kas
(Db) Akumulasi penyusutan asset ijarah
(Kr) Aset ijarah
(Kr) Keuntungan penjualan asset ijarah
ii. Pelepasan melalui penjualan objek sewa sebelum berakhirnya masa sewa
 Jika harga jual dibawah nilai buku asset ijarah
(Db) Kas
(Db) Akumulasi penyusutan asset ijarah
(Db) Kerugian penjualan asset ijarah
(Kr) Aset Ijarah
iii. Pelepasan melalui penjualan objek sewa setelah berakhirnya masa sewa
Berdasarkan PSAK no 107 disebutkan bahwa pada penjualan setelah selesai
masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat ibjek ijarah diakui
sebagai keuntungan atau kerugian.
(Db) Kas
(Db) Akumulasi penyusutan asset ijarah
(Kr) Aset Ijarah
(Kr) Keuntungan penjualan asset ijarah
iv. Pelepasan melalui penjualan objek sewa secara bertahap
Berdasarkan PSAK no 107, disebutkan bahwa penjualan objek ijarah secara
bertahap , maka :
 Selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang
telah dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian
 Bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai asset
tidak lancar sesuai dengan tujuan penggunaan asset tersebut

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ijarah adalah suatu jenis perikatan atau perjanjian yang bertujuan mengambil manfaat
suatu benda yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar upah sesuai dengan
perjanjian dan kerelaan kedua belah pihak dengan rukun dan syarat yang telah ditentukan.
Ada dua jenis Ijarah dalam hukum islam :
a. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang
dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa.
b. Ijarah yang berhubungan dengan sewa asset atau properti, yaitu memindahkan hak
untuk memakai dari asset tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa.
Ijarah Muntahiya Bittamblik (IMBT) adalah perjanjian diantara lessor dan lessee atas
barang yang disewakan atau akad sewa menyewa yang berakhir dengan kepemilikan. Istilah
ini disusun dari dua kata yaitu :
a. At-tajiir / al-ijarah (sewa)
b. At-tamliik (Kepemilikan)

12
DAFTAR PUSTAKA

http://mutiamore.blogspot.com/2015/12/skema-ijarah.html

https://www.academia.edu/7762675/AKUNTANSI_TRANSAKSI_IJARAH_DAN_IMBT_MAKALAH_Diajukan
_Untuk_Melengkapi_Mata_Kuliyah_Akuntansi_Syariah_Disusun_Oleh

http://anggunputriwulandari.blogspot.com/2016/06/ijarah-dan-ijarah-muntahiya-bittamlik.html

https://www.kompasiana.com/ecawahyudi/5afbe213cf01b45ab27c56a3/ijarah-muntahiya-bittamlik-
imbt-dalam-kehidupan-sehari-hari-dalam-perspektif-islam?page=all

http://eprints.walisongo.ac.id/5995/3/BAB%20II.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai